Anda di halaman 1dari 7

KONSELING INFORMASI DAN EDUKASI

MASA PRAKONSEPSI

Rosanda Kurniatull Hirra 1


rosandakurniatullhirra@gmail.com
ABSTRAK
Kesehatan pra-konsepsi adalah kesehatan reproduksi pria dan wanita selama periode reproduksi. Ini
membantu mempersiapkan kehamilan, meningkatkan peluang Anda untuk memiliki bayi yang sehat,
dan menghindari banyak faktor risiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengetahuan
siswa tentang kesehatan pra-kehamilan dan untuk mengidentifikasi sumber mana yang paling umum
digunakan ketika mencari informasi kesehatan pra-kehamilan. Format penelitian ini adalah deskriptif
dan analisis ia akan dilakukan hanya sekali. Contoh keputusan dibuat berdasarkan aturan pengecualian
dan inklusi. Analisis dilakukan dengan mengolah informasi dengan program SPSS versi 22 untuk
mengetahui karakteristik responden, tingkat pengetahuan, dan sumber informasi yang paling sering
digunakan. Survei menemukan bahwa mayoritas mahasiswa kedokteran memiliki informasi yang baik
(88,5%) dan sebagian besar responden menggunakan internet sebagai sumber informasi (53,1%).
Namun, masih ada kesalahpahaman tentang jenis kelamin bayi (68,8%), yang harus disiapkan sebelum
konsepsi. Penelitian ini memiliki keuntungan memberikan informasi tentang tingkat prasangka tentang
kesehatan di kalangan mahasiswa kedokteran. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dalam skala yang
lebih luas, seperti masyarakat.
Keywords : Konseling, Informasi, Edukasi, Masa Prakonseps.

Pendahuluan
Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate) merupakan jumlah
kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan yang dijadikan indikator
derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global
Sustainable Development Goals (SDGs) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 70
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Secara global, Rasio kematian ibu mengalami penurunan dari 342 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2000 menjadi 211 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (UNFPA,
2019). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 di dunia tercatat sekitar
295.000 ibu di dunia meninggal (setiap hari 810 ibu meninggal) akibat penyakit/komplikasi terkait
kehamilan dan persalinan (WHO, 2019). Pada tahun 2018, Angka kematian bayi secara global 18
per 1000 kelahiran hidup (Unicef, 2019). Sekitar 2,5 juta bayi meninggal pada tahun 2018 (7000
bayi baru lahir meninggal setiap hari), sekitar sepertiga meninggal pada hari kelahiran dan hampir
tiga perempat meninggal dalam minggu pertama kehidupan (WHO, 2019).
Di Indonesia, berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020 Jumlah kematian ibu
yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan pada tahun
2020 menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian. (Kemenkes RI, 2020). Sedangkan AKI di
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2021 mencapai 30 kasus, jumlah tersebut meningkat
dibandingkan tahun 2020 (21 orang) dan Kematian Neonatal mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya, dari 64 kasus menjadi 38 kasus dengan perhitungan 2.8 per 1.000 Kelahiran Hidup.
(Dinkes Sumbar,2021).
Salah satu usaha untuk menekan AKI dan AKB di Indonesia adalah pemberian asuhan secara
berkesinambungan atau Continuity Of Care (COC). Continuity of Care (COC) adalah model asuhan
kebidanan yang diberikan kepada pasien dilakukan secara berkesinambungan (Diana, 2017).
Contiunity of Care merupakan bagian mendasar model praktek kebidanan dikarenakan dengan
asuhan yang berkesinambungan memungkinkan bidan untuk memberikan asuhan yang menyeluruh

1
Jurusan Kebidanan, Universitas Andalas, Indonesia.
dan berkelanjutan.
Continuity of Care (CoC) mempunyai tiga 3 jenis pelayanan yaitu manajemen, informasi
dan hubungan. Kesinambungan manajemen melibatkan komunikasi antar perempuan dan bidan.
Kesinambungan informasi menyangkut ketersediaan waktu yang relevan. Kedua hal tersebut
penting untuk mengatur dan memberikan pelayanan kebidanan (Sandall, 2017).
Setiap pernikahan idealnya memerlukan perencanaan, oleh sebab itu dalam melakukan peran
sebagai pasangan, suami dan istri harus mengetahui beberapa hal yang penting dalam persiapan
pernikahan. Bidan dalam menjalankan tugas dan perannya, perlu memberikan asuhan kepada setiap
calon pengantin. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan Asuhan pada Pranikah yang dapat diberikan
oleh bidan adalah memberikan KIE pada calon pengantin. KIE yang diberikan mulai dari nutrisi,
kesehatan reproduksi,cara menentukan masa subur, persiapan menjadi orang tua dan membentuk
keluarga serta perencanaan kehamilan agar setiap pasangan memilki kesiapan secara fisik dan
mental maupun ekonomi sebelum pernikahan (Megayana,2020).

I. Metode

Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan


masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung, bertujuan untuk
mendeskripsikan apa-apa yang terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan, serta
untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat perbandingan,
atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain.

II. Hasill

Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan anak yang dapat
dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seorang perempuan hamil dan menjadi ibu. Kesehatan
prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki
selama masa reproduksinya. Perawatan kesehatan prakonsepsi berguna untuk mengurangi resiko
dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat. Manfaat dari
skrining prakonsepsi adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi, mencegah kehamilan tidak
diinginkan, mencegah komplikasi dalam kehamilan dan persalinan, mencegah kelahiran mati,
prematur dan bayi dengan berat lahir rendah, mencegah terjadinya kelahiran cacat, mencegah infeksi
pada neonatal, mencegah kejadian underweight dan stunting sebagai akibat dari masalah nutrisi ibu,
mengurangi resiko diabetes dan penyakit kardiovaskuler dalam kehamilan dan mencegah penularan
Human Immunodeficience Virus dari ibu ke janin.

1. Pengertian Contiunity of Care


Continuity of care dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai asuhan yang
berkesinambungan, asuhan berkesinambungan adalah sebuah strategi kesehatan yang efektif
primer yang memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang
kesehatan mereka dan perawatan kesehatan mereka.
Menurut Reproductive, Maternal, Newborn, And Child Health (RMNCH).“Continuity Of Care”
meliputi pelayanan terpadu bagi ibu dan anak dari prakonsepsi hingga persalinan, periode postnatal
dan masa kanak-kanak. (Astuti et al., 2017).

Continuity of Care bertujuan untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan ibu selama
proses pra konsepsi, kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan Keluarga Berencana (KB) yang
dilakukan oleh Bidan dan tenaga kesehatan. Dengan dilakukannya continuity care diharapkan
komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dapat dicegah sedini mungkin serta mnekan
Angka Kematian Ibu dan Bayi. Selain itu, Asuhan continuity care sangat penting bagi wanita untuk
mendapatkan pelayanan dari bidan mengenai perkembangan kondisi mereka setiap saat dapat
dipantau dengan baik (Wahyuni,2015).

2. Skringin Prakonsepsi

Perawatan kesehatan prakonsepsi merupakan perawatan yang mengacu pada intervensi


biomedis, perilaku, dan pencegahan sosial yang dapat meningkatkan kemungkinan memiliki bayi
yang sehat. Untuk dapat menciptakan kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining
prakonsepsi. Skrining prakonsepsi sangat berguna dan memiliki efek positif terhadap kesehatan ibu
dan anak. Penerapan kegiatan promotif, intervensi kesehatan preventif dan kuratif sangat efektif
dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga membawa manfaat kesehatan untuk remaja,
baik perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya baik sehat secara fisik, psikologis dan
sosial, terlepas dari rencana mereka untuk menjadi orang tua.

3. Konseling Asuhan Kebidanan Perencanaan Kehamilan Sehat

A. Kebutuhan Nutrisi Prakonsepsi


Calon pengantin merupakan salah satu kelompok yang perlu diberikan pendidikan mengenai gizi
seimbang, karena catin merupakan akan segera menuju kehidupan rumah tangga dan bersiap untuk
Skrimemiliki keturunan. Kebutuhan gizi pranikah pada calon pengantin merupakan suatu cara untuk
memperhatikan status gizi calon pengantin demi tercapainya keluarga yang sehat dan keturunan
yang berkualitas. (Melani & Kuswari, 2019).
Gizi prakonsepsi merupakan persiapan gizi yang harus dipenuhi demi melahirkan generasi
lebih baik. Kecukupan gizi pada pasangan terutama pada calon ibu dapat menurunkan risiko bayi
lahir BBLR, prematur, tingkat inflamasi dan infeksi pada bayi, serta dapat memutus mata rantai
masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).
Zat gizi makro dan zat gizi mikro berperan penting untuk menunjang kesehatan WUS. Gizi yang
mempengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat, vitamin A, E, dan B12,
mineral, zinc, besi, kalsium dan omega 3 (Susilowati dan Kuspriyanto 2016).
Berikut pola makan yang disarankan kepada pasangan prakonsepsi untuk dikonsumsi
dalam jumlah yang mencukupi:
a) Karbohidrat
Karbohidrat dapat memenuhi 55-75% dari total kebutuhan energi invidu. Karbohidrat
merupakan zat gizi yang paling berperan sebagai penyedia energi bagi ibu dan janin. AKG 2013
merekomendasikan bagi WUS atau wanita pranikah setiap harinya harus mengonsumsi sekitar
309-340 gram karbohidrat untuk memenuhi glukosa bagi perkembangan janin. Karbohidrat
yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks karena memiliki kadar indeks glikemik yang
rendah (Fikawati, dkk 2015).
b) Lemak
Lemak merupakan komponen dalam makanan yang terdiri dari gliserol dan tiga
molekul asam lemak. Lemak mengandung energi sebesar 9 kkal setiap gramnya. Kebutuhan
lemak bagi perempuan masa prakonsepsi direkomendasikan sebesar 15-30% dari total energi.
Lemak yang lebih diutamakan adalah lemak tak jenuh (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA)
yang terbagi 2 menjadi asam linoleat (omega-6) dan asam linolenat (omega-3) (Anggraeny,
2017). Bahan makanan sumber omega-6 adalah kacang-kacangan, biji-bijian, minyak nabati,
sedangkan sumber omega-3 adalah minyak ikan dan kacang-kacangan (Hanson, et al. 2015).
c) Kalsium
Kalsium didalam tubuh, sebagian besar terdapat pada jaringan keras seperti
tulang, gigi dan sisanya tersebar dalam bagin tubuh lain. Sumber kalsium yang baik adalah
bahan pangan hewani seperti susu, keju, dan sejenisnya. Kalsium juga terdapat pada kacang
kacangan, roti, ikan, dan sebagainya. Asupan yang cukup untuk remaja dan dewasa adalah
1000 – 1300 mg perhari (Darawati, 2016).
d) Asam Folat
Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi resiko bayi lahir kecacatan system saraf
dengan neutral tube defect(NTD) seperti spina bifida sebanyak 70%.
Status asam folat yang tidak adekuat juga dikaitkan dengan berat badan, prematur, dan
retardasi pertumbuhan janin. Angka kecukupan folat bagi wanita usia subur adalah 400 mcg
(NIH, 2016)
e) Zat besi
Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia dengan menunjukkan
gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang infeksi.Kurang mengkosumsi makanan yang
mengandung zat besi juga dapat meningkatkan resiko ibu hamil mengalami defisiensi anemia
gizi besi sehingga akan membahayakan ibu dan kandungannya.(Susilowati & Kuspriyanto,
2016).
B. Personal Hygine
Personal Hygiene adalah perawatan diri yang di lakukan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan diri sendiri baik secara fisik maupun mental. Tujuan personal hygiene adalah untuk
memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan dan meningkatkan derajat kesehatan
individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang
lain(Mubarak, et al, 2015).
Menurut Wahit Iqbal Mubarak dkk (2015) terdapat beberapa jenis Personal Hygiene ,
yaitu:
a.
Berdasarkan waktu pelaksanaan
1. Perawatan dini hari
2. Perawatan pagi hari
3. Perawatan siang hari
4. Perawatan menjelang tidur
b. Berdasarkan tempat
1. Personal hygiene pada kulit
2. Personal hygiene pada kuku kaki
3. Personal hygiene pada rambut
4. Personal hygiene pada gigi dan mulut
5. Personal hygiene pada genitalia
C. Persiapan Psikologis
Kesiapan psikologis adalah kondisi dimana seseorang siap untuk memberikan respon
terhadap sesuatu yang berhubungan dengan batin dan karakter. Kesiapan psikologis sangat adalah
hal penting yang harus dipersiapkan pasangan menjelang pernikahan (Hidayati & Afdal, 2020).
Menurut BKKBN 2014,Persiapan psikologis menjelang pernikahan meliputi:
1) Kesiapan pasangan dalam menjalankan peran sebagai suami istri, meliputi pengetahuan akan
tugasnya masing-masing dalam rumah tangga
2) Kemampuan untuk berkomunikasi dan bernegosiasi
3) Mampu melakukan manajemen konflik yang sehat dalam menyelesaikan masalah tanpa
mengemukakan emosi
D. Jarak Ideal Antar Kehamilan
Penentuan jarak kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan berapa jarak yang akan
direncanakan diantara kehamilan satu dengan yang lain (Laili & Masruroh, 2018).
Secara teori dikemukakan bahwa jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari dua
tahun akan dapat memicu kejadian BBLR. Sebaliknya kehamilan yang baik adalah lebih dari atau
sama dengan dua tahun. (BKKBN 2014).
Ridwan (2015) berdasarkan penelitiannya juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR, dimana ibu dengan jarak kehamilan
yang kurang dari 2 tahun memiliki risiko 1,91 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu
dengan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun.
Usia perempuan antara 21-35 tahun merupakan periode yang paling baik untuk hamil dan
melahirkan karena mempunyai risiko paling rendah bagi ibu dan anak. Jarak antara anak pertama
dan kedua kehamilan yang ideal adalah minimal tiga tahun. Kontrasepsi yang dianjurkan yaitu
IUD, Suntikan, Pil, Implant, dan Metode Sederhana.(BKKBN,2014)
Terdapat beberapa alasan perlunya jarak kelahiranyang ideal menurut Ummah & Faizatul (2015),
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Belum pulihnya kondisi rahim ibu setelah kehamilan sebelumnya.
2. Dapat timbulnya beberapa resiko dalam kehamilan, salah satunya adalah anemia.
3. Resiko terjadinya pendarahan pasca persalinan.
4. Waktu yang disediakan ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang karena harus terbagi.
E. Manajemen Keuangan Keluarga
Mengelola ekonomi keluarga adalah sebuah tindakan untuk merencanakan,
melaksanakan, memonitor, mengevaluasi, dan mengendalikan perolehan dan penggunaan sumber-
sumber ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan secara optimum, memastikan adanya stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi keluarga. Salah satu manajemen keuangan keluarga adalah mengatur
pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga (Badrunsyah & Cahyono, 2019)
Manajemen Keuangan Keluarga adalah :(BKKBN,2014)
1) Pahami keadaan keuangan keluarga
2) Lakukan pengeluaran sesuai dengan perencanaan
3) Berikan kepercayaan kepada pengelola keuangan
4) Diskusikan jika ada masalah keuangan yang dihadapi
5) Pikirkan secara saksama antara “butuh” dan “ingin”
F. Fungsi Pokok Keluarga
Keluarga sejahtera merupakan dambaan dan harapan dari setiap keluarga untuk saling
berbagi perasaan, cinta kasih, serta materi. Untuk mencapai kondisi tersebut bukan suatu yang
tidak mungkin terjadi apabila setiap anggota keluarga menerapkan fungsi-fungsi yang
seharusnya berjalan di dalam kehidupan keluarga. Fungsi yang dimaksud dikenal sebagai
“Delapan Fungsi Keluarga.” (SKAP KKBPK BKKBN 2018).

Delapan fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasyarat, acuan, serta pola
hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional membagi fungsi keluarga menjadi 8, di
antaranya:

1. Fungsi Agama
Fungsi agama dalam keluarga dikembangkan agar keluarga menjadi tempat persemaian
nilai-nilai agama dan budaya bangsa, sehingga seluruh anggota keluarga menjadi insan
agamis yang penuh iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Fungsi Sosial Budaya


Dalam fungsi sosial budaya, keluarga diharapkan dapat mengenalkan budaya Indonesia
sebagai dasar-dasar nilai kehidupan, sehingga anak mempunyai wawasan terhadap berbagai
budaya, baik daerah maupun nasional.

3. Fungsi Cinta Kasih


Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan cinta kasih. Dengan cinta dan
kasih sayang yang terjadi dengan baik di keluarga, maka rumah tangga akan menjadi tempat
yang menyenangkan bagi anggota keluarga yang lain.

4. Fungsi Perlindungan
Fungsi ini menekankan bahwa keluarga merupakan pelindung yang pertama dan utama
dalam memberikan kebenaran, keteladanan, serta tempat bernaung kepada anak dan
keturunan.

5. Fungsi Reproduksi
Mengetahui dan menanamkan fungsi reproduksi sangat penting bagi keluarga untuk
mengatur reproduksi sehat yang terencana, sehingga anak yang dilahirkan nantinya mampu
menjadi generasi penerus yang berkualitas.

6. Fungsi Sosialisasi Pendidikan


Pendidikan dalam keluarga tidak hanya tentang bagaimana meningkatkan fungsi kognitif
atau mencerdaskan, akan tetapi bagaimana membentuk karakter yang berakhlak mulia.

7. Fungsi Ekonomi
Keluarga dalam fungsi ekonomi merupakan tempat membina dan menanamkan nilai-nilai
keuangan keluarga, dan merencanakan keuangan keluarga, sehingga terwujud keluarga
sejahtera.

8. Fungsi Lingkungan
Kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman perlu ditanamkan
sejak dini. Hal ini bertujuan agar mendorong sikap dan perilaku peduli lingkungan seperti
membuang sampah pada tempatnya, melakukan kegiatan penghijauan, hemat energi, dan
sebagainya.
Menjalankan keseluruhan fungsi tersebut dengan baik tentu membutuhkan usaha yang
tidak mudah. Karena itu, setiap keluarga harus mampu mempunyai arah dan tujuan ke depan.
Diharapkan dengan dilaksanakannya 8 fungsi tersebut, keluarga Indonesia dapat menjadi
keluarga yang sejahtera dan berkualitas.

IV Kesimpulan

Salah satu usaha untuk menekan AKI dan AKB di Indonesia adalah pemberian asuhan secara
berkesinambungan atau Continuity Of Care (COC). Continuity of Care (COC) adalah model asuhan
kebidanan yang diberikan kepada pasien dilakukan secara berkesinambungan (Diana, 2017). Contiunity
of Care merupakan bagian mendasar model praktek kebidanan dikarenakan dengan asuhan yang
berkesinambungan memungkinkan bidan untuk memberikan asuhan yang menyeluruh dan
berkelanjutan.
Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan . Asuhan pada masa prakonsepsi penting diberikan
kepada wanita sebelum kehamilan dengan tujuan mengoptimalkan kesehatan wanita. Status kesehatan
ibu sebelum hamil merupakan faktor penentu hasil kehamilan. Asuhan prakonsepsi juga bertujuan untuk
mengurangi risiko komplikasi ibu dan bayi.Asuhan Prakonsepsi adalah sebuah intervensi untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita sebelum kehamilan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir. Materi yang dapat diberikan pada asuhan ini berupa nutrisi, personal hygine, persiapan psikis,
jarak kehamila,persiapan kelurga dan persiapan membentuk kelurga. Diharapkan dengan adanya suhan
pada masa prakonsepsi ini bisa mebuat pasangan lebih siap untuk menghadapi pernikahannya.

Referensi
Astuti, S., AI. Susanti, R. Nurparidah, dan A. Mandiri. 2017. Asuhan dalam Masa Kehamilan.

Astuti, S., AI. Susanti, R. Nurparidah, dan A. Mandiri. . Asuhan dalam Masa Kehamilan
(Jakarta; erlangga, 2017)hal 2

Anggraeny, O., dan AD. Ariestiningsih. 2017. Gizi Prakonsepsi, Kehamilan Dan Menyusui.
Malang: UB Press

Berglund A, G. Lindmark. 2016. Preconception health and care (PHC)-a strategy for improved maternal
and child health. Upsala Journal of Medical Science. Med 121(4): 216–221.

Badrunsyah, & Cahyono, S. (April 2019). Penyuluhan Tentang Manajemen Keuangan Keluarga Di RW
06 Kelurahan Cipayung. Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat, 3(1), 1-9.

BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). (2014).Buku Pegangan Bagi
Petugas Badan Penasihatan ,Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) tentang Kursus Pranikah
untuk Calon Pengantin.Jakarta: BKKBN Pusat

Darawati, Made. 2016. Ilmu Gizi : Teori dan Aplikasi. Jakarta:ECG.

Diana, Sulis. 2017. Model Asuhan Kebidanan Contiunity of Care. Surakarta: CV Kekata Group.

Fikawati S, Syafiq A, Karima K. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2015. P.
53-117.
United Nations Population Fund (UNFPA), 2019. Maternal Health. Diakses tanggal 29
Desember 2020 https://www.unfpa.org/maternal-health.

Kemenkes RI.2018.Kesehatan reproduksi seksual bagi calon pengantin.Jakarta.Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2019. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Maryunani, Anik. 2015. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta: Trans
Info Media.

Melani, V., & Kuswari, M. (2019). Pengetahuan Gizi Seimbang Calon Pengantin Di Beberapa
Kantor Urusan Agama Jakarta Barat. Darussalam Nutrition Journal, 3(1), 1-6.

Mubarak, Wahit Iqbal., Lilis Indrawati., & Joko Susanto. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar (hlm. 3-24). Jakarta: Salemba Medika.

National Institute Of Health. 2016. Dietary Supplement Fact Sheet: Folat, (Online),
(http://Ods.Od.Nih.Gov./Factsheets/Folatehealthprofessional/ Diakses 30 desember 2017)

OWH (Office on Women’s Health). womenshealth.gov. 2018.


https://www.womenshealth.gov/pregnancy/you-get-pregnant/preconception-health di akses 27
Desember 2020.

Shawe, Jill, et al. 2020. Preconception Health and Care: A life Course Approach. USA. Spinger

Sustainable Development Knowledge Goals (SDGS).2015. Sustainable Development Goal 3


Diakses tanggal 28 Desember 2020 https://sustainabledevelopment.un.org/sdg3

Sandall, J. 2017. The contribution of continuity of midwifery care to high quality maternity care. Royal
College of Midwives (RCM) 1-11

Book Wahyuni , ED. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:Kemenkes R

Anda mungkin juga menyukai