OLEH KELOMPOK 9:
NAMA-NAMA KELOMPOK:
FAKULTAS KESEHATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas berkat
dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
keperawatan pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ini dengan baik. Dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurnah untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan guna untuk memperbaiki makalah ini
kedepannya nanti.
Penulis
KelompokIX
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar isi.........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan masalah................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 saran
DAFTAR PUSTAKA ………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
PPOK merupakan istilah yang sering di gunakan untuk sekelompok paru yang
berlangsung lama dan di tandai oleh peningktan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya (price sylvia anderson : 2005). PPOK atau
penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang menunju pada sejumlah
gangguan yang mempengharui pergerakan udara dari dan keluar paru. gangguan yang
(suaryditya ; 2009 )
Pemakaian istilah obstruktif kronik (CPOD) menunjukan dua gangguan yang secara
umum terjadi bersamaan – bronkitis kronik dan emfidema. Walaupun asma bronkial
termasuk dalam bagian ini karena komponen asma sering kali terdapat dua gangguan
tersebut, namun asma biasanya di bicarakan sebagai penyakit tersendiri karena dapat
timbul sendiri.
adalah faktor resiko yang paling penting. COPD kira-kira dua kali lebih sering terjadi
pada laki-laki dari pada perempuan cepat meningkat karena kebiasaan merokok.
kejadian PPOK tertinggi terdapat pada Negara negara Eropa Barat sepert Inggris dan
prancis dan paling rendah pada Negara negara Eropa 'selatan seperti Italia. negara
asia Timur seperti jepang dan china memiliki kejadian terendah PPOK , dengan jarak
antara angka kejadian terendah dan tertinggi mencapai empat kali lipat
sebagai berikut ;
pada PPOK
BAB II
TINJAUAN TEORI
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru? paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah BronChitis kronis,
penyebab yang tak pulih kembali dari gangguan pernpasan ,tetapi banyak penyakit
saluran napas dan paru ber(ungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen
untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme. "roses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi
adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. gangguan ventilasi terdiri dari
untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV) , sedangkan untuk
(VEPI), dan rasio Volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital
paksa (VEPI)
(Sherwood, 2001)
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel?sel penghasil mukus bronkus. 'elain itu, silia yang
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus ber(ungsi sebagai tempat
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD 2009)
Kompone komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada
alveolus, maka ventilasi berkurang. saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif
setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasf, maka udara akan
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi
Terapi farmakologi pada penyakit paru obstruktif kronik pada keadaan stabil
SABA (jika di perlukan). Pilihan kedua di gunakan LAMA atau LABA atau
theophylline.
2. Populasi B menggunakan pilihan pertama LAMA atau LABA, pilihan kedua
kedua menggunakan beberapa pilihan obat yaitu ICS dan LAMA atau
theophilline.
1. Memperbaiki malnutrisi
2. Memperbaiki anoreksia
4. Memperbaiki hidrasi
5. Menghindari konstipasi
mengukur berat badan, kadar albumin darah, antopometri, kekuatan otot dan
yang seimbangan yaitu antara kalori yang masuk dan keluar, bila perlu nutrisi
nasogaster.
Komposisi nutrisi berimbang pada pasien PPOK dapat berupa tinggi lemak,
rendah hidrat. Hal ini di dasarkan pada pemikiran karbohidrat yang berlebihan
lebih awal.
sesui dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai dengan hasil uji
kontroversial.
5. Pengobatan sistomatik
mukus nerupakan suatu gejala yang paling sering terjadi pada PPOK,
paru umur, dengan prevalensi yang lebih rendah pada wanuta sebanyak 8-
22%.
barat seperti inggris dan prancis dan paling rendah pada negara-negara eropa
selatan seperti italia. Negara asia timur seperti jepang dan china memiliki
kejadian terendah PPOK dengan jarak antara angka kejadian terendah dan
sedang-berat pada usia 30 tahun ke atas dengan tingkat sebesar 6,3% dimana
hongkong dan singapura dengan angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan
mengenai PPOK aini sendiri hangga survei kesehatan rumah tangga Depkes
RI 1992 menyebutkan PPOK bersama sama dengan asma bronkial menduduki
Oleh kelompok 9
1. Yunita Tuhalauruw (12114201180057)
2. Priskilia N. G. Latuny (12114201180071)
3. Desy I. Siwabessy (1211420180048)
PROSEDUR INVASIF
1
KONTROL RESIKO INFEKSI
Pneumonia : ( ) tidak diketahui ( ) diketahui: ( ) HCAP, ()HAP, ( )
VAP
KEADAAN UMUM
Kesadaran : (✓) Compos mentis, ( ) Apatis, () Somnolen, ( ) Soporocoma, ( ) Coma
GCS (E : 4, M : 5, V : 5)
Antopometri :
Tanda-tanda vital :
Suhu : 360C , Pernafasan: 80 x/menit, HR = 55 x/menit, BP : 150 mmHg, MAP : , SaO2 : %,
PENGKAJIAN SKALA NYERI
C-CPOT SCALE
Indikator Kondisi Sk Keterangan
or
Ekspresi Rilek 0 Tidak ada ketegangan otot
Kaku 1 Mengerutkan kening, mengangkat alis, orbit menegang
wajah
(misalnya membuka mata atau menangis selama
prosefur nosiseptif)
Meringis 2 Semua gerakan wajah sebelumnya ditambah kelopak
mata tertutup rapat (Pasien dapat mengalami mulut
terbuka, mengigit selang ETT)
Gerakan Tidak ada gerakan 0 Tidak bergerak (tidak kesakitan) atau posisi normal
tubuh abnormal (tidak ada gerakan lokalisasi nyeri)
Lokalisasi nyeri 1 Gerakan hati-hati, menyentuh lokasi nyeri, mencari
perhatian melalui gerakan
Gelisah 2 Mencabut ETT, mencoba untuk duduk, tidak mengikuti
perintah, mencoba keluar dari tempat tidur
Aktivasi Pasien kooperatif 0 Alarm tidak berbunyi
alarm terhadap kerja ventilator
ventilator mekanik
Alarm aktif tapi mati 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi berhenti secara spontan
mekanik
sendiri
(Pasien
Alarm selalu aktif 2 Alarm sering berbunyi
diintubasi)
Berbicara Berbicara dalam nada 0 Bicara dengan nada pelan
2
jika pasien normal atau tidak ada
diekstubasi suara
Mendesah, mengeran 1 Mendesah, mengerang
Menangis 2 Menangis, berteriak
Ketegangan Tidak ada ketegangan 0 Tidak ada ketegangan otot
otot otot
Tegang, kaku 1 Gerakan otot pasif
Sangat tegang atau kaku 2 Gerakan sangat kuat
Skor 0 : tidak nyeri
Skor 1-2 : nyeri ringan
Total 3 (Nyeri Sedang) Skor 3-4 : nyeri sedang
Skor 5-6 : nyeri berat
Skor 7-8 : nyeri sangat berat
Keluhan lain :
PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM PERNAPASAN
Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret dari hidung, tidak ada perdarahan, terpasang selang
SISTEM KARDIOVASKULER
SISTEM PERSYARAFAN
SISTEM PERKEMIHAN
SISTEM PENCERNAAN
3
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Deformitas : Ya ✓ Tidak Lokasi ... ...
Contusio : Ya ✓ Tidak Lokasi ... ...
Abrasi : Ya ✓ Tidak Lokasi ... ...
Laserasi : Ya ✓ Tidak Lokasi
Edema : Ya ✓ Tidak Lokasi ekstremitas atas dan bawah
Dekubitus : Ya ✓ Tidak Lokasi sakrum
Luka Bakar : Ya ✓ Tidak Lokasi ... ...
Grade:…………… presentase:………………..%
SISTEM PENGINDRAAN
Mata : Simetris, konjungtiva sedikit anemis, selera putih, sedikit cowong.
Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret dari hidung, tidak ada perdarahan, terpasang selang
Telinga : Bersih, tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan
Mulut : pasien menggunakan gigi palsu, lidah sedikit kotor, mulut kering
SISTEM ENDOKRIN
DATA PSIKOLOGIS
BRADEN SCALE
1 2 3 4 Skor
Persepsi Keterbatasan Sangat terbatas Keterbatasan Tidak ada 3
Sensori Penuh ringan keterbatasan
Kelembaban Lembab terus Sangat lembab Kadang-kadang Tidak ada 3
menerus lembab lembab
Aktivitas Ditempat tidur Diatas kursi Kadang-kadang Sering berjalan 1
berjalan
Mobilisasi Tidak Dapat Pergerakan sangat Keterbatasan Tidak ada 3
bergerak terbatas ringan keterbatasan
Status Sangat Buruk Tidak adekuat Adekuat Baik sekali 3
Nutrisi
Friksi/ Bermasalah Potensi bermasalah Tidak ada 3
Gesekan masalah
Total Skor 16
6
Kesimpulan Tingkat risiko,
<10 = risiko sangat tinggi, 10 – 12= risiko tinggi,15-18= berisiko , > 19= risiko rendah/ tidak berisioko
ASESSMEN FUNSIONAL
N FUNGSI KETERANGAN SK No FUNGSI KETERANGAN SKOR
o OR
1 Mengontrol Inkontinen/tidak 0 6 Berpindah Tidak mampu 0
BAB teratur (perlu enema) tempat dari
Kadang-kadang 1 Perlu banyak 1
tidur ke duduk
inkontinen (1x bantuan untuk bisa
seminggu) duduk (2 orang)
Kontinen teratur 2 Bantuan minimal 1 2
orang
2 Mengontrol Inkontinen atau 0 Mandiri 3
BAK pakai kateter dan tak
terkontrol
Kadang-kadang 1 7 Mobilisasi/ Tidak mampu 0
inkontinen (max berjalan
1x24 jam)
Mandiri 2 Bisa berjalan dengan 1
kursi roda
3 Membersihkan Butuh pertolongan 0 Berjalandengan 2
diri( lap muka, orang lain bantuan satu
Mandiri 1 Mandiri 3
sisir rambut,
sikat gigi)
4 Penggunaan Tergantung 0 8 Berpakaian Tergantung orang 0
toilet, pegi ke pertolongan orang (Memakai baju lain
dalamdari WC lain
Perlu pertolongan 1 Sebagian di bantu 1
(melepas,
pada beberapa ( mis: mengancing
memakai
aktivitasterapi, dapat baju)
celana,
mengerjakan sendiri
menyeka,
beberapa aktivitas
menyiram)
yang lain
Mandiri 2 Mandiri 2
5 Makan Tidak mampu 0 9 Naik-turun Tidak mampu 0
Perlu seseorang 1 Butuh pertolongan 1
tangga
menolong memotong
makanan
Mandiri 2 Mandiri 2
10 Mandi Tergantung orang 0
7
lain
Mandiri 1
Kesimpulan skor : 2
( )Mandiri 20 ( )Ketergantungan ringan 12-19 (✓ )Ketergantugan sedang 9-11 ( )Ketergantungan berat
5-8 ( )Ketergantungan total 0-4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data penunjang Pemeriksaan diagnostic
Tgl Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
GDP 112 76-110 mg/dl DBN
WBC 11.4 k/ul 4.1 – 10.9 k/ul Meningkat
LYM 2.6 27.7 % 0.6 - 4.1 DBN
MID 0.8 81% M 0.0 – 1.8 DBN
GRAN 6.0 64%G 2.0 – 7.8 DBN
RBC 5.51 M/UL 4.20 – 6.30 M/UL DBN
HGB 16.0 12.0 – 18.0 g.dl DBN
HCT 45.3% 37.0 – 51.0% DBN
MCV 82.3 FL 80.0 – 07.0 FL DBN
MCHC 35.3 g/dl 31-36 g/dl DBN
RDW 14.05 14.05 11.5 – 14.5 % DBN
PLT 242 140-440 K/UL DBN
8
Creatinin 2.34
Urid acid 10.2 3.4-7.0 mg/dl Meningkat
TERAPI OBAT
No. Nama Terapi Dosis Rute Waktu Pemberian Keterangan (Kegunaan
Obat)
1 Allopurinol 110 mg
2 Aminophilyn 100 mg
3 Halfilyn syp 10 cc
4 ISDN 5 mg
5 Pectocyl 1 tab
6 Salbutamol 1 mg
7 Tensivask 10 mg
8 Asthin F 1x1
9 Paracet 1 prn
10 Lilac SR 100 mg
11
12
KEBUTUHAN EDUKASI
1. Apa yang keluarga ketahui tentang penyakit klien :
3. Siapa dari keluarga yang akan ikut terlibat dalam perawatan anak selanjutnya :
9
No Kriteria pasien Ya Tida Ket
k
1 Usia diatas 70 tahun
2 Pasien tinggal sendiri ✓
3 Tempat tinggal klien memiliki tangga ✓
4 Memerlukan perawatan lanjutan di rumah ✓
5 Memiliki keterbatasan kemampuan merawat diri ✓
6 Pasien pulang dengan jumlah obat lebih dari 6 jenis/macam
obat
7 Kesulitan gerak/ mobilitas
8 Memerlukan alat bantu
9 Memerlukan pelayanan medis
10 Memerlukan pelayanan keperawatan
11 Memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari
12 Riwayat sering menggunakan fasilitas gawat darurat
Kesimpulan :
10
2 DS : Nutrisi kurang
Pasien mengatakan tidak dari kebutuhan
ada nafsu makan tubuh
DO :
- porsi makan habis 1/4
porsi
- kulit dan membran
mukosa kering
- pasien tampak lemah
- perut kembung
- bising usus
(nama perawat)
11
NURSING CARE PLAN
12
3. Auskultasi paru sebelum dan
sesudah klien batuk
4. Dorong dan berikan
perawatan mulut yang baik.
2 Nutrisi kurang dari Klien akan menunjukkan kemajuan / 1. Pantau kesulitan 1. Pasien distress pernafasan
kebutuhan tubuh peningkatan status nutrisi. makan/masukan. Evaluasi sering anoreksia. Dan juga
Kriteria hasil: BB sering mempunyai pola
- Klien tidak mengalami 2. Berikan perawatan oral makan yang buruk.sehingga
kehilangan BB lebih lanjut sebelum dan sesudah makan cenderung BB menurun
- Masukan makanan dan cairan 3. Hindari makanan penghasil 2. Kebersihan oral
meningkat gas dan minuman karbonat. menghilangkan bakteri
- Urine tidak pekat 4. Sajikan menu dalam keadaan penumbuh bau mulut dan
- Output urine meningkat hangat meningkatkan rangsangan /
- Membran mukosa lembab 5. Anjurkan makan sedikit tapi nafsu makan
- Kulit tidak kering sering 3. Makanan yang mengandung
- Tonus otot membaik 6. Kolaborasi ahli gizi untuk gas dan berkarbonat dapat
menentukan diit menimbulkan distensi
abdomen dan meningkatkan
dispnea
4. Menu hangat mempengaruhi
relaksasi spingkter / saluran
pencernaan sehingga respon
mual / muntah berkurang
5. Menegah perut penuh dan
13
menurunkan resiko mual
6. Mencukupi kebutuhan
kalori dan nutrisi sesuai
dengan diit yang tepat sesuai
perhitungan ahli gizi.
NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT PEMBUAT NCP
Ambon, tgl/bln/yhn
Perawat yang mendiagnosis
(nama perawat)
14
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No. DX. Hari, Tanggal Jam Tindakan keperawatan Evaluasi Paraf
1 Senin 02- 1. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk S: pasien mengatakan dada terasa
07-2021 - Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin sesak
- Lakukan pernapasan diafragma O:
- Tahan napas selama 3-5 detik kemudian keluarkan sebanyak mungkin - Pasien tampak lemah
melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun) - Pasien tampak gelisah
- Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan dari dada (bukan dari belakang - Pasien tampak batuk-
mulut atau tenggorok) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat. batuk
2. Menganjurkan untuk minum air hangat sedikit tapi sering - RR 32x/menit
3. Melakukan auscultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk - Tampak penggunaan otot-
4. Membantu melakukan perawatan mulut otot bantu pernapasan
5. Mengobservasi warna dan karakterstik sputum; sputum kental warna putih A: tujuan belum tercapai
kekuning-kuningan P: Intervensi dilanjutkan
Memberikan obat: - Membantu memposisikan
Allopurinol 100 mg TID pasien dengan posisi semi
Halfylin syp 10 cc TID fowler
Pectocyl 1 tab TID - Melakukan auskultasi
Salbutamol 1 mg TID paru sebelum dan sesudah
klien batuk
- Membantu melakukan
perawatan mulut
- Mengobservasi warna dan
15
karakteristik sputum;
sputum kental warna
putih kekuning-kuningan
- Memberikan obat sesuai
advis dokter
2 Senin 02- 1. Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ S: pasien mengatakan mual
07-2021 porsi O:
2. Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan - Porsi makan habis ¼
3. Anjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tapi sering porsi
4. Anjurkan untuk menghindari makanan penghasil gas dan minuman - Membran mukosa dan
karbonat kulit kering
5. Membantu menyajikan makananan - Konjungtiva anemis
6. Membantu ahli gizi untuk menentukan diit: makan lunak rendah garam - Pasien tampak lemah
0.8 A: tujuan belum tercapai
P: intervensi dilanjutkan :
- Mengobservasi porsi
makanan yang dihabiskan
klien; makan habis ¼
porsi
- Membantu perawatan
mulut sebelum dan
sesudah makan
16
- Menganjurkan makan
dalam porsi kecil sedikit
tapi sering
- Menganjurkan untuk
membawakan makan
yang disukai pasien
sesuai dengan diit.
- Membantu menyajikan
makanan
1 Selasa 03- 1. Membantu memposisikan pasien dengan posisi semi fowler S: pasien mengatakan sesak agak
07-2021 2. Melakukan auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk berkurang tetapi batuk masih
3. Membantu melakukan perawatan mulut belum berkurang
4. Mengobservasi warna dan karakteristik sputum; sputum kental warna O:
putih kekuning-kuningan - Pasien tampak lemah
5. Memberikan obat : - Pasien tampak gelisah
Allopurinol 100 mg TID - Pasien tampak batuk-
Halfylin syp 10 cc TID batuk
Pectocyl 1 tab TID - RR 28x/mnt
Salbutamol 1 mg TID A: tujuan belum tercapai
P: intervensi dilanjutkan
- Membantu memposisikan
pasien posisi semi fowler
17
- Melakukan auskultasi
paru sebelum dan sesudah
klien batuk
- Membantu melakukan
perawatan mulut
- Mengobservasi warna dan
karakteristik sputum
- Memberikan obat sesuai
dengan advis dokter
2 Selasa 03- 1. Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ S: pasien mengatakan sudah mau
07-2021 porsi makan banyak
2. Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan O:
3. Menganjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tapi sering - Porsi makan habis ¼
4. Menganjurkan untuk membawakan makan yang disukai pasien sesuai porsi lebih
dengan diit - Membran mukosa dan
5. Membantu menyajikan makanan. kulit kering
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak lemah
A: tujuan belum tercapai
P: intervensi dilanjutkan:
- Mengobservasi porsi
makanan yang dihabiskan
18
klien
- Membantu perawatan
mulut sebelum dan
sesudah makan
- Menganjurkan makan
dalm porsi kecil sedikit
tapi sering
- Menganjurkan untuk
membawakan makan
yang disukai pasien
dengan diit
- Membantu menyajikan
makanan.
19
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah alira udara mengalami
obstruksi yang kronis dan pasien mengalami kesulitan dalam pernafasan.
PPOK sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru yang utama
dan bronkhitis kronis, dimana keduanya menyebabkan perubahan pola
pernafasan.
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut tetapi juga fase kronik
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal
B. SARAN
Semoga dengan ilmu yang semakin update dan pembuatan makalah ini
maka kami selaku calon NAKES dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan dengan pasien yang terdiagnosa PPOK dan juga memahami
teoritis PPOK secara menyeluruh.
20
DAFTAR PUSTAKA
21