Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : PPOK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gerontik

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh Kelompok 12 :


1. Sonia Aprilia (23020321)
2. Dwi Ros

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM SARJANA UNIVERSITAS YATSI MADANI
2023
KATAPENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN :
PPOK” dapat selesai tepat pada waktunya.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam proses penyusunan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung
maupun yang tidak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.

Tangerang, Oktober 2023

Penyusun
Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah................................................................................ 2
1.3. Tujuan makalah................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Konsep dasar asma.............................................................................. 3
2.2.1 Pengertian.................................................................................. 3
2.2.2 Klasifikasi................................................................................. 3
2.2.3 Etiologi...................................................................................... 4
2.2.4 Patofisiologi.............................................................................. 4
2.2.5 Pathway..................................................................................... 6
2.2.6 Manifestasi klinis...................................................................... 7
2.2.7 Komplikasi................................................................................ 7
2.2.8 Penatalaksanaan........................................................................ 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.1. Pengkajian........................................................................................... 11
1.2. Diagnosa keperawatan......................................................................... 12
1.3. Intervensi keperawatan........................................................................ 13
1.4. Implementasi keperawatan.................................................................. 16
1.5. Evaluasi .............................................................................................. 16
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada era globalisasai banyak terjadinya polusi udara, di antaranya
terjadi karena asap kendaraan bermotor, polusi dari pabrik, dan asap
rokok. Terpaparya polusi udara yang tidak sehat dapat mempengaruhi
kesehatan terutama pada system pernapasan. Ada banyak penyakit yang
bisa terjadi diantaranya asma, bronchitis, emfisema, dan PPOK yang
dimana penyakit tesebut dapat mempegaruhi jalanya udara. Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) adalah suatu gangguan dengan terhambatnya
saluran pernafasan yang bisa di tandai oleh adanya sesak nafas (Qamila et
al., 2019).
PPOK dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu PPOK ringan
dimana penderita dapat mengalami batuk maupun tidak dan juga
penderita bisa menghasilkan sputum atau tidak disertai sesak nafas,
PPOK sedang adalah dimana penderita mengalami batuk dan juga
menghasilkan sputum serta sesak nafas, PPOK berat adalah penderita
mengalami gagal napas kronik dan disertai gagal ginjal menurut persatuan
Dokter Paru Indonesia 2005 dalam (Yoko, 2019).
Penatalaksanaan dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
pada umumnya dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dengan
tujuan untuk mengurangi gejala dan mencegah progsivitas penyakit.
Selain itu kesehatan mental dan fisik pasien serta kualitas hidup mereka
semuanya meningkat namun tingkat kematian menurun. Pengobatan
PPOK dapat dilakukan dengan menggunakan terapi non-farmakologis
selain terapi farmasi, dan memberikan edukasi sangatlah krusial. Prioritas
ditempatkan pada pemberikan informasi sehingga pasien dapat berhenti
merokok, meningkatkan pola makan mereka dan toleransi paru-paru
mereka melalui olahraga (Astuti, 2018).

1
Peran perawat dalam melayani penderita PPOK sebagai pemberi
asuhan keperawatan yang tepat akan sangat membantu yang bisa dimulai
dari pengkajian yang tepat, diagnose, perencanaan dan juga implementasi
yang tepat seperti mengajarkan cara mengeluarkan secret agar saluran
pernafasan kembali efektif dengan melalui batuk efektif. Tujuanya yang
utama adalah untuk meredakan gejala dan dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (Oemiati, 2017).
1.1. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ppok?
2. Apa saja klasifikasi ppok?
3. Apa saja etiologi ppok?
4. Bagaimana patofisiologi ppok?
5. Apa saja manifestasi klinis pada ppok?
6. Apa saja komplikasi pada pasien ppok?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien ppok?
8. Pengkajian apa saja pada pasien ppok?
9. Apa saja diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien ppok?
1.1. Tujuan
1. Tujuan umum:

Memahami asuhan keperawatan pada pasien Penyakit Paru


Obstruktif Krois (PPOK)
2. Tujuan khusus:
a. Melakukan pengkajian pada pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK)
b. Mengidentifikasi diagnosa pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK)
c. Menyusun intervensi keperawatan pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
d. Melakukan implementasi keperawatan pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK)

2
e. Melakukan evaluasi pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK)

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


2.2.1. Pengertian
PPOK ialah gangguan yang mengakibatkan peradangan
paru yang berlangsung lama. Penyakit ini menghalangi aliran udara
yang diakibatkan oleh pembengkakan dan lendir atau dahak
sehingga terjadinya sesak napas (Etanol et al., 2018).
Penyakit PPOK merupakan prevelensi dari penyakit
pernapasan seperti Bronkitis kronis dan emfisema. Pada emfisema,
ada penyumbatan dalam pertukaran oksigen dan karbon dioksida
karena kerusakan pada dinding alveoli, tetapi pada bronkitis kronis,
ada penumpukan lendir dan ada sekresi yang sangat signifikan
sehingga dapat menyumbat jalan napas (Yoko, 2019)
.PPOK ialah gangguan paru yang terjadi dalam waktu yang
cukup panjang. Gangguan ini menghambat aliran udara dari paru
paru yang terjadi karna adanya sumbatan jalan nafas yang
disebabkan oleh lendir atau dahak serta terjadinya pembengkakan
yang dapat menghambat jalanya udara keparu paru yang dapat
mengakibatkan terjadinya sesak nafas (Maunaturrohmah &
Yuswatiningsih, 2018).
2.2.2. Klasifikasi

3
2.2.3. Etiologi
Ada beberapa fakto yang dapat memicu terjadinya Penyakit Paru
Obstruktif Kronis diantaranya :
a. Merokok
Merokok ialah salah satu penyebab terjadinya PPOK. Merokok
peyebab dari 80-90% terjadinya PPOK dan 15-20% perokok
akan mengalami PPOK (Astuti, 2018).
Merokok dapat memicu peradangan paru-paru yang persisten.
Peradangan progresif berpotensi membahayakan jaringan
pendukung paru-paru, termasuk saluran udara dan kolapsnya
alveolus kehilangan elastisitas dengan itu ventilasi dapat
berkurang (Etanol et al., 2018).
b. Pekerjaan
Pekerjaan memiliki faktor resiko terjadinya PPOK di antara
pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan kramik
yang terpapar debu silica. Hal tersebut dapat memicu terjadinya
PPOK (Astuti, 2018).
c. Polusi Udara
Polusi udara terjadi akibat asap dapur, asap kendaraan, asap
pabrik dan lain lain hal ini dapat mengakibatkan disfungsi paru
yang dapat memicu PPOK (Astuti, 2018).
2.2.4. Patofisiologi
Karena peradangan kronis dan perubahan pada paru-paru
anatomi, PPOK ditandai dengan kelainan fisiologis pada saluran
pernapasan bagian proksimal, perifer, parenkim, dan pembuluh
darah paru-paru (Etanol et al., 2018).

4
Penyakit Paru Obstruktif Kronis disebabkan akibat
bronchitis kronis dan emfisema. Bronchitis kronis dapat
disebabkan karna terjadinya iritasi fisik atau kimiawi seperti
akibat asap rokok dan polusi udara. Dengan menjebak dan
mengeluarkan penyebab iritasi, silia dan lendir dalam bronkus
umumnya bertahan terhadap zat-zat tersebut. Reaksi berlebihan
terhadap mekanisme pertahanan ini akan berkembang pada
iritasi yang sedang berlangsung. Karena lendir dan tidak adanya
silia dan gerkan silia untuk membersihkan lendir, pasien akan
mengalami infeksi berulang. Peradangan akan menghasilkan
fibrosis pada bronkus dan bronkiolus, yang akan menyebabkan
keparahan akut pada status paru-paru dan penurunan fungsi
paru yang cukup besar. Ciri ciri terjadinya infeksi berulang
yaitu terjadinya perubahan spuntum seperti perubahan volume,
warna, dan mengetal.
Merokok dan menghirup udara yang terkontaminasi
dapat menyebabkan peradangan paru-paru. Peradangan
membawa rektumen neotrofil dan magtrofase yang melepaskan
enzim (elastase, kolagenase) ke area peradangan. Secara umum,
alpha1 antitripsin menghambat aktivitas enzim, namun dalam
kasus defisiensi, alpha1 antitripsin diproduksi ketika enzim
proteolitik merusak alveolus dan mengakibatkan emfisema.
Emfisema ialah perubahan parenkim paru yang ditandai
dengan kerusakan pada dinding alveolar dan ekspansi abnormal
saluran alveoli dan alveolar. Efisema yang melibatkan acinus
ialah wilayah paru-paru yang bertanggung jawab atas
pertukaran gas. Efisema sentrilobular adalah yang paling
berkaitan dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (Astuti,
2018).

5
2.2.5. Pathway PPOK

6
2.2.6. Manifestasi klinis
Gejala yang terjadi pada PPOK meliputi sesak nafas, batuk
kronis dan adanya sputum. Satu dari berbagai tanda yang sering
muncul ialah sesak nafas (Dyspnea) pada pasien PPOK.
Tanda-tanda peringatan dan gejala PPOK tercantum di
bawah ini (Astuti, 2018).
a. Batuk kronik

b. Sesak nafas (Dyspnea)

c. Kelemahan badan

d. Produksi spuntum

e. Nafas berbunyi

2.2.7. Komplikasi

Berikut merupakan komplikasi dari PPOK yang dapat


terjadi di antaranya (Astuti, 2018).

a. Gagal Jantung

Penyakit yang dikenal sebagai gagal jantung terjadi ketika


jantung tidak dapat berfungsi dengan baik dan memompa
darah. Hal ini bisa terjadi pada penderita penyakit paru
dengan dyspnea berat

b. Hipoksemia

Hipoksemia merupakan kondisi dimana terjadinya

7
penurunan PaO2 kurang dari 55 mmHg dengan saturasi
oksigen <85%
c. Asidosis respiratorik

Suatu kondisi yang dapat berkembang sebagai akibat dari


terlalu banyak karbon dioksida dalam tubuh. Penyakit ini
biasanya ditandai dengan nyeri kepala/pusing serta lesu
d. Infeksi pernafasan

Adanya produksi mukus yang berlebih dapat mengakibatkan


terjadiya infeksi pada saluran pernafasan
2.2.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis


(PPOK) dapat dilakukan untuk mengurangi gejala penyakit,
mencegah terjadinya progresivitas penyakit, menaikan keadaan
fisik dan menghambat terajadinya suatu komplikasi yang bisa
terjadi seperti hipoksemia maupun infeksi pada pernafasan
(Astuti, 2018). Berikut adalah penatalksanaan yang dapat
dilakukan

a. Mengeluarkan secret

1) Batuk efektif

Batuk dapat membantu pemecahan sekret dalam


paru. Batuk efekif bisa digunakan dengan cara posisi
duduk kemudiang tarik nafas dalam selama 3 kali
lalu dalam ekspirasi ketiga maka di hembuskan dan
dibatukkan.

2) Fisioterapi dada

Fisioterapi dada dilakukan untuk membantu lancar


jalannya pernafasan dengan tujuan untuk
merontokkan sekret yang menempel pada saluran

8
pernafasan.

b. Bronkodilator

Dengan melebarkan jalan napas, bronkodilator


mengurangi hambatan jalan napas. Berikut merupakan
beberapa macam obat bronkodialor yang digunakan untuk
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) :

1) Golongan Beta 2 Agonis

Obat golongan beta 2 agonis dalam bentuk inhaler


digunakan sebagai penurun sesak
2) Golongan antikolinergik
Dalam kategori ini, dimungkinkan untuk
memanfaatkan derajat sedang hingga ekstrem, yaitu di
gunakan juga untuk menurunkan sekresi lendir
c. Meningkatkan keshatan secara umum
Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat
meningkatkan keshata dangan cara berolahraga dengan tujuan
untuk meningkatkan toleransi tubuh terhadap aktivitas,
menurunkan dyspnea dan kelelahan. Selain berolahraga dapat juga
untuk menghidari debu ataupun asap yang bisa memicu terjadinya
PPOK serta berhenti merokok.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan Utama

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dalam bentuk keluhan utama yang dialami oleh pasien, pemicu,
diagnosis, durasi tinggal di rumah sakit, dan upaya klien untuk
meringankan gejala saat mereka berkembang
b. Riwayat Kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang sebelumnya terjadi merupakan riwayat
penyakit yang pernah dialami kliaen serta pernah dirawat di rs
ataupun mengenai alergi orbat obatan dan sebagaianya
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Merupakan penyakir yang pernah atau sedang diderita keluarga
yang ada kaitanya dengan penyakit yang diderita klien
4. Pemeriksaan Fisik

10
3.2. Diganosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016) Diagnosa keperawatan
yang muncul :
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli
dan bronkospasme
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya
nafas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon
dioksida
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigena (hipoksia) kelemahan.
e. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan.
3.3. Intervensi Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019) rencana keperawatan adalah
panduan untuk perilaku yang diharapkan klien untuk mencapai tujuan
atau hasil yang diharapkan.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan


keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen bersihan jalan napas tidak

11
napas berhubungan keperawatan diharapkan Jalan efektif
dengan napas membaik dengan Latihan batuk efektif
hipersekresi jalan Kriteria hasil : Observasi
nafas (D.0001) 1. Pasien tidak batuk 1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Pasien tidak 2. Monitor adanya retensi sputum
mengeluarkan sputum 3. Monitor input dan output cairan
3. Tidak ada wheezing (mis. Jumlah dan karakteristik)
4. Frekuensi pernafasan Terapeutik
dalam rentang normal 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
5. Mempunyai jalan napas 2. Pasang perlak dan bengkok di
yang paten pangkuan pasien
6. Pasien tidak gelisah 3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke – 3 4)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian bronkodilator

Pola napas tidak Setelah dilakukan Tindakan Manajemen jalan nafas


efektif asuhan keperawatan pola napas Observasi
berhubungan efektif dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas
dengan hambatan 1. Tidak terjadi dispnea 2. Monitor bunyi napas tambahan
Upaya nafas. 2. Frekuensi pernapasan 3. Monitor sputum
(D.0005) normal Terapeutik
3. Tidak terdapat suara 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
tambahan 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Ventilasi semenit 3. Lakukan fisioterapi dada, jika
meningkat diperlukan
5. Kapasitas vital 4. Berikan oksigen / nebulizer
meningkat Edukasi
6. Kedalam nafas 1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari,
membaik jika tidak kontra indikasi
7. Pemanjangan fase 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
ekspirasi menurun

12
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas keperawatan diharapkan Observasi
berhubungan kenyamanan meningkat dengan 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan krtidak kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas.
seimbangan 1. Tingkat kesadaran 2. Monitor pola napas (seperti
ventilasi-perfusi meningkat bradipnea, takipnea,
(D.0003) 2. Dyspnea menurun hiperventilasi, Kussmaul,
3. Bunyi napas tambahan CheyneStokes, Biot, ataksik)
menurun 3. Monitor kemampuan batuk
4. Pusing menurun efektif
5. Penglihatan kabur 4. Monitor adanya sumbatan jalan
menurun napas
6. Diaphoresis menurun 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi
7. Gelisah menurun paru
8. Napas cuping hidung 6. Auskultasi bunyi napas
menurun 7. Monitor saturasi oksigen -
9. PCO2 membaik Monitor nilai A G D
10. PO2 membaik 8. Monitor hasil x-ray toraks
11. Takikardia membaik Terapeutik
12. pH arteri membaik 1. Atur interval pemantauan
13. Sianosis membaik respirasi sesuai kondisi pasien
14. Pola napas membaik 2. Dokumtasikan hasil pemantaua
15. Warna kulit membaik Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantaun
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan Manajemen energi
berhubungan keperawatan diharapkan pasien Observasi
dengan ketidak bisa beraktivitas, dengan 1. Identifikasi gangguan fungsi
seimbangan antara kriteria hasil: tubuh yang mengakibatkan
suplai dan 1. Kemudahan pasien kelelahan
kebutuhan meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
oksigena 2. Dipsneu saat/setelah emosional
(hipoksia). beraktivitas menurun 3. monitor pola dan jam tidur
(D.0056) 3. Perasaan lemah 4. monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
4. Tekanan darah melakukan aktivitas
membaikfrekuensi Terapeutik
napas membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
2. Lakukan Latihan rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan fasilitas duduk disisi
tempat tidu, jika tidak dapat

13
berpindah atau berjalan
4. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Ansietas Setelah dilakukan Tindakan Terapi relaksasi
berhubungan keperawatan pasien tidak Observasi
dengan merasa cemas, dengan kriteria 1. Identifikasi penurunan tingkat
kekhawatiran hasil : energi, ketidakmampuan
mengalami 1. Kekhawatiran akibat berkonsentari atau gejala
kegagalan. kondisi yang dihadapi lainyang mengganggu
(D.0080). menurun kemampuan kognitif
2. Perilaku gelisah 2. Identifikasi Teknik relaksasi
menurun yang pernah efektif digunakan
3. Frekuensi napas 3. Periksa ketegangan otot,
membaik frekuensi nadi, tekanan darah
4. Frekuensi nadi dan suhu tubuh
membaik Terapeutik
5. Tekanan darah 1. Ciptakan lingkungan tenang
membaik tanpa gangguan dengan
6. Konsentrasi mebaik pencahayaan dan suhu ruang
7. Pola tidur membaik yang nyaman
2. Anjurkan menggunakan pakaian
longgar
3. Gunakan nada suara lembut
4. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetic atau Tindakan medis
lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat
batasan, dan jenis relaksasiyang
tersedia (missal, music,
meditasi, napas dalam, relaksasi
otot)
2. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih Teknik yang dipilih
5. Demontrasikan dan Latihan
Teknik relaksasi (misal, napas
dalam, peragangan, atau

14
imajinasi terbimbing).

3.4. Implementasi keperawatan


Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi
yang efektif, kemampuan menciptakan hubungan yang saling percaya dan
saling membantu, kemampuan Teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi, dan evaluasi. Tahap pelaksanaan
keperawatan meliputi : fase persiapan (preparation), tindakan dan
dokumentasi.
(avi damayanti 2021)
3.5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis, dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis dan membandingkan
status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang di inginkan serta menilai
derajat pencapaian hasil klien.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi
masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien
(Chinthia dkk. 2022)

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic-Noc. Edisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Aulia (2017). Asma Bronkial FAQ. (Online),
(http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-paru-
kronik-dan-gangguan-imunologi/asma-bronkial-faq, diakses pada tanggal
15 Desember 2020).
Lisa Suarni.dkk. (2017). Metodologi Keperawatan. Edisi I. Yogyakarta : Pustaka
Panasea
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi IV. Jakarta :
Salemba Medika
Padila. (2017).Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Scholastica.F.A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai