Dosen Pengampu:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN :
PPOK” dapat selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah................................................................................ 2
1.3. Tujuan makalah................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Konsep dasar asma.............................................................................. 3
2.2.1 Pengertian.................................................................................. 3
2.2.2 Klasifikasi................................................................................. 3
2.2.3 Etiologi...................................................................................... 4
2.2.4 Patofisiologi.............................................................................. 4
2.2.5 Pathway..................................................................................... 6
2.2.6 Manifestasi klinis...................................................................... 7
2.2.7 Komplikasi................................................................................ 7
2.2.8 Penatalaksanaan........................................................................ 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.1. Pengkajian........................................................................................... 11
1.2. Diagnosa keperawatan......................................................................... 12
1.3. Intervensi keperawatan........................................................................ 13
1.4. Implementasi keperawatan.................................................................. 16
1.5. Evaluasi .............................................................................................. 16
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Peran perawat dalam melayani penderita PPOK sebagai pemberi
asuhan keperawatan yang tepat akan sangat membantu yang bisa dimulai
dari pengkajian yang tepat, diagnose, perencanaan dan juga implementasi
yang tepat seperti mengajarkan cara mengeluarkan secret agar saluran
pernafasan kembali efektif dengan melalui batuk efektif. Tujuanya yang
utama adalah untuk meredakan gejala dan dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (Oemiati, 2017).
1.1. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ppok?
2. Apa saja klasifikasi ppok?
3. Apa saja etiologi ppok?
4. Bagaimana patofisiologi ppok?
5. Apa saja manifestasi klinis pada ppok?
6. Apa saja komplikasi pada pasien ppok?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien ppok?
8. Pengkajian apa saja pada pasien ppok?
9. Apa saja diagnosa keperawatan dan intervensi pada pasien ppok?
1.1. Tujuan
1. Tujuan umum:
2
e. Melakukan evaluasi pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK)
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2.2.3. Etiologi
Ada beberapa fakto yang dapat memicu terjadinya Penyakit Paru
Obstruktif Kronis diantaranya :
a. Merokok
Merokok ialah salah satu penyebab terjadinya PPOK. Merokok
peyebab dari 80-90% terjadinya PPOK dan 15-20% perokok
akan mengalami PPOK (Astuti, 2018).
Merokok dapat memicu peradangan paru-paru yang persisten.
Peradangan progresif berpotensi membahayakan jaringan
pendukung paru-paru, termasuk saluran udara dan kolapsnya
alveolus kehilangan elastisitas dengan itu ventilasi dapat
berkurang (Etanol et al., 2018).
b. Pekerjaan
Pekerjaan memiliki faktor resiko terjadinya PPOK di antara
pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan kramik
yang terpapar debu silica. Hal tersebut dapat memicu terjadinya
PPOK (Astuti, 2018).
c. Polusi Udara
Polusi udara terjadi akibat asap dapur, asap kendaraan, asap
pabrik dan lain lain hal ini dapat mengakibatkan disfungsi paru
yang dapat memicu PPOK (Astuti, 2018).
2.2.4. Patofisiologi
Karena peradangan kronis dan perubahan pada paru-paru
anatomi, PPOK ditandai dengan kelainan fisiologis pada saluran
pernapasan bagian proksimal, perifer, parenkim, dan pembuluh
darah paru-paru (Etanol et al., 2018).
4
Penyakit Paru Obstruktif Kronis disebabkan akibat
bronchitis kronis dan emfisema. Bronchitis kronis dapat
disebabkan karna terjadinya iritasi fisik atau kimiawi seperti
akibat asap rokok dan polusi udara. Dengan menjebak dan
mengeluarkan penyebab iritasi, silia dan lendir dalam bronkus
umumnya bertahan terhadap zat-zat tersebut. Reaksi berlebihan
terhadap mekanisme pertahanan ini akan berkembang pada
iritasi yang sedang berlangsung. Karena lendir dan tidak adanya
silia dan gerkan silia untuk membersihkan lendir, pasien akan
mengalami infeksi berulang. Peradangan akan menghasilkan
fibrosis pada bronkus dan bronkiolus, yang akan menyebabkan
keparahan akut pada status paru-paru dan penurunan fungsi
paru yang cukup besar. Ciri ciri terjadinya infeksi berulang
yaitu terjadinya perubahan spuntum seperti perubahan volume,
warna, dan mengetal.
Merokok dan menghirup udara yang terkontaminasi
dapat menyebabkan peradangan paru-paru. Peradangan
membawa rektumen neotrofil dan magtrofase yang melepaskan
enzim (elastase, kolagenase) ke area peradangan. Secara umum,
alpha1 antitripsin menghambat aktivitas enzim, namun dalam
kasus defisiensi, alpha1 antitripsin diproduksi ketika enzim
proteolitik merusak alveolus dan mengakibatkan emfisema.
Emfisema ialah perubahan parenkim paru yang ditandai
dengan kerusakan pada dinding alveolar dan ekspansi abnormal
saluran alveoli dan alveolar. Efisema yang melibatkan acinus
ialah wilayah paru-paru yang bertanggung jawab atas
pertukaran gas. Efisema sentrilobular adalah yang paling
berkaitan dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (Astuti,
2018).
5
2.2.5. Pathway PPOK
6
2.2.6. Manifestasi klinis
Gejala yang terjadi pada PPOK meliputi sesak nafas, batuk
kronis dan adanya sputum. Satu dari berbagai tanda yang sering
muncul ialah sesak nafas (Dyspnea) pada pasien PPOK.
Tanda-tanda peringatan dan gejala PPOK tercantum di
bawah ini (Astuti, 2018).
a. Batuk kronik
c. Kelemahan badan
d. Produksi spuntum
e. Nafas berbunyi
2.2.7. Komplikasi
a. Gagal Jantung
b. Hipoksemia
7
penurunan PaO2 kurang dari 55 mmHg dengan saturasi
oksigen <85%
c. Asidosis respiratorik
a. Mengeluarkan secret
1) Batuk efektif
2) Fisioterapi dada
8
pernafasan.
b. Bronkodilator
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dalam bentuk keluhan utama yang dialami oleh pasien, pemicu,
diagnosis, durasi tinggal di rumah sakit, dan upaya klien untuk
meringankan gejala saat mereka berkembang
b. Riwayat Kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang sebelumnya terjadi merupakan riwayat
penyakit yang pernah dialami kliaen serta pernah dirawat di rs
ataupun mengenai alergi orbat obatan dan sebagaianya
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Merupakan penyakir yang pernah atau sedang diderita keluarga
yang ada kaitanya dengan penyakit yang diderita klien
4. Pemeriksaan Fisik
10
3.2. Diganosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016) Diagnosa keperawatan
yang muncul :
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli
dan bronkospasme
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan Upaya
nafas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon
dioksida
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigena (hipoksia) kelemahan.
e. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan.
3.3. Intervensi Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2019) rencana keperawatan adalah
panduan untuk perilaku yang diharapkan klien untuk mencapai tujuan
atau hasil yang diharapkan.
11
napas berhubungan keperawatan diharapkan Jalan efektif
dengan napas membaik dengan Latihan batuk efektif
hipersekresi jalan Kriteria hasil : Observasi
nafas (D.0001) 1. Pasien tidak batuk 1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Pasien tidak 2. Monitor adanya retensi sputum
mengeluarkan sputum 3. Monitor input dan output cairan
3. Tidak ada wheezing (mis. Jumlah dan karakteristik)
4. Frekuensi pernafasan Terapeutik
dalam rentang normal 1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
5. Mempunyai jalan napas 2. Pasang perlak dan bengkok di
yang paten pangkuan pasien
6. Pasien tidak gelisah 3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke – 3 4)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian bronkodilator
12
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas keperawatan diharapkan Observasi
berhubungan kenyamanan meningkat dengan 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan krtidak kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas.
seimbangan 1. Tingkat kesadaran 2. Monitor pola napas (seperti
ventilasi-perfusi meningkat bradipnea, takipnea,
(D.0003) 2. Dyspnea menurun hiperventilasi, Kussmaul,
3. Bunyi napas tambahan CheyneStokes, Biot, ataksik)
menurun 3. Monitor kemampuan batuk
4. Pusing menurun efektif
5. Penglihatan kabur 4. Monitor adanya sumbatan jalan
menurun napas
6. Diaphoresis menurun 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi
7. Gelisah menurun paru
8. Napas cuping hidung 6. Auskultasi bunyi napas
menurun 7. Monitor saturasi oksigen -
9. PCO2 membaik Monitor nilai A G D
10. PO2 membaik 8. Monitor hasil x-ray toraks
11. Takikardia membaik Terapeutik
12. pH arteri membaik 1. Atur interval pemantauan
13. Sianosis membaik respirasi sesuai kondisi pasien
14. Pola napas membaik 2. Dokumtasikan hasil pemantaua
15. Warna kulit membaik Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantaun
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan Manajemen energi
berhubungan keperawatan diharapkan pasien Observasi
dengan ketidak bisa beraktivitas, dengan 1. Identifikasi gangguan fungsi
seimbangan antara kriteria hasil: tubuh yang mengakibatkan
suplai dan 1. Kemudahan pasien kelelahan
kebutuhan meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
oksigena 2. Dipsneu saat/setelah emosional
(hipoksia). beraktivitas menurun 3. monitor pola dan jam tidur
(D.0056) 3. Perasaan lemah 4. monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
4. Tekanan darah melakukan aktivitas
membaikfrekuensi Terapeutik
napas membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
2. Lakukan Latihan rentang gerak
pasif dan aktif
3. Berikan fasilitas duduk disisi
tempat tidu, jika tidak dapat
13
berpindah atau berjalan
4. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Ansietas Setelah dilakukan Tindakan Terapi relaksasi
berhubungan keperawatan pasien tidak Observasi
dengan merasa cemas, dengan kriteria 1. Identifikasi penurunan tingkat
kekhawatiran hasil : energi, ketidakmampuan
mengalami 1. Kekhawatiran akibat berkonsentari atau gejala
kegagalan. kondisi yang dihadapi lainyang mengganggu
(D.0080). menurun kemampuan kognitif
2. Perilaku gelisah 2. Identifikasi Teknik relaksasi
menurun yang pernah efektif digunakan
3. Frekuensi napas 3. Periksa ketegangan otot,
membaik frekuensi nadi, tekanan darah
4. Frekuensi nadi dan suhu tubuh
membaik Terapeutik
5. Tekanan darah 1. Ciptakan lingkungan tenang
membaik tanpa gangguan dengan
6. Konsentrasi mebaik pencahayaan dan suhu ruang
7. Pola tidur membaik yang nyaman
2. Anjurkan menggunakan pakaian
longgar
3. Gunakan nada suara lembut
4. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetic atau Tindakan medis
lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat
batasan, dan jenis relaksasiyang
tersedia (missal, music,
meditasi, napas dalam, relaksasi
otot)
2. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih Teknik yang dipilih
5. Demontrasikan dan Latihan
Teknik relaksasi (misal, napas
dalam, peragangan, atau
14
imajinasi terbimbing).
15
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA