Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

(KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN


PPOK)

OLEH KELOMPOK 9:

NAMA-NAMA KELOMPOK:

1. YUNITA TUHALAURUW (12114201180057)


2. PRISKILIA N. G. LATUNY (12114201180071)
3. DESY I. SIWABESSY (12114201180048)

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas berkat

dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan

keperawatan pada penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ini dengan baik. Dalam

penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurnah untuk itu kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat kami harapkan guna untuk memperbaiki makalah ini

kedepannya nanti.

Penulis

KelompokIX
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................        

Daftar isi.........................................................................................................        

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang.....................................................................................        

1.2   Rumusan masalah................................................................................        

1.3   Tujuan.................................................................................................                

BAB II TINJAUN PUSTAKA

2.1  Pengertian penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) .……..……….…      

2.2  Patofisiolog penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

2.3  farmakologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)  …..…………....

2.4  Terapi diet pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)…….

2.5  Penatalaksanaan pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) .……...

2.6  Alogaritma pada penyakit paru obstruktif kronik  (PPOK)…………………

2.7  Epidemiologi pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)  …..…………      

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Asuhan keperawatan pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 saran

DAFTAR PUSTAKA ………………
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

PPOK merupakan istilah yang sering di gunakan untuk sekelompok paru yang

berlangsung lama dan di tandai oleh peningktan resistensi terhadap aliran udara

sebagai gambaran patofisiologi utamanya (price sylvia anderson : 2005). PPOK atau

penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang menunju pada sejumlah

gangguan yang mempengharui pergerakan udara dari dan keluar paru. gangguan yang

paling sering adalah Bronkhitis obstruktif, emphysema dan asthma bronkial.

(suaryditya ; 2009 )

Pemakaian istilah obstruktif kronik (CPOD) menunjukan dua gangguan yang secara

umum terjadi bersamaan – bronkitis kronik dan emfidema. Walaupun asma bronkial

termasuk dalam bagian ini karena komponen asma sering kali terdapat dua gangguan

tersebut, namun asma biasanya di bicarakan sebagai penyakit tersendiri karena dapat

timbul sendiri.

COPD adalah penyabab kematian keempat di Amerika serikat. Merokok sigaret

adalah faktor resiko yang paling penting. COPD kira-kira dua kali lebih sering terjadi

pada laki-laki dari pada perempuan cepat meningkat karena kebiasaan merokok.

Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020

prefalensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering

peringkatnya meningkat dari ke 12 menjadi ke 5 dan sebagai penyebab kematian

tersering peringkatnya  juga meningkat dari ke 6 menjadi ke 3. Di Eropa, tingkat

kejadian PPOK tertinggi terdapat  pada Negara negara Eropa Barat sepert Inggris dan

prancis dan paling rendah pada Negara negara Eropa 'selatan seperti Italia. negara
asia Timur seperti jepang dan china memiliki kejadian terendah PPOK , dengan jarak

antara angka kejadian terendah dan tertinggi mencapai empat kali lipat

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belaknag di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah

sebagai berikut ;

1. Apa itu PPOK ?

2. Bagaimana dengan patofisiologi dari PPOK ?

3. Bagaimana dengan farmakologi dari PPOK ?

4. Bagaimana dengan terapi diet pada PPOK ?

5. Bagaimana penatalaksanaan PPOK ?

6. Baimana dengan alogaritma pada PPOK?

7. Bagaimana dengan epidemiologi pada PPOK?

1.3 Tujuan penulisan

1. untuk mengetahui pengertian PPOK


2. untuk mengetahuan patofisiologi dari PPOK

3. untuk mengetahui farmakologi dari PPOK

4. untuk mengetahui apa terapi diet apa saja pada PPOK

5. untuk mengetahui penatalaksanaan PPOK untuk mengetahui alogaritma

pada PPOK

6. untuk mengetahui epidemiologi pada PPOK

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit

paru?  paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap

aliran udara sebagai gambaran pato(isiologi utamanya. Ketiga penyakit yang

membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah BronChitis kronis,

empisema paru paru dan asthma bronkial

( S maltzer 2010"). Gangguan paru umum didiskusikan sebelumnya adalah potensial

penyebab yang tak   pulih kembali dari gangguan pernpasan ,tetapi banyak penyakit

menyebabkan PPO K,yaitu meliputi Bronkitis kronik,em(isema,asma bronkial,dan

bronkoekstasis.Hal penting utama untuk  tim kesehatan adalah kenyataan bahwa

PPOK adalah penyebab utama dan umun dari kegagalan  pernapasan.

2.2 Patofisilogi penyakit paru obstruktif kronik

saluran napas dan paru ber(ungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen

untuk  keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil

metabolisme. "roses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.

ventilasi adalah proses masuk  dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah

peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan  pembuluh darah, sedangkan perfusi

adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. gangguan ventilasi terdiri dari

gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi


berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. parameter yang sering dipakai

untuk  melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV) , sedangkan untuk

gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama

(VEPI), dan rasio Volume ekspirasi  paksa detik pertama terhadap kapasitas vital

paksa (VEPI)

(Sherwood, 2001)

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen komponen asap rokok 

merangsang perubahan pada sel?sel penghasil mukus bronkus. 'elain itu, silia yang

melapisi  bronkus mengalami kelumpuhan atau dis(ungsional serta metaplasia.

Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem

eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah

besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus ber(ungsi sebagai tempat

persemaian mikroorganisme penyebab in(eksi dan menjadi sangat purulen. Timbul

peradangan yang menyebabkan edema jaringan. "roses ventilasi terutama ekspirasi

terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit

dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD 2009)

Kompone komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada

paru.Mediator mediator peradangan secara progresi merusak struktur struktur

penunjang di  paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya

alveolus, maka ventilasi  berkurang. saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat  pengempisan (recoil)  paru secara pasif

setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak  terjadi recoil pasf, maka udara akan

terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (Gold, 2009)

Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,

komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi

oleh neutrpil. asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan  neutrofil

chemotactic  factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease,

sehingga terjadi kerusakan  jaringa

(kamangar 2010 ). selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas

dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi

berhubungan dengan adanya iflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan

hipersekresi mukus.Kelainan per(usi  berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada

arteriol (Chojnowski, 2010)

2.3 Terapi Farmakology penyakit paru obstruktif kronik

Terapi farmakologi pada penyakit paru obstruktif kronik pada keadaan stabil

berdasarkan kelompok atau populasi yang sudah di tentukan.

1. Populasi A, menggunakan bronkodilator dengan pilihan pertama SAMA atau

SABA (jika di perlukan). Pilihan kedua di gunakan LAMA atau LABA atau

SAMA dan SABA. Sedangkan untuk pilihan alternative di gunakan

theophylline.
2. Populasi B menggunakan pilihan pertama LAMA atau LABA, pilihan kedua

digunakan LAMA dan LABA serta pilihan alternatif di gunakan SABA

dan/atau SAM theophilline.

3. Populasi C dengan pilihan pertama yaitu ICS+LABA atau pilihan kedua

menggunakan LAMA dan LABA sedangkan pilihan alternatif dapat

menggunakan PDE4-inhibitor, SABA dan/atau SAMA serta theophilline.

4. Populasi D dengan pilihan pertama yaitu ICS+LABA atau LAMA. Pilihan

kedua menggunakan beberapa pilihan obat yaitu ICS dan LAMA atau

ICS+LABA dana LAMA atau ICS+LABA dan PDE4-inhibator atau LAMA

dan LABA atau LAMA dan PDE4-INHIBATOR. Sedangkan untuk pilihan

alternatif dapat menggunakan corbocysteine, SABA dan/atau SAMA, serta

theophilline.

2.4 Terapi diet pada penyakit paru obstruktif kronik

Pemberian diet pada pasien PPOK bertujuan untuk

1. Memperbaiki malnutrisi

2. Memperbaiki anoreksia

3. Mencegah asidosis respirasi dengan mengurangi kelebihan produksi C02

4. Memperbaiki hidrasi

5. Menghindari konstipasi

6. Meringankan kesulitan mengunyah dan menelan karena nafas pendek


Nutrisi pasien PPOK harus dipertimbangkan. Malnutrisi sering terjadi pada

PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja

muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapri

menyebabkan terjadi hipermetabelisme. Malnutrisi dapat di evaluasi dengan

mengukur berat badan, kadar albumin darah, antopometri, kekuatan otot dan

hasil metabolisme. Malnutrisi dapat di atasi dengan pemberian diet kalori

yang seimbangan yaitu antara kalori yang masuk dan keluar, bila perlu nutrisi

dapat di berikan terus menerus atau nocturnal feedings, menggunakan pipa

nasogaster.

Komposisi nutrisi berimbang pada pasien PPOK dapat berupa tinggi lemak,

rendah hidrat. Hal ini di dasarkan pada pemikiran karbohidrat yang berlebihan

dapat menimbulkan penumbukan CO2 sebagai hasil metabolisme aerob. Hal

ini menambahkan keparahan PPOK kerena pada pasien PPOK terdapat

kesulitan untuk mengeluarkan CO2. Kebutuhan protein seperti pda umumnya,

protein dapat meningkat ventilasi semenit konsumsi oksigen dan respon

ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Gangguan elektrolit seperti

hipofosfatemi, hiperkalemi, hipokalsemi kerap terjadi. Gangguan ini dapat

mengurangi fungsi diafrakma. Di anjurkan pemberian komposisi seimbang,

porsi kecil tapi sering.(Antriksa et al, 2011)

2.5 Penatalaksanaan penyakit paru obstruktif kronik


Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah :

1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hnaya pada fase

akut, tetapi juga fase kronik

2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktifitas harian

3. Mengurangi laju progresifitas penyakit apabila penyakitnya dapat di deteksi

lebih awal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut :

1. Meniadakan faktor etiologi/presifitas misalnya segera menghentikan

merokok , menghindari populasi udara

2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara

3. Memberantas infeksi dengan antimicroba.apabila tidak ada infeksi

antimicroba tidak perlu di berikan. Pemberian antimicroba harus tepat

sesui dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai dengan hasil uji

sensitivitas atau pengobatan empirik

4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Menggunakan

kortikosteoroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih

kontroversial.

5. Pengobatan sistomatik

6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul


7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus di berikan

dengan aliran lambat 1-2 liter/menit

2.6 Alogaritma penyakit paru obstruktif kronik

PPOK STABIL, SEDANG- BERAT

Vep1 <30 . 80% pred atau


VEP1/KVP <75%

RESPONS BRONKO ODILATOR POSITIF

PERIKSA HB, FOTO TORAKS

ANJURKAN BERHENTI MEROKOK

HINDARI PAJANAN LINGKUNGAN

FAKSINASI INFLUENSA SETIAP TAHUN

SATURASI OKSIGEN > 92%

OBATI PENYEBAB SESAK LAINNYA, MISAL GAGAL


JANTUNG, KELEMAHAN OTOT

BERIKAN INHALASI ANTKOLINERGK ATAU BETA 2


AGONIS

PERIKSA GEJALA EVALUASI TIAP 6 BULAN

KOMBINASI ANTKOLNERK DAN BETA 2 AGONIS DI TAMBAH


BRONKODILATOR LAIN

PERBAIKI GEJALA EVALUASI TIAP 6 BULAN


- TAMBAH N ASETILS STEIN 600 TAMBAHKAN OSTEROID PREDIDNISON / MENIT
MG/HARI SELAMA 6 BULAN PREDNISOLONE 30-50 MG/ HERI SELAMA 2
- EVALUASI SETIAP 6 BULAN MINGGU

PERBAIKI GEJALA DAN TANDA


OBJEKTIF

-GANTI KORTK OSTEOROID INHALASI


- STOP KORTK OSTEOROID
PERTIMBANGKAN PENGGUNAAN -TURUNKAN SAMPAI DOSIS MINIMAL YANG
NEBULISER EFEKTIF
- RABILITASI

EVALUASI TIAP 6 BULAN

2.7 Epidemiologi penyakit paru obstruktif kronik


Pada studi populasi di inggris selama 40 tahun, di dapati bahwa hipersekresi

mukus nerupakan suatu gejala yang paling sering terjadi pada PPOK,

penelitian ini menunjukan bahwa batuk kronis, sebagai mekanisme

pertahanan akan hipersekresi mukus di dapati sebanyak 15-53% pada pria

paru umur, dengan prevalensi yang lebih rendah pada wanuta sebanyak 8-

22%.

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahw a menjelang tahun

2020 prevalensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai penyakit tersering

peningkatannya meningkat dari 12 menjadi ke 5 dan sebagai penyebab

kematian tersering peningkatannya juga meningkat dari ke 6 menjadi ke 3.

Di eropa tingkat kejadian PPOK tertinggi terdapat pada negara-negara eropa

barat seperti inggris dan prancis dan paling rendah pada negara-negara eropa

selatan seperti italia. Negara asia timur seperti jepang dan china memiliki

kejadian terendah PPOK dengan jarak antara angka kejadian terendah dan

tertinggi mencapai empat kali lipat.

Pada 12 negara asia pasifik, WHO menyatakan angka prefalensi PPOK

sedang-berat pada usia 30 tahun ke atas dengan tingkat sebesar 6,3% dimana

hongkong dan singapura dengan angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan

vietnam sebesar 6,7%. Indonesia sendiri belum memiliki data pasti

mengenai PPOK aini sendiri hangga survei kesehatan rumah tangga Depkes
RI 1992 menyebutkan PPOK bersama sama dengan asma bronkial menduduki

perinhkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di indonesia.


Asuhan Keperawatan Kritis pada Tn. A dengan gangguan system
pernapasan : Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di Ruang
IGD Rumah Sakit dr. M. Haulussy Ambon

Disusun guna sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas MK Keperawatan


KRITIS

Oleh kelompok 9
1. Yunita Tuhalauruw (12114201180057)
2. Priskilia N. G. Latuny (12114201180071)
3. Desy I. Siwabessy (1211420180048)

Program Studi Keperawatan


Fakultas Kesehatan - UKIM
Ambon - 2021
Keperawatan UKIM
Nama : Tn. A
Tgl.Lahir : Ambon 4 januari
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
1964
Ny/Tn/Nn/An
JK : laki-laki
DI RUANG INTENSIF
No RM : 478941
Alamat : passo
Tgl Pengkajian :
Jam :
Sumberdata : Ruangan : .
( ) Pasien, (✓) keluarga ( )Lainnya: Rekam Medik
Tanggal masuk : 2 Juli
2021
IDENTITAS PASIEN
Agama : ( ) Hindu, () Islam, (✓) Protestan, ()
Katolik, ( ) Budha, ( ) Kong Hu Cu ( ) Lainnya
Pendidikan : ( ) Belum Sekolah, ( ) Paud, ( ) TK, ( ) SD, ( ) SMP (✓)
SMA ( ) PT
Kewarganegaraan : (✓) WNI, ( ) WNA
RIWAYAT KESEHATAN
Alasan Masuk Ruma Sakit :
Pasien mengatakan dada terasa sesak dan batuk

Diagnosa medis saat ini :


PPOK
Riwayat keluhan/penyakit saat ini:
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk-batuk tapi riak sulit keluar
keluhan bertambah parah dan tidak kunjung sembuh walau keluarga sudah
membawa pasien kedokter. Sesak yang dirasakan pasien tidak berkurang
bila untuk istirahat dan keluhan sesak meningkat pada malam hari disertai
batuk-batuk tapi bila tidur dengan posisi duduk keluhan agak berkurang.

Riwayat penyakit terdahulu

Pasien mengatakan punya riwayat hipertensi tapi tidak pengobatan rutin


dan pernah diopname pada tahun 2018 karena pembesaran prostate hingga
dokter menyarankan untuk rencana operasi tapi pasien menolak dan
menunda operasi hingga sekarang.

PROSEDUR INVASIF
1
KONTROL RESIKO INFEKSI
Pneumonia : ( ) tidak diketahui ( ) diketahui: ( ) HCAP, ()HAP, ( )
VAP

KEADAAN UMUM
Kesadaran : (✓) Compos mentis, ( ) Apatis, () Somnolen, ( ) Soporocoma, ( ) Coma
GCS (E : 4, M : 5, V : 5)
Antopometri :
Tanda-tanda vital :
Suhu : 360C , Pernafasan: 80 x/menit, HR = 55 x/menit, BP : 150 mmHg, MAP : , SaO2 : %,
PENGKAJIAN SKALA NYERI
C-CPOT SCALE
Indikator Kondisi Sk Keterangan
or
Ekspresi Rilek 0 Tidak ada ketegangan otot
Kaku 1 Mengerutkan kening, mengangkat alis, orbit menegang
wajah
(misalnya membuka mata atau menangis selama
prosefur nosiseptif)
Meringis 2 Semua gerakan wajah sebelumnya ditambah kelopak
mata tertutup rapat (Pasien dapat mengalami mulut
terbuka, mengigit selang ETT)
Gerakan Tidak ada gerakan 0 Tidak bergerak (tidak kesakitan) atau posisi normal
tubuh abnormal (tidak ada gerakan lokalisasi nyeri)
Lokalisasi nyeri 1 Gerakan hati-hati, menyentuh lokasi nyeri, mencari
perhatian melalui gerakan
Gelisah 2 Mencabut ETT, mencoba untuk duduk, tidak mengikuti
perintah, mencoba keluar dari tempat tidur
Aktivasi Pasien kooperatif 0 Alarm tidak berbunyi
alarm terhadap kerja ventilator
ventilator mekanik
Alarm aktif tapi mati 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi berhenti secara spontan
mekanik
sendiri
(Pasien
Alarm selalu aktif 2 Alarm sering berbunyi
diintubasi)
Berbicara Berbicara dalam nada 0 Bicara dengan nada pelan
2
jika pasien normal atau tidak ada
diekstubasi suara
Mendesah, mengeran 1 Mendesah, mengerang
Menangis 2 Menangis, berteriak
Ketegangan Tidak ada ketegangan 0 Tidak ada ketegangan otot
otot otot
Tegang, kaku 1 Gerakan otot pasif
Sangat tegang atau kaku 2 Gerakan sangat kuat
Skor 0 : tidak nyeri
Skor 1-2 : nyeri ringan
Total 3 (Nyeri Sedang) Skor 3-4 : nyeri sedang
Skor 5-6 : nyeri berat
Skor 7-8 : nyeri sangat berat
Keluhan lain :

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM PERNAPASAN

Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret dari hidung, tidak ada perdarahan, terpasang selang

SISTEM KARDIOVASKULER

SISTEM PERSYARAFAN

SISTEM PERKEMIHAN

BAK : 3-4 kali/hari warna jernih, kencing keluar sedikit-sedikit


BAB : 2 kali sehari

SISTEM PENCERNAAN
3
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Deformitas :  Ya ✓ Tidak  Lokasi ... ...
Contusio :  Ya ✓ Tidak  Lokasi ... ...
Abrasi :  Ya ✓ Tidak  Lokasi ... ...
Laserasi :  Ya ✓ Tidak  Lokasi
Edema :  Ya ✓ Tidak  Lokasi ekstremitas atas dan bawah
Dekubitus :  Ya ✓ Tidak  Lokasi sakrum
Luka Bakar :  Ya ✓ Tidak  Lokasi ... ...
Grade:…………… presentase:………………..%

SISTEM PENGINDRAAN
Mata : Simetris, konjungtiva sedikit anemis, selera putih, sedikit cowong.
Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret dari hidung, tidak ada perdarahan, terpasang selang
Telinga : Bersih, tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan
Mulut : pasien menggunakan gigi palsu, lidah sedikit kotor, mulut kering

SISTEM ENDOKRIN

DATA PSIKOLOGIS

DATA SOSIAL, EKONOMI DAN SPIRITUAL


Tinggal bersama : istri dan anak Pekerjaan : petani Pembiayaan Kesehatan :
menggunakan bpjs Perlu Rohanian : ( ) Tidak
Kegiatan beribadah : selalu mengikuti ibadah Minggu dan ibadah pelpri
4
SKRINING NUTRISI DENGAN MST ( Malnutrisi Screening Tools)
1. Apakah berat badan (BB) anda menurun
4
akhir-akhir ini tanpa direncanakan? Total Skor
□ Tidak Catatan :
0 Nilai MST : □ Risiko Rendah (MST = 0 – 1 )
✓ Ya, bila ya berapa penurunan berat badan □ Risiko Sedang (MST = 2-3)
Anda? ✓ Risiko Tinggi (MST = 4 – 5)
✓ 1 – 5 kg Monitoring lebih lanjut dilakukan oleh Ahli Gizi.
1 *Bila resiko rendah dilakukan skrinning ulang
□ 6 – 10 kg setiap 7 hari
2 *Bila resiko sedang dan tinggi dilakukan
□ 11 – 15 kg pengkajian gizi lebih lanjut oleh ahli gizi,
3 *Bila pasien resiko rendah dengan indikasi khusus
□ > 15 kg yaitu DM,Gangguan ginjal, Jantung, TB, Paliatif,
4 pediatric, geriatric, Gastro, Hipertensi, HIV, SARS,
Tidak yakin Flu Burung, Bedah/reseksi slauran cerna,
2 penurunan imun, kanker dan pasien tidak sadar
2. Apakah nafsu makan anda berkurang? dilakukan pengkajian oleh ahli gizi
 Tidak *Pasien dirawat di ruang intensif dilakukan
0 pengkajian langsung oleh dr gizi klinik
✓ Ya
1
3. Sakit Berat
□ Tidak
0
✓ Ya
2

PENILAIAN RESIKO JATUH


SKALA MORSE
Factor resiko Keteranga Nilai Sko
n r
Riwayat jatuh yang baru atau dalam satu bulan terakhir Tidak 0
0
Ya 25
Diagnosa Medis sekunder >1 Tidak 0
0
Ya 15
5
Alat bantu jalan
Bed Rest atau dibantu perawat 0
0
Penopang tongkat/ walker 15
Berpegangan pada Furniture 30
Terapi Intravena infus / Lock Heparin Tidak 0
20
Ya 20
Cara berjalan dan berpindah
Normal / Bedrest / Immobilisasi 0
10
Lemah 10
Terganggu 20
Status Mental
Orientasi sesuai kemampuan diri 0 0
Lupa / keterbatasan diri 15
Jumlah Skor Skala Morse 30

Kriteria Skala Morse


Tingkat Resiko Nilai MPS Tindakan
Tidak beresiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 50 Intervensi jatuh standar
Resiko tinggi ≥ 50 Intervensi jatuh Resiko tinggi

PENGKAJIAN PRESSURE ULCER

BRADEN SCALE
1 2 3 4 Skor
Persepsi Keterbatasan Sangat terbatas Keterbatasan Tidak ada 3
Sensori Penuh ringan keterbatasan
Kelembaban Lembab terus Sangat lembab Kadang-kadang Tidak ada 3
menerus lembab lembab
Aktivitas Ditempat tidur Diatas kursi Kadang-kadang Sering berjalan 1
berjalan
Mobilisasi Tidak Dapat Pergerakan sangat Keterbatasan Tidak ada 3
bergerak terbatas ringan keterbatasan
Status Sangat Buruk Tidak adekuat Adekuat Baik sekali 3
Nutrisi
Friksi/ Bermasalah Potensi bermasalah Tidak ada 3
Gesekan masalah
Total Skor 16
6
Kesimpulan Tingkat risiko,
<10 = risiko sangat tinggi, 10 – 12= risiko tinggi,15-18= berisiko , > 19= risiko rendah/ tidak berisioko

ASESSMEN FUNSIONAL
N FUNGSI KETERANGAN SK No FUNGSI KETERANGAN SKOR
o OR
1 Mengontrol Inkontinen/tidak 0 6 Berpindah Tidak mampu 0
BAB teratur (perlu enema) tempat dari
Kadang-kadang 1 Perlu banyak 1
tidur ke duduk
inkontinen (1x bantuan untuk bisa
seminggu) duduk (2 orang)
Kontinen teratur 2 Bantuan minimal 1 2
orang
2 Mengontrol Inkontinen atau 0 Mandiri 3
BAK pakai kateter dan tak
terkontrol
Kadang-kadang 1 7 Mobilisasi/ Tidak mampu 0
inkontinen (max berjalan
1x24 jam)
Mandiri 2 Bisa berjalan dengan 1
kursi roda
3 Membersihkan Butuh pertolongan 0 Berjalandengan 2
diri( lap muka, orang lain bantuan satu
Mandiri 1 Mandiri 3
sisir rambut,
sikat gigi)
4 Penggunaan Tergantung 0 8 Berpakaian Tergantung orang 0
toilet, pegi ke pertolongan orang (Memakai baju lain
dalamdari WC lain
Perlu pertolongan 1 Sebagian di bantu 1
(melepas,
pada beberapa ( mis: mengancing
memakai
aktivitasterapi, dapat baju)
celana,
mengerjakan sendiri
menyeka,
beberapa aktivitas
menyiram)
yang lain
Mandiri 2 Mandiri 2
5 Makan Tidak mampu 0 9 Naik-turun Tidak mampu 0
Perlu seseorang 1 Butuh pertolongan 1
tangga
menolong memotong
makanan
Mandiri 2 Mandiri 2
10 Mandi Tergantung orang 0
7
lain
Mandiri 1
Kesimpulan skor : 2
( )Mandiri 20 ( )Ketergantungan ringan 12-19 (✓ )Ketergantugan sedang 9-11 ( )Ketergantungan berat
5-8 ( )Ketergantungan total 0-4

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data penunjang Pemeriksaan diagnostic
Tgl Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
GDP 112 76-110 mg/dl DBN
WBC 11.4 k/ul 4.1 – 10.9 k/ul Meningkat
LYM 2.6 27.7 % 0.6 - 4.1 DBN
MID 0.8 81% M 0.0 – 1.8 DBN
GRAN 6.0 64%G 2.0 – 7.8 DBN
RBC 5.51 M/UL 4.20 – 6.30 M/UL DBN
HGB 16.0 12.0 – 18.0 g.dl DBN
HCT 45.3% 37.0 – 51.0% DBN
MCV 82.3 FL 80.0 – 07.0 FL DBN
MCHC 35.3 g/dl 31-36 g/dl DBN
RDW 14.05 14.05 11.5 – 14.5 % DBN
PLT 242 140-440 K/UL DBN
8
Creatinin 2.34
Urid acid 10.2 3.4-7.0 mg/dl Meningkat

TERAPI OBAT
No. Nama Terapi Dosis Rute Waktu Pemberian Keterangan (Kegunaan
Obat)
1 Allopurinol 110 mg
2 Aminophilyn 100 mg
3 Halfilyn syp 10 cc
4 ISDN 5 mg
5 Pectocyl 1 tab
6 Salbutamol 1 mg
7 Tensivask 10 mg
8 Asthin F 1x1
9 Paracet 1 prn
10 Lilac SR 100 mg
11
12

KEBUTUHAN EDUKASI
1. Apa yang keluarga ketahui tentang penyakit klien :

2. Informasi apa yang ingin diketahui/ diperlukan oleh keluarga :

3. Siapa dari keluarga yang akan ikut terlibat dalam perawatan anak selanjutnya :

PERENCANAAN PULANG (DISCARGE PLANING)


Tempat tingal klien setelah pulang :

9
No Kriteria pasien Ya Tida Ket
k
1 Usia diatas 70 tahun
2 Pasien tinggal sendiri ✓
3 Tempat tinggal klien memiliki tangga ✓
4 Memerlukan perawatan lanjutan di rumah ✓
5 Memiliki keterbatasan kemampuan merawat diri ✓
6 Pasien pulang dengan jumlah obat lebih dari 6 jenis/macam
obat
7 Kesulitan gerak/ mobilitas
8 Memerlukan alat bantu
9 Memerlukan pelayanan medis
10 Memerlukan pelayanan keperawatan
11 Memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari
12 Riwayat sering menggunakan fasilitas gawat darurat
Kesimpulan :

Ket : jika “ya”, rujuk ke formulir edukasi


ORIENTASI PASIEN BARU (diberikan penjelasa nmengenai)
Lokasi ruangan : (✓) ya ( ) tidak Keamanan ruangan : (✓) ya ( ) tidak
Tata tertib ruangan : (✓) ya ( ) tidak Waktu dokter visite : (✓) ya ( ) tidak
Jam berkunjung : (✓) ya ( ) tidak Administrasi awal : (✓) ya ( ) tidak
Fasilitas ruangan : (✓) ya ( ) tidak Rencana perawatan : (✓) ya ( ) tidak
Hak dan kewajiban : (✓) ya ( ) tidak
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Ketidaknyamanan pada mulut Ketidakefektif
pasien mengatakan sesak an bersihan
nafas dan batuk tidak jalan nafas b/d
sembuh-sembuh obstruksi jalan
DO : napas karena
- pasien tampak gelisah mukus
- terpasang selang O2 berlebihan
canula 3 ltr/mnt
- Riak kental
- terdengar wheezing
disertai ronchi pada paru
kanan dan kiri
- RR : 32×/mnit

10
2 DS : Nutrisi kurang
Pasien mengatakan tidak dari kebutuhan
ada nafsu makan tubuh

DO :
- porsi makan habis 1/4
porsi
- kulit dan membran
mukosa kering
- pasien tampak lemah
- perut kembung
- bising usus

MASALAH KEPERAWATAN (Diurutkan berdasarkan prioritas masalah)


1.
2.
NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT YANG MENGKAJI DAN MENDIAGNOSIS
Ambon, tgl/bln/yhn
Perawat yang mendiagnosis

(nama perawat)

11
NURSING CARE PLAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi


1 Ketidakefektifan Kepatenan jalan napas setelah 1. Ajarkan klien tentang metode 1. Batuk yang tidak terkontrol adalah
bersihan jalan nafas b/d diberikan perawatan dengan kriteria yang tepat pengontrolan melelahkan dan tidak efektif,
obstruksi jalan napas hasil : batuk menyebabkan frustasi duduk tegak
karena mukus - Klien menunjukan batuk - Napas dalam dan perlahan memindahkan organ-organ
berlebihan efektif dan meningkatkan saat duduk setegak mungkin abdomen menjauh dari paru-paru,
pertukaran gas pada paru - Lakukan pernapasan memungkinkan ekspansi ekspansi
- Klien mampu menyebutkan diafragma lebih luas, pernapasan diafragma
strategi untuk menurunkan - Tahan napas selama 3-5 detik menurunkan frekuensi pernapasan
kekentalan sekresi kemudian keluarkan dan meningkatkan ventilasi
- Pergerakan sputum keluar dari sebanyak mungkin melalui alveolar, meningkatkan volume
jalan napas mulut (sangkar iga bawah udara dalam paru, mempermudah
- Bebas dari suara napas dan abdomen harus turun) pengeluaran sekresi.
tambahan seperti Wheezing - Lakukan napas kedua, tahan, 2. Sekresi kental sulit untuk
dan ronchi dan batukkan dari dada diencerkan dan dapat
(bukan dari belakang mulut menyebabkan sumbatan mukus
atau tenggorok) dengan yang mengarah pada atelektasis.
melakukan dua batuk pendek 3. Pengkajian ini membantu
dan kuat. mengevaluasi keefektifan upaya
2. Ajarkan klien tindakan untuk batuk klien
menurunkan vikositas 4. Hygiene mulut yang baik
sekresi: dengan minum air meningkatkan rasa sejahtera dan
panas sedikit tapi sering mencegah bau mulut.

12
3. Auskultasi paru sebelum dan
sesudah klien batuk
4. Dorong dan berikan
perawatan mulut yang baik.
2 Nutrisi kurang dari Klien akan menunjukkan kemajuan / 1. Pantau kesulitan 1. Pasien distress pernafasan
kebutuhan tubuh peningkatan status nutrisi. makan/masukan. Evaluasi sering anoreksia. Dan juga
Kriteria hasil: BB sering mempunyai pola
- Klien tidak mengalami 2. Berikan perawatan oral makan yang buruk.sehingga
kehilangan BB lebih lanjut sebelum dan sesudah makan cenderung BB menurun
- Masukan makanan dan cairan 3. Hindari makanan penghasil 2. Kebersihan oral
meningkat gas dan minuman karbonat. menghilangkan bakteri
- Urine tidak pekat 4. Sajikan menu dalam keadaan penumbuh bau mulut dan
- Output urine meningkat hangat meningkatkan rangsangan /
- Membran mukosa lembab 5. Anjurkan makan sedikit tapi nafsu makan
- Kulit tidak kering sering 3. Makanan yang mengandung
- Tonus otot membaik 6. Kolaborasi ahli gizi untuk gas dan berkarbonat dapat
menentukan diit menimbulkan distensi
abdomen dan meningkatkan
dispnea
4. Menu hangat mempengaruhi
relaksasi spingkter / saluran
pencernaan sehingga respon
mual / muntah berkurang
5. Menegah perut penuh dan

13
menurunkan resiko mual
6. Mencukupi kebutuhan
kalori dan nutrisi sesuai
dengan diit yang tepat sesuai
perhitungan ahli gizi.
NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT PEMBUAT NCP
Ambon, tgl/bln/yhn
Perawat yang mendiagnosis

(nama perawat)

14
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No. DX. Hari, Tanggal Jam Tindakan keperawatan Evaluasi Paraf
1 Senin 02- 1. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk S: pasien mengatakan dada terasa
07-2021 - Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin sesak
- Lakukan pernapasan diafragma O:
- Tahan napas selama 3-5 detik kemudian keluarkan sebanyak mungkin - Pasien tampak lemah
melalui mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun) - Pasien tampak gelisah
- Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan dari dada (bukan dari belakang - Pasien tampak batuk-
mulut atau tenggorok) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat. batuk
2. Menganjurkan untuk minum air hangat sedikit tapi sering - RR 32x/menit
3. Melakukan auscultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk - Tampak penggunaan otot-
4. Membantu melakukan perawatan mulut otot bantu pernapasan
5. Mengobservasi warna dan karakterstik sputum; sputum kental warna putih A: tujuan belum tercapai
kekuning-kuningan P: Intervensi dilanjutkan
Memberikan obat: - Membantu memposisikan
Allopurinol 100 mg TID pasien dengan posisi semi
Halfylin syp 10 cc TID fowler
Pectocyl 1 tab TID - Melakukan auskultasi
Salbutamol 1 mg TID paru sebelum dan sesudah
klien batuk
- Membantu melakukan
perawatan mulut
- Mengobservasi warna dan
15
karakteristik sputum;
sputum kental warna
putih kekuning-kuningan
- Memberikan obat sesuai
advis dokter
2 Senin 02- 1. Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ S: pasien mengatakan mual
07-2021 porsi O:
2. Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan - Porsi makan habis ¼
3. Anjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tapi sering porsi
4. Anjurkan untuk menghindari makanan penghasil gas dan minuman - Membran mukosa dan
karbonat kulit kering
5. Membantu menyajikan makananan - Konjungtiva anemis
6. Membantu ahli gizi untuk menentukan diit: makan lunak rendah garam - Pasien tampak lemah
0.8 A: tujuan belum tercapai
P: intervensi dilanjutkan :
- Mengobservasi porsi
makanan yang dihabiskan
klien; makan habis ¼
porsi
- Membantu perawatan
mulut sebelum dan
sesudah makan

16
- Menganjurkan makan
dalam porsi kecil sedikit
tapi sering
- Menganjurkan untuk
membawakan makan
yang disukai pasien
sesuai dengan diit.
- Membantu menyajikan
makanan
1 Selasa 03- 1. Membantu memposisikan pasien dengan posisi semi fowler S: pasien mengatakan sesak agak
07-2021 2. Melakukan auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk berkurang tetapi batuk masih
3. Membantu melakukan perawatan mulut belum berkurang
4. Mengobservasi warna dan karakteristik sputum; sputum kental warna O:
putih kekuning-kuningan - Pasien tampak lemah
5. Memberikan obat : - Pasien tampak gelisah
Allopurinol 100 mg TID - Pasien tampak batuk-
Halfylin syp 10 cc TID batuk
Pectocyl 1 tab TID - RR 28x/mnt
Salbutamol 1 mg TID A: tujuan belum tercapai
P: intervensi dilanjutkan
- Membantu memposisikan
pasien posisi semi fowler

17
- Melakukan auskultasi
paru sebelum dan sesudah
klien batuk
- Membantu melakukan
perawatan mulut
- Mengobservasi warna dan
karakteristik sputum
- Memberikan obat sesuai
dengan advis dokter
2 Selasa 03- 1. Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan klien; makan habis ¼ S: pasien mengatakan sudah mau
07-2021 porsi makan banyak
2. Membantu perawatan mulut sebelum dan sesudah makan O:
3. Menganjurkan makan dalam porsi kecil sedikit tapi sering - Porsi makan habis ¼
4. Menganjurkan untuk membawakan makan yang disukai pasien sesuai porsi lebih
dengan diit - Membran mukosa dan
5. Membantu menyajikan makanan. kulit kering
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak lemah
A: tujuan belum tercapai
P: intervensi dilanjutkan:
- Mengobservasi porsi
makanan yang dihabiskan

18
klien
- Membantu perawatan
mulut sebelum dan
sesudah makan
- Menganjurkan makan
dalm porsi kecil sedikit
tapi sering
- Menganjurkan untuk
membawakan makan
yang disukai pasien
dengan diit
- Membantu menyajikan
makanan.

19
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah alira udara mengalami
obstruksi yang kronis dan pasien mengalami kesulitan dalam pernafasan.
PPOK sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru yang utama
dan bronkhitis kronis, dimana keduanya menyebabkan perubahan pola
pernafasan.
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut tetapi juga fase kronik
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal

B. SARAN
Semoga dengan ilmu yang semakin update dan pembuatan makalah ini
maka kami selaku calon NAKES dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan dengan pasien yang terdiagnosa PPOK dan juga memahami
teoritis PPOK secara menyeluruh.

20
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari


Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Hudak, Carolyn M. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan


holistik.Jakarta: EGC

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.


Jakarta: EGC

Johnson, M., et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition, IOWA Intervention Project, Mosby

Mc Closkey, C.J., let all, 2002, Nursing Interventions Classifications


(NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Defenisi dan


Klasifikasi

Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai