Anda di halaman 1dari 116

UAS

KEPERAWATAN MATERNITAS I

Nama: Yunita Tuhalauruw


Npm: 12114201180057
Kelas: D

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya sehingga saya
boleh dapat menyelesaikan UAS KEPERAWATAN MATERNITAS yang diberikan oleh
dosen dengan segala baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama yang
menggambarkan kesejahteraan suatu negara. AKI dipengaruhi faktor-faktor seperti
terbatasnya pelayanan kesehatan ibu, tenaga kesehatan, sarana. Terbatasnya kualitas tenaga
kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif gender, antenatal yang terintegrasi
pertolongan persalinan, penanganan komplikasi, kebidanan serta keluarga berencana
(Effendi & Makhfudli, 2009). AKI merupakan gambaran tingkat kesadaran perilaku hidup
sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan
kesehatan (terutama untuk ibu hamil, ibu waktu melahirkan dan masa nifas (Syafrudin &
Hamidah, 2009). Jumlah kematian karena kehamilan dan persalinan di dunia pada tahun
2015 yaitu kurang lebih 830 wanita meninggal setiap hari (WHO, 2015), sehingga
diperlukan berbagai upaya untuk menurunkan AKI yang merupakan target ketiga dari
Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu melaksanakan hidup sehat dan mewujudkan
kesejahteraan untuk semua di segala usia diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu
di Indonesia hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemenkes
RI, 2016). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 359.000 per 100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2014). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 berdasarkan
laporan dari kabupaten/ kota sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup, mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2012 sebesar 116,34/100.000
kelahiran hidup, hal ini berarti terjadi peningkatan permasalahan kematian ibu di Provinsi
Jawa Tengah (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014). AKI Kabupaten Pekalongan tahun
2014 sebesar 244 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Kabupaten Pekalongan mengalami
peningkatan dari 183,2 pada tahun 2013 (Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, 2015).
Upaya penurunan AKI dilakukan melalui program Millennium Development Goals (MDGs)
yang telah berakhir pada tahun 2015. Program ini dilanjutkan dengan program Sustainable
Development Goals (SDGs) yang merupakan agenda pembangunan berkelanjutan. Target
ketiga dari SDGs yaitu memastikan hidup sehat dan mengedepankan kesejahteraan untuk
semua di segala usia diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu di Indonesia hingga
di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2016). Pemerintah
telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu seperti pelaksanaan
kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular
dan akte kelahiran (Depkes, 2009). Ibu hamil akan menghadapi persalinan yang seringkali
dihadapkan pada kondisi kritis terhadap masalah kegawatdaruratan persalinan, sehingga
sangat diharapkan persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan. Hasil Riskesdas tahun 2013
menyebutkan bahwa ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 70,4% dan
masih terdapat 29,6% di rumah atau lainnya. Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten (dokter spesialis, dokter umum dan bidan) mencapai 87,1% (Depkes, 2014).
Ibu hamil memiliki banyak pilihan dalam menentukan cara persalinan dan tempat persalinan,
namun kadang ibu disarankan untuk memilih proses dan tempat persalinan karena alasan
medis. Meningkatnya pengetahuan ibu hamil tentang resiko persalinan oleh tenaga
kesehatan yang tidak terampil dan fasilitas kesehatan yang tidak standar, ibu memilih
persalinan di rumah sakit karena merasa lebih aman sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih
terjamin. Namun di sisi lain, ada pula ibu hamil yang memilih melakukan persalinan di
rumah karena ibu dapat menjalani persalinan di lingkungan yang lebih santai dan nyaman di
tengah keluarga (Mac Dougall, 2010).

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan maternitas family centered maternity

2. Untuk mengetahui evidence based practice dalam keperawatan maternitas

BAB II
PEMBAHASAN
1. Tren dan Issue Keperawatan Maternitas Family Centereda maternity care

Selama kehamilan, perawat memberikan perawatan kepada ibu hamil dan memberikan
pendidikan kesehatan untuk membantu ibu dan janinnya saat persalinan. Upaya yan
dilakukan perawat bukan saja memberikan potesi untuk ibu hamil dan janinya serta
kesehatan masyarakat. Kehamilan dapat menyebabkan perubahan pada ibu hamil dan juga
menghadapi 2 kemungkinan, ibu hamil dapat menghadapi kehamilan normal maupun
kehamilan resiko tinggi.

1. Kehamilan resiko tinggi meningkat penggunaan alkohol selama hamil dapat menyebabkan
keguguran, retadarsi mental, dan berat bayi lahir rendah. Bayi yang lahir dari ibu yang tidak
menikah kemungkinan meninggal 2 kali lebih besar dari ibu yang menikah. Remaja
memiliki kemungkinan 2 kali memperoleh bayi BBLR

2. Upaya Safe Motherhood Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin adalah
masalah besar di negara berkembang. Kematian wanita di usia subur di negara miskin
sekitar 25%-50%, kematian saat melahirakan merupakan faktor utama mortalitas wanita
muda. Perhatian dunia untuk dapat menurunkan angka kematian ibu sebagai tolak ukur
untuk memberikan pelayanan bermutu diwujudkan dengan melakukan pertemuan
diataranya: tahun 1990 world Summit for children di new york mengharapkan agar dapat
menurunkan angka kematian ibu dan perinalatal 50% dari jumlah kematian tahun 1990.

Penjelasan: Dari artikel diatas dapat kita ketahui bahwa angka Kematian ibu masih tinggi
hingga menjadi sorotan dunia untuk itu bagaimana tugas perawat dan bidan dalam mengatasi
hal ini untuk dapat mengurangi angka kematian ibu dan juga anak, perawat juga telah
melakukan upaya untuk memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil
agar ibu dapat merawat janinya dengan baik sampai proses persalinan nanti. Karena ibu
hamil juga dapat menghadapi kehamilan normal dan kehamilan resiko tinggi yang dapat
menyebabkan keguguran untuk itu peran perawat harus memberikan edukasi kepada pasien
tentang bagaimana menjaga kesehatan ibu dan janinnya.

2. Evidence based practice dalam keperawatan maternitas


Penjelasan :

1. Penerapan SMS GATEWAY sebagai media promosi kesehatan ibu hamil di kota
semarang

Dalam jurnal tersebut peneliti membuat penelitian tentang bagaimana perbedaan


pengetahuan dan persepsi ibu hamil terhadap penerapan model SMS GATEWAY sebagai
media promosi kesehatan. Dan tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan dan persepsi ibu hamil terhadap penerapan model SMS GATEWAY sebagai
media promosi kesehatan. Dan hasilnya penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan
pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah Intervensi SMS GATEWAY tentang
tanda bahaya kehamilan dan perbedaan persepsi responden sebelum dan sesudah terhadap
media promosi SMS GATEWAY.

2. Pengetahuan bidan tentang teknik massage dengan dengan minat penerapan dalam
mengurangi nyeri persalinan

Dalam penelitian tersebut peneliti membuat penelitian tentang bagaimana bidan sebagai
penolong persalinan membutuhkan pengetahuan tentang metode mengurangi nyeri
persalinan. Dan tujuannya untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan tentang teknik
massage dengan minat penerapan metode massage dalam mengurangi nyeri persalinan di IBI
ranting Ungaran. Dan hasilnya sebagian besar pengetahuan responden tentang teknik
massage pada kategori baik sebanyak 26 responden (89,7%). Sebagian besar responden
berminat menerapkan metode massage dalam mengurangi nyeri persalinan sebanyak 27
responden (93,1%). Tidak ada hubungan antara pengetahuan bidan tentang teknik massage
dengan minat penerapan metode massage dalam mengurangi nyeri persalinan di IBI Ranting
Ungaran (p 1,000). Ada berbagai upaya yang dilakukan untuk menurunkan nyeri pada
persalinan salah satunya terapi nonfarmakologi yaitu, relaksasi, teknik pernapasan,
pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, musik, guided
imagery, akupresur, aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat
meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin dan mempunyai pengaruh pada koping yang
efektif terhadap pengalaman persalinan.

3. Hipnoterapi sebagai perspektif komplementer dan pengobatan alternatif


Di dalam penelitian ini yang akan membahas tentang hipnoterapi pada klien infertilitas.
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan punya anak, wanita infertil dengan kelompok
terapi sepuluh minggu itu digabungkan penggunaan Hipnoterapi yang dirancang untuk
mengurangi trauma terkait isolasi dan proses infertilitas. dari intervensi yang digunakan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan hipnoterapi yang sukses dalam
menurunkan isolasi pada wanita subur dan bekerja melalui trauma infertilitas terkait dalam
konteks sosial. Isolasi dialami oleh wanita dari penelitian ini m tiga unsur utama:
pengalaman nyata dengan orang lain, persepsi diri sebagai subur dan dirasakan pandangan
dari orang lain dan kesalahpahaman dari siapa saja yang belum mengalami tangan pertama
infertilitas. Melalui pemanfaatan hipnoterapi, proses kelompok mampu mengurangi isolasi
di masing-masing daerah. Pada penelitian ini mereka menggunakan terapi komplementer
bisa dengan doa, Yoga, meditasi dan Relaksasi (hipnoterapi).

4. Model family centered maternity care sebagai strategi optimalisasi competent


mothering

Penelitian ini membahas tentang membangun model edukasi postnatal yang difokuskan
pada ibu postpartum dengan melibatkan keluarga sebagai dukungan sosial. Yang bertujuan
untuk melakukan uji coba model edukasi postnatal secara komprehensif sekaligus evaluasi
dalam menyempurnakan model sehingga diperoleh model yang tepat. Dan hasil dari
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan telah berhasil merumuskan model edukasi
postnatal melalui pendekatan FCMC sebagai strategi optimalisasi competent mothering
dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Model tersebut telah dilakukan ujicoba
secara komprehensif baik terhadap ibu postpartum dan keluarga serta terhadap petugas
kesehatan dengan media modul dan booklet tentang perawatan diri ibu nifas dan perawatan
bayi baru lahir yang disesuaikan dengan tahapan masa postpartum. Terdapat pengaruh model
edukasi postnatal dengan pendekatan FCMC terhadap persepsi ibu nifas dan keluarga
tentang perawatan diri pada masa immediately postpartum, perawatan diri dan bayi baru
lahir pada fase early postpartum dan fase late postpartum dengan nilai p masing-masing
adalah 0,00 (α≤0,05). Selain itu juga didapatkan ada pengaruh sosialisasi model edukasi
postnatal dengan pendekatan FCMC terhadap persepsi petugas kesehatan dengan nilai p
0,00.
5. Efektifitas prenatal yoga terhadap pengurangan ketidaknyamanan ibu selama hamil

Dalam penelitian ini yang akan dibahas yaitu mencoba menggali informasi mengenai
efektifitas prenatal yoga terhadap pengurangan ketidaknyamanan ibu selama hamil. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas prenatal yoga terhadap pengurangan
ketidaknyamanan ibu selama hamil. Dan hasil dari penelitian ini prenatal yoga dapat
mengurangi kecemasan atau stress pada ibu hamil karena dengan melakukan prenatal yoga
secara teratur akan membawa efek relaksasi pada tubuh ibu hamil, baik yang bersifat
relaksasi pernafasan maupun relaksasi otot, sehingga ibu hamil akan merasakan keadaan
yang tenang, santai, rileks dan nyaman dan menjalani kehamilannya, dapat mengurangi nyeri
punggung karena gerakan-gerakan yang ada pada prenatal yoga ini, dan juga dapat
meningkatkan kualitas tidur, dan mengurangi kram pada kaki.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya memperbaiki AKI adalah melalui pencegahan, perbaikan pelayanan gawat


darurat, perbaikan jaringan pelayanan kesehatan. Upaya memperbaiki AKB adalah melalui
perbaikan keadaan social dan ekonomi, kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli
kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu dan
anak.

B. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat berpartisipasi dalam upaya menekan AKI dan AKB
sesuai kemampuan dan teori yang sudah didapatkan. Diharapkan masyarakat dapat
mengetahui AKI dan AKB dan upaya-upaya yang sudah dan yang akan dilaksanakan untuk
menekan AKI dan AKB.

Lampiran Jurnal Issue dan Trend


PENERAPAN MODEL KONSEP NEED FOR HELP DAN SELF
CARE PADA ASUHAN KEPERAWATAN IBU PRE EKLAMPSIA
BERAT DENGAN TERMINASI KEHAMILAN

Machmudah
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammdiyah Semarang
email : machmudah@unimus.ac.id

ABSTRAK

Penerapan model konsep Need for Help, sangat tepat dilaksanakan pada pengelolaan ibu hamil dengan
PEB dalam kondisi emergency, yang bertujuan untuk mengatasi masalah fisik dan psikologis agar ibu dan
keluarga dapat membangun koping yang adaptif terhadap perubahan yang terjadi. Setelah ibu dilakukan
terminasi kehamilan, maka perawat dihadapkan pada kondisi pasien postpartum beserta bayinya.
Asuhan keperawatan maternitas dalam menangani klien postpartum dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan model konseptual self care menurut Orem. Perubahan yang terjadi selama periode
postpartum menyebabkan penurunan kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhannya. Perawat
berperan membantu meningkatkan kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan self care nya melalu
proses belajar atau latihan dalam bentuk perawatan diri, menciptakan lingkungan yang memfasilitasi
tercapainya kemandirian sehingga peran perawat dari memberi bantuan penuh bergeser ke bantuan
supportive educative.

Kata kunci : kompetensi residensi keperawatan maternitas, pre eklampsia berat, need for help, self care

PENDAHULUAN kesehatan yang memadai sehingga


perempuan mempunyai kesempatan untuk
Kesehatan reproduksi menurut menjalani proses kehamilan secara aman.
Konferensi Internasional
Kependudukan dan Pembangunan yang
diadakan di Cairo pada tahun 1994
adalah keadaan fisik, mental dan sosial
yang utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan fungsi, peran dan
system reproduksi. Pengertian
kesehatan reproduksi ini mencakup
tentang hak seseorang untuk dapat
memperoleh kehidupan seksual yang
aman dan memuaskan serta mempunyai
kapasitas untuk bereproduksi, termasuk
didalamnya adalah kebebasan seorang
perempuan untuk memutuskan bila
akan hamil dan melahirkan dan
seberapa banyak anak yang akan
dilahirkannya, serta hak untuk
mendapatkan tingkat pelayanan
Kehamilan dan persalinan yang
aman merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia. AKI dan AKB sangat
penting diperhatikan karena menjadi
indikator keberhasilan pembangunan
pada sektor kesehatan yang mengacu
pada jumlah kematian ibu terkait
dengan masa kehamilan, persalinan
dan nifas, serta untuk melihat tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat
(Depkes RI, 2008).
AKI di Indonesia masih tinggi
dibandingkan dengan Negara-negara
di Asia Tenggara dan paling banyak
terjadi di rumah sakit (Rukmini &
Wiludjeng, 2005). Pemerintah
sebenarnya telah bertekad
menurunkan AKI dari 390 per
100.000 kelahiran
hidup (SDKI, 1994) menjadi 225 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun
1999 dan menurunkannya lagi
menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2010 (Roeshadi,
2006).
Upaya penurunan angka kematian kesehatan. Ketiga hal tersebut juga
ibu dan bayi merupakan salah satu didukung oleh adanya kondisi empat (4)
prioritas dalam pembangunan terlalu, yaitu terlalu muda (dibawah usia
kesehatan. Sejalan dengan tujuan 20 tahun), terlalu tua(diatas 35 tahun),
Millenium Development Goals terlalu dekat (jarak melahirkan kurang
(MDG’s), pemerintah mengharapkan dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih
Indonesia dapat mencapai target MDGs, dari empat kali).
yaitu menurunkan angka kematian ibu Penyebab kematian ibu karena
dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 perdarahan dan infeksi dapat diturunkan
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun secara nyata dengan adanya kemajuan
2015 (Dep Kes, 2011). dalam bidang medis meliputi tehnik
Kematian ibu dapat disebabkan anestesi, tehnik operasi, pemberian
karena banyaknya kasus kegawat- cairan infus dan tranfusi, serta peranan
daruratan pada kehamilan, persalinan antibiotik yang semakin meningkat.
dan nifas. Setiap hari pada tahun 2008, Pada penderita pre eklampsia, angka
ada 1000 perempuan di dunia yang kematian ibu bersalin yang disebabkan
meninggal akibat dari komplikasi karena pre eklampsia dan eklampsia
kehamilan dan persalinan. Penyebab belum dapat diturunkan karena
langsung kematian ibu yang terbanyak ketidaktahuan dan keterlambatan
adalah perdarahan, hipertensi dalam mendapatkan pertolongan setelah gejala
kehamilan (pre eklampsia dan klinis berkembang menjadi pre
eklampsia), infeksi dan komplikasi dari eklampsia berat dengan segala
aborsi (Unsafe abortion) (WHO, 2008). komplikasinya. Bahkan menurut
Hal ini juga sejalan dengan laporan laporan beberapa rumah sakit, angka ini
tahunan MDG’s di Indonesia tahun telah menggeser perdarahan dan infeksi
2006, yang menjelaskan bahwa sebagai penyebab utama kematian
penyebab kematian ibu yang utama maternal (Roeshadi, 2006).
adalah perdarahan 28%, eklampsia Melihat fenomena tersebut, maka
13%, aborsi yang tidak aman 11% serta perempuan di Indonesia memerlukan
sepsis 10%. perhatian dan tindakan khusus yang
Persalinan dirumah merupakan komprehensif. Perawat khususnya
salah satu faktor yang mempengaruhi perawat maternitas sebagai bagian yang
masih tingginya AKI di Indonesia. Data integral dari pelayanan kesehatan,
Riskesdas 2000 memperlihatkan bahwa mempunyai peran dan kontribusi yang
masih ada persalinan yang dilakukan besar dalam upaya pemerintah untuk
dirumah (43,2%) dan sisanya (55,4 %) menurunkan AKI, AKB dan upaya
dilakukan di sarana pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan
kesehatan. Dari persalinan yang perempuan di Indonesia. Perawat
dilakukan dirumah hanya 51.9 % yang maternitas adalah pemberi pelayanan
dibantu oleh tenaga kesehatan sisanya kesehatan yang berkualitas dan
(40,2%) ditolong oleh dukun bersalin. professional yang ditujukan pada wanita
Kondisi tersebut masih diperberat usia subur yang berkaitan dengan
dengan adanya faktor resiko tiga system reproduksi pada masa diluar
terlambat (3 T) yaitu terlambat kehamilan, masa kehamilan, masa
mengambil keputusan di tingkat melahirkan, masa nifas sampai 6
keluarga, terlambat merujuk (terlambat minggu dan bayi yang dilahirkan
sampai di sarana pelayanan kesehatan) sampai usia 28 hari beserta keluarganya,
dan terlambat mendapatkan pelayanan yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan Cimanggis Depok). Penekanan program
adaptasi fisik dan psikososial dengan pada penerapan hasil analisis konsep-
menggunakan pendekatan proses konsep dan teori keperawatan serta
keperawatan (Novita, 2011). kebijakan pemerintah yang
Perawat Spesialis Maternitas berhubungan dengan keperawatan
mempunyai peran yang sangat strategis maternitas pada berbagai tatanan
dalam membantu mengatasi berbagai pelayanan kesehatan.
permasalahan kesehatan reproduksi Perawat maternitas dapat
perempuan, hal tersebut tentunya dapat memberikan asuhan keperawatan yang
membantu program pemerintah dalam berkualitas dengan pendekatan model
upaya untuk menurunkan AKI. Secara konsep untuk membantu mengatasi
klinis Perawat Spesialis Maternitas berbagai resiko yang terjadi pada ibu
dapat berperan sebagai praktisi yang yang mengalami komplikasi dalam
profesional, sebagai edukator, peneliti, kehamilan maupun persalinannya. Salah
konsultan, advocate, dan agen satu contohnya adalah pemberian
pembaharu (Gorrie, 1998). asuhan keperawatan pada ibu dengan
Kompetensi perawat spesialis pre eklampsia berat.
maternitas antara lain (1). Memberikan Berdasarkan data yang diperoleh
asuhan keperawatan kepada sistem klien dari bagian rekam media IGD
(wanita dan pasangan usia subur yang Kebidanan RSUPN Cipto
berkaitan dengan sistem reproduksi Mangunkusumo Jakarta, didapatkan
tanpa adanya kehamilan, wanita hamil, data bahwa ibu yang datang dengan
melahirkan, nifas, ibu diantara dua kasus pre eklampsia dan pre eklampsia
persalinan dan bayi baru lahir sampai berat selama periode 2010 sebanyak
usia 40 hari) yang mengalami masalah 377 pasien dengan rata-rata tiap
maternitas yang kompleks. (2). bulannya adalah 31 pasien. Sedangkan
Mendidik dan membimbing praktisi jumlah pasien yang datang dengan
keperawatan, tenaga kesehatan dan eklampsia pada tahun 2010 adalah 58
klien yang ada dibawah tanggung pasien (IGD Kebidanan RSUPN Cipto
jawabnya. (3). Mengelola pelayanan mangunkusumo).
keperawatan serta mengelola riset Pre eklampsia berat merupakan
keperawatan pada area keperawatan penyakit pada wanita hamil yang secara
maternitas. langsung disebabkan oleh kehamilan.
Untuk dapat mencapai Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai
kompetensi tersebut, maka proteinuri dan edema akibat kehamilan
penyelenggaraan program spesialis setelah usia kehamilan 20 minggu atau
maternitas dilaksanakan selama dua segera setelah persalinan (Bobak, 2005).
semester setelah mahasiswa Ada beberapa faktor resiko yang
menyelesaikan program magister berperan terhadap terjadinya pre
keperawatan maternitas. Program eklampsia yaitu: kehamilan kembar,
spesialis maternitas ini diselenggarakan mola hidatidosa, gross edema, diabetes
baik di tatanan rumah sakit (RSUPN mellitus, penyakit ginjal, hipertensi
Cipto Mangunkusumo, RSP kronis, polihidramnion (Buckley&Kulb,
Persahabatan Jakarta, RS Marzoeki 2003). Faktoe resiko lain yang
Mahdi Bogor, RSUD Bekasi) maupun berkontribusi tidak langsung antara lain
ditatanan komunitas dengan bekerja faktor sosial ekonomi, defisiensi diet
sama dengan Puskesmas (Puskesmas (terutama protein), berat badan, usia
Pasar Minggu dan Puskesmas (lebih dari 35 tahun) dan etnis/ras
(Buckley&Kulb, 2003; Cunningham et gerakan tubuhnya, sedangkan klien
al, 2006). adalah penerima bantuan dari tenaga
Perawat maternitas merupakan kesehatan profesional baik berupa
bagian dari pemberi pelayanan perawatan, nasehat maupun edukasi
kesehatan diharapkan mempunyai (George, 2002). Tiga tujuan yang
perhatian yang tinggi dalam membantu dikemukakan Widenbach dalam
ibu untuk meminimalkan dampak dari membantu klien yaitu : (1) mencegah
PEB baik secara fisik maupun kegawatan ibu, (2) menurunkan
psikologis. Perawat harus dapat kecemasan akibat kehilangan, (3)
memandang klien secara holistik membangun koping yang efektif
meliputi bio-psiki-sosial dan spiritual menghadapi kegawatan dan kehilangan
dalam memberikan pelayanan dengan melakukan kolaborasi,
keperawatan yang profesional untuk koordinasi, dengan tim kesehatan
membantu klien dalam mengatasi lainnya sehingga klien mendapatkan
berbagai masalah yang ditimbulkan. tindakan yang tepat sesuai dengan
Pada pemenuhan kebutuhan psikologis prosedur penanganan klien dengan
perawat mempunyai peran untuk PEB.
membantu ibu dan keluarganya dalam Penerapan model konsep Need for
melewati proses kehilangan dan Help”, sangat tepat dilaksanakan pada
berduka secara adaptif dengan tahap awal atau kondisi emergency ibu
memfasilitasi koping ibu dan keluarga hamil dengan PEB. Penerapan konsep
untuk menerima realitas. Perawat dapat Need for Help tidak hanya untuk
melibatkan sistem pendukung yang membantu ibu mengatasi masalah krisis
dimiliki klien, keterlibatan keluarga dan kegawatan pada fisiknya saja, akan
dalam pemberian asuhan keperawatan tetapi perubahan psikologis setelah
akan membantu ibu untuk melahirkan baik proses persalinan
meningkatkan kemampuan adaptasinya pervaginam maupun sectio caesarea
dan dapat memasuki respon kehilangan juga menjadi masalah yang perlu
dan berduka secara fisiologis dibantu agar ibu dan keluarga dapat
(Chapman, 2003). Peran dan fungsi membangun koping yang adaptif
perawat tersebut dapat dilaksanakan terhadap perubahan yang terjadi.
melalui aplikasi model konsep dan teori Kondisi lain yang memerlukan
keperawatan untuk memberikan asuhan bantuan penanganan segera adalah
keperawatan secara holistik dan perubahan psikologis karena ibu
komprehensif. mungkin akan melahirkan bayi yang
Asuhan keperawatan pada ibu kecil atau bahkan harus kehilangan bayi
hamil dengan PEB melalui pendekatan yang dikandungnya. Perawat maternitas
Need for Help dapat membantu harus dapat memberikan asuhan yang
meningkatkan kemampuannya untuk berkualitas agar pasien dan keluarga
mengatasi berbagai masalah kehidupan sesegera mungkin kembali dalam
yang menyangkut kesehatan dan keadaan optimal dan mampu menerima
kesejahteraan (Tomey, 2006). kehilangan dengan kondisi yang adaptif.
Widenbach dalam Tomey (2006) Pada kondisi ini ibu dihadapkan pada
mengungkapkan bahwa perawat adalah situasi kehilangan yang terjadi secara
orang yang mampu membantu klien tiba-tiba, dampak kehilangan tersebut
mengatasi masalah dan meningkatkan menyebabkan terjadinya
kesejahteraannya melalui tindakan, ketidakseimbangan diri yang beresiko
pikiran, perasaan, perkataan, tulisan dan menimbulkan kesedihan
berkepanjangan. Pendekatan bantuan penuh bergeser ke bantuan
Widenbach pada masalah psikologis supportive educative (Tomey, 2006).
lebih ditujukan untuk membantu ibu
dalam meningkatkan kopingnya saat
kondisi emergency yang membutuhkan METODE PENELITIAN
tindakan segera dan berlanjut pada
kondisi pemulihan setelah operasi. Penelitian ini merupakan
Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian dengan menggunakan
maka penerapan model konsep Need for pendekatan studi kasus. Populasi dalam
Help dari Wiedenbach dapat menjadi penelitian ini adalah ibu hamil yang
pilihan untuk membantu ibu hamil dirawat di RS. Marzoeki Mahdi Bogor
dengan PEB pada fase akut dan dan RSUP. Ciptomangunkusumo
emergency. Ibu memerlukan Jakarta dengan pre eklampsia berat.
penanganan segera untuk mengatasi Besar sampel dalam penelitian ini
masalah fisik dan psikologis, kemudian sejumlah 5 responden. Teknik
pada tahap selanjutnya perlu dilakukan pengambilan sampel yang digunakan
evaluasi terus menerus untuk melihat adalah purposive sampling. Analisa
keefektifan penggunaan model konsep data yang digunakan adalah deskriptif
tersebut serta menilai keefektifan sedangkan alat pengumpul data yang
bantuan keperawatan yang telah digunakan adalah pedoman wawancara.
diberikan.
Setelah fase kegawatan teratasi, HASIL DAN PEMBAHASAN
dimana ibu dengan pre eklampsia berat 1. Karakteristik Responden
dilakukan terminasi kehamilan baik
secara normal (persalinan pervaginam) Tabel 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia
maupun persalinan dengan section
caesarea, maka perawat dihadapkan Tingkat Frekuensi Prosentase
pada kondisi pasien postpartum beserta Pendidikan (%)
dengan bayinya. Asuhan keperawatan 27 tahun 1 20 %
maternitas dalam menangani klien 29 tahun 1 20 %
postpartum dapat dilakukan dengan 34 tahun 1 20 %
40 tahun 1 20 %
mengaplikasikan model konseptual self
42 tahun 1 20 %
care menurut Orem. Konsep model self Jumlah 5 100 %
care memandang bahwa setiap individu
mempunyai kemampuan dan potensi
untuk merawat dirinya sendiri dan Berdasarkan pada tabel 1 di atas
mencapai kesejahteraan (Tomey, 2006). dapat diketahui bahwa ada dua
Perubahan yang terjadi selama periode responden yang berada pada usia kritis
postpartum menyebabkan penurunan untuk hamil (40%) yaitu pada usia
kemandirian klien untuk memenuhi diatas 35 tahun.
kebutuhannya. Perawat berperan
membantu meningkatkan kemandirian Tabel 2. Karakteristik Responden
klien untuk memenuhi kebutuhan self Berdasarkan Status Obstetri
care nya melalu proses belajar atau
latihan dalam bentuk perawatn diri, Jenis Frekuensi Prosentase
Pekerjaan (%)
menciptakan lingkungan yang Primigravida 1 20 %
memfasilitasi tercapainya kemandirian Multigravida 4 80 %
sehingga peran perawat dari memberi Jumlah 5 100 %
Berdasarkan pada tabel 2 di atas mg/24 jam atau lebih besar atau sama
dapat diketahui bahwa sebagian besar dengan positif dua pada pemeriksaan
responden adalah multigravida yaitu dipstick) (Cunningham et al, 2006 ;
sejumlah 4 orang (80%). Reeder et al, 2011; Prawirohardjo,
2008).
Tabel 3. Karakteristik Responden Faktor resiko terjadinya pre
Berdasarkan Usia Kehamilan eklampsia berat tergambar jelas dari
kelima kasus yang residen kelola, yaitu
Usia Frekuensi Prosentase usia, paritas. Usia kelima klien berada
Kehamilan (%) pada rentang usia antara 29-40 tahun,
37 minggu 1 20% dengan status obstetri multiparitas dan
38 minggu 2 40% satu orang klien dengan status obstetri
40 minggu 1 20%
primipara. Kondisi ini ternyata berbeda
41 minggu 1 20%
Jumlah 5 100 % dengan teori yang menjelaskan bahwa
seiring dengan pertambahan usia
Dari tabel 3 dapat diketahui mempunyai resiko lebih besar
bahwa sebagian besar responden mengalami pre eklampsia (Cuningham
mengalami pre eklalmpsia berat pada et al, 2006). Analisa baru yang residen
usia kehamilan diatas 37 minggu. Pre peroleh adalah ternyata pre eklampsia
eklampsia berat merupakan bagian dari berat dapat terjadi pada semua rentang
gangguan hipertensi yang menjadi usia dengan variasi gravida (multi
penyulit kehamilan yang sering maupun primi).
dijumpai dan termasuk salah satu Pendekatan asuhan keperawatan
diantara tiga trias mematikan, bersama dengan konsep need for help pada
dengan perdarahan dan infeksi, yang kondisi pre eklampsia berat tahap akut
banyak menimbulkan morbiditas dan mampu mengidentifikasi kebutuhan ibu
mortalitas pada ibu hamil (Cunningham dengan kondisi kegawatan. Semua klien
et al, 2006). datang dengan kondisi tekanan darah
Lima kasus pre eklampsia berat diatas 160/110 mmHg, edema dan
yang dikelola semuanya terjadi pada ibu proteinuria. Klien mengeluh nyeri
multipara dengan rentang usia antara 29 kepala, pada kasus Ny SM, klien
– 40 tahun. Dari hasil pengkajian mengalami edema paru yang
sebagian klien menderita pre eklampsia menyebabkan Ny SM datang dengan
berat pada usia kehamilan trimester kondisi sesak berat (RR 32 x/menit,
ketiga. Dari kelima klien, semuanya nadi : 126 x/menit, DJJ 160 x/menit).
mempunyai riwayat menggunakan Pada kondisi emergency, diagnosa
metode kontrasepsi hormonal (KB keperawatan utama yang dirumuskan
suntik). Semua klien datang dengan adalah gangguan perfusi jaringan
kondisi tekanan darah diatas 160/110 serebral berhubungan dengan
mmHg, edema dan proteinuria. Usia vasospasme akibat pre eklampsia berat,
kehamilan klien diatas 37 minggu dan resiko cedera pada janin berhubungan
dilakukan terminasi kehamilan.Hal ini dengan perfusi plasenta yang tidak
sesuai yang dijelaskan dalam literature, adekuat, resiko cedera (maternal)
bahwa yang disebut dengan pre berhubungan dengan efek pre
eklampsia berat jika tekanan darah lebih eklampsia, pengobatan atau komplikasi
besar atau sama dengan 160/110 mmHg pre eklampsia berat, cemas
pada usia kehamilan diatas 20 minggu, berhubungan dengan kemungkinan efek
adanya edema dan proteinuria (300 PIH pada diri dan janin, kurang
pengetahuan berhubungan dengan bersalin dan rumah sakit yang memiliki
kurang informasi mengenai PIH dan unit perawatan intensif bagi ibu maupun
pengobatannya. Pada klien Ny SM, bayi, tempat yang memungkinkan untuk
klien mengalami sesak nafas, sehingga dilakukan pengamatan ketat dan
residen merumuskan diagnose tersedia obat-obatan emergensi.
keperawatan gangguan pola nafas Farmakologi pilihan yang
berhubungan dengan edema paru diberikan pada klien pre eklampsia
(Doenges, 2001). untuk mencegah kejang adalah MgSO4
Dalam kondisi akut hipertensi, selama periode perinatal sampai dengan
tindakan keperawatan yang telah dua hari postpartum. Pemberian MgSO4
dilakukan adalah menempatkan klien sampai dua hari postpartum bertujuan
pada lingkungan yang kondusif dan untuk mencegah terjadinya eklampsia
aman, mengatur posisi klien elevasi pada 48 jam postpartum (Bobak, 2005).
kepala 30’, memberikan oksigen 3-4 Magnesium memiliki efek menghambat
l/menit. Kolaborasi pemberian pelepasan neorotransmiter otak
antihipertensi (nifedipin 4x10 mg), (memperlambat impuls saraf) dan
MgSO4 dengan dosis awal 4 gram (10 menurunkan eksitabilitas serat otot
cc) diencerkan dengan aquadest 10 cc terhadap stimulasi langsung sehingga
diberikan dalam 15 menit dan lanjutkan dapat menyebabkan otot polos menjadi
dengan dosis pemeliharaan: 6 gram relaks (vasodilatasi dan menurunkan
MgSO4 40% (15 cc) dalam infuse RL kontraksi uterus). Pengkajian
500 cc, berikan 14 tetes per menit, menyeluruh terhadap refleks klien harus
antioksidan : NAC (Fluimucyl) 3x600 dilakukan sebelum dan selama
mg per oral, Vit C 2x400 mg, Vit E 1 x pemberian MgSO4 untuk memantau
400 mg per oral. Melakukan observasi kadar efek obat pada system saraf dan
keadaan umum klien, tanda-tanda menjaga konduktivitas yang adekuat
intoksikasi MgSO4 dan tanda-tanda untuk mempertahankan upaya bernafas
vital (tekanan darah, nadi, RR dan suku) (Reeder, et al, 2011).
tiap jam. MgSO4 diberikan untuk
Pada pre eklampsia berat, mencegah kejang dengan dosis awal 4-6
pelahiran selalu merupakan terapi yang gram diberikan selama 15-20 menit
tepat bagi ibu hamil. Dilemma yang melalui intravena, karena injeksi yang
berkaitan erat dengan janin adalah terlalu cepat dapat menyebabkan rasa
ketika usia gestasi kurang dari 25 hangat/panas yang menimbulkan rasa
sampai 30 minggu, maka resiko tidak nyaman akibat vasodilatasi. Untuk
kelahiran premature akan sangat besar mengurangi rasa tidak nyaman ini dapat
pada janin. Penatalaksanaan konservatif dilakukan kompres pada lengan kanan
masih menimbulkan kontroversi dan atas dengan menggunakan air bersuhu
hanya sesuai apabila dilakukan kamar. Pemberian lanjutan MgSO4
pengamatan yang ketat terhadap kondisi adalah 6 gram MgSO4 40% (15 cc)
ibu dan kondisi janin tanpa ada tanda- dalam infuse RL 500 cc, berikan 14
tanda gawat janin, retardasi tetes per menit. Monitor terhadap efek
pertumbuhan janin/intra uterine growth pemberian MgSO4 harus dilakukan
retardation (IUGR) atau perburukan secara ketat. Antara lain relaksasi otot,
penyakit ke tahap yang lebih serius paralisis respiratori dan meningkatnya
(Reeder, et al, 2011). retensi garam, yaitu dengan memonitor
Ibu hamil dengan pre eklampsia tanda-tanda vital secara ketat ;
berat harus segera dirujuk ke kamar penghitungan frekuensi bernafas dan
nadi yang dihitung dalam satu menit edema paru yang baru muncul (Reeder,
penuh, mengukur produksi urine tiap 30 et al, 2011). Therapy diuretic dapat
menit – 2 jam sekali. Bila urine output diberikan, yaitu pemberian furosemide
kurang dari 25-30 ml/jam (urine output (Lasix) dan dikombinasikan dengan
secara normal 1 cc/kgBB/jam, pembatasan cairan 50-80 ml/jam telah
Perry&Potter), segera lapor dokter. Cek berhasil digunakan pada klien yang
refleks tendon, posisikan klien miring mengalami PIH basah (edema) (Reeder,
kiri untuk meningkatkan perfusi ginjal. et al, 2011). Furosemide bekerja pada
Untuk mengantisipasi adanya efek tubulus ginjal dengan cara mengurangi
pemberian MgSO4, maka perlu resorpsi aktif natrium dan klorida dalam
disediakan antidote MgSO4 yaitu cabang asenden gelung henle. Larutan
kalsium glukonas. ini kemudian akan bekerja sebagai agen
Pada pre eklampsia berat ketika osmotic yang mencegah penyerapan
tekanan darah diastolic melebihi 100 kembali (Guyton, 1991).
sampai 110 mmHg, obat antihipertensi Kesejahteraan janin merupakan
dapat diberikan dengan tujuan untuk masalah yang terus menerus harus
mengurangi tekanan darah perifer, diperhatikan pada penatalaksanaan klien
mengurangi beban kerja ventrikel kiri pre eklampsia berat. Denyut jantung
dan meningkatkan aliran darah ke janin harus dikaji dengan menggunakan
uterus dan system ginjal serta untuk pemantauan elektronik eksternal yang
mengurangi resiko cedera pada continue (CTG) karena banyak obat-
serebrovaskuler. Therapy antihipertensi obatan dapat mempengaruhi kondisi
diharapkan dapat menurunkan tekanan janin.
distolik sampai 90 hingga 100 mmHg. Tanpa melihat keparahan pre
Obat yang diberikan adalah nifedipin eklampsia, klien harus dilakukan tirah
yang merupakan penyekat saluran baring (bedrest total), oleh karena itu
kalsium yang diberikan secara oral pemenuhan kebutuhan ADL klien juga
dengan dosis 10 mg. Tekanan darah ibu menjadi tanggung jawab perawat. Pada
harus dipantau setiap 2-3 menit setelah klien Ny R, klien mendapat therapy
pemberian dosis awal, kemudian setiap konservatif. Klien bedrest total selain
5-10 menit sampai krisis hipertensi mendapat therapy antihipertensi dan
stabil (Reeder, et al, 2011). Tanda dan antikonvulsan serta therapy untuk
gejala pre ekampsia berat biasanya akan mempercepat proses persalinan dengan
berkurang secara cepat setlah proses pematangan cervik melalui pemberian
persalinan, tetapi bahaya kejang masih mesoprostol kemudian dilanjutkan
belum terlewati sampai 48 jam pasca dengan induksi oksitosin. Tekanan
partum. Oleh karena itu pemberian obat darah Ny R menurun secara bertahap
anti sedasi tetap diberikan sampai 48 (150/100) dan Ny R dapat melahirkan
jam setlah persalinan. Tekanan darah bayinya secara pervaginam di kamar
dan gangguan fungsi normal lainnya eklampsia dengan jenis kelamin laki-
akan kembali normal dalam 10 hari laki.AS 9/10, berat lahir 3400 gram
sampai 2 minggu pascapartum (Reeder, panjang 48 cm, plasenta lahir lengkap,
et al, 2011). spontan, perdarahan 200 cc.
Pada klien Ny SM, mengalami Pada fase pemeliharaan, kondisi
edema paru dan ketika dipasang dower Ny SM membutuhkan pertolongan
catheter selama 30 menit, tidak ada
penuh dari perawat (Wholly
urine yang keluar. Oliguria yang
muncul dapat merupakan tanda adanya Compensatory Nursing System. Beda
dengan Ny R yang lebih pada
pemenuhan kebutuhan yang sifatnya pembuluh darah ke otak, maka
Supportive - Educative System, dimana penggunaan vacuum menjadi
klien mampu melakukan dan belajar pertimbangan untuk dilakukan.
untuk melakukan self care nya. Klien Persalinan dengan section caesarea
membutuhkan bantuan untuk membuat dilakukan bila tidak terjadi kemajuan
keputusan, mengendalikan perilakunya persalinan atau terjadi perburukan pre
dan mendapatkan pengetahuan dan eklampsia berat (terjadi gawat janin).
ketrampilan Model konsep Widenbach dengan
Therapy diet pada klien pre teorinya “Need for help” mampu
eklampsia juga menjadi perhatian memberikan kenyamanan dan
perawat, yaitu dengan berkolaborasi keamanan ibu hamil dengan
dengan ahli gizi untuk memberikan diet preeeklampsia berat , sehingga pasien
tinggi protein dan tinggi kalori. Natrium dengan segera mempunyai kemampuan
dipertahankan pada anjuran kecukupan untuk mencapai kondisi adaptif. Teori
diet normal yaitu 2,5 – 7 gram per hari. ini juga membantu ibu meningkatkan
Klien dianjurkan untuk tidak koping dalam mengatasi masalah
menambahkan garam ke dalam psikologis karena proses persalinan
makanannya dan menghindari makanan yang sulit (operasi) maupun resiko
dengan kadar natrium yang tinggi terhadap kehilangan bayi dan atau
(Reeder, et al, 2011). melahirkan bayi premature. Tiga tujuan
Peran serta keluarga (support yang dikemukakan Wiedenbach dalam
system) merupakan suatu hal yang membantu klien yaitu : (1) mengatasi
diperlukan untuk menurunkan tingkat kegawatan ibu, (2) menurunkan
kecemasan klien dengan pre eklampsia kecemasan akibat kehilangan, (3)
berat (Dick & Read dalam Bobak, membangun koping yang efektif
2006). Kenyataan di lapangan baik di menghadapi kegawatan dan kehilangan
RS Marzoeki Mahdi maupun RSUPN dengan melakukan kolaborasi,
Cipto Mangunkusumo, peran serta koordinasi, dengan tim kesehatan
keluarga dalam penanganan kondisi lainnya sehingga klien mendapatkan
akut klien belum dapat dilakukan secara tindakan yang tepat sesuai dengan
optimal. Hal ini mengingat RS belum prosedur penanganan dengan pre
mempunyai ruang bersalin yang cukup eklampsia berat.
menunjang privacy klien (ruang Setelah melewati fase akut, yaitu
bersalin digunakan untuk beberapa ketika klien sudah mencapai status
orang dan hanya ditutup tirai untuk hemodinamik yang stabil atau karena
menutup klien satu dengan yang analisa terhadap kondisi ibu dan janin
lainnya). sehingga dibuat keputusan untuk
Terminasi kehamilan dilakukan dilakukan terminasi, maka klien
dengan persiapan kelahiran secara memasuki fase pemeliharaan. Konsep
spontan bila kondisi tekanan darah ibu self care dipilih untuk dapat
stabil dan terjadi kemajuan persalinan memfasilitasi pemberian asuhan yang
dengan adanya pembukaan serviks dan komprehensif pada ibu postpartum.
penurunan kepala janin. Untuk Pada lima kasus yang dikelola, empat
mengurangi tenaga ibu pada saat klien dilakukan terminasi dengan
persalinan pervaginam dan menghindari section caesarea dan satu orang klien
tekanan yang berlebih pada saat dapat melahirkan secara normal.
melahirkan yang akan mempengaruhi Model konsep self care Orem
stabilitas pembuluh darah terutama
memandang bahwa setiap individu
mempunyai kemampuan dan potensi DAFTAR PUSTAKA
Bobak I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen,
untuk merawat dirinya sendiri dan
M.D., Perry, S.E. (2005). Buku Ajar
mencapai kesejahteraan. Keperawatan
Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
diberikan bila
Alih bahasa: Maria & Peter.
berkurang
Jakarta: EGC
kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan self care sesuai dengan self Cunningham, et al (2006). Williams
care demand-nya (Tomey & Alligood, Obstetri. Volume 1. EGC.
2006). Asuhan keperawatan yang Jakarta
diberikan untuk mencapai kemandirian
klien dapat diberikan secara total Departemen Kesehatan RI. (2007).
Rencana Pembangunan
(Wholly Compensatory Nursing
Kesehatan Tahun 2005-2009.
System), perawatan sebagian Partly
Compensatory Nursing System atau
hanya pada tindakan supportive dan
educative saja.

SIMPULAN
Penerapan model konsep Need for Help,
sangat tepat dilaksanakan pada
pengelolaan ibu hamil dengan PEB
dalam kondisi emergency, yang
bertujuan untuk mengatasi masalah fisik
dan psikologis agar ibu dan keluarga
dapat membangun koping yang adaptif
terhadap perubahan yang terjadi.
Setelah ibu dilakukan terminasi
kehamilan, maka perawat dihadapkan
pada kondisi pasien postpartum beserta
bayinya. Asuhan keperawatan
maternitas dalam menangani klien
postpartum dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan model konseptual self
care menurut Orem.
Departemen Kesehatan Orem , D.E. (2001). Nursing concepts of
Cetakan ke dua. practice. Philadelphia: Mosby
Departemen Kesehatan. (2011). Lima Year Book Inc
Strategi Operasional
Turunkan Angka Kematian Ibu Prawirohardjo, Sarwono. (2010).
Ilmu Kebidanan. PT Bina
(online).
Pustaka, Jakarta
http://www.depkes.go.id/index Pilliteri. (2003). Maternal and child
.p hp/berita/press- Health Nursing. Care of
release/1387- lima-strategi- Childbearing and Childrearing
operasional- turunkan-angka- Family. 3rd edition. Lippincott
kematian- ibu.html. diakses
tanggal 16 Mei 2011 Reeder. (2011). Keperawatan
Maternitas, Kesehatan Wanita
Gilbert & Harmon. (2003). Manual
of high risk pregnancy and
delivery. 3rd ed. St. Louis:
Mosby

Knuppel & Drukker. (1993). High


Risk Pregnancy, a team
approach, second edition,
WB Saunder Company

Kumar, Ashok., et al. (2009).


Calcium supplementation for
the prevention of pre
eclampsia.
International Journal pf
Gynecology and Obstetrics
104 (2009) 32-39.
http://www/healthsystemspak.c
o
m/documents/Calciumsupple
me
ntationforthepreventionofpre-
eclampsia.pdf. diakses tanggal
12 Mei 2011
Mochtar., Roestam (1998).
Synopsis obstetri. EGC.
Jakarta
Novita., Regina. (2011).
Keperawatan Maternitas.
Ghalia Indonesia. Jakarta
KEMAS 9 (2) (2014) 197-205

Jurnal Kesehatan Masyarakat

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

EVALUASI KEBIJAKAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DALAM


PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DI INDONESIA

Helmizar

Jurusan Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Adanya kenyataan bahwa AKI meningkat progresif, walaupun telah dibentuk suatu
kebijakan jampersal. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan dan
Diterima 14 November 2013 menganalisis evaluasi implementasi kebijakan Jampersal ditingkat pelayanan
kesehatan ibu hamil dan melahirkan dan dukungan pemerintah daerah kabupaten-
Disetujui 28 November 2013 kota serta stake holder lainnya. Analisis evaluasi kebijakan menggunakan metode
observasional prospektif, dengan pendekatan analisis semi kuantitatif kualitatif. Hasil
Dipublikasikan Januari 2014
analisis dari beberapa aspek kebijakan meliputi pengambil atau pembuat keputusan,
pelaksana kebijakan, lingkungan kebijakan, penerima kebijakan, dan dampak
Keywords: kebijakan. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kebijakan Jampernal belum
MDGs; mampu mencapai hasil yang diharapkan dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
MMR; IMR; dan Angka Kematian Bayi (AKB), bahkan kenyataan yang dihadapi saat ini
menunjukan hasil yang negatif terhadap tujuan yang hendak dicapai. Perlunya
Jampersal. peningkatan payung hukum kebijakan Jampersal dalam bentuk Instruksi Presiden
(INPRES), sehingga akan mengikat para pelaku kebijakan yang terkait di kabupaten-
kota.

EVALUATION ANALYS OF JAMPERSALPOLICY TO DECREASED


MATERNAL AND INFANT MORTALITY RATE IN INDONESIA

Abstract
The fact maternal mortality rate increased progressively although the system has
been established of universal delivery coverage (Jampersal) policy, so that the purpose
of this study was analyze evaluation of the policy implementation of universal delivery
coverage (Jampersal) in health maternal pregnancy and implication supporting from
government and other stakeholders in city-district level. Evaluation analysis of the
implementation of Jampersal policy used prospective observational method and used
qualitative and quantita- tive analysis. The results of the analysis showed that some
aspects of the policy include mak- ing or policy-makers, policy implementers, policy
environment, recipient policies, and the impact of policies. The result of analysis can
be concluded that the policy Jampersal not been able to achieve the expected results
in decrease mother mortality rate (MMR) and infant mortality rate, even the current
reality was showed the negative results from objectives to be achieved. The needed
for increased legal protection in the form of policy Jampersal such as Presidential
Instruction (INPRES) , so it will be binding on the relevant stakeholders in districts and
cities.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi:
ISSN 1858-1196
Kampus FKM Universitas Andalas,

Jln.Perintis Kemerdekaan No.94 Jati-Padang, Sumatera


Barat Email :eelbiomed@gmail.com
Pendahuluan ranking HDI diantara ne- gara di dunia,
yaitu Malaysia (64), Thailand
Pembangunan kesehatan adalah (103) dan Singapura (26), sedangkan
bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia berada pada ranking ke 121 dari
pembangunan na- sional yang bertujuan 187 negara di dunia pada tahun 2011.
meningkatkan kesa- daran, kemauan dan (BAPPENAS, 2011)
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang Untuk mempercepat penurunan AKI
agar terwujud derajat keseha- tan dan AKB yang masih tinggi itu, maka
masyarakat yang setinggi-tingginya. Kese- Menteri Kesehatan pada tahun 2011
hatan memiliki peran ganda dalam mengeluarkan Ke- bijakan yang dikenal
pembangu- nan nasional, oleh karena di dengan Jaminan Persali-
satu sisi kesehatan merupakan tujuan dari
pembangunan, sedang disisi yang lain
kesehatan merupakan modal dasar dalam
pembangunan nasional (Depkes, 2006).
Pengertian sehat seperti yang
tercantum dalam UU No 36 tahun 2009
adalah keadaan sehat yang meliputi fisik,
mental, spiritual mau- pun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekono- mis.
Definisi sehat menurut UU No 36/2009 itu
mirip dengan definisi sehat menurut
WHO, yaitu kondisi sempurna baik fisik,
mental dan sosial, tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan.
Untuk menilai derajat kesehatan
suatu bangsa WHO dan berbagai lembaga
Interna- sional lainnya menetapkan
beberapa alat ukur atau indikator, seperti
morbiditas penyakit, mortalitas kelompok
rawan seperti bayi, balita dan ibu saat
melahirkan. Alat ukur yang paling banyak
dipakai oleh negara-negara didunia
adalah , usia harapan hidup (life
expectancy), Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) . Angka-
angka ini pula yang men- jadi bagian
penting dalam membentuk indeks
pembangunan manusia atau Human
Develop- ment Index (HDI), yang
menggambarkan ting- kat kemjuan suatu
bangsa.
Indonesia sebagai sebuah negara
besar dengan penduduk terbesar keempat
setelah India, China dan USA masih
sangat tertinggal dalam pembangunan
sektor kesehatan, seperti dapat dilihat dari
nan (Jampersal) yang berkaitaan dengan tentang evaluasi implementasi Jamper- sal
mem- beri kemudahan untuk mendapat di tingkat Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil,
akses ke pelayanan kesehatan. Kebijakan yang meliputi antenatal care, pertolongan
Jampersal ini diperkuat dengan per- salinan, perawatan nifas dan
Permenkes No 2562 tahun 2011 tentang perawatan neona- tus serta evaluasi
Jaminan Persalinan (Jampersal). dukungan pemerintah daerah kabupaten-
Untuk mengawal kota dan stake holders lainnya.
pelaksanaan/imple- mentasi kebijakan
Jampersal itu dilapangan maka Metode
Permenkes No. 2562/ MENKES/ PER/
Analisis evaluasi kebijakan Jampersal
XII/ 2011 merupakan petunjuk Teknis
ini
dari Kebijakan Jaminan Persalinan.
Dalam per- timbangannya Permenkes No.
2562/ 2011 itu ditegaskan bahwa: 1)
Dalam rangka menu- runkan angka
kematian ibu dan anak serta mempercepat
pencapaian tujuan MDG’s telah
ditetapkan kebijakan bahwa setiap ibu
yang melahirkan, biaya persalinannya
ditanggung oleh Pemerintah melalui
Program Jaminan Persalinan dan 2) Agar
program jaminan per- salinan dapat
berjalan efektif dan efesien diper- lukan
petunjuk teknis pelaksanaan.
Walaupun kebijakan Jampersal itu
di- luncurkan dengan tujuan yang sangat
jelas, yaitu untuk menurunkan angka
kematian ibu (AKI), dan Angka kematian
bayi (AKB), akan tetapi yang terjadi
justru sebaliknya, dimana AKI yang pada
tahun 2007 adalah 228/100.000 kelahiran
hidup, ternyata dari data SDKI pada tahun
2012 menunjukan AKI naik secara men-
jadi progresif menjadi 359/100.000
kelahiran hidup.
Kenyataan yang ada AKI tidak
turun sesuai target yang telah ditetapkan,
bahkan pada survey-survey tahun 2012
justru AKI makin tinggi, sehingga banyak
pertanyaan yang mun- cul berkaitan tidak
sesuainya harapan dengan fakta di
lapangan, sehingga perlu dilakukan kajian
atau analisis evaluasi kebijakan publik,
khusus tentang “Kebijakan Jampersal”
dalam rangka penurunan angka kematian
ibu dan bayi di Indonesia. Analisis
evaluasi kebijakan Jampersal ini
bertujuan untuk diperolehnya in- formasi
mengunakan metode observasional Informasi untuk menganalisis
prospektif dengan mengikuti perjalanan kebijakan Jampersal diperoleh melalui
dan implemen- tasi kebijakan dengan beberapa pen- dekatan sebagai berikut :
menganalisis dampak kebijakan terhadap (1) Kajian literatur tentang isu strategis
isu strategis yaang menjadi masalah yang berkaitan dengan kebijakan Jampersal,
utama , yaitu tingginya AKI dan AKB, (1) Kajian tentang pola analisis kebijakan ber-
serta faktor-faktor yang mempengaruhi dasarkan konsep dan pemikiran pakar kebija-
imple- mentasi kebijakan tersebut yaitu : kan publik, (3) Analisis temuan penulis dalam
(1) Permasalahan yang berhubungan melakukan penelitian dalam 3 tahun terakhir
dengan pelaksanaan Jampersal berdasarkan bersama Tim Peneliti Pusat Studi Kesehatan
studi literatur dan pengalaman dari studi-studi Masyarakat Universitas Andalas yang beker-
lapangan berkaitan dengan KB-Kependudukan jasama dengan BKKBN Perwakilan Provinsi
yang berhubungan dengan kehamilan dan per- Sumatera Barat.
salinan dan pernah dilakukan tahun 2012 di Analisis data dengan mengunakan
Provinsi Sumatera Barat me- tode analisis semi kuantitatif
(1) Kebijakan yang pernah dibuat Pemda kualitatif dengan cara membandingkan
kab-kota yang berakibat buruk terhadap Kebi- data-data laporan na- sional dengan data-
jakan Jampersal, seperti Perda Kab-Kota yang
data hasil pengumpulan data primer
berhubungan pengobatan gratis
terkait keluarga berencana, keseha- tan
(2) Hasil kebijakan Jampersal dalam me-
mecahkan masalah tingginya angka kematian
ibu dan bayi di Propinsi Sumatera Barat.
ibu dan angka kematian bayi dengan menga-
nalisis hasil SDKI tahun 2012 dan studi-studi Hasil dan Pembahasan
lainnya yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan dan KB Kependudukan. Kebijakan Jampersal adalah sebuah
ke- bijakan publik, karena Kebijakan
Jampersal
Gambar 1. Latar belakang masalah
adalah sebuah kebijakan pemerintah, hal dalam UU No 32/2004 ten- tang
pemerintah daerah, pada pasal 14 huruf
yaitu Kementerian Kesehatan yang
bertujuan untuk kepentingan orang e, yang berbunyi “Urusan wajib yang
menjadi kewenangan pemerintahan
banyak (publik), seperti yang
didefinisikan oleh banyak pakar kebija- daerah untuk ka- bupaten/kota
merupakan urusan yang berskala
kan publik, khususnya kebijakan untuk
menu- runkan angka kematian ibu dan kabupaten/kota meliputi (c) penanganan
bi- dang kesehatan . Pasal 22 huruf (c),
angka kema- tian anak.
Menurut pakar Kebijakan Publik,
tentang pe- nyediaan fasilitas kesehatan.
penger- tian kebijakan publik adalah “segala Dengan demikian maka pemerintah
sesuatu yang dikerjakan oleh pemerintah, kabupaten-kota mempunyai
mengapa mereka melakukan agar hasilnya kewenangan mengurus masalah
membuat se- buah kehidupan yang lebih baik”. kesehatan di
Sesuai dengan pandangan pakar tersebut
maka analisis kebija- kan publik, dalam hal ini
Kebijakan Jampersal dapat dilakukan melalui
analisis beberapa as- pek dari kebijakan itu,
yaitu: 1) Pengambil atau pembuat keputusan,
2) Pelaksana Kebijakan, 3) Lingkungan
kebijakan, 4) Penerima Kebijakan

, 5) Dampak Kebijakan terhadap isu


strategis yang menyebabkan dibuatnya
kebijakan terse- but (Elgar, 2005; Baggot,
2010)
Latar belakang dikeluarkannya
Kebi- jakan Jampersal seperti terlihat
pada bagan gambar 1. Upaya untuk
menurunkan angka kematian ibu dan
kematian bayi yang sangat tinggi itu
dikeluarkan dalam bentuk Kebijakan
Pemerintah melalui Peraturan Menteri
Keseha- tan nomor 2562/
Menkes/Per/XII/2011 Ten- tang Petunjuk
Teknis Jaminan Persalinan. Ke- bijakan
Jampersal itu memberi jaminan pada
seluruh ibu hamil dengan pelayanan
antenatal care (ANC), partus dan post
partus dengan gra- tis, termasuk
pemakaian alat kontrasepsi pasca partus.

(1) Pembuat Kebijakan Jampersal


Pembuat Kebijakan adalah
Menteri Kesehatan dengan payung
Hukum Peraturan Menteri Kesehatan
(PMK) No 2562/Menkes/
Per/XII/2011, yang isinya berupa
petunjuk teknis bagi pelaksana
kebijakan Jampersal di lapangan Pada
pelaksana pelayanan kesehatan di lapangan
daerahnya, termasuk hal-hal yang secara
teknis tercantum dalam PMK No (3) Penerima Manfaat dari Kebijakan Jamper-
2562/Menkes/ Per/ XII/201. sal (Kelompok sasaran)
Penerima manfaat dari kebijakan
(1) Pelaksana Kebijakan Jampersal
Jamper- sal adalah masyarakat banyak
Pelaksana kebijakan Jampersal (publik), khu- susnya wanita hamil, yang
adalah Unit-Unit Pelayanan kesehatan,
sangat sedikit sekali mendapat informasi,
mulai yang ter- bawah (pelayanan sosialisasi ataupun penyuluhan (KIE)
kesehatan primer) Polindes, Puskesmas,
tentang tujuan dan substan-
Rumah sakit pemerintah/swasta, Praktek
dokter/bidan swasta dll (Poned dan
:Ponek), seperti bidan/ perawat , dokter
umum, dokter spesialis kebidanan yang
terikat kepada aturan yang dibuat oleh
Pemda kab-kota, seba- gai tindak lanjut
dari kewenangan yang dimi- likinya
sesuai dengan UU No 32/2007 tentang
Pemerintah daerah.

(2) Lingkungan Kebijakan Jampersal


Lingkungan kebijakan adalah daerah
kabupaten-kota di seluruh Indonesia
dengan kewenangan yang telah dimiliki
oleh pemerin- tah daerah kabupaten-
kota sesuai dengan UU No 32/2007
tentang Pemerintah daerah yang harus
tunduk kepada peraturan per- UU an
yang berlaku atau diberlakukan sebagai
tindak lanjut dengan UU tersebut.
Berkaitan dengan UU No 32/2007
itu, kabupaten-kota telah menyusun
RPJMD, Ren- stra dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) tiap Satuan
Kerja Pemerintah Daerah (SKPD),
khususnya tentang kesehatan, seperti
Perda berobat gratis untuk warga Kab-
kota), Perda tentang Pengelolaan
Keuangan daerah, dll. Dengan demikian
maka SKPD Kesehatan seperti Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Dinas
Kesehatan Daerah dengan jajaran- nya
sampai ke Puskesmas dan Polindes ,
Prak- tek Bidan dan Rumah Bersalin
Swasta harus tunduk kepada Perda-
Perda yang ada di dae- rah kerjanya,
sehingga PMK No 2562 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jampersal
lebih banyak diabaikan oleh para
si Jampersal pada umumnya. Informasi
banyaknya dukun tidak terlatih yang
yang sampai ke kelompok sasaran hanya
memberi- kan jasa pemeriksaan kehamilan
tentang ANC, Persalinan, Nifas dan
dan pertolongan persalinan (Mariati U,
pelayanan keseha- tan neonatal untuk
2011; Isti M, 2011; Um- mul, 2011).
masyarakat secara gratis. Masyarakat
penerima adalah Penerima man- faat atau (4) Dampak Kebijakan Jampersal Terhadap
sasaran kebijakan tidak paham ten- tang Kesehatan Ibu dan Anak
tujuan, substansi kebijakan dan dampaknya Kebijakan Jampersal tidak
terhadap kesehatan mereka. memberikan efek atau dampak yang
Hasil studi tentang pemasangan berarti terhadap kes- ehatan ibu. Dari
IUD (MKJP) yang dilakukan di RSUP informasi yang didapat tern- yata
M.Djamil Pa- dang, sebagai satu-satunya berbagai dampak yang diharapkan tidak
RS Pemerintah yang menjalankan muncul. Kebijakan Jampersal ternyata
pemasangan alat kontrasepsi pas- ca salin tidak didukung secara utuh dan
di Provinsi Sumatera Barat adalah 31.8 substansial oleh Pemda kab-kota dan
% ibu telah mencabut IUD pasca salin unit-unit kerja dibawahn- ya. Situasi ini
kurang dari 3 bulan dan >60 % ibu telah dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
mencabut IUD kurang dari 6 bulan, dan Hasil studi di beberapa negara
>80 % pencabu- tan IUD pasca Salin itu berkem- bang termasuk Indonesia telah
dilakukan di praktek bidan swasta . membuktikan bahwa hampir 35%
Hasil studi determinan penyebab kelahiran atau sekitar 200 juta kelahiran
ke- matian ibu dan kematian bayi di adalah merupakan Unmet need KB atau
Provinsi Su- matera Barat tahun 2007 terjadinya kelahiran yang disebabkan
juga menemukan besarnya kasus tidak adanya alat kontrasepsi. Tingginya
kematian ibu di rumah sakit pemerintah an- gka Unmet need KB ini sebagian
yang disebebkan oleh beberapa faktor besar dialami oleh keluarga sangat
yaitu jauhnya jarak antara rumah sakit miskin, memiliki tingkat pendidikan
dengan tempat asal rujukan ibu, rendah, tinggal di daerah miskin
keterlambatan dukun atau petugas perkotaan dan dialami wanita dibawah
kesehatan merujuk, keter- lambatan usia 19 tahun.
pengambilan keputusan oleh kelu- arga, Kebijakan Jampersal sebenarnya
kelalaian ibu dalam memeriksa diri saat meru- pakan sebuah upaya terobosan
hamil, faktor petugas rumah sakit untuk meny- iasati stagnasi dalam
(terutama rumahsakit umum daerah) yang pencapaian tujuan pem- bangunan
belum memi- liki science of crisis yang kesehatan, yang berkaitan dengan
memadai serta masih Kesehatan Ibu Anak yang juga
merupakan
Tabel 1. Pencapaian Kinerja Pelayanan Jampersal Di Indonesia Tahun 1991-2012

No Indikator 1991 2010 2012 Target MDGs

1 AKI per 100,000/KH 390 228 359 102


Kota 63.8
2 Pertolongan Persal Nakes 40.7 82.2 Desa 53.0 90.0

3 TFR 3.0 2.6 2.6 2.1


4 CU 47.1 57.4 62.0 65
5 CU MKJP 25.8 10.9 12.6
Cakupan ANC K1 75.0 92.7 73.5 95
6 56.0 61.4 62.1 90
K4
7 Unmet need KB 12.7 9.1 11.0 5
Sumber : Diolah dari laporan SDKI tahun 2007, SDKI tahun 2012 dan Riskesdas Tahun 2010 (Depkes,
2008), (Depkes, 2011b), (BKKBN, 2013)
Tabel 2. Angka kematian neonatum, post-neonatum, bayi, anak dan balita untuk
periode 10 ta- hun menurut provinsi, Indonesia Tahun 2012

Kematian Kematian Kematian Kamatian Kematian


Provinsi
neonatum post-neonatum Bayi Anak Balita
Sumatera
Aceh 28 18 47 6 52
Sumatera Utara 26 14 40 15 54
17 10 27 7 34
Sumatera Barat 15 9 24 4 28
16 18 34 3 36
Riau 20 8 29 9 37
21 8 29 7 35
Jambi 20 10 30 8 38
20 7 27 6 32
Sumatera Selatan 21 13 35 8 42

Bengkulu

Lampung

Bangka Belitung

Kepulauan Riau

Jawa
15 7 22 10 31
DKI Jakarta 17 13 30 9 38
22 10 32 7 38
Jawa Barat 18 7 25 5 30
14 15 30 4 34
Jawa Tengah 23 9 32 7 38

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten
Bali & Nusa
Tenggara

Bali 18 11 29 4 33
33 24 57 18 75
NTB 26 19 45 14 58

NTT
Lanjutan tabel 2.

Kalimantan
Kalimantan Barat
Kalimantan 18 13 31 6 37
Tengah 25 24 49 8 56
30 14 44 13 57
Kelimantan 12 9 21 10 31
Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi
23 9 33 4 37
Sulawesi Utara 26 32 58 28 85
13 12 25 13 37
Sulawesi Tengah 25 20 45 10 55
26 41 67 11 78
Sulawesi Selatan 26 34 60 11 70

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Maluku & Papua
Maluku 24 12 36 24 60
37 24 62 25 85
Maluku Utara 35 39 74 38 109
27 27 54 64 115
Papua Barat

Papua

Jumlah 20 14 34 10 43

Sumber: Arah Kebijakan dan Strategis BKKBN Tahun 2013


((BKKBN), 2012)
salah satu tujuan MDGs 2015, yaitu Asamwah, 2011).
tujuan ke 5, yaitu penurunan AKI Dengan sangat jelasnya kaitan
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup antara Kebijakan Jampersal itu dengan
dan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran Penurunan AKI dan AKB, sebagai salah
hidup. satu tujuan MDGs itu maka sangat perlu
Untuk mencapai tujuan itu ada dilakukan evaluasi dan analisis kebijakan
beberapa sasaran antara yang harus Jampersal itu.
dicapai, diantara- nya ANC, pertolongan Dibawah ini seperti yang disajikan
persalinan oleh tenaga kesehatan pada tabel 1 dan tabel 2 diperlihatkan
berkualitas, pemasangan alkon KB MKJP bagaimana tidak jalannya kebijakan itu
pasca salin, penurunan Unmet need dan dengan melihatkan variabel-variabel
lain-lain (Byrne A, 2012; Lang, 2011; utama dari kebijakan itu seba-
Lia, 2010;
(1) Tidak ada monitoring dan evaluasi program
gai berikut :
secara berkala, khususnya menyangkut ante-
(1) AKI, justru meningkat menjadi 359/
natal care (ANC) terutama yang berkaiatan
100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012), dengan 7 T, (Agus Z, 2011), (2) Hampir semua
(2) AKB hanya turun dari 34 /1000 RSUD di Provinsi Sumatera Barat tidak mel-
kelahiran hidup pada Tahun 2007 menjadi aksanakan pemasangan MKJP pasca salin, ke-
32/1000 kelahiran hidup Ta- hun 2012 cuali di beberapa di RSU Pusat. Contoh kasus
(SDKI 2012), (3) Persalinan dengan Nakes pemasangan IUD di RSUP M.Djamil Padang
hanya naik 1 %, bahkan di pedesaan keberlangsungannya hanya selama 6 bulan,
justru menurun, sejalan dengan 38.2 % telah mencabutnya sebelum 3
meningkatnya angka kemtian ibu, (4) bulan, (3) Tidak tercapainya target kinerja
Angka TFR stagnan 2.6 sejak 15 tahun Instansi terkait dalam penurunan angka
terakhir, (5) Cakupan K4 juga kematian ibu sebesar 214 per 100.000
kenaikannya tidak memberi arti yang kelahiran hidup dan angka ke-
bermak- na , (6) Peserta KB aktif
memang naik cukup tinggi menjadi 62 %,
pada tahun 2012, yaitu mendekati target
MDGs 65 %, akan tetapi ke- naikan
peserta KB dengan MKJP sebagai salah
satu variabel utama dari kematian ibu
tidak tampak sama sekali. Peserta KB
dengan MKJP (implant, MOW/MOP dan
IUD) pada tahun 2007 adalah 19.2%
tahun 2007 (SDKI 2007) menjadi 20.3 %
pada tahun 2012 (SDKI 2012), bahkan
unmet need meningkat menjadi 12 %,
sedangkan target MDGs tahun 2015
adalah 5
%. Jadi probabilitas untuk hamil lagi,
persali- nan dengana berbagai risiko
termasuk kema- tian ibu juga meningkat,
terutama di daerah pedesaan, (7)
Pemeriksaan kehamilan dan per-
tolongan persalinan dengan tenaga
kesehatan yang berkualitas juga
bermasalah, terutama di daerah
kabupaten pemekaran, rekrutmen tena- ga
kesehatan (khususnya bidan) adalah
tenaga bidan baru tamat pendidikan dari
pendidikan D3 kebidan yang tumbuh
menjamur di tanah air dalam 10-15 tahun
terakhir (Baird J, 2011).
Berdasarkan angka-angka yang
diperli- hatkan pada tabel 1 dan 2 diatas,
maka ada be- berapa hal pokok yang
terjadi pada implemen- tasi Kebijakan
Jampersal yaitu pada atau proses
pelaksanaan di tingkat lapangan,
diantaranya:
tang kinerja pelaksana di lapangan; (4) Melaku-
matian bayi sebesar 38,45 per 1.000
kan pembenahan secara bertingkat sampai ke
kelahiran hidup. (Bappeda, 2010) unit pelaku paling bawah (dokter bidan/per-
awat pelaksana).
Penutup
Daftar Pustaka
Dari uraian tentang evluasi
kebijakan Jampersal dengan memahami Agus Z, Helmizar, Syahrial, Arasy F 2011. Pengeta-
beberapa aspek dari sebuah kebijakan huan, Sikap dan Perilaku PUS Berhubungan
publik maka dapat ditarik kesimpulan Dengan Keikutsertaan Pada Program KB Di
bahwa : Kebijakan Jampersal ada- lah
sebuah kebijakan terobosan untuk
menca- pai tujuan pembangunan
kesehatan,khususnya tujuan MDGs
tahun 2015 sesuai dengan PMK No 2562
tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis
Jampersal. Pelaksana kebijakan
Jampersal adalah jajaran kesehatan dan
yang di kabu- paten-kota yang memiliki
kewenangan wajib mengurus bidang
kesehatan di walayahnya sesuai dengan
UU No 32/2007, sehingga PMK
2562/2011 tidak mempunyai kekuatan
meng- hadapi kebijakan bidang
kesehatan di kab-kota. Sosialisasi
kebijakan Jampersal sangat kurang, baik
kepada Pemda Kab-Kota dan unit-
unit pelaksana, maupun, kepada
masyarakat pemakai (beneficiaris). Ironis
sekali kenyataan yang dihadapi, bahwa
kebijakan memberikan hasil negatif
Bagaimanapun kebijakan
Jampersaal
yang sangat strategis perlu dilanjutkan,
walau- pun terlambat, diperlukan
adanya perbaikan dan penyempurnaan,
disana sini, seperti : (1) Ditingkatkan
payung hukumnya menjadi Pera- turan
Pemerintah (PP) sebagai tindak lanjut
dari UU No 36 tahun 2004 tentang
kesehatan;
(1) Perlunya peningkatan payung hukum ke-
bijakan Jampersal karena pentingnya untuk
menyelamatkan martabat bangsa dimata dunia
internasional dalam bentuk Instruksi Presiden
(INPRES), sehingga mengikat para pelaku ke-
bijakan yang terkait di kab-kota; (3) Melakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala dengan
format sederhana dengan melibatkan data ten-
Propinsi Sumatera Barat. Padang: Laporan Akhir Penelitian PSKG Unand & BKKBN Perwakilan Sumatera Barat

Asamoah, et.al. 2011. Distribution of Causes of Ma- teral Mortality Among Different Socio De- mographic Groups in Ghana, A
Descriptive Study. BMC Public Health, 11: 159

Baggot, R. 2010. Public Health: . Policy And Politics.

London: Palgrave Macmilan

Baird J, M.S., Ruger Jp. 2011. Effects of the World Bank’s maternal and child health interven- tion on Indonesia’s poor:
evaluating the safe motherhood project. Soc Sci Med, doi: 10.1016/j.socscimed.2010.04.038, 1948-55

BAPPEDA, S. 2010.RPJMD Propinsi Sumatra Barat Tahun 2011-2015. BAPPEDA Propinsi Suma- tra Barat

BAPPENAS 2011. Report on The Achievement of The Millennium Development Goals Indo- nesia, 2011. In: BAPPENAS (ed.).
Jakarta

Byrne A, M. A., Soto Ej, Dettrick Z. 2012. Context- specific, evidence-based planning for scale- up of family planning services
to increase
Lampiran 5 Jurnal Evidance Based Practice

Penerapan SMS Gateway Sebagai Media Promosi Kesehatan Ibu Hamil di Kota
Semarang

Titik Kurniawati1, Dewi Elliana2


1,2
) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang
Koresponden :kurniawati2233@yahoo.co.id

Abstrak

WHO memperkirakan 500.000 Ibu meninggal setiap tahunnya sebagai akibat


langsung dari gangguan dan penyulit kehamilan. Berdasarkan survei SDKI tahun 2012,
AKI di Indonesia mencapai 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. AKI kota
Semarang tahun 2013 adalah 29 kasus dari 26.547 jumlah KH atau 109,2 per

100.000 KH, yang antara lain 24 kasus masa nifas , 0 kasus persalinan, 5 kasus masa
hamil. Masalah penelitian adalah bagaimana perbedaan pengetahuan dan persepsi
ibu hamil terhadap penerapan Model SMS Gateway sebagai media promosi
kesehatan. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan
persepsi ibu hamil terhadap penerapan Model SMS Gateway sebagai media promosi
kesehatan. Rancangan penelitian quasi eksperimental one group prepost test design.
Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil di wilayah Puskesmas Gunung Pati Kota
Semarang sejumlah 747 ibu hamil. Sampel sebanyak 89 responden, dengan
menggunakan random sampling. Analisis pre dan post tes dilakukan dengan Uji
paired samplest-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan
pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah intervensi sms gateway
tentang tanda bahaya kehamilan dan ada perbedaan persepsi responden sebelum
dan sesudah terhadap media promkes sms gateway.

Kata Kunci: Ibu hamil, media promosi kesehatan, SMS

Implementation of SMS Gateway As Media Promotion of Maternal Health


in Semarang
Abstract

WHO estimates that each year 500,000 mother died as a direct result of the disorder
and pregnancy complications. Based on a survey of 2012 IDHS, MMR in Indonesia
reached 359 deaths per 100,000 live births. AKI Semarang in 2013 was 29 cases of

26. 547 number or 109.2 per 100,000 KH, which include 24 cases of post partum, 0
cases of childbirth, 5 cases of pregnancy. The research problem is how differences in
knowledge and perceptions of pregnant women to the application of Model SMS
Gateway as a promotional medium health. Tujuan this study to determine differences
in knowledge and perceptions of pregnant womento the SMS Gateway application
model for promoting health. Quasi-experimental research design onegroup prepost
test design. The study population was all pregnant women in Gunung Pati, Semarang
a number of 747 pregnant mothers. A sample of 89 respondents, using random
sampling. Analysis of pre- and post-tests were performed with a paired test-test
samplest The results revealed that there were differences between the respondents'
knowledge before and after the intervention sms gateway on danger signs of
pregnancy and there is no difference before and after the respondent's perception of
the media pomotion o health sms gateway.

Keywords: Pregnant women, health promotion media, SMS


Pendahuluan langsung seperti anemia, kurang energi
kronik (KEK), malaria dan penyakit
Badan Kesehatan Dunia, World
jantung. Ibu hamil termasuk kelompok
Health Organization
rawan gizi. Menurut data Riset Kesehatan
(WHO), memperkirakan
Dasar tahun 2007 terdapat 40,1% ibu
500.000 Ibu meninggal setiap tahunnya
hamil yang kekurangan gizi dan 27,7%
sebagai akibat langsung dari gangguan
terjadi Anemia gizi besi (AGB). Kematian
dan penyulit kehamilan. Angka ini
ibu akibat anemia dihubungkan dengan
muncul mayoritas dari negara- negara
berkembang (Hapsari, 2010).
Angka kematian ibu (AKI)
mencapai sekitar 600 per 100.000
kelahiran hidup. Berdasarkan survei
SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia
mencapai 359 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Jumlah ini meningkat
dibanding data SDKI tahun 2007 yang
besarnya 228 kematian, dan masih
merupakan yang tertinggi di Asia
(Depkes RI, 2013).
Data dari Dinas Kesehatan Kota
Semarang tahun 2013, AKI kota
Semarang 29 kasus dari 26.547 jumlah
KH atau 109,2 per 100.000 KH, yang
antara lain 24 kasus masa nifas , 0 kasus
persalinan, 5 kasus masa hamil.
Penyebabnya eklampsi 45,10%,
perdarahan 23,2%, penyakit
21,9%, lain-lain 6,2%, infeksi 3,6%
(DKK
Semarang, 2013).
Penyebab kematian Ibu terjadi
akibat komplikasi langsung obstetri
sebesar 80%, terutama pendarahan
(25%), infeksi atau sepsis (15%), aborsi
tidak aman (13%), praeklampsia dan
eklampsia (12%), serta partus lama atau
partus macet (8%) sisanya 20%
kematian ibu terjadi secara tidak
kegagalan jantung, shock atau infeksi Pengetahuan atau kognitif
akibat rendahnya daya tahan tubuh. merupakan faktor penting dalam
Hal ini juga mempengaruhi terbentuknya perilaku, jika Ibu hamil
petumbuhan janin bahkan memiliki pengetahuan tentang
menimbulkan berat bayi lahir rendah gangguan dan penyulit kehamilan, maka
(BBLR) sebesar 11,5% . Kurangnya memungkinkan berperilaku menjaga,
asupan gizi dan kalori selama mencegah, menghindari atau mengatasi
trimester I menyebabkan resiko terjadinya komplikasi
hiperemesisgravidarum, (Alisjabana, 2011). Kesenjangan status
kelahiranprematur (BBLR), kematian sosial ekonomi
janin, keguguran dan kelainan pada
sistem saraf pusat, sedangkan pada
trimester II dan III berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin
selama dalam kandungan (Emilia,
2008). Selain itu kekurangan mineral
selama kehamilan seperti Iodium
dapat meningkatkan resiko
keguguran sedangkan Kalsium
berpengaruh terhadap tekanan darah
tinggi (eklampsi) (Marx, 2005).
Pengaruh adat istiadat yang masih
kuat membudaya di masyarakat,
terkadang tidak sesuai dengan aturan-
aturan kesehatan, seperti adanya
larangan terhadap Ibu agar jangan
makan terlalu banyak asar hamil atau
―pantang makan‖, karena akan
berdampak sulitnya melahirkan
merupakan mitos negatif, yang perlu
mendapat perhatian. Penyebab lain
yang menjadi dasar juga berpengaruh
terhadap kematian Ibu, antara lain
lokasi tersebar pada geografis sulit
terjangkau tenaga kesehatan menjadi
kendala dalam melakukan promosi
dan pelayanan kesehatan berkaitan
pada Ibu dan anak (Depkes RI,
2012).
dan rendahnya tingkat pendidikan kepada masyarakat pada geografis sulit
menyebabkan terbatasnya kesadaran sehingga mampu menjangkau dan
dan pemahaman Ibu untuk merawat mempengaruhi serta memotivasi dirinya
serta menjaga kehamilannya, agar maubelajar dan memahami kondisi
kebanyakan masih memanfaatkan kesehatan sehingga mampu untuk
tenaga dukun kampung untuk mengetahui gejala sedini mungkin yaitu
memeriksakan kesehatan, meskipun
sudah tersedia pelayanan kesehatan di
setiap desa (Anggoro, 2009).
Pengembangan media promosi
kesehatan dalam manajemen
pencegahan penyakit sudah banyak
dilakukan. Akan tetapi pemberian
informasi khusus pada ibu hamil masih
sedikit dilakukan. Penekanan promosi
kesehatan terletak pada upaya
pendidikan kesehatan melalui media
koran, radio, televisi, leaflet, majalah,
poster, brosur dan lainnya (Fitriani,
2011). Namun media ini masih terbatas
penggunaannya. Peningkatan kapasitas
pengetahuan Ibu melalui pendidikan
kesehatan baik secara langsung maupun
tidak langsung penting dilakukan.
Meskipun dukungan tenaga kesehatan
sudah memberikan pelayanan konseling
pada ibu hamil saat pemeriksaan ANC
(Antenatalcare), namun tidak
menjangkau kelompok ibu hamil masih
rendah kesadarannya untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan. Terbatasnya
jumlah tenaga kesehatan terutama
dalam penyampaian komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) masih
menjadi kendala dalam pelayanan
kesehatan, sehingga diperlukan strategi
alternatif massal sebagai sarana
komunikasi efektif yang berpotensi
untuk memberikan informasi kesehatan
melalui pemanfaatan telepon seluler Metode
(mobilephone) (Gold, 2010). Penelitian ini menggunakan
Peluang penggunaan Rancangan penelitian quasi
teknologi mobile seluler (mHealth) eksperimental one group prepost test
sebagai strategi promosi kesehatan design (Sugiyono, 2006). Penelitian ini
diharapkan mampu memfasilitasi dilakukan di 11 desa di wilayah
penyampaian informasi lebih dekat, Puskesmas Gunung Pati Kota
menjangkau individu sehat tetapi Semarang. Subjek penelitian yaitu Ibu
tidak teratur kontak ke pelayanan hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan
kesehatan. Penggunaan seluler di Gunung Pati Kota Semarang dengan
Indonesia penetrasinya kurang lebih jumlah populasi sebanyak 747 ibu
140 juta atau 58% dari jumlah hamil. Dengan
penduduk Indonesia. Model ini sudah
memberikan dampak positif, seperti
SMS reminder pada TB, malaria dan
motivasi berhenti merokok. Namun
masih sedikit melihat dampaknya
terhadap kesehatan ibu hamil.
Menurut data Balitbang SDM
Kementrian komunikasi dan
Informasi proporsi penduduk yang
memiliki telepon seluler semakin
meningkat dari tahun 2004 sebesar
14,79%,
menjadi 82,41% pada tahun 2009.
Fleksibilitas dan aksesibilitas yang
tinggi menjadi
pendukung
pentingnya pemanfaatan
telepon seluler dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat, khususnya
pada Ibu hamil (Norlita wiwik,
2005).. Secara umum, tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat
bagaimana penerapan SMS Gateway
sebagai media promosi kesehatan ibu
hamil di Kota Semarang.
sample 89 ibu hamil dengan tehnik ―One Group Design Pretest-Postest‖ untuk
random sampling. Instrumen penelitian mengetahui perbedaan pengetahuan dan
pre-test dan posttest menggunakan persepsi responden mengenai media
lembar kuesioner, perangkat Software penyuluhan sms gateway sebelum dan
SMS Gateway atau reminder platform sesudah intervensi sms gateway di
framework Gammu. Modem yang wilayah puskesmas kecamatan gunung
digunakan tipe wavecom fast track versi pati kota Semarang sebanyak 89 ibu
M1306B, SIMCard GSM dan Personal hamil.
komputer (PC). Penempatan program ini
di Fasilitas IT Akademi Kebidanan
ABDI HUSADA Semarang. Program
Intervensi menggunakan SMS gateway
dirancang secara otomatis untuk
mengirimkan pesan singkat (SMS
Gateway) selama 1,5 bulan setiap hari
pada semua responden. Analisis
persepsi ibu terhadap media promosi
berbasis SMS dilakukan secara
deskriptif. Analisis pre dan post tes
dilakukan dengan Uji paired samplest-
test menggunakan program software
statistik, dengan derajat kepercayaan
95%. Definisi operasional variabel
pengetahuan responden tentang tanda
bahaya kehamilan sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi sms gateway
dengan kategori baik >75 %, cukup
60%-75%, kurang: <60%, dan variabel
persepsi responden tentang media
penyuluhan sms gateway sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi sms
gateway dengan kategori positip skor
berdistribusi normal negatip skor
berdistribusi tidak normal

Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini menggunakan
design
A. Hasil Dan Pembahasan mengatakan wanita pada usia 24
tahun mengalami puncak
Penelitian Univariat
kesuburan dan pada usia
1. Karakteristik Responden
selanjutnya mengalami penurunan
a. Umur Responden
Tabel 1 Umur
kesuburan akan tetapi masih bisa
responden hamil.
No Umur Frekuensi Persentase
Responden (%)
1. < 20 Tahun 4 4,5
2 20 - 35 Tahun 76 85,4
3. >35 tahun 9 10,1
Total 89 100

Pada tabel 1 diatas bahwa


menunjukkan umur responden paling
banyak pada usia 20 - 35 tahun
sebesar 76 (85,4%) dan paling sedikit
usia < 20 tahun sebesar 4 orang
(4,5%). Pada hasil tersebut untuk
responden paling banyak di usia
reproduktif, Pada usia 21-35 tahun
resiko gangguan kesehatan pada
ibu hamil paling rendah yaitu
sekitar 15%. Selain itu apabila
dilihat dari perkembangan
kematangan, wanita pada
kelompok umur ini telah memiliki
kematangan reproduksi,
emosional maupun aspek sosial.
Meskipun pada saat ini beberapa
wanita di usia 21 tahun
menunda pernikahan karena
belum meletakan prioritas utama
pada kehidupan baru tersebut.
Pada umumnya usia ini
merupakan usia yang ideal untuk
anda hamil dan melahirkan
untuk menekan resiko gangguan
kesehatan baik pada ibu dan juga
janin. Selain itu sebuah ahli
b. Pekerjaan Responden Tabel d. Gravida Responden Tabel
2 Pekerjaan Responden 4 Gravida Responden
responden adalah multigravida sebesar
Pada tabel 2 diatas bahwa 57 orang (64%),dibandingkan dengan
menunjukkan pekerjaan responden yang primigravida 32 (36%).
paling banyak mempunyai pekerjaan d. Umur Kehamilan Responden Tabel
wiraswasta sebesar 25 orang (28%). 5 Umur Kehamilan (UK) Responden No UK
c. Pendidikan Terakhir Respnoden Responden Frekuensi
Persentase
Tabel 3 Pendidikan Responden (%)

1. <12 5 5,6
No Pendidikan Frekuensi Persentase 2. 12 – 28 48 54
Terakhir (%) 3. 29 – 40 36 40,4
Responden Total 89 100
1. SD 7 7,9 Pada tabel 5 paling banyak Umur
2. SLTP 21 23,6
3. SMA 45 50,6 Kehamilan (UK) Responden adalah 12
- 28
4. PT 16 17,9 sebesar 48 orang
(54%),dibandingkan

orang (40,4%) dan UK <12 sebanyak 5


Pada tabel 3 paling banyak
orang (5,6%)
pendidikan responden adalah SMA
sebesar 45 orang (50,6%),
e. Pengetahuan Responden
Tabel 6 Pengetahuan Responden
Tentang Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut Notoatmojo (2007) bahwa Sebelum Dilakukan Intervensi SMS
tingkat pendidikan seseorang akan Gateway
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
berpengaruh dalam memberi respon Responden (%)
terhadap sesuatu yang datang dari luar, 1. Kurang 32 35,9
seseorang dengan pendidikan tinggi 2. Cukup 38 42,8
3. Baik 19 21,3
akan memberikan respon yang lebih Total 89 100
rasional terhadap informasi yang akan
datang dan akan berpikir sejauh mana Pada tabel 6 menunjukkan bahwa
keuntungan yang mungkin mereka yang paling banyak responden masih
peroleh dari gagasan tersebut. kategori cukup pengetahuannya tentang
tanda bahaya kehamilan sebelum
dilakukan Intervensi SMS Gateway
No Pekerjaan Frekuensi Persentase No
sebanyak Gravida
38 Frekuensi
orang Persentase
(42,8%),
Responden (%) Responden (%)
1. Karyawati 7 7,9 pengetahuan
1. kurang sebanyak
Primigravida 32 32
36 orang
2. Wiraswasta 25 28 2. Multigravida 57 64
3. PNS 2 2,3 Total 89 100
4. Lainnya 55 61,8
Total 89 100
(35,9%) dan
berpengetahuan baik sebanyak 19 orang (34,8%) tehadapmedia sms
( 21,3%). gateway sebelum dilakukan
Tabel 7 Pengetahuan Responden intervensi sms gateway. Tabel 9
Tentang Tentang Tanda Bahaya Persepsi Responden
Kehamilan Sesudah Dilakukan Tentang media penyuluhan SMS
Intervensi SMS Gateway Gateway sesudah Dilakukan intervensi
SMS Gateway
No Pengetahuan Frekuensi Persentase No Persepsi Frekuensi Persentase
Responden (%) Responden (%)
1. Kurang 1 1,1 1. Positip 73 82
2. Cukup 30 33,7 2. Negatip 16 18
3. Baik 58 65,2 Total 89 100
Total 89 100
Pada tabel 9 menunjukkan bahwa
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa yang paling banyak responden
yang paling banyak adalah responden mempunyai Persepsi Positip sebesar 73
yang kategori baik pengetahuannya orang (82%) dan Persepsi negatip
Tentang Tanda Bahaya Kehamilan sebesar 16 orang (18%) tehadap media
Sesudah Dilakukan Intervensi SMS sms gateway sesudah dilakukan
Gateway dibanding responden yang intervensi sms gateway.
berpengetahuan cukup 30 orang Selain itu menurut Azwar
(33,7%)dan yang berpengetahuan (2011) bahwa persepsi seseorang
kurang 1(1,1%). terhadap suatu objek adalah perasaan
Menurut Green (2000) bahwa mendukung atau memihak (favourable)
pengetahuan merupakan domain yang maupun perasaan tidak mendukung atau
sangat penting dalam kognitif dimana tidak memihak (unfavourable) pada
pengetahuan didasari oleh pengetahuan, objek tersebut. persepsi merupakan
kesadaran dan sikap yang positif semacam kesiapan untuk bereaksi
sehingga pengetahuan menjadi dasar terhadap suatu objek dengan cara-cara
dalam merubah perilaku sehingga tertentu. Dapat dikatakan bahwa
perilaku itu akan langgeng. kesiapan yang dimaksudkan merupakan
2. Persepsi Responden kecenderungan potensial untuk bereaksi
Tabel 8 Persepsi Responden Tentang dengan cara tertentu apabila individu
media penyuluhan SMS Gateway dihadapkan pada suatu stimulus yang
Sebelum Dilakukan intervensi SMS menghendaki adanya respons.
Gateway
No Persepsi Frekuensi Persentase
Responden (%) B. Hasil Dan Pembahasan
1. Positip 58 65,2 Penelitian Bivariat
2. Negatip 31 34,8
Total 89 100 Pada penelitian ini analisa data
antara pengetahuan dan persepsi
Pada tabel 8 menunjukkan responden tentang penerapan sms
bahwa yang paling banyak responden gateway sebelum dan sesudah
mempunyai persepsi positip sebesar 58 dilakukan intervensi sms gateway. Hasil
orang (65,2%) dan persepsi negatip penelitian dari sebelum dan sesudah
sebesar 31 orang dilakukan intervensi sms gateway pada
89 responden ibu hamil di wilayah
Puskesmas Gunung pati Semarang
dilakukan uji kenormalan datanya. Dan Berdasarkan tabel 11 diperoleh
penggunaan uji normalitas hasil nilai koefisien Z sebesar -2.071
menggunakan dan Asym.Sig (nilai p) sebesar 0.038.
―Kolmogorov Smirnov‖ dengan hasil pada Hal ini menunjukkan bahwa nilai
tabel 10 sebagai berikut: Asym.Sig (nilai
p) < 0,05 maka hasilnya bahwa Ho
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ditolak. Jadi dapat diartikan bahwa ada
Pengetahuan Tentang penerapan sms beda rata- rata antara nilai sebelum
gateway yang dilakukan intervensi sms dilakukan intervensi SMS gateway
gateway Sebelum dan Sesudah di dengan sesudah dilakukan intervensi
wilayah Puskesmas Gunung pati Kota sms gateway, sehingga bisa dikatakan
Penerapan SMS p-value Distribusi bahwa ada perbedaan pengetahuan
Semarang
Gateway Data
Sebelum 0.000 Tidak responden antara intervensi sms
Intervensi SMS Normal gateway sebelum dan sesudah tentang
Gateway 0.000 tanda bahaya kehamilan.
Sesudah Tidak
Intervensi SMS Normal Sesuai dari Notoatmojo (2003)
Gateway bahwa penyuluhan kesehatan dalam hal
ini melalui sms gateway diharapkan
pengetahuan dapat berpengaruh
Berdasarkan tabel 10 bahwa terhadap perilaku dan agar penyuluhan
menunjukkan hasil olahan data mencapai optimal dengan adanya
berdistribusi tidak normal, karena masukan, materi yang sesuai sasaran
pada p- value sebelum dilakukan kemudian alat bantu yang sesuai akan
intervensi sms gateway sebesar 0.000 membantu kelancaran hasil yang lebih
(<0,05) dan sesudah dilakukan baik setelah penyuluhan, selain itu
intervensi sms gateway nilai p-value dengan adanya pengalaman seseorang
0,000 (<0,05) sehingga untuk yang dapat memperluas informasi baik
mengetahui perbedaan pengetahuan melalui hubungan sosial dalam
ibu hamil saat intervensi sms gateway berinteraksi secara kontinyu akan lebih
sebelum dan sesudahnya digunakan uji besar terpapar informasi serta adanya
Wilcoxon. Adapun hasilnya dapat paparan media pada media cetak
dilihat pada tabel 11 sebagai berikut: maupun elektronik, sehingga
memberikan respon positif maupun
Tabel 11 Uji Statistik Perbedaan negatif pada seseorang yang bisa
Pengetahuan tentang tanda bahaya mempengaruhi tingkat pengetahuan.
kehamilan Sebelum Dan Sesudah Selain variabel pengetahuan juga
intervensi sms gateway di wilayah ada persepsi responden terhadap media
Puskesmas Gunung pati Kota Semarang promkes sms gateway sebelum dan
Intervensi N Mean Koefisien p-
sms rank Z value
gatewa
y
Sebelum 89 11.50 -2.071 0.038
sesudah dilakukan intervensi sms
gateway dilakukan uji normalitas
menggunakan
―Kolmogorov Smirnov‖ dengan hasil
pada tabel 12 sebagai berikut:
Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Persepsi hasil nilai koefisien Z sebesar -2.042 dan
responden terhadap media promkes sms Asym.Sig (nilai p) sebesar 0.026. Hal ini
gateway yang dilakukan Sebelum dan menunjukkan bahwa nilai Asym.Sig
Sesudah intervensi sms gateway di (nilai
wilayah Puskesmas Gunung Pati kota p) < 0,05 maka hasilnya bahwa Ho
Semarang p-value Distribusi ditolak.
Data
Sebelum 0.000 Tidak
Intervensi sms Normal
gateway 0.000
Sesudah Tidak
Intervensi sms Normal
gateway

Berdasarkan tabel 12 bahwa


menunjukkan hasil olahan data
berdistribusi tidak normal, karena pada
p- value sebelum dilakukan intervensi
sms gateway sebesar 0.000 (<0,05) dan
sesudah dilakukan intervensi sms
gateway nilai p- value 0,000 (<0,05)
sehingga untuk mengetahui perbedaan
Persepsi terhadap media promkes sms
gateway sebelum dan sesudahnya
digunakan uji Wilcoxon. Adapun
hasilnya dapat dilihat pada tabel 13
sebagai berikut:
Tabel 13 Uji Statistik Perbedaan
Persepsi responden terhadap media
promkes sms gateway Sebelum Dan
Sesudah intervensi sms gateway di
Wilayah Puskesmas Gunung Pati Kota
Semarang
Intervensi N Mean Koefisien p-
sms rank Z value
gatewa
y
Sebelum 89 10,50 -2.042 0.026
Sesudah 89 12,71

Berdasarkan tabel 13 diperoleh


Jadi dapat diartikan bahwa ada beda masih sulit menginterpretasikan
rata- rata antara nilai persepsi fenomena situasi sosial.
sebelum dilakukan intervensi sms
gateway dengan sesudah dilakukan
intervensi tentang media promkes Kesimpulan
sms gateway, sehingga bisa dikatakan Berdasarkan hasil analisis data pada
bahwa ada perbedaan persepsi penelitian ini, maka dapat ditarik
responden antara intervensi sms kesimpulan bahwa :
gateway sebelum dan sesudah tentang 1. Ada perbedaan pengetahuan secara
media promkes sms gateway. signifikan sebelum dan sesudah
Dengan ada perbedaan
persepsi responden sebelum dan
sesudah intervensi sms gateway,
menurut Dewi (2010) persepsi bisa
dipengaruhi beberapa faktor karena
persepsi merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus
sosial, sehingga masih bisa bersifat
tertutup, selain itu faktor pengalaman
pribadi pun bisa mempengaruhi
dimana apa yang telah dan sedang
alami akan ikut membentuk sehingga
mempengaruhi stimulus sosial, juga
faktor pengaruh orang lain karena
mungkin menganggap keluarga
sangat andil dalam mempengaruhi
persepsi pada ibu hamil yang mudah
berubah-ubah, selain pengaruh orang
lain adalah media massa (informasi)
dalam menyajikan berita masih
bersifat membingungkan bagi
responden.
Dan juga persepsi yang tidak
konsisten pada ibu hamil antara
pernyataan persepsi, yang mudah
berubah-ubah mengenai respon
terhadap objek sikap tersebut. Atau
mungkin dari beberapa responden
dilakukan intervensi sms gateway pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Gunung Pati
Kota Semarang dengan nilai asymp sign 0,038 (p < 0.05)
2. Ada perbedaan persepsi secara signifikan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi sms gateway
pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang dengan nilai asymp sign 0,026 (p <
0.05)

DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana AS. 2011. Laporan pencapaian tujuan pembangunan Milenium di Indonesia.

Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bapan Perencana Pembangunan Nasional
(BAPPENAS), p. 15–127
Anggoro. 2009. Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat di Indonesia. Makalah

Kesehatan (internet). Available from Journal UI.ac.ic/health/article. 13(1) 9-14


Depkes.2012. Risesdas tahun 2012 .

Jakarta: Depkes
Depkes RI.2013. Profil Kesehatan Indonesia .Jakarta: Depkes

Dewi Wd. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
DKK. 2013. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2013. Semarang:

Dinkes Kota Semarang


Emilia. 2008. Promosi Kesehatan dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:

Pustaka Cendekia Press


Fitriani S. 2011. Promosi Kesehatan.

Yogyakarta: Graha Ilmu, p. 83–8 Hapsari, Diah. 2010. Tingkat Pengetahuan

Ibi Primigravida tentang Tanda – tanda

Persalinan di RSU Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol. 6. Stikes Muhammadiyah
Gombong.

Marx A. 2005. The State of Food Insecurity in the World [Internet]. Eradicatin. Rome,

Italy: Fiat Panis (FAO);. Available from: http://www.fao.org/icatalog/inter- e.htm


Norlita Wiwik, Emilia Ova WAS.2005. Efektifivas metode simulasi dan metode

Brainstorming untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Berita Kedokteran


Masyarakat: BKM/XXI/03:108– 1016

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

PENGETAHUAN BIDAN TENTANG TEKNIK MASSAGE DENGAN MINAT


PENERAPAN DALAM MENGURANGI NYERI PERSALINAN

Dias Ayu Farida1), Kartika Sari2), Puji Lestari3)


1
AKBID Ngudi Waluyo
Email :
Erlanggazeka98@gmail.com 2Staf
Dosen AKBID Ngudi Waluyo
Email : kartikanaka@gmail.com
3
Staf Dosen AKBID Ngudi
Waluyo Email :
puji0604@gmail.com
ABSTRAK

Semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, hal ini merupakan proses
fisiologis. Salah satu metode menanggulangi nyeri adalah dengan massage. Studi
yang dilakukan oleh National Birthday Trust terhadap 1000 wanita menunjukkan
bahwa 90% wanita merasakan manfaat relaksasi dan pijatan untuk meredakan
nyeri. Bidan sebagai penolong persalinan membutuhkan pengetahuan tentang
metode mengurangi nyeri persalinan. Tujuan dari penelitian mengetahui hubungan
pengetahuan bidan tentang teknik massage dengan minat penerapan metode
massage dalam mengurangi nyeri persalinan di IBI Ranting Ungaran. Desain
penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan di IBI Ranting
Ungaran dengan jumlah 100 orang. Sampel 100 bidan dengan teknik
samplingaccidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner.
Analisis data menggunakan uji fisher‖s exact. Hasil penelitian sebagian besar
pengetahuan responden tentang teknik massage pada kategori baiksebanyak 26
responden (89,7%). Sebagian besar responden berminat menerapkan metode
massage dalam mengurangi nyeri persalinan sebanyak 27 responden (93,1%).Tidak
ada hubungan antara pengetahuan bidan tentang teknik massage dengan minat
penerapan metode massage dalam mengurangi nyeri persalinan di IBI Ranting
Ungaran (p 1,000) Saran bagi IBI diharapkan ikut menfasilitasi bidan dalam
meningkatkan pengetahuan tentang teknik massage dalam mengurangi nyeri
persalinan sehingga menambah ilmu yang berguna bagi pelayanan bidan.

Kata Kunci: Pengetahuan, minat, metode massage


menyebabkan hiperventilasi dengan
PENDAHULUAN LATAR frekuensi pernafasan 60-70 kali per menit
BELAKANG sehingga menyebabkan deselerasi lambat
Persalinan dan kelahiran denyut jantung janin, nyeri
merupakan kejadian fisiologis yang juga meyebabkan aktivitas
normal. Persalinan dan kelahiran uterus yang tidak terkoordinasi yang
normal adalah proses pengeluaran janin akan mengakibatkan persalinan lama,
yang terjadi pada kehamilan cukup yang akhirnya dapat
bulan (37-42 minggu), lahir spontan mengancam kehidupan janin dan
dengan presentasi belakang kepala yang ibu (Andriana, 2007).
berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Prawirohardjo, 2009).
Berbagai upaya dilakukan untuk
menurunkan nyeri pada persalinan, baik
secara farmakologi
maupun nonfarmakologi.
Relaksasi, teknik pernapasan,
pergerakan dan perubahan posisi,
massage, hidroterapi, terapi
panas/dingin, musik, guided imagery,
akupresur, aromaterapi merupakan
beberapa teknik nonfarmakologi yang
dapat meningkatkan kenyamanan ibu
saat bersalin dan mempunyai pengaruh
pada koping yang efektif terhadap
pengalaman persalinan. Semua wanita
mengalami nyeri selama persalinan, hal
ini merupakan proses fisiologis.
Meskipun proses ini fisiologis nyeri
tetap harus diatasi karena nyeri yang
menyertai kontraksi
uterus mempengaruhi mekanisme
fungsional yang
menyebabkan respon
stress fisiologis, nyeri persalinan yang

lama
Salah satu metode yang sangat dapat memberikan manfaat bagi wanita
efektif dalam menanggulanginya hamil dan wanita bersalin. Wanita yang
adalah dengan massage yang mendapat pijatan secara teratur selama
merupakan salah satu metode kehamilan mengalami penurunan
nonfarmakologi yang dilakukan kecemasan, penurunan nyeri punggung,
untuk mengurangi nyeri persalinan. dan dapat tidur lebih nyenyak
Dasar teori massage adalah teorigate dibandingkan wanita yang tidak
control yang dikemukakan oleh mendapat pijatan. Kelompok yang
Melzak dan Wall (dalam Depertemen mendapat pijatan juga memiliki lebih
Kesehatan Republik Indonesia, sedikit komplikasi pada persalinan dan
2008). Teori ini menjelaskan tentang memiliki lebih sedikit kadar hormon
dua macam serabut syaraf stress.
berdiameter kecil dan serabut
berdiameter besar yang mempunyai
fungsi berbeda. (Gadysa, 2009).
Menurut Lestari tahun 2012,
mengatakan ada pengaruh deep back
massage pada laju pembukaan
serviks. Penerapan deep back
massage merupakan salah satu terapi
non-farmakologis sebagai bagian
integral dalam memberikan
perawatan dasar pertolongan
persalinan. Penelitain Ina Shinta
Parulian pada beberapa ibu yang
mengalami nyeri di daerah abdomen
pada masa nifas/post partum
mengatakan ada pengaruh teknik
effleurage massage terhadap
perubahan nyeri pada ibu post
partum.
Studi yang dilakukan oleh
National Birthday Trust terhadap
1000 wanita menunjukkan bahwa
90% wanita merasakan manfaat
relaksasi dan pijatan untuk
meredakan nyeri. Dua studi skala
kecil menunjukkan bahwa pijatan
Wanita yang mendapat pijatan selama responden dimana populasi awal 100
persalinan mengalami penurunan responden dengan menggunakan teknik
kecemasan, pengurangan nyeri, dan accidental sampling yang datang 50
waktu persalinan lebih pendek secara responden dan yang memenuhi kriteria
bermakna (Field, 1997 ; Schott dan inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan
Priest, 2009). 29 responden yang memenuhi kriteria dan
Bidan sebagai penolong dan
pendamping persalinan hendaknya
mengetahui metode massage untuk
membantu ibu mengurangi nyeri.
Metode farmakologi memiliki efek
samping yang membahayakan bagi ibu
dan janin, sedangkan teknik non
farmakologi dilaksanakan bidan sebagai
asuhan sayang ibu. Berdasarkan uraian
diatas maka peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimanakah hubungan
pengetahuan bidan tentang teknik
massage dengan minat penerapan
metode massage dalam mengurangi
nyeri persalinan di IBI Ranting
Ungaran.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua bidan di
IBI Ranting Ungaran dengan jumlah 100
orang.Teknik sampling yang digunakan
adalah Accidental Sampling. Analisis data
menggunakan analisis univariate dan
analisis bivariat menggunakan uji fisher‖s
exact.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan pada 29
bersedia menjadi responden dengan menambah pengetahuan responden
hasil sebagai berikut : dalam teknik massage untuk
1. Analisis Univariat mengurangi nyeri persalinan.
a. Pengetahuan bidan tentang Pengalaman dapat digunakan sebagai
teknik massage di IBI Ranting upaya memperoleh pengetahuan dengan
Ungaran cara mengulang kembali pengalaman
yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang
Tabel 4 Distribusifrekuensi dihadapi masa lalu.
pengetahuan bidan tentang
teknik massage di IBI
Ranting Ungaran
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 0 0
Cukup 3 10,3
Baik 26 89,7
Total 29 100,0

Tabel 4 menunjukkan bahwa


sebagian besar pengetahuan
responden baik sebanyak 26
responden (89,7%) dan cukup
sebanyak 3 responden (10,3%).
Pengetahuan baik yang didapatkan
responden disebabkan bidan
memperoleh ilmu, informasi dan
pengalaman nyata dalam
pendampingan ibu bersalin dan
menggunakan teknik menggurangi
nyeri persalinan secara non
farmakologis salah satunya dilakukan
massage atau pemijatan.
Pengetahuan baik selain
didapatkan dari pendidikan di bangku
perkuliahan, pelatihan dan seminar
yang telah dilakukan responden juga
disebabkan secara langsung di
praktikkan oleh responden di BPM
nya. Pengalaman tersebut dapat
b. Minat penerapan metode massage
Tabel 6 Distribusi frekuensi
dalam mengurangi nyeri persalinan di
IBI Ranting Ungaran metode penerapan massage
dalam mengurangi nyeri
Tabel 5 Distribusi persalinan di IBI Ranting
frekuensiminat Ungaran
penerapan metode Metode
Frekuens Persentase
i (%)
massage dalam Effleurage 8 27,6
mengurangi nyeri Deep Back Massage 15 51,7
Firm Counter 3 10,3
persalinan di IBI Ranting Pressure 7 24,1
Abdominal
Ungaran Total 33 100,0
Minat Frekuensi Persentase (%) Tabel 6 menunjukkan bahwa
Tidak 2 6,9
Ya 27 93,1 sebagian besar responden berminat
Total 29 100,0 menggunakan metode deep back
massage untuk mengurangi nyeri pada
Tabel 5 menunjukkan bahwa saat persalinan sebanyak 15 responden
sebagian besar responden berminat (51,7%).
menerapkan metode massage dalam 2. Analisis Bivariat
mengurangi nyeri persalinan sebanyak a. Hubungan pengetahuan bidan
27 responden (93,1%) dan tidak tentang teknik massage dengan
minat penerapan metode massage
berminat 2 responden (6,9%). Sebagian
dalam mengurangi nyeri persalinan
besar berminat disebabkan responden
di IBI Ranting Ungaran
memahami bahwa persalinan
merupakan proses fisiologis yang unik
bagi setiap individu sehingga Tabel 7 Hubungan
diperlukan teknik-teknik yang dapat
pengetahuan bidan tentang
menyamankan dan mengurangi nyeri
yang dirasakan klien terutama saat teknik massage dengan
bersalin. Tindakan message sering minat penerapan metode
dilakukan bidan untuk mengurangi rasa massage dalam mengurangi
nyeri persalinan meskipun secara teori nyeri persalinan di IBI
bidan ada yang tidak mengetahui teori
Ranting Ungaran
dan nama-namanya. Massage adalah
Minat Jumlah
tindakan penekanan oleh
Pengetahuan p
Tidak Ya
f % f % f %
tangan pada jaringan lunak, biasanya Kurang 0 0 0 0 0 100,0 1,000
otot tendon atau ligamen, tanpa Cukup 0 0 3 100,0 3 100,0
menyebabkan pergeseran atau Baik
perubahan posisi sendi 2 7,7 24 92,3 26 100,0

guna menurunkan nyeri, menghasilkan


relaksasi, dan/atau meningkatkan Jumlah 2 6,9 27 93,1 29 100,0
sirkulasi.
Tabel 7 menunjukkan bahwa tentang teknik massage pada kategori
responden yang pengetahuannya cukup baiksebanyak 26 responden (89,7%).
semua berminat sebanyak 3 responden 2. Sebagian besar responden 93,1% berminat
(100,0%) dan responden menerapkan metode massage dalam
mengurangi nyeri persalinan.
berpengetahuan baik masih ada yang
3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan
tidak berminat sebanyak 2 responden
bidan tentang teknik massage dengan
(7,7%).
minat penerapan metode massage dalam
Dikarenakan uji chi square tidak mengurangi
memenuhi syarat karena ada 3 sel
yang
nilainya kurang dari 5 maka digunakan
uji
fisher‖s exactdan didapat nilai p 1,000 >

=0,05 yang artinya Ha ditolak sehingga


tidak ada hubungan antara pengetahuan
bidan tentang teknik massage dengan
minat penerapan metode massage dalam
mengurangi nyeri persalinan di IBI
Ranting Ungaran. Tidak adanya
hubungan pada penelitian ini
disebabkan meskipun pengetahuannya
baik tetapi responden tidak berminat
melakukan massage untuk mengurangi
nyeri persalinan ibu. Menurut Rumini
yang dikutip Widiyatmoko (2010),
bahwa minat dapat dipengaruhi oleh
faktor pekerjaan, sosial, ekonomi,
bakat, umur, jenis kelamin, pengalaman
kepribadian dan lingkungan. Sedangkan
menurut Hurlock dalam Widiyatmoko
(2010), bahwa semua minat mempunyai
dua aspek yaitu aspek kognitif dan
afektif.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

1. Sebagian besar pengetahuan responden


nyeri persalinan di IBI Datak. Perbedaan Rileksasi Benson
Ranting Ungaran (p Terhadap Nyeri Pasca Bedah Pada
1,000) Pasien Transurethral Resection Of
The Prostate Di Rumah Sakit
Umum Pusat. Fatmawati. [Thesis].
Saran
Indonesian University ; 2008
1. Bidan dapat menikuti seminar dan
pelatihan-pelatihan sehingga dapat Gadysa. Persepsi Ibu Tentang metode
meningkatkan pelayanan yang message
diberikan khususnya bagi ibu http://luluvikar.wordpress.com/20
bersalin. 0
2. IBI diharapkan ikut menfasilitasi
bidan dalam meningkatkan
pengetahuan tentang teknik massage
dalam mengurangi nyeri persalinan
sehingga menambah ilmu yang
berguna bagi pelayanan bidan.

REFERENSI
Andriana. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta ; PT Bhuana Ilmu
populer kelompok gramedia.
2007.

Arikunto. Prosedur penelitian Suatu


Pendekatan. Jakarta. Rhineka
Cipta; 2010

Bobak. Buku Ajar Keperawatan


Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC
; 2010

Cunningham. Obstetri Williams. Jakarta:


EGC ; 2013

Danuatmaja & Meiliasari. Persalinan


Normal Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta: Puspa Swara ; 2004

Daryanto. Evaluasi pendidikan.


Jakarta : Rineka Cipta ; 2009.
9/08/26/persepsi-ibu- http://www.monsdragon.org/pregna
tentang- metode- ncyeffleurage.html ; 2004
massage ; 2009.
Notoatmodjo. Metodologi penelitian
Hariani, Rini . Pengaruh Massage Terhadap
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
Nyeri persalinan. Skripsi
2010
Universitas Jendral Soedirman ;
2011 Pillitteri A. Maternal and Child Health
Nursing: Care of The Childbearing
Harry, O., & William, R.F. Ilmu Kebidanan:
Patologi dan Fisiologi. Bandung:
Yayasan Essentia Medica ; 2003

Henderson, C. Buku Ajar Konsep


Kebidanan. Jakarta: EGC ; 2005.

Heryani, Reni. Buku Ajar Asuhan


Kebidanan Persalinan. Jakarta : CV.
Trans Info Media ; 2011.

Hidayat. Metode Penelitian Keperawatan


dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika ; 2007.

Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan.


Jakarta: PT Raja Grafindo ; 2009.

Lestari. Pengaruh Deep Back Massage


terhadap Penurunan Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif dan
Kecepatan Pembukaan pada Ibu
Bersalin Primigravida Fakultas
Kesehatan Masyarakat. 2012.
Skripsi. Universitas Airlangga.
Surabaya
Mufdlilah. Konsep Kebidanan Plus Materi
Bidan Delima. Jogjakarta : Buku
Kesehatan ; 2009.

Monsdragon. Pregnancy Information


(Effleurage Dan Massage).
Available from URL:
Family. (4 th ed). Philadelpia: Kepribadian, (Jakarta : PTBumi
Lippincott ; 2013. Aksara ,).
Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta : Islam. Bandung : Remaja. Rosda
Yayasan Bina. Pustaka ; 2008 Karya ; 2011.

Potter, P.A., & Perry, A.G. Buku Ajar Varney. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Fundamental Keperawatan
Volume Jakarta : EGC ; 2007.
Wawan dan Dewi. Teori Dan Pengukuran
2. Jakarta : EGC ; 2006. Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Riwidikdo. Statiksik kesehatan. Manusia. Yogyakarta. Medical
Jogjakarta: Mitra Cendekia Books ; 2010
Press; 2009

Saifuddin. AB.. Panduan Praktis


Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.
Jakarta: EGC ; 2006.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press

; 2011.
Syah. Psikologi Belajar , Jakarta: PT. Raja
Grapindo Persada ; 2011.

Simkin, P. Supportive care during labor:


A guide for busy nurses. Journal
of Obstetric, Gynecologic, and
Neonatal Nursing ; 2008.

Schott, J dan Priest, J. Kelas Antenatal.

Jakarta: EGC ; 2009.


Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta ; 2010.

Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian.

Jakarta : Alfabeta ; 2009.


Sujanto, 2007 dkk, Psikologi
Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2008
Wong, D.L, et al. Buku ajar
keperawatan pediatrik, Vol.1.
Jakarta : EGC ; 2009.
Zulkarnain. Pengaruh Pemberian Ketorolac
Untuk Mengurangi Nyeri Pada
Persalinan Kala I Fase Aktif

; Tesis. Bagian/SMF Obsgyn FK


UGM RSUP Dr Sarjito.
Yogyakarta ; 2009
HIPNOTHERAPI SEBAGAI PERSPEKTIF KOMPLEMENTER DAN
PENGOBATAN ALTERNATIF UNTUK KASUS INFERTILITAS

Ninik Christiani
Prodi DIII Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran anni_smg@yahoo.com

ABSTRAC

Infertilitas merupakan kondisi yang umum ditemukan dan dapat disebabkan oleh
faktor perempuan, laki-laki, maupun keduanya. Infertilitas dapat juga tidak diketahui
penyebabnya yang dikenal dengan istilah infertilitas idiopatik. Masalah infertilitas
dapat memberikan dampak besar bagi pasangan suami-istri yang mengalaminya,
selain menyebabkan masalah medis, infertilitas juga dapat menyebabkan masalah
ekonomi maupun psikologis. Secara garis besar, pasangan yang mengalami infertilitas
akan menjalani proses panjang dari evaluasi dan pengobatan, dimana proses ini
dapat menjadi beban fisik dan psikologis bagi pasangan infertilitas. Bertambahnya
umur sangat berpengaruh terhadap fertilitas seorang perempuan, namun pada laki-
laki, bertambahnya umur belum memberikan pengaruh yang jelas terhadap
kesuburan. Penelitian di Perancis melaporkan 65% perempuan berumur 25 tahun
akan mengalami kehamilan pada 6 bulan dan secara akumulasi 85% kehamilan akan
didapatkan pada akhir tahun pertama. Ini berarti jika terdapat 100 pasangan yang
mencoba untuk hamil, 40 pasangan tidak akan hamil setelah enam bulan, dan 15
pasangan tetap tidak hamil setelah setahun. Untuk pasangan dengan umur 35 tahun
atau lebih peluang kehamilan menjadi 60% pada tahun pertama dan 85% pada tahun
kedua. Kurang lebih 15 persen tetap belum mendapatkan kehamilan setelah tahun
ke-3 perkawinan.

KeyWord: Infertility, Hipnotherapi


kistan , 3 1 , 1 , 9 7
PENDAHULUAN 2 3 8
Vietn U U U U U U U U U
Infertilitas merupakan kegagalan am
Rata- 1 2 1,4
suatu pasangan untuk mendapatkan rata 9, ,
kehamilan sekurang-kurangnya dalam 4 9
U : Data tidak diketahui
12 bulan berhubungan seksual secara
teratur tanpa kontrasepsi, atau biasa
disebut juga sebagai infertilitas primer. Prevalensi infertilitas idiopatik
Infertilitas sekunder adalah bervariasi antara 22-28 %, studi terbaru
ketidakmampuan seseorang memiliki menunjukkan di antara
anak atau mempertahankan pasangan yang berkunjung ke klinik
Kehamilannya. Pada perempuan di atas fertilitas, sebesar 21 % perempuan
35 tahun, evaluasi dan pengobatan berumur di bawah 35
dapat dilakukan setelah 6 bulan tahun dan 26%perempuan berumur di
pernikahan. Infertilitas idiopatik atas 35 tahun.
mengacu pada pasangan infertil yang Faktor Resiko Infertilitas antara
telah menjalani pemeriksaan standar lain adalah : Gaya Hidup (konsumsi
meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan alkohol, Merokok, Konsumsi Kafein,
analisis semen dengan hasil normal. Berat Badan, Suplemen Vitamin, Obat-
Fekunditas merupakan kemampuan obatan, Olah Raga Berat. Faktor yang
seorang perempuan untuk hamil. Data lain adalah pekerjaan. Terdapat
dari studi yang telah dilakukan pada beberapa pekerjaan yang melibatkan
populas, kemungkinan seorang paparan bahan berbahaya bagi
perempuan hamil tiap bulannya adalah kesuburan seorang perempuan maupun
sekitar 20 sampai 25%. laki-laki. Setidaknya terdapat 104.000
Negar Persentase
1 2 2 perempuan
3 3 4 4umurTo 15-No bahan fisik dan kimia yang
49
a tahun
5 0- yang5- mengalami
0 5- infertilitas
0 5- tal rm
berhubungan dengan pekerjaan yang
- 2 2 - 3 - 4 al
primer 1di Asia
4 9 dapat
3 9dilihat
4 9pada tabel telah teridentifikasi, namun efeknya
9
1.1 berikut ini: 4 4
Bangl U U U U U U U U U terhadap kesuburan, 95% belum dapat
adesh diidentifikasi. Bahan yang telah
Kamb 6 3 2 7 1 5 1 6. -
oja . 0. 4. . 2. . 0. 7 3.5 teridentifikasi dapat mempengaruhi
8 8 0 3 3 0 2 kesuburan diantaranya panas, radiasi
India U U U U U U U U U
Indon 4 2 1 4 8, 3 3, 6, 2,5 sinar - X, logam dan pestisida.
esia , 1, 6, , 2 , 5 0 Penyebab Infertilitas bisa dari
5 3 8 9 3
Khaz 3 1 6, 3 4, 1 2, 3, 1,1 pihak laki-laki maupun perempuan.
aktan , 0. 9 0 8 , 6 7 Untuk pembagian faktor penyebab
1 0 8
Nepal U U U U U U U U U adalah sebagai berikut :
Pilipi U U U U U U U U U
na
Uzbe 1 9, 8, 1 2, 0 0, 1, 0,8
menormalkan kehamilan dan kelahiran.
Dalam penelitiannya
Penyebab menunjukkan adanya hubungan positif
antara kesuburan dan perawatan.
10
10 Tuba
40
Endometrium
40

Unexplanine
d

Penangganan infertil dari segi


Medis dan Komplementer. Medis
melalui obat-obatan sampai dengan
operasi. Komplementer bisa dengan
doa, Yoga, meditasi dan Relaksasi
(hipnoterapi).
NEW YORK (Reuters Health)
menyatakan Wanita yang dilakukan
hypnofertilty sebelum menjalani
transfer embrio dengan fertilisasi in-
vitro (IVF), lebih cenderung menjadi
hamil, peneliti dari Israel melaporkan.
Dr Eliahu Levitas dari Soroka
University Medical Center di Beer
Sheva menemukan bahwa hampir 60
persen dari sekelompok wanita yang
menggunakan hipnosis selama prosedur
IVF menjadi hamil. Ini dibandingkan
dengan sekitar 30 persen dari
sekelompok wanita yang tidak
menggunakan hypnosis pada program
IVF nya.
Dr Gayle Peterson telah
mengembangkan teknik yang disebut
Hypnosis Body-Centered. Dr Peterson
telah menemukan bahwa kondisi
kecemasan yang tinggi pada ibu harus
dikurangi dalam rangka untuk
Berdasarkan uraian diatas yang dilakukan penulis dengan tema
maka hipnotherapi merupakan salah ―hipnoterapi sebagai
satu jenis komplementer dalam perpektif
menanggani masalah infertilitas. komplementer dan pengobatan
Infertilitas merupakan masalah yang alternatif untuk kasus infertil.
memerlukan penangganan dengan
pendekatan dan memerlukan
pemahaman sebagai asuhan pra
kehamilan yang dapat diberikan pada
ibu yang membutuhkan.

METODE
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah literature review
yang membahas tentang hipnoterapi
pada klien infertilitas. Sumber untuk
melakukan tinjauan Literatur review
ini meliputi studi pencarian pada
adalah dengan menggunakan studi
jurnal dari ProQuest, Edmonton
Jurnal, Ebsco Host, Google schooler
dan Pubmed sejumlah 7 jurnal yang
diteliti pada tahun 2001 sampai
dengan 2016. Jurnal penelitian
tersebut antara lain dilakukan di
India, Los Angeles, Norwegia,
Atlanta dan California. Penelitian
dilakukan dengan kualitatif dan
kuantitatif dengan Quasi eksperimen,
studi kasus, studi comparative dan
Case Control. Penulisan artikel
ilmiah ini menggunakan penulisan
daftar pustaka Harvard.

HASIL
Berikut adalah hasil dari ekstraksi
Tabel Ekstraksi Penelitian

No Judul, peneliti, Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian


1 Psychotherapeutic Studi Komparative Stres kemandulan terlihat
intervention with hypnosis in dilakukan di India dengan pada 100% wanita. stres
554 couples with reproductive sampel 554 pasangan di kehidupan lainnya dalam
failure. Rumah Sakit Trust selama perkawinan diidentifikasi
(Vyas R, Adwanikar G, 2013) 28 tahun penyebab infertil.
Hipnoterapi ditargetkan
pada menghilangkan stres
umum awalnya dan,
menuju stressor spesifik.
Hasilnya dinilai sebagai
keberhasilan dalam hal
terjadinya kehamilan.
Tingkat keberhasilan
adalah 71,67%.

2 Facing infertility: Design and Metode Penelitian Infertilitas disebabkan oleh


evaluation of a mind -body Kualitatif dengan Mixed tingkat stress yang tinggi
program for effective methode. dan program khusus
emotional support. Dilakukan pada bulan April tentang mind-body
(O'Donnell, Elizabeth, 2006) 2006 dengan Sampel/ (Hipnotherapi) sangat
Responden sebanyak 27 diperlukan untuk mengatasi
Orang hal tersebut.

3 Infertility and the therapeutic Deskriptif Kualitatif dengan Menyarankan bahwa


use of fairytales Quasi Eksperiment penggunaan hipnoterapi
(Mellett, Kerry Eileen, 2001) Dilakukan di California sukses menurunkan angka
dengan Responden 5 Orang infertilitas terkait dengan
trauma.

4 Hipnosis in the treatment of Kualitatif, Quasi Penerapan hipnoterapi


Funtional Infertility Eksperimen klinis dalam pengobatan
(Melvin A Gravis, PhD, 2011) Dengan sampel 10 Orang infertilitas fungsional
unexplanied infertility sangat memfasilitasi dan
mengakibatkan
meningkatnya dukungan
yang menguntungkan pada
sikap, optimisme dan
interaksi pikiran dan tubuh.

5 Recipe For a Miracle : Penelitian Eksperimental Hipnose


Determinan, Optimisme, yang dilakukan di Australia secara tradisional telah
medical tecnologi and pada tahun 2013 dengan digunakan dalam
Hipnotherapy sampel melahirkan untuk
(Susan Hutchinson, 2013) membantu dalam relaksasi
dan untuk meningkatkan
persepsi
kontrol pada pasangan
infertilitas.
6 Further Gynecological Penelitian dengan case Penerapan Hipnotherapi
Conditions treated by control yang dilakukan terbukti memuaskan untuk
hipnotherapi pada Januari 2008 dengan keberhasilan dalam terapi
(F.Hamilton Lekie, 2008) melibatkan 8 kasus infertil, infertil.
15 kasus meno-
metrorrhagia, 17 kasus
keputihan

7 Hypnotherapy for Vomiting Quasy Eksperiment dengan Hipnotherapi pada ksus


phobia and infertility melibatkan 30 Responden muntah dan infertil sangat
(Mckenzie, Stuart, 2016) jelas terbukti. Dengan
menggunakan Affect
Brigde Teknik, maka masa
kecil yang traumatis bisa
terselesaikan
DISKUSI pasangan." Terdapat banyak sekali teknik
Hipnoterapi adalah suatu teknik terapi dalam hipnotherapi, salah satunya
atau penyembuhan dengan cara adalah "Teknik induksi seperti
relaksasi pikiran. Menurut berita menghitung mundur, relaksasi progresif
Berasal dari Ottawa, Kanada, oleh dan penyembuhan cahaya putih yang
koresponden NewsRx, penelitian, " digunakan dalam hipnosis mendalam
Pasien Infertilitas semakin dimana tubuh fisik atau pikiran santai
menggunakan pengobatan dan adalah saat yang tepat dalam
komplementer dan alternatif (CAM) menerima penyembuhan atau menerima
untuk menambah atau mengganti saran," jelas Dr Pandya. "Gambar
perawatan kesuburan konvensional. Crayon dan lukisan juga digunakan
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk bekerja dengan keyakinan dan
menentukan peran praktisi dalam pemikiran seseorang. Sebuah pohon
dukungan dan pengobatan infertilitas." keluarga turun temurun juga digunakan
Hypnotherapy juga membantu untuk mengidentifikasi dan
pasangan mengatasi efek infertilitas dan memecahkan pola jika ada," tambahnya.
membuat perubahan yang dapat Sementara dalam banyak kasus, kedua
membantu untuk memberikan dampak pasangan harus menjalani hipnoterapi,
positif kesuburan mereka. "Hal ini dapat dalam beberapa kasus hanya satu dari
membuat proses pengobatan lebih mereka membutuhkan terapi. "Program
mudah dan membantu mereka untuk ini juga menangani masalah tambahan
menangani hasil yang lebih baik, seperti anomali tiroid, dll dengan
terlepas dari apa hasilnya mungkin," menghilangkan stres," menunjukkan
yang lebih penting daripada Jaypali Shetty, seorang praktisi
menjanjikan mukjizat, kata Alva. "Efek hypnobirthing.
samping terbaik" Dr Pandya Ada berbagai intervensi
menyampaikan, "efek samping psikologis yang telah digunakan untuk
hipnoterapi adalah ikatan yang lebih mengobati trauma infertilitas, tapi
kuat antara belum ada
intervensi sukses yang membahas infertilitas mereka. Satu subjek mengalami
isolasi sosial ini. Penelitian ini grup sebagai kesempatan untuk bekerja
berangkat untuk menyediakan punya melalui kesedihannya tidak memiliki anak
anak, wanita infertil dengan kelompok biologis dan sekarang dalam proses
terapi sepuluh minggu itu digabungkan adopsi. topik lain yang telah berjuang
penggunaan Hipnoterapi yang dengan masalah infertilitas selama
dirancang untuk mengurangi trauma
terkait isolasi dan proses infertilitas.
Penelitian ini dimanfaatkan pendekatan
penelitian fenomenologis untuk
memberikan pengalaman perempuan
dengan infertilitas dan untuk menilai
efektivitas dari intervensi yang
digunakan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan
hipnoterapi yang sukses dalam
menurunkan isolasi pada wanita subur
dan bekerja melalui trauma infertilitas
terkait dalam konteks sosial. Isolasi
dialami oleh wanita dari penelitian ini
m tiga unsur utama: pengalaman nyata
dengan orang lain, persepsi diri sebagai
subur dan dirasakan pandangan dari
orang lain dan kesalahpahaman dari
siapa saja yang belum mengalami
tangan pertama infertilitas. Melalui
pemanfaatan hipnoterapi, proses
kelompok mampu mengurangi isolasi di
masing-masing daerah. Subjek bekerja
melalui emosi infertilitas terkait dan
wawasan yang diperluas tentang
infertilitas. Wawancara kedua, yang
dijadwalkan dua bulan setelah akhir
kelompok, menunjukkan bahwa subjek
penelitian ini mengalami perubahan
hidup yang positif setelah kelompok.
Setengah dari subyek dilaporkan masih
memanfaatkan hipnoterapi untuk
membantu mereka melalui proses
dua belas tahun telah memutuskan perempuan-satunya peserta pasangan
untuk berhenti menempatkan melaporkan tingkat yang lebih tinggi
keputusan hidupnya ditahan dari kehamilan dan hidup lahir satu
menunggu anak. tahun setelah partisipasi dalam
Sebuah program pikiran- lokakarya. Selain itu, pria dilaporkan
tubuh dikembangkan khusus untuk merasa tingkat yang sama atau lebih
digunakan dalam desain penelitian. tinggi dari stres dibanding wanita
Penelitian yang dilakukan oleh setelah kelahiran anak. Efektivitas
Elizabeth O Doneal (2006) format satu hari
dilaksanakan dalam dua tahap dan
dengan dua kelompok, wanita-
satunya dan pasangan. Tahap I
melibatkan pengumpulan data
kuantitatif dasar, pelaksanaan
lokakarya satu hari. Tahap II terdiri
dari wawancara mendalam kualitatif
dengan semua peserta studi yang
dilakukan satu tahun kemudian. Studi
campuran metode dan desain multi-
metodologis menantang pendekatan
model medis terutama digunakan
untuk mengevaluasi dan memberikan
dukungan psikologis bagi individu
dan pasangan menerima pengobatan
infertilitas. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa baik pria dan
melaporkan mengalami tingkat stres
yang tinggi terkait dengan infertilitas
dan bahwa sumber stres ini berbeda
menurut jenis kelamin. Keterlibatan
dalam lokakarya menyebabkan
menurunnya tingkat stres yang
dirasakan intra-personal dan
hubungan-based dan meningkatkan
pemahaman antara mitra bagi peserta
yang hadir bersama pasangan tetapi
tidak untuk wanita yang hadir
sendirian. Bila dibandingkan dengan
dan implikasi dari keseluruhan temuan kurangnya dalam 12 bulan berhubungan
penelitian ini pada praktek klinis seksual secara teratur tanpa kontrasepsi.
dibahas. 2. Hipnoterapi adalah suatu teknik relaksasi
"Beberapa wanita 'subur' yang menggabungan antara
mengalami infertilitas karena masalah
emosional. Ketika bereproduksi, mental
blok yang mempunyai pengalaman
traumatis masa lalu dan atau disebabkan
oleh penyebab yang mungkin sama
sekali tidak dikenal," kata Contigo
Renée Cardenas, hipnoterapis klinis,
bersertifikat di California dan pelatih
program neurolinguistik. Pencipta
program ini Lynsi Eastburn, hipnosis
instruktur dan anggota Hypnobirthing
Institute. Indeks "pasangan infertil"
telah meningkat tajam, ini menciptakan
kecemasan, ketegangan dan ketakutan
pada mereka yang "berusaha" untuk
memulai sebuah keluarga.
"Hipnoterapis, tertarik menjelaskan
bagaimana untuk memasuki keadaan
konsentrasi dan relaksasi," katanya.
"Dalam kasus hipnofertilitas, peserta
mengikuti kursus sekitar 4-6 sesi. Para
ibu belajar teknik untuk mencapai
bagian bawah sadar pikiran Anda. Hal
ini akan membantu untuk menyebabkan
perubahan kimia dalam otak dan
sebagai hasilnya , akan mencapai
kondisi yang lebih menguntungkan
untuk hamil. "

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
studi literatur review ini adalah :
1. Infertilitas adalah suatu keadaan
kegagalan alat reproduksi pada pasangan
untuk mendapatkan kehamilan sekurang-
mind-body (pikiran dan tubuh) Complementary and Alternative
untuk saling berkoneksi, Medicine [Perspectives of
melakukan suatu hal yang saling complementary and alternative
membutuhkan. medicine (CAM) practitioners in the
3. Hipnoterapi adalah salah satu jenis support and treatment of
komplementer yang bisa diandalkan infertility].
untuk menanggani kasus infertil,
terutama psikologik infertilitas. http://e- resources.perpusnas.go.
4. Infertilitas, 100 persen ditemukan pada id: 2071/
wanita yang mempunyai tingkat stress docview/1645266985/fulltext/
yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Vyas R, Adwanikar G, 2013.
Psychotherapeutic intervention
with hypnosis in 554 couples
with reproductive failure.
Journal of the Indian Medical
Association [2013, 111(3):167-9,
173] from

http://europepmc.org/
abstract/ med/
24592756
Dhailey, Saadia S. The Times of India
(Online); 2012.
Hypnofertility
therapy comes to town [Health].
http://e-
resources.perpusnas.go.id:2071/
doc
view/1027326639/758C4EAF26
A

C4FFFPQ/1?accountid=25704
Health & Medicine Week; Atlanta (Jan
23, 2015). Health and Medicine;
Investigators at University of
Ottawa Report Findings in
6A35C92
093E64FF6PQ/5?accountid=25704 Melvin A Gravis, PhD, 2011. Hipnosis in the
treatment of Funtional Infertility. http://e-

resources.perpusnas. go.id:2071/docview/1518986646/fu
lltext/84E376D91AF045C6PQ/10?
accountid=25704
F.Hamilton Lekie, 2008. Hipnosis in the treatment of Funtional Infertility.
http://www.tandfonline.com/doi/ab s/10.1080/00207146508412921

Mellett, Kerry Eileen. California Institute of Integral Studies, ProQuest Dissertations


Publishing, 2001. Infertility and the therapeutic use of fairytales. http://e-

resources.perpusnas.go.id:2071/doc view/251735692/abstract/84E376D
91AF045C6PQ/3?accountid=25704 #center
Mckenzie, Stuart, 2016. Hypnotherapy for Vomiting phobia and infertility. http://e-
resources.perpusnas.go.id:2071/doc view/368345012/abstract/669FB06
F38E2427CPQ/1?accountid=25704

O'Donnell, Elizabeth. Cleveland State University, ProQuest Dissertations

17
MODEL FAMILY CENTERED MATERNITY CARE SEBAGAI STRATEGI OPTIMALISASI
COMPETENT MOTHERING

(Family centered maternity care model as the strategy to optimize competent


mothering)

Asmuji*, Diyan Indriyani*

* Faculty of Health Sciences Muhammadiyah University Jember, Jl. Karimata 49 Jember


Email: asmuji@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya.Untuk persoalan tersebut perlu pemecahan dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan
bayi, salah satunya dengan membangun model edukasi postnatal yang difokuskan pada ibu postpartum dengan melibatkan
keluarga sebagai dukungan sosial. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian partisipatif (kualitatif)
dan Participatory Action Research (PRA), dengan tujuan uji coba model edukasi postnatal secara komprehensif sekaligus
evaluasi dalam menyempurnakan model sehingga diperoleh model yang tepat. Tehnik pengumpulan data pada penelitian
ini dilakukan dengan cara survei/observasi, wawancara, FGD, wawancara mendalam pada ibu postpartum dan keluarga
sejumlah 100 responden, maupun petugas kesehatan. Hasil: Penelitian yang dilakukan telah berhasil merumuskan model
edukasi postnatal melalui pendekatan FCMC sebagai strategi optimalisasi competent mothering dalam menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Bayi. Model tersebut telah dilakukan ujicoba secara komprehensif baik terhadap ibu postpartum dan
keluarga serta terhadap petugas kesehatan dengan media modul dan booklet tentang perawatan diri ibu nifas dan
perawatan bayi baru lahir yang disesuaikan dengan tahapan masa postpartum. Terdapat pengaruh model edukasi
postnatal dengan pendekatan FCMC terhadap persepsi ibu nifas dan keluarga tentang perawatan diri pada masa
immediately postpartum, perawatan diri dan bayi baru lahir pada fase early postpartum dan fase late postpartum dengan
nilai p masing-masing adalah 0,00 (α≤0,05). Selain itu juga didapatkan ada pengaruh sosialisasi model edukasi postnatal
dengan pendekatan FCMC terhadap persepsi petugas kesehatan dengan nilai p 0,00. Diskusi: Rekomendasi penelitian ini
adalah model edukasi postnatal melalui pendekatan FCMC sebagai strategi optimalisasi competent mothering dapat
diterapkan sebagai salah satu upaya dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Kata Kunci: Model Edukasi Postnatal, FCMC, Competent Mothering.

ABSTRACT

Introduction: Indonesia’s rate of MMR and IMR remains high among other ASEAN countries. This issue needs to be seriously
addressed, particularly in dealing the mother-and-infant related problems, through developing the postnatal education
model which focuses on postpartum mother by involving family as the social support. Methods: This research employed
participative approach (qualitative) and Participatory Action Research (PRA), with the intention of conducting the try-out to
the postnatal education model comprehensively, as well as evaluating the perfection attempts to the model in order to
generate the fittest model. The data collection technique used in this research were survey/observation, interview, FGD, in-
depth interview for postpartum mothers and family (100 respondents), as well as healthcare extension agents. Results: This
research has successfully formulated the postnatal education model through FCMC approach as the optimization of
competent mothering strategy in lowering the infant and maternal mortality rate. This model has undergone
comprehensive trial to postpartum mothers and family as well as the healthcare extension agents by providing modules
and booklet concerning the treatment of postpartum mother and newly born infants in accordance with the postpartum
stages. The results also revealed that postnatal education model through the FCMC approach affected the perception of
postpartum mothers and their family regarding the self-care treatment during the immediately post partum period, the

18
infant and self- care treatment at the early and late postpartum stages as shown by the p value of 0,00 (α≤0.05).
Furthermore, there was also an impact of the extension attempt of postnatal education model through the FCMC towards
the perception of the healthcare extension agents with the p value of 0,00. Discussion: This research recommended that the
postnatal education model through family centered maternity care (FCMC) as the optimization of competent mothering is
implemented as one of the attempts in lowering the Maternal and Infant Mortality Rates, respectively.

Keywords: Postnatal Education Model, FCMC, Competent Mothering

PENDAHULUAN peristiwa yang fisiologis, sehingga prinsip


Periode masa nifas yang dijalani ibu keperawatannya berorentasi pada
kemandirian ibu. Peran sebagai orang tua
postpartum masih memiliki berbagai kendala
salah satunya persepsi yang belum sinergis tidak terlepas dari partisipasi atau kerja sama
antara ibu dan keluarga (suami) serta anggota
dengan anjuran kesehatan. Paradigma perawatan
post partum yang baru menekankan bahwa ibu keluarga yang lain (Sulistyawati 2009).
Hambatan yang masih ditemukan dalam perawatan
post patum adalah ibu sehat dan merupakan
ibu postpartum

19
adalah adanya anggapan masyarakat bahwa kematian ibu tersebut ternyata memang bisa
ibu post partum merupakan ibu yang sakit, ditemukan pada periode postnatal. Untuk itu
mobilisasinya dihambat, jenis makanannya perlu perhatian dalam mengidentifikasi
dibatasi, pemberian ASI colostrum dihambat masalah kesehatan ibu selama periode
sehingga kebutuhan ibu post partum perinatal yang salah satunya adalah masa nifas,
diprioritaskan untuk istirahat penuh. termasuk bayi yang menjadi tanggungjawab
Keterlibatan keluarga besar dalam perawatan ibu dalam berperan sebagai orangtua.
bayi sejauh ini disalah artikan, dimana
Berkaitan dengan permasalahan
perawatan bayi diserahkan pada anggota
tersebut di atas telah dipecahkan, salah
keluarga yang lain. Kondisi ini membuat ibu
satunya dengan membangun Model Edukasi
nifas cenderung merasa belum siap dalam
Postnatal
melakukan perkembangan dan tugas-tugas
perawatan bagi diri serta bayinya. Oleh
karena itu pentingnya adanya pembelajaran
pada periode postnatal yang memiliki tujuan
untuk mengadaptasikanibu dan keluarga
berpartisipasi dalam perawatan ibu nifas dan
bayi baru lahir melalui pendidikan postnatal.

Salah satu jembatan untuk mengoptimalkan


upaya edukasi postnatal adalah melalui
keterlibatan keluarga. Ibu dengan dukungan
keluarga melalui pendekatan FCMC
diharapkan memiliki kemampuan yang
optimal dalam beradaptasi secara maternal
pada masa nifas, juga kemampuan dalam
mengasuh bayi. Berbagai persepsi yang
kurang tepat dalam dua kondisi ini akan
sangat berisiko terhadap kesehatan baik ibu
maupun bayi.

Pemerintah memerlukan upaya yang


sinergis dan terpadu untuk mempercepat
penurunan AKI dan AKB di Indonesia
khususnya dalam mencapai target Millenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.
Tentunya hal ini merupakan tantangan yang
cukup berat bagi Pemerintah Indonesia (RI
2007) Target RPJMN Tahun 2010-2014
mengamanatkan agar AKI dapat diturunkan
menjadi 118 /100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2014. Berbagai upaya pemerintah telah
dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB ini.
Bila diidentifikasi terkait faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap AKI dan AKB sangatlah
kompleks (Saifuddin 2004) Kondisi penyebab
yang difokuskan pada ibu postpartum nifas, keluarga sebagai social support,
dengan melibatkan keluarga sebagai sosial perawatan bayi baru lahir, dan FGD tentang
support. Model ini memiliki keunggulan kesiapan penerimaan peran menjadi
bahwa dalam mengoptimalkan pemahaman orangtua; b) melakukan koordinasi dengan
ibu tentang peran dan fungsinya dalam institusi kesehatan terkait penyusunan
beradaptasi secara maternal dan perawatan kebijakan pelaksanaan edukasi postnatal bagi
bayi baru lahir, keluarga ikut terlibat aktif ibu nifas dan keluarga; dan c) melakukan
dalam upaya tersebut. Dampak dari pelatihan terhadap petugas kesehatan
peningkatan pemahaman ibu postpartum tentang strategi edukasi postnatal dengan
tersebut ibu akan memiliki kemampuan pendekatan FCMC serta pelatihan tentang
competent mothering secara optimal. Hal ini optimalisasi competent mothering ibu nifas.
tentunya berkontribusi terhadap optimalisasi
status kesehatan ibu maupun bayi yang
dilahirkan, sehingga dapat berdampak untuk
menekan angka kematian ibu dan bayi.

Masalah yang diteliti ini berkaitan


dengan 1) peran petugas kesehatan dan
institusi kesehatan dalam optimalisasi
competent mothering ibu postpartum dalam
upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan
Bayi; 2) peran keluarga dengan pendekatan
FCMC dalam optimalisasi competent mothering ibu
postpartum dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini diawali dengan tahap


penggalian data faktual persepsi tentang
adaptasi maternal fisiologis dan psikologis,
perawatan diri dan perawatan bayi baru lahir
(BBL) masa nifas dan status kesehatan pada
ibu nifas dan keluarga. Selain itu juga
penggalian data peran (Dinas Kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan petugas
kesehatan). Selanjutnya pada tahap 2
dilakukan penyusunan rancangan model
dengan cara telaah hasil analisis data dan
selanjutnya mengadakan diskusi untuk
menetapkan model. Pada tahap 3 dilakukan
uji coba model secara komprehensif yang
dilakukan dengan: a) melakukan pendidikan
kesehatan tentang adaptasi maternal
fisiologis dan psikologis, perawatan diri masa
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

Model edukasi postnatal dengan Penelitian ini melibatkan ibu nifas dan
pendekatan FCMC memiliki beberapa keluarga di Ruang Dahlia RSD dr. Soebandi
ketetapan seperti pada gambar 1. Ketetapan Jember dan wilayah Kecamatan Kaliwates
tersebut antara lain: 1) pemberian edukasi Kabupaten Jember dengan pendekatan
postnatal dilakukan dengan menyediakan penelitian partisipatif (kualitatif) dan
format discharge planning; 2) melibatkan Participatory Action Research (PRA). Tehnik
keluarga terdekat bagi ibu nifas (misal: suami, pengumpulan data dilakukan dengan cara
ibu maupun mertua) sebagai social support; 3) Survei/observasi, Wawancara, FGD, indept
memperhatikan tahapan masa nifas yang interview. Penentuan sampel dilakukan
terdiri dari fase immediately postpartum (0-24 dengan tehnik purposive sampling. Jumlah
jam pertama), early postpartum (>24 jam-1 sampel diambil 50 orang sampel di RSD dr.
minggu pertama) dan late postpartum (> 1 Soebandi Jember dan 50 sampel ibu
minggu- 6/8 minggu); 4) memperhatikan postpartum di Wilayah Kecamatan Kaliwates,
karakterisktik ibu nifas dan keluarga, sehingga jumlah keseluruhan adalah 100
termasuk budaya yang digunakan oleh responden.
mereka; 5) topik edukasi disesuaikan dengan
kebutuhan ibu terkait tahapan masa nifas. Data yang telah dikumpulkan pada
Adapun topik pada fase immediately penelitian ini meliputi data 1) persepsi ibu
postpartum meliputi adaptasi nyeri dan nifas dan keluarga tentang adaptasi maternal
mobilisasi dini. Topik pada fase early fisiologis dan psikologis; 2) persepsi ibu nifas
postpartum meliputi perawatan payudara, dan keluarga tentang perawatan diri masa
pijat oksitosin, tehnik menyusui yang benar, nifas; 3) persepsi ibu nifas dan keluarga
nutrisi masa menyusui, perawatan perineum, tentang perawatan bayi baru lahir; 4) persepsi
personal hygiene, kebutuhan istirahat, senam petugas kesehatan tentang edukasi postnatal
nifas, ASI ekslusif, perawatan bayi baru lahir dengan pendekatan FCMC; 5) pengaruh
(memandikan, perawatan tali pusat, dan edukasi postnatal terhadap persepsi ibu nifas
mengganti popok). Sedangkan topik pada fase dan keluarga tentang perawatan diri masa
late postpartum meliputi kontrasepsi, nifas dan bayi baru lahir. Pengolahan data
seksualitas, imunisasi bayi, mengenal perilaku yang diperoleh baik secara teoritis maupun
bayi, tumbuh kembang bayi dan keamanan lapangan dianalisis secara kuantitatif baik
bayi. secara deskriptif maupun menggunakan uji
dependent t-tes.

19
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

Postpartum
mothers

Education on
postpartum FCMC
period

Immediately postpartum
Family as (first 0-24 hours)
social Topics: early mobilization, pain
support adaptation

F F
Postnatal
C education Early postpartum Topics: breast care, oxytocin C
(>24 hours - 1 week) massage, breastfeeding
M by health M
workers technique, nutrition, perineum
C care, personal hygiene, the C
need of rest, gymnastic
parturition, exclusive
breastfeeding, neonatal care
(bathing, umbilical cord care,
Late postpartum
changing diapers)
(week 2 – 6/8 weeks)

FCMC

Topics: contraception,
sexuality, baby immunization,
Gambar 1. Model edukasi postnatal dengan pendekatan infant’sCentered
Family behavior, infant ’s
Maternity Care
savety

20
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

HASIL

Tabel 1 Distribusi Persepsi Tentang Perawatan Diri Pada Masa Immadiately Postpartum dan Early
Postpartum pada Ibu Nifas dan Keluarga
Immadiately Postpartum Early Postpartum

Nilai Pretest (n=50) Posttest (n=50) Pretest (n=50) Posttest (n=50)

Mean 44.20 70.00 47.80 71.20

Median 45.00 70.00 50.00 70.00

Mode 40 70 50 70

Std. Deviation 14.441 9.476 12.171 7.990

Minimum 10 50 10 50

Maximum 70 90 70 90

Tabel 2 Distribusi Persepsi Ibu Nifas Dan Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir pada Masa

Early Postpartum
Early Postpartum (n=50)

Nilai Pretest Posttes


t

Mean 47.80 70.00

Median 50.00 70.00

Mode 50 70

Std. Deviation 11.301 7.559

Minimum 20 50

Maximum 70 90

Tabel 3 Distribusi Persepsi Petugas Kesehatan Tentang Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC
Persepsi Tentang MEP (n=17)

Nilai pretest posttes


t

Mean 52.53 77.82

Median 56.00 77.00

Mode 56 70

Std. Deviation 11.495 7.376

Minimum 28 70
20
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

Maximum 70 91

Tabel 4 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan Family FCMC terhadap Persepsi Perawatan
Diri pada Ibu Nifas dan Keluarga
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Fase Immadiately Postpartum (n=50)

pretest 44.20 14.441 2.042 0,00

posttest 70.00 9.476 1.340

Persepsi Fase Early Postpartum (n=50)

pretest 47.80 12.171 1.721 0,00

posttest 71.20 7.990 1.130

Tabel 5 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Ibu Nifas dan
Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir pada 1 Minggu Pertama
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Perawatan BBL 1 Minggu Pertama (n=10)

pretest 47.80 11.301 1.598 0,00

posttest 70.00 7.559 1.069

21
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

Tabel 6 Pengaruh Sosialisasi Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC terhadap Persepsi
Petugas Kesehatan
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Petugas Tentang MEP dengan Pendekatan FCMC (n=17)

pretest 52.53 11.495 2.788 0,00

posttest 77.82 7.376 1.789

Tabel 7 Distribusi Persepsi Tentang Perawatan Diri pada Ibu Nifas dan Keluarga

Immadiately Postpartum (n=50) Early Postpartum (n=50) Late Postpartum (n=50)

Nilai Pretest Posttest pretest posttes Pretest Posttest


t

Mean 49.00 69.20 47.40 66.60 50.40 70.00

Median 50.00 70.00 50.00 70.00 50.00 70.00

Mode 50 70 50 60a 50 70

Std. Deviation 9.530 6.652 13.219 12.715 6.987 6.999

Minimum 30 50 10 40 40 60

Maximum 70 80 70 90 60 80

Tabel 8 Distribusi Persepsi Ibu Nifas Dan Keluarga tentang Perawatan Bayi Baru Lahir
Early Postpartum (n=50) Late Postpartum (n=50)

Nilai Pretest Posttest Pretest Posttest

Mean 50.40 70.00 41.80 65.80

Median 50.00 70.00 40.00 70.00

Mode 50 70 40 70

Std. Deviation 6.987 6.999 12.728 11.445

Minimum 40 60 10 10

Maximum 60 80 60 90

Tabel 9 Distribusi Persepsi Petugas Kesehatan tentang Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC
Persepsi Tentang Model Edukasi Postnatal (n=11)

Nilai pretest posttes


t

Mean 52.91 77.00


21
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

Median 49.00 77.00

Mode 42a 70a

Std. Deviation 10.454 7.000

Minimum 42 70

Maximum 70 91

Tabel 10 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Perawatan Diri
pada Ibu Nifas dan Keluarga
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Fase Immadiately Postpartum

pretest 49.00 9.530 1.348 0,00

posttest 69.20 6.652 .941

Persepsi Fase Early Postpartum

pretest 47.40 13.219 1.869 0,00

posttest 66.60 12.715 1.798

Persepsi Fase Late Postpartum

Pretest 44.20 12.469 1.763 0,00

Posttest 68.40 8.657 1.224

22
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

Tabel 11 Pengaruh Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi Ibu Nifas dan
Keluarga Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Perawatan BBL 1 Minggu Pertama (n=50)

pretest 50.40 6.987 .988 0,00

posttest 70.00 6.999 .990

Persepsi Perawatan BBL 2-6 Minggu Pertama (n=50)

Pretest 41.80 12.728 1.800 0,00

Postest 65.80 11.445 1.619

Tabel 12 Pengaruh Sosialisasi Edukasi Postnatal Dengan Pendekatan FCMC Terhadap Persepsi
Petugas Kesehatan
Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean P Value

Persepsi Petugas Tentang MEP dengan Pendekatan FCMC (n=11)

pretest 52.91 10.454 3.152 0,00

posttest 77.00 7.000 2.111

22
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

PEMBAHASAN hubungan yang diikat denga norma-norma


Berdasarkan uji coba model yang tertentu (Friedman, M.M. 2003). Keluarga ini
adalah kumpulan masyarakat terkecil yang
telah dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember
dan di Puskesmas Kaliwates Jember ada di dalam sebuah komunitas. Adanya
hubungan yang erat antar sesama anggota
didapatkan hasil bahwa edukasi postnatal
dengan pendekatan FCMC efektif diterapkan keluarga merupakan dasar bahwa keluarga
merupakan individu yang saling mendukung
untuk menguatkan persepsi bagi ibu nifas dan
keluarga yang menjalani perawatan di rumah satu sama lain. Sama halnya pada ibu nifas,
dimana tahap perkembangan keluarga yang
sakit maupun di rumah. Peneliti berpendapat
bahwa pemberian edukasi bagi ibu nifas akan dijalani yaitu keluarga dengan childbearing.
Keluarga dengan childbearing adalah tahap
optimal jika diberikan sesuai tahapan masa
nifas yang meliputi tiga fase yaitu kedua dalam perkembangan keluarga yang
dimulai sejak kelahiran anak pertama sampai
immediately postpartum, early postpartum,
dan late postpartum. Topik yang diberikan jika bayi berusia 30 bulan (Friedman, M.M. 2003)
Namun menurut Calgary tahap ini merupakan
disesuaikan dengan fase yang sedang dijalani
oleh ibu nifas akan lebih optimal karena tahap ketiga dimana terjadi transisi dari peran
individu menjadi orang tua dan mulai
sesuai dengan kebutuhan yang sedang
dijalani. membentuk sistem yang permanen. Masa
transisi dalam tahap ini menjadi faktor
Topik edukasi pada fase immediately pencetus stres dan ketidakseimbangan dalam
postpartum (0-24 jam pertama) meliputi keluarga. Setiap tahap dalam keluarga
adaptasi nyeri dan mobilisasi dini. Topik memiliki tugas yang harus dipenuhi, yang
edukasi pada fase early postpartum (>24 jam- berkaitan dengan tanggung jawab yang harus
dicapai oleh keluarga sehingga keluarga dapat
1 minggu pertama) meliputi: perawatan memenuhi kebutuhan keluarga, yang disebut
payudara, pijat oksitosin, tehnik menyusui tugas perkembangan keluarga. tugas perawat
yang benar, kebutuhan istirahat, senam nifas, pada fase nifas ini adalah memfasilitasi
ASI ekslusif, perawatan perineum, personal keluarga khususnya ibu agar mempunyai
hygiene, dan perawatan BBL (memandikan, kompetensi yang maksimal untuk melakukan
perawatan tali pusat, nutrisi masa menyusui, perawatan diri dan bayinya.
mengganti popok). Sedangkan topik edukasi
pada fase late postpartum (> 1 minggu- 6/8 Melalui edukasi postnatal dengan
minggu) meliputi: kontrasepsi, seksualitas, pendekatan FCMC keluarga menjadi optimal
imunisasi bayi, mengenal perilaku bayi, dalam memenuhi tugas perkembangan
tumbang bayi dan keamanan bayi. keluarga dengan ibu nifas baik dalam
melakukan perawatan diri maupun perawatan
Proses pemberian edukasi tersebut bayinya. Melalui ujicoba pada ibu nifas dan
dengan melibatkan keluarga sebagai social keluarga yang dirawat di Ruang Dahlia RSD
support. Keluarga merupakan sekumpulan
individu yang menyatu dalam sebuah
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

dr. Soebandi Jember dan di wilayah bahwa terdapat hubungan antara mobilisasi
Puskesmas Kaliwates Jember pada kebutuhan dini dengan penyembuhan luka perineum pada
informasi tentang perawatan diri pada masa ibu postpartum (Dewi, Ratnawati 2011).
Immadiately Postpartum diperoleh nilai p (p Penelitian dari mustakim telah membuktikan
value 0,00). Berdasarkan hasil tersebut dapat bahwa moblisasi dini dinyakatan efektif dalam
dinyatakan bahwa etopik dukasi pada fase mencegah terjadinya infeksi luka pada ibu
tersebut efektif diberikan pada ibu nifas. postpartum dengan sectio caesarea (Mustakim
Topik edukasi pada fase immediately 2009). Mobilisasi dini penting untuk
postpartum (0- 24 jam pertama) meliputi disampaikan oleh petugas kesehatan
adaptasi nyeri dan mobilisasi dini. Topik disamping karena manfaatnya yang positif bagi
tersebut penting disampaikan pada ibu dan ibu nifas, juga karena keberagaman
keluarga karena adaptasi nyeri dan mobilisasi
dini merupakan kebutuhan utama ibu pada 0-
24 jam pertama pasca melahirkan. Ketika
melahirkan terdapat beberapa perubahan
fisiologis pada anatomi reproduksi ibu
sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri yang
dialami ibu karena perubahan serviks dan
iskemia uterus pada persalinan kala I
(Wiknjosastro 2005). Kala I fase laten lebih
banyak penipisan di serviks sedangkan
pembukaan serviks dan penurunan daerah
terendah janin terjadi pada fase aktif dan
transisi. Rasa nyeri ini perlu diadaptasikan
oleh perawat melalui edukasi yang tepat
dengan memanfaatkan dukungan yang ada
yaitu keluarga. hal ini sesuai dengan teori
yang disampaikan Pillitery (Pillittery 2003)
bahwa dukungan dari pasangan, keluarga
maupun pendamping persalinan dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin
juga membantu mengatasi rasa nyeri.

Topik lain pada fase immadiately


postpartum adalah mobilisasi dini. Beberapa
penelitian telah banyak membuktikan bahwa
mobilisisasi dini memberikan manfaat yang
besar bagi ibu nifas. Penelitian mahdiyah
(Mahdiyah 2013) membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara
mobilisasi dini dengan penurunan tinggi
fundus uteri pada ibu postpartum. Mobilisasi
dini juga memberikan manfaat pada
penyembuhan luka perineum bagi ibu yang
melahirkan normal dan luka post operasi
sectio caesarea. Hal ini telah dibuktikan
23
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

budaya yang terjadi di Indonesia. Beberapa meliputi perawatan payudara, pijat oksitosin,
masyarakat terkadang masih menganut tehnik menyusui yang benar, kebutuhan
budaya tertentu dan berkembang dalam istirahat, senam nifas, ASI ekslusif, perawatan
keluarga seperti keyakinan bahwa ibu nifas perineum, dan personal hygiene. Perawatan
tidak diperbolehkan bergerak karena akan diri yang sedikit dilakukan adalah senam nifas,
membuat luka penyembuhannya menjadi istirahat dan tidur, asupan energi dan protein,
lama, akan menambah rasa sakit pada ibu, dan memiliki pantangan makan sehingga
dan masih banyak lagi kepercayaan direkomendasikan untuk
masyarakat yang salah terkait mobilisasi dini. memberikan edukasi secara optimal bagi ibu
Perawat perlu meluruskan anggapan nifas dan keluarga terkait topik edukasi
tersebut dengan pendekatan melalui tersebut.
keluarga sebagai sumber dukungan utama
Topik pertama yang perlu
ibu nifas. Edukasi yang diberikan akan efektif
disampaikan oleh petugas kesehatan adalah
jika keluarga saling mendukung dan
memahami pentingnya melakukan
perawatan pada ibu nifas salah satunya
mobilisasi dini khususnya pada fase 0- 24 jam
pertama melahirkan.

Fase selanjutnya yang dilalui ibu


nifas adalah early postpartum. Topik edukasi
pada fase early postpartum (>24 jam-1
minggu pertama) meliputi: perawatan
payudara, pijat oksitosin, tehnik menyusui
yang benar, kebutuhan istirahat, senam
nifas, ASI ekslusif, perawatan perineum,
personal hygiene, dan perawatan BBL
(memandikan, perawatan tali pusat, nutrisi
masa menyusui, mengganti popok).
Berdasarkan hasil uji coba pada ibu nifas dan
keluarga di Ruang Dahlia RSD dr. Soebandi
Jember dan di wilayah Puskesmas Kaliwates
Jember terkait perawatan diri pada fase
early postpartum didapatkan p value 0,00.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa topik
edukasi yang diberika pada fase ini efektif
dapat diberikan pada ibu nifas dan keluarga.
pentingnya kompetensi ibu dalam merawat
diri dan bayinya adalah salah satu faktor
penting untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi. Fase early postpartum adalah
periode di mana ibu seharusnya telah
mampu untuk merawat diri dan bayinya.
Melalui dukungan keluarga tentunya
kompetensi ini akan lebih mudah dimiliki
oleh ibu nifas. Perawatan diri pada ibu nifas
24
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

perawatan payudara pada ibu nifas. payudara dengan benar dan rutin sehingga
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan memberikan manfaat yang baik bagi produksi
yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk ASI ibu nifas.
memelihara kesehatan payudara dengan
Pijat oksitosin merupakan topik
tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada
edukasi selanjutnya yang perlu disampaikan
waktu post partum (Bobak, LM., Lowdermilk,
pada ibu nifas dan keluarga. Pijat oksitosin
D.L., & Jensen 2005). Tindakan ini dilakukan
adalah pemijatan pada sepanjang tulang
dengan tujuan untuk 1) Memelihara
belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kebesihan payudara; 2) Melenturkan dan
kelima-keenam dan merupakan usaha untuk
menguatkan puting susu; 3) Mengeluarkan
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
puting susu yang masuk kedalam atau daftar;
setelah melahirkan (Bobak, LM., Lowdermilk,
4) Mempersiapkan produksi ASI; 5)
Mencengah pembendungan ASI; 6)
Meningkatkn hygiene payudara; 7)
Meningkatkan produksi ASI; 8) Melenturkan
dan menguatkan puting payudara. Hal
tersebut telah dilakukan penelitian oleh Astari
& Djuminah (2008) yang membuktikan bahwa
ada hubungan antara perawatan payudara
masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI
(Djuminah 2008). Hasil uji korelasi
menunjukkan perawatan payudara akan
menyebabkan sekresi ASI pada ibu
postpartum cenderung lebih cepat atau
kurang dari 24 jam dengan peluang 11 kali
lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang
tidak melakukan perawatan payudara. Hal ini
juga

didukung oleh penelitian Masnila


(Masnila 2013) yang membuktikan bahwa ada
hubungan perawatan payudara dengan
produksi ASI pada ibu postpartum. Selain itu
pentingnya perawatan payudara ini ternyata
mampu meningkatkan kualitas kolostrum. Hal
tersebut telah dibuktikan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kandungan
protein dalam kolostrum sebelum dan
sesudah perawatan payudara (Machmudah,
Khayati 2013). Melalui dukungan keluarga,
kegiatan perawatan payudara pada ibu nifas
mampu dilakukan dengan baik karena edukasi
yang diberikan akan langsung dipraktikkan
oleh ibu dengan didukung oleh keluarga
khususnya suami dalam pelaksanaannya
sehingga ibu mampu melakukan perawatan
24
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

D.L., & Jensen 2005). Kegagalan dalam pengeluaran ASI dan bayi dapat menghisap
proses menyusui sering disebabkan karena puting dengan benar. Mengajari ibu
timbulnya masalah, baik pada ibu maupun bagaimana teknik menyusui yang benar
pada bayinya, salah satunya yaitu produksi adalah tugas dari petugas kesehatan dengan
ASI yang kurang. Untuk memperlancar mengoptimalkan dukungan keluarga sebagai
produksi ASI dapat dilakukan dengan social support utama bagi ibu nifas. Posisi
merangsang reflek oksitosin yaitu dengan menyusui yang salah dapat menimbulkan
pijat oksitosin. Penelitian Suryani & Astuti masalah pada ibu dan bayi seperti puting
(2013) membuktikan bahwa pijat oksitosin menjadi lecet karena perlekatan tidak
efektif meningkatkan produksi ASI pada ibu sempurna sehingga membuat ibu enggan
nifas. Hal ini sesuai dengan pedoman Depkes menyusui, produksi ASI tidak lancar yang
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2007) bahwa pijat stimulasi oksitosin untuk
ibu menyusui berfungsi untuk merangsang
hormon oksitosin agar dapat memperlancar
ASI dan meningkatan kenyamanan ibu,
mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, dan
mempertahankan produksi ASI ketika ibu
dan bayi sakit. Mengingat gerakan dalam
melakukan pijat oksitosin ini adalah di
vertebrae (tulang belakang) maka lebih
optimal jika dibantu oleh orang lain. Petugas
kesehatan dapat melakukan pijat oksitosin
pada ibu sambil mengajarkan pada ibu dan
keluarga cara dan titik yang harus dilakukan
pemijatan sehingga keluarga sebagai
pendamping utama bagi ibu nifas dapat
memberikan tindakan pemijatan baik ketika
di rumah sakit maupun saat di rumah agar
produksi ASI lancar dan proses menyusui
dapat berjalan dengan optimal.

Proses menyusui akan berjalan


optimal jika kondisi fisik dan psikologis ibu
dalam keadaan baik. Selain itu produksi ASI
juga merupakan faktor penting keberhasilan
proses menyusui. Namun produksi ASI yang
banyak jika tidak dilakukan dengan teknik
menyusui yang benar juga akan
menghambat proses menyusui. Teknik
menyusui yang benar adalah cara
memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan sehingga proses menyusui
optimal karena posisi ibu dan bayi ketika
menyusui dapat memberikan rangsangan
25
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

menyebabkan proses menyusui terhambat, regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi
dan bayi sering menangis karena tidak merasa baru, memperlancar produksi hormon
kenyang setelah disusui. Hal tersebut dapat pertumbuhan tubuh, mengistirahatkan tubuh
menjadi masalah ketidakberhasilan ibu dalam yang letih akibat aktivitas seharian,
menyusui sehingga edukasi yang optimal meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan
diperlukan agar ibu mampu dan kompeten penyakit, menambah konsentrasi dan
dalam menyusui bayi. Dukungan keluarga kemampuan fisik. Dengan kondisi fisik dan
sangat penting di sini karena petugas psikologis yang baik, ASI akan diproduksi
kesehatan tidak selalu berada di samping ibu dengan baik sehingga proses menyusui akan
untuk mengamati apakah posisi menyusui berjalan dengan lancar.
sudah benar. Keluarga adalah individu yang
selalu berada di samping ibu sehingga bisa
diberdayakan untuk mengingatkan dan
membantu ibu melakukan teknik menyusui
yang benar.

Masa nifas adalah masa yang cukup


melelahkan bagi ibu dan keluarga karena
adanya anggota keluarga baru yaitu bayi.
Tahap perkembangan keluarga dengan anak
kecil menurut Calgary adalah tahap ketiga.
Pada tahap ini orang dewasa menjadi
pengasuh untuk bayinya. Pengalaman
keluarga dapat mempengaruhi pembentukan
keluarga baru. Tahap ini merupakan tahap
terjadinya transisi dari peran individu menjadi
orang tua dan mulai membentuk sistem yang
permanen. Peran tersebut pada mulanya sulit
karena perasaan ketidakadekuatan menjadi
orangtua baru, kurangnya bantuan dari
keluarga dan teman-teman, dan para
profesional perawatan kesehatan yang
bersifat membantu dan sering terbangun
tengah malam oleh bayi yang berlangsung 3
hingga 4 minggu. Ibu merasa letih secara
psikologis dan fisiologis. Ia sering merasakan
beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan
mungkin juga bekerja selain merawat bayi.
Ketika periode tersebut ibu membutuhkan
istirahat yang cukup agar terhindar dari stress
fisik maupun psikologis. Petugas kesehatan
penting menyampaikan kebutuhan istirahat
dan tidur selama fase early postpartum
karena kebutuhan ini adalah kebutuhan
utama bagi ibu. Kegunaan atau fungsi dari
tidur yang cukup bagi ibu nifas yaitu
25
Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 17-28

Produksi ASI dapat dipengaruhi oleh (Wenas. W, Malonda, N.S, Bolang. A,


beberapa faktor selain pijat oksitosin, Kapantow 2010). Hasil penelitian menyatakan
perawatan payudara, teknik menyusui yang bahwa dukungan keluarga berhubungan
benar, cukup istirahat. Faktor lain yang juga dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif
mempengaruhi produksi ASI yaitu nutrisi (Rahmawati, Bahar, B, & Salam 2013). ASI
yang baik dan benar untuk ibu menyusui. Hal Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan
ini penting disampaikan karena ternyata untuk bayi sejak baru lahir sampai 6 bulan
pengetahuan ibu terkait nutrisi masa tanpa makanan pendamping dan minuman
menyusui masih tergolong kurang. lainnya seperti air, air gula, teh, dan
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa sebagainya. Makanan terbaik bagi bayi adalah
pengetahuan ibu menyusui tentang asupan ASI sampai usia 6 bulan. Hal ini penting
nutrisi cukup, hal ini disebabkan masih disampaikan oleh petugas kesehatan pada ibu
kurangnya informasi dan penyuluhan dari dan keluarga. terkadang masih banyak
tenaga kesehatan tentang asupan nutrisi kepercayaan di masyarakat
yang baik (Maisyarah 2011). Disarankan
kepada petugas kesehatan agar memberikan
pemahaman tentang pentingnya
memberikan informasi mengenai asupan
nutrisi yang baik. Hal tersebut juga
disebabkan masih banyaknya budaya
pantang makan bagi ibu nifas yang
berkembang di masyarakat sehingga
kebutuhan nutrisi kadang belum tercukupi.
Petugas kesehatan penting untuk
menyampaikan nutrisi bagi ibu nifas karena
menjadi salah satu faktor kelancaran
produksi ASI dan meningkatkan kesehatan
ibu nifas serta bayinya. Dukungan keluarga
sangat dominan di sini karena keluarga yang
biasanya menyiapkan makanan bagi ibu nifas
yang tinggal di tengah-tengah keluarga. Gizi
pada ibu menyusui sangat erat kaitannya
dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat
badan bayi akan meningkat, integritas kulit
baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang
memuaskan.

Topik penting lainnya adalah ASI


eksklusif yang perlu disampikan pada ibu dan
keluarga. keberhasilan ASI eksklusif ini
sangat bergantung pada sikap ibu dan
dukungan keluarga. Berdasarkan Penelitian
didapatkan bahwa ada hubungan antara
sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif
26
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

bahwa bayi harus diberikan makanan Selain senam nifas, perawatan diri ibu
tambahan seperti pisang, minuman manis, nifas yang lainnya yaitu perawatan perineum
dan makanan tambahan agar gizinya baik. dan personal hygiene. Luka di perineum pasti
Padahal pencernaan bayi masih belum akan dialami oleh ibu pasca melahirkan. Jika
mampu bekerja optimal sehingga tidak jarang tidak dijaga dengan baik akan menimbulkan
ditemukan kejadian penyakit pencernaan infeksi yang saat ini menjadi penyebab
yang dialami bayi karena perilaku ibu dan kematian nomer 1 di dunia. Untuk mengatasi
keluarga yang salah dalam memberikan masalah infeksi pada masa nifas, ibu penting
makanan pada bayi. Pentingnya ASI eksklusif diajari bagaimana merawat perineum dan
bagi bayi adalah untuk meningkatkan status melakukan perawatan diri dengan benar.
kesehatan bayi karena ASI adalah makanan Perawatan perineum adalah pemenuhan
paling aman dan paling baik bagi bayi, kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
memberikan banyak manfaat bagi bayi juga paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu
bagi ibu.

Perawatan diri bagi ibu yang juga


penting disampaikan yaitu senam nifas.
Senam nifas merupakan latihan gerak yang
dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan supaya otot-otot yang mengalami
peregangan selama kehamilan dan persalinan
dapat kembali kepada kondisi normal seperti
semula. Senam nifas dapat di mulai 6 jam
setelah melahirkan dan dalam pelaksanaanya
harus dilakukan secara bertahap, sistematis
dan kontinue. Senam nifas ini telah terbukti
memberikan banyak manfaat bagi ibu nifas.
Hasil Penelitian menyatakan bahwa senam
nifas efektif menurunkan involusi uterus pada
ibu nifas (Puspitaningrum 2012). Penurunan
involusi uterus yang berlangsung cepat akan
mencegah risiko perdarahan akibat
bendungan uterus pasca melahirkan. Senam
nifas membantu penyembuhan rahim, perut,
dan otot pinggul yang mengalami trauma
serta mempercepat kembalinya bagian-bagian
tersebut kebentuk normal; membantu
menormalkan sendi-sendi yang menjadi
longgar diakibatkan kehamilan; menghasilkan
manfaat psikologis, dan menambah
kemampuan menghadapi stress dan bersantai
sehingga mengurangi depresi pasca
persalinan (Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., &
Jensen 2005).

26
Model Family Centered Maternity Care (Asmuji, Diyan Indriyani)

yang dalam masa antara kelahiran placenta khususnya dalam melakukan perawatan bayi
sampai dengan kembalinya organ genetik baru lahir. Keluarga yang saling mendukung
seperti pada waktu sebelum hamil. Tujuan akan mengurangi stressor ibu ketika belum
perawatan perineum adalah mencegah terampil melakukan perawatan bayi sehingga
terjadinya infeksi sehubungan dengan ibu akan tetap termotivasi untuk belajar dan
penyembuhan jaringan (Hamilton 2000). menjadi terampil dalam melakukan
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi perawatan bayi.
sumber infeksi dan meningkatkan perasaan
Setelah melewati fase early
nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk
postpartum maka tahap selanjutnya adalah
menjaga kebersihan diri dengan cara mandi
late postpartum (> 1 minggu- 6/8 minggu).
yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti
Melalui ujicoba model tentang perawatan
pakaian dan alas tempat tidur serta
bayi pada fase early postpartum dan fase late
lingkungan dimana ibu tinggal, ibu harus
postpartum
tetap bersih, segar dan wangi. Merawat
perineum dengan baik dengan menggunakan
antiseptik dan selalu diingat bahwa
membersihkan perineum dari arah depan ke
belakang.

Selain topik mengenai perawatan diri


ibu nifas, topik edukasi mengenai perawatan
bayi baru lahir juga penting disampaikan
pada fase early postpartum. Melalui uji coba
model pada ibu nifas dan keluarga di Ruang
Dahlia RSD dr. Soebandi Jember dan di
wilayah Puskesmas Kaliwates Jember terkait
persepsi ibu nifas dan keluarga tentang
perawatan bayi baru lahir pada fase early
postpartum didapatkan p value 0,00.
Perawatan BBL terdiri dari memandikan,
mengganti popok, dan perawatan tali pusat.
Peneliti berpendapat bahwa perawatan bayi
adalah tanggungjawab dari seorang ibu.
Perawatan bayi yang dilakukan oleh ibu akan
menimbulkan kedekatan antara ibu dan bayi
baik secara fisik maupun psikologis.
Kompetensi ibu dalam melakukan perawatan
bayi akan lebih optimal dengan adanya
pendampingan keluarga sebagai pendukung.
Hasil penelitian menyatakan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dan keterampilan ibu dalam
perawatan bayi adalah dukungan keluarga
(Rohani 2013). Menurut Friedman (2003)
keluarga merupakan social support utama
bagi ibu ketika menjalani masa nifas
27
diperoleh p value 0,00. Hal ini berarti topik bayi baru ke dalam keluarga), memberikan ASI
edukasi pada fase ini bisa disampaikan pada sebagai kebutuhan dasar bayi, memberikan
ibu dan keluarga untuk mengoptimalkan berbagai kebutuhan anak, pasangan kembali
kompetensi ibu dalam melakukan perawatan melakukan adaptasi karena kehadiran anggota
diri dan bayinya selama fase ini. Topik keluarga baru dan menyesuaikan dengan
edukasi meliputi kontrasepsi, seksualitas, kebutuhan anggota keluarga,
imunisasi bayi, mengenal perilaku bayi, mempertahankan hubungan perkawinan yang
tumbang bayi dan keamanan bayi. Proses memuaskan, dan memperluas persahabatan
pemberian edukasi tersebut dengan dengan keluarga besar dengan menambahkan
melibatkan keluarga sebagai social support. peran orang tua
Melalui pelibatan keluarga diharapkan ibu
mempunyai kompetensi yang optimal dalam
fase ini. Berdasarkan penelitian didapatkan
bahwa pengetahuan ibu berpengaruh
terhadap perilaku ibu dalam perawatan bayi
seperti imunisasi, tumbuh kembang bayi, dan
mengenai kemanan bayi (Nuraprilyanti &
Indah 2009) . Pengetahuan ibu yang optimal
melalui edukasi, akan semakin kuat jika
didukung oleh keluarga. Fase 1-8 minggu
pasca melahirkan adalah tahapan dimana ibu
dan keuarga telah siap untuk menjadi sebuah
keluarga baru dengan kelahiran bayi. Kesiapan
secara fisik dan psikologis harus sudah dimiliki
oleh ibu dan keluarga sehingga mampu dalam
melakukan perawatan diri maupun bayi
selama tahap ini. Friedman (2003)
menjelaskan bahwa keluarga yang kokoh dan
saling mendukung satu sama lain akan
menghasilkan sebuah hubungan yang
harmonis dan timbul rasa kasih sayang antar
anggota keluarga.

Melalui edukasi postnatal yang disesuaikan


dengan tahapan masa nifas maka ibu dan
keluarga akan mempunyai kompetensi yang
baik dalam melakukan perawatan diri dan
bayinya. Adanya dukungan dari keluarga
menjadikan komiten yang kuat dalam sebuah
keluarga yang baru melewati masa
melahirkan dan siap menyongsong tahapan
baru yaitu mempunyai bayi sehingga tugas
perkembangan keluarga akan terpenuhi
diantaranya mempersiapkan menjadi orang
tua, membentuk keluarga muda sebagai
sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan
dan kakek nenek (L.M & Maureen 2009). Buku Ajar Keperawatn Maternitas 4th
Dengan demikian selain tugas ed., jakarta: EGC.
perkembangan keluarga terpenuhi,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
keterampilan ibu dalam melakukan
2007. Pedoman Pelayanan Kebidanan
perawatan diri dan bayi akan berkontribusi
Dasar, Jakarta: Depkes.
besar dalam menurunkan angka kematian
ibu dan bayi di masa mendatang. Dewi, Ratnawati, & B., 2011. Hubungan
Mobilisasi Dini dengan Kecepatan
Kesembuhan Luka Perineum pada Ibu
SIMPULAN DAN SARAN Post Partum di Seluruh Wilayah Kerja
Puskesmas Singosari Kabupaten Malang.
Simpulan FK Universitas Brawijaya Malang.

Model Edukasi Postnatal dengan pendekatan Djuminah, A.&, 2008. Hubungan Perawatan
Family Centered Maternity Care efektif Payudara Masa Antenatal dengan
digunakan sebagai strategi optimalisasi Kecepatan Sekresi ASI Post Partum
competent mothering bagi ibu nifas dengan
melibatkan keluarga secara langsung. Namun
sampai dengan akhir penelitian masih perlu
melakukan penyempurnaan modul dan
booklet sebagai medianya.

Saran

Model edukasi postnatal dengan


pendekatan FCMC dapat dipalikasikan oleh
petugas kesehatan untuk meningkatkan
persepsi ibu nifas dan keluarga dalam
mengoptimalkan perannya dalam merawat
diri dan merawat bayi yang dilahirkan.
Keluarga sebagai social support utama bagi
ibu nifas disarankan untuk terlibat aktif
dalam proses edukasi postnatal maupun
dalam proses perawatan ibu dan bayinya
selama periode postpartum. Diperlukan
kebijakan pada system pelayanan kesehatan
untuk implementasi model ini terkait dengan
jumlah sumber daya manusia, serta sarana
dan prasarana untuk edukasi.

KEPUSTAKAAN

Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M..,


2005. Alih Bahasa * Wijayarini, M.A).
Primipara. FK Brawijaya.

Friedman, M.M., B.& J., 2003. Family nursing: Research, Theory, and Practice 5th ed., Connecticut: Appleton &
Lange.

Hamilton, P.., 2000. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas 7. Alih Ba., Jakarta: EGC.

L.M, W. & Maureen, L., 2009. Nurses And Families : A Guide To Family Assesment And Intervention 5th ed.,
Philadelphia: FA Davis Company.

Machmudah, Khayati, & I., 2013. Peningkatan Kualitas Kolostrum pada Ibu Postpartum Yang Dilakukan Pijat
Payudara dengan Metode Oketani. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Mahdiyah, D., 2013. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Postpartum di
BLUD RS

H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin, 11(11).

Maisyarah, S., 2011. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asupan Nutrisi di Klinik Nurhasanah Medan. Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Masnila, 2013. Hubungan Perawatan Payudara terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin
Tutun Sehati Tanjung Morawa 2013. Jurnal Ilmiah PANNMED, 9(1).

Mustakim, 2009. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Kejadian Infeksi Luka pada Ibu Post Partum dengan Sectio
Caesaria. Universitas Muhammadiyah Jember.

Nuraprilyanti & Indah, 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi
Campak Pada Bayi di Kec Pancoran Mas Depok. FKM UI.

Pillittery, A., 2003. Maternal and Child Health Nursing, Care Of The Childbearing And Chieldbearing Family Fourth
Edi., Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Puspitaningrum, N., 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Pelaksanaan Senam Nifas dengan
Kecepatan Proses Involusi Uterus.

Rahmawati, Bahar, B, & Salam, A., 2013. Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan dan
Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Bonto Cani Kabupaten Bone. FKM Universitas Hasanuddin Makassa.

RI, D., 2007. Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MS) di Indonesia, Jakarta: Depkes.

Rohani, S., 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dan Keterampilan Ibu dalam Perawatan Bayi
di Ruang Nifas RSUD Lanto DG Pasewang Kab. Janeponto. Jurnal Stikes Nani Hasanuddin Makassar., 3(5).

Saifuddin, A.., 2004. Buku panduan Praktis pelayanan Komplikasi perinatal dan Neonatal., Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, A., 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas., Jakarta: Salemba Medika.

Wenas. W, Malonda, N.S, Bolang. A, Kapantow, N.., 2010. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu
Menyusui dengan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan
Tompaso. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.

Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawir

EFEKTIFITAS PRENATAL YOGA TERHADAP PENGUR ANGAN KETIDAKNYAMANAN


IBU SELAMA HAMIL

Ni Kadek Ayu Sri Susilawati¹, Chichik Nirmasari²


Prodi D-IV Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi
Waluyo
email :nikadekayusrisusilawati@gmail.com
email :chichik_ns@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan
pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus aterm.Selama
pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan
kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan
yang terjadi pada fisik dan mentalnya.Agar ibu hamil dapat beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi baik fisik maupun mentalnya, perlu dilakukan asuhan
antenatal yang bertujuan untuk mempersiapkan kematang fisik dan mental selama
menjalani kehamilan tersebut. Melakukan prenatal yoga merupakan salah satu solusi
self help yang menunjang proses kehamilan dan sampai pada proses
persalinan.Dimana prenatal yoga ini merupakan suatu asuhan yang dapat
meringankan ketidaknyamanan pada ibu hamil tanpa menggunakan therapy
farmologi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas prenatal yoga
terhadap pengurangan ketidaknyamanan ibu selama hamil. Metode penelitian yang
digunakan adalah literature review terhadap hasil penelitian yang berkaitan dengan
efektifitas prenatal yoga terhadap pengurangan ketidaknyamanan yang dialami oleh
ibu selama hamil, yang dipublikasikan pada google scholer. Artikel yang dipilih
merupakan artikel berbahasa Indonesia dan berbahas Inggris yang terbit sejak tahun
2013 sampai 2016.Dimana dalam artikel tersebut ditemukan secara signifikan bahwa
prenatal yoga mempunyai pengaruh terhadap pengurangan ketidaknyamanan yang
dialami oleh ibu hamil.

Kata Kunci: Ibu Hamil, Ketidaknyamanan, Prenatal Yoga


beban tubuh lebih di depan. Dalam upaya
PENDAHULUAN menyesuaikan dengan beban tubuh yang
Kehamilan merupakan suatu berlebihan sehingga tulang belakang
proses yang dimulai sejak bertemunya mendorong ke arah belakng, membentuk
sperma dan ovum di dalam rahim postur lordosis. Hal ini yang
wanita. Pertemuan sperma dan ovum menyebabakan rasa pegal pada punggung,
lebih dikenal dengan nama fertilisasi varises dan merasakan krampada kaki
atau konsepsi yang membentuk zygote, (Purwati, 2015).
berimplantasi ke dalam uterus dan
berkembang sampai dilahirkan menjadi
seorang bayi. Setiap kehamilan
merupakan proses alamiah, bila tidak
dikelola dengan baik akan memberikan
komplikasi pada ibu dan janin dalam
keadaan sehat dan aman (Nugroho,
2014).
Selama kehamilan, tubuh ibu
hamil mengalami perubahan besar yang
bisa membuat ibu hamil seringkali
merasa tidak nyaman, baik itu
perubahan fisiologis maupun
psikologis.Perubahan ini menimbulkan
gejala spesifik sesuai dengan tahapan
kehamilan yang terdiri dari tiga
trimester.(Andriana, 2014).
Berat badan yang meningkat
drastis menyebabkan ibu hamil cepat
merasa lelah, sukar tidur, nafas pendek,
kaki dan tangan odema.Sejalan dengan
pertumbuhan janin dan mendorong
diafragma ke atas, bentuk dan ukuran
rongga dada berubah.Volume tidal,
volume ventilator permenit, dan
ambilan oksigen meningkat. Karena
bentuk dari rongga thorak berubah dan
karena bernafas lebih cepat, sekitar 60%
ibu hamil mengeluh sesak nafas
.peningkatan tinggi fundus uteri yang
disertai pembesaran perut, membuat
Untuk memelihara kesehatan ketidaknyamanan selama kehamilan.
ibu hamil, perlu dilakukan perawatan Dengan mengetahui efektifitas dari
kehamilan yaitu salah satunya dengan prenatal yoga ini dapat dijadikan
melakukan olahraga.Bagi ibu hamil, strategi oleh tenaga kesehatan untuk
olahraga juga mempunyai banyak mengurangi ketidaknyamanan pada ibu
manfaat.Olahraga dapat membantu hamil.
dalam perubahan metabolism tubuh
selama kehamilan yang berdampak
pada tingginya konsumsi oksigen
pada tubuh, aliran darah jantung,
volume dan curah jantung. Hal ini
mengakibatkan perubahan peran
jantung selama kehamilan yang
berguna untuk membantu fungsi
jantung, sehingga ibu hamil akan
merasa lebih sehat, dan juga dapat
mengurangi frekuensi nyeri
punggung akibat kehamilan dengan
cara membantu mempertahankan
portur tubuh yang lebih baik (Putra,
2016).
Bentuk olahraga yang dapat
membantu ibu hamil merasakan
kenyamanan saat kehamilan atau pun
sampai proses melahirkan yaitu
prenatal yoga. Prenatal yoga adalah
keterampilan mengolah pikiran,
berupa teknik pengembangan
kepribadian secara menyeluruh baik
fisik, psikologi dan spiritual.Prenatal
yoga ini diantaranya mencakup
berbagai relaksasi, mengatur postur
olah napas dan meditasi yang dapat
dilakukan oleh ibu hamil setiap
hari(Amalia, 2015).
Tujuan dari tinjauan literature
ini untuk mengetahui efektifitas dari
prenatal yoga terhadap
pengurangan
METODE HASIL
Study ini merupakan suatu Pencarian artikel dilakukan pada
tinjauan literature (Literature Riview) pangkalan data (data base) dengan kata
yang mencoba menggali informasi kunci tertentu. Artikel yang digunakan
mengenai efektifitas prenatal yoga dan memenuhi criteria sebanyak 7
terhadap pengurangan ketidaknyamanan artikel, yang terdiri dari 5 artikel yang
ibu selama hamil. Sumber untuk menggunakan desain quasi eksperimen
melakukan tinjauan literature ini dan dua artikel menggunakan metode
meliputi studi pencarian sistematis analitik cross cestional.Berikut data
database komputerisasi (Pubmed, artikel yang diuraikan dalam bentuk
NCBI, Google Cendikia) bentuk jurnal tabel.
penelitian yang digunakan berjumlah 7.
Jurnal penelitian dipergunakan dari
tahun 2013 sampai 2016.
Tabel. 1 Ekstrasi Data Penelitian
No Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Field., et al (2013) Desain penelitian yang Hasil dari penelitian ini adalah
digunakan adalah quasi yoga mempunyai efek positif bagi
eksperimen dengan ibu hamil yaitu untuk menurunkan
menggunakan pre and post test tingkat stress dan nyeri punggung.
without control group design
yang dilakukan selama 12
minggu, dimana jumlah sampel
sebanyak 92 orang ibu hamil.
2 Rahma (2014) Desain penelitian yang Hasil penelitian ini menunjukkan
digunakan adalah Single Case bahwa terdapat peningkatan
Research dengan desain B-A-B kualitas tidur pada ibu hamil
pada ibu hamil trimester tiga sesudah dilakukan prenatal yoga.
yang berjumlah 15 orang yang
selama 3 minggu. Penelitian ini
dilakukan dengan menilai
sebelum, selama dilakukan dan
sesudah dilakukan prenatal
yoga.
3 Mediarti., et al Desain penelitian yang Hasil penelitian ini menunjukkan
(2014) digunakan adalah quasi bahwa ada perbedaan keluhan ibu
exsperimendengan desain pre- hamil sebelum dan sesudah
test dan post-test pada ibu hamil dilakukan prenatal yoga. Dimana
trimester tiga sebanyak 35 keluhan yang dimaksud adalah
orang yang dilakukan selama 4 nyeri punggung, susah tidur, kram
minggu kaki dan cemas.
4 Sumiatik., et al Desain penelitian ini adalah Hasil penelitian ini adalah ada
(2014) cross sectional dengan jenis hubungan antara melakukan
penelitian analitik. Teknik prenatal yoga dengan mengurangi
pengumpulan data pada kecemasan pada kehamilan
penelitian ini adalah trimester tiga.
menggunkan
purposive
No Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian
sampling pada ibu hamil
trimester tiga dengan jumlah
sampel sebanyak 22 orang.
5 Newham., et al Desain penelitian yang Hasil penelitian ini adalah ada
(2014) digunakan adalah quasi hubungan antara melakukan
exsperimendengan desain pre- prenatal yoga dengan mengurangi
test dan post-test pada ibu hamil kecemasan pada kehamilan.
sebanyak 31 orang ibu hamil
selama 8 minggu.
6 Fauziah., et al Desain penelitian ini adalah Hasil dari penelitian ini adalah
(2016) quasi eksperimen interrupted prenatal yoga dapat memberikan
time-series design yang diukur efek dalam penurunan kecemasan
sebanyak tiga kali sebelum pada ibu hamil trimester tiga.
treatment dan tiga kali sesudah
treatment yang dilakukan pada
tiga orang ibu hamil.
7 Sari., et al Desain penelitian ini adalah Hasil dari penelitian ini adalah
(2016) penelitian kuantitatifdengan adanya hubungan prenatal yoga
metode cross sectional pada ibu dengan kesiapan fisik dan psikologi
hamil trimester tiga dengan dalam menjalani kehamilan pada
jumlah responden sebanyak 24 ibu hamil trimester tiga.
orang.
DISKUSI 2. Mengurangi nyeri punggung Menurut
Field., et al (2013), Mediarti., et al
Berdasarkan hasil diskusi dari keenam
(2014) dan Sari., et al (2016), prenatal
artikel didapatkan hasil bahwa
yoga dapat mengurangi nyeri punggung
efektifitas prenatal yoga terhadap karena gerakan-gerakan
pengurangan ketidaknyamanan ibu yang ada pada prenatal yoga ini akan
selama hamil yaitu : dapat melenturkan otot-otot yang ada
1. Mengurangi kecemasan/stress disekitar tulang punggung dan
Menurut Field., et al (2013), Mediarti., kelenturan tubuh. Sehingga rasa nyeri
et al (2014), Sumiatik., et al (2014), akan berkurang dan pergerakan tubuh
Newham., et al (2014), Fauziah., et al akan terasa nyaman.
(2016) dan Sari., et al (2016), prenatal 3. Meningkatkan kualitas tidur Menurut
yoga dapat mengurangi kecemasan atau Rahma (2014), Mediarti., et al (2014)
stress pada ibu hamil karena dengan dan Fauziah., et al (2016), prenatal
melakukan prenatal yoga yoga dapat meningkatkan
secara teratur akan membawa efek kualitas tidur ibu hamil diakrenakan
relaksasi pada tubuh ibu hamil, baik oleh gerakan yoga yang terjadi pada
yang bersifat relaksasi pernafasan tubuh diawali dengan terciptanya
maupun relaksasi otot, sehingga ibu suasana relaksasi alam sadar yang
hamil akan merasakan keadaanyang secara sistematis membimbing pada
tenang, santai, rileks dan nyaman dan keadaan rileks yang mendalam.
menjalani kehamilannya.
Terciptanya rileksasi Andriana. 2014. Melahirkan Tanpa Rasa
akan Sakit. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu
menghilangkan suara-suara dalam Populer.
pikiran sehingga tubuh akan
Fauziah., et al. 2016. Efektivitas Latihan Yoga
mampu melepas ketegangan
Prenatal Dalam Menurunkan
otot..Ketika tubuh mulai rileks
Kecemasan Pada Ibu Hamil
nafas menjadi santai dalam, sengga
Primigravida Trimester III.Kemas 8 (2)
system pernafasan dapat tidur.
(2016) 145-152. Diakses
4. Mengurangi kram pada kaki Menurut
Mediarti., et al (2014) dan Fauziah., et al
(2016), prenatal yoga dapat mengurangi
kram pada kaki karena gerakan-
gerakan yang ada pada prenatal
yoga dapat merilekskan otot-otot dan
memperlancar sirkulasi peredaran
darah, sehingga saluran peredaran
darah tidak akan tersumbat., peredaran
darah akan lancer sehingga kram pada
kaki akan berkurang.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat


disimpulkan bahwa prenatal yoga
efektif dalam mengurangi
ketidaknyamanan pada kehamilan yaitu
diantaranya : mengurangi
kecemasan/stress, mengurangi nyeri
punggung, meningkatkan kualitas tidur,
mengurangi kram pada kaki.

REFERENSI
Amalia.2014. Tetap Sehat Dengan
Yoga.Jakarta : Gagas Media.
Tanggal 06 Maret 2017. Jam 2017, Jam 19.30 WIB.
19.40 WIB. Sari., et al. 2016. Hubungan Senam Yoga
Field., et al. 2013. Yoga Reduces Dengan Kesiapan Fisik Dan
Prenatal Depression, Anxiety Psikologi Ibu Hamil Dalam
And Sleep Disturbance. Menjalani Kehamilan Trimester
III.Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan,
Complementary Therapies In Volume 5. No 2. November 2016,
Clinical Practice 19 (2013) 6-10.
hlm 110-237.
Mediarti., et al. 2014. Pengaruh Yoga
Antenatal Terhadap
Pengurangan Keluhan Ibu Hamil
Trimester III.Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan.Volume 1.No. 1.

Oktober 2014 : 47-53.


Newham., et al (2014). Effects Of
Antenatal Yoga On Maternal
Anxiety And Depression. Wiley
Periodicals, Inc. Depression And
Anxiety 00 : 1 -10

(2014).

Nugroho. 2014. Buku Ajar ASKEB I


Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Purwati, 2015.Pengaruh Senam Hamil


Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil
Trimester II Dan III : PPNI
Mojokerto.

Putra. 2016. Cara Mudah Melahirkan.

Yogyakarta : Laksana.
Rahma. 2014. Hubungan Prenatal Yoga
Terhadap Kualitas Peningkatan
Tidur Pada Ibu Hamil Trimester

III. UMS. 07. 2014. Halm. 54.


Diakses Tanggal 06 Maret
Sumiatik., et al. 2014. Hubungan Prenatal Trimester III.Jurnal Maternal dan
Yoga Dengan Mengurangi Neonatal, 12/05 (2016), 8-14.
Kecemasan Pada Kehamilan

Anda mungkin juga menyukai