Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI


ASKEP ANEMIA SEL SABIT

Dosen Pembimbing:
Ns. Eva Mayasari, S.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI


STIKBA
PRODI S1 KEPERAWATAN
2009-2010
LAMPIRAN

Daftar Nama Kelompok 2 Beserta Tugasnya

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Hemetologi &
Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Sel Sabit” tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis
dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jambi, 16 Desember 2009

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................


LAMPIRAN ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian Anemia aplastik ........................................................... 3
2.2 Etiologi............................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi.................................................................................... 4
2.4 Manifestasi klinis............................................................................ 7
2.5 Penatalaksanaan.............................................................................. 7
2.6 Komplikasi...................................................................................... 9
2.7 Asuhan Keperawatan...................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN KASUS ............................................................. 20
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 27
3.2 Saran ................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh
penurunan produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum
tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak
dijumpai adanya sistem keganasan hematopoitik ataupun kanker metastatik
yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua
atau ketiga system hematopoisis. Aplasia yang hanya mengenai system
eritropoitik disebut anemia hipoplastik (ertroblastopenia), yang hanya
mengenai system granulopoitik disebut agranulositosis sedangkan yang
hanya mengenai sistem megakariositik disebut Purpura Trombositopenik
Amegakariositik (PTA). Bila mengenai ketiga sistem disebut Panmieloptisis
atau lazimya disebut anemia aplastik. Menurut The International and
Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut anemia aplastik bila : Kadar
Hemoglobin ? 10 gr/dl atau Hematokrit ? 30; hitung trombosit ?
50.000/mm3; hitung leukosit ? 3500/mm3 atau granulosit ? 1.5 x 109/I.(1)
Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi genetik dan
dyskeratosis congenital, dan sering berkaitan dengan anomali fisik khas dan
perkembangan pansitopenia terjadi pada umur yang lebih muda, dapat pula
berupa kegagalan sumsum pada orang dewasa yang terlihat normal. Anemia
aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung
darah yang rendah secara mendadak pada dewasa muda yang terlihat
normal; hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang salah dapat pula
mendahului onset ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit.
Biasanya penurunan hitung darah moderat atau tidak lengkap, akan
menyebabkan anemia, leucopenia, dan thrombositopenia atau dalam
beberapa kombinasi tertentu.
Dalam makalah ini penulis membahasa tentang konsep teori serta
Asuhan keperawatan pada anemia aplastik.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Anemia Sel Sabit?
2. Apa Etiologi dari anemia Sel Sabit?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada anemia Sel Sabit?
4. Apa saja manifestasi dari anemia Sel Sabit?
5. Bagaimankah penatalaksanaannya ?
6. Apa saja komplikasinya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia Sel
Sabit ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Sel Sabit
”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang
telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca
tentang konsep Anemia Sel Sabit serta proses keperawatan dan
pengkajiannya.

2
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Pengertian
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah
merah berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal.
(Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535).
Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia
hemolitik kronik.

Penyakit anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya
defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.
Anemia sel sabit merupakan suatu gangguan resesif otosom yang
disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektif satu buah
dari masing – masing orang tua. Hemoglobin yang cacat itu disebut
Hemoglobin S (Hb S), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti
sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.

2.2 Etiologi
Penyakit anemia sel sabit disebabkan oleh kelainan struktur
Hemoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi globin didalam molekul
hemoglobin.
Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah : (Price A
Sylvia, 1995, hal : 239)
 Infeksi

3
 Disfungsi jantung
 Disfungsi paru
 Anastesi umum
 Dataran tinggi
 Menyelam

2.3 Patofisiologi
Defeknya adalah satu substitusi asam amino pada rantai beta
hemoglobin karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai alfa dan
dua rantai beta, maka terdapat dua gen untuk sintesa tiap rantai.
Trail sel sabit hanya mendapat satu gen normal, sehingga sel darah
merah masih mampu mensintesa kedua rantai beta, jadi mereka mempunyai
hemoglobin A dan S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak
sehat.
Apabila dua orang dengan trait sel sabit sama menikah, beberapa
anaknya akan membawa dua gen abnormal dan mempunyai rantai s bila
ada hemoglobin S, maka anak akan menderita anemia sel sabit. (Smeltzer C
Suzanne, 2002, hal : 943 – 944).
Sel-sabit adalah kelainan yang timbul karena bentuk yang abnormal
dari salah satu subunit hemaglobin. Hemaglobin normal berbentuk bulat
(seperti kue donat, tanpa lubang di tengah), sedang sel-sabit berbentuk sabit
(seperti huruf C). Bentuk yang abnormal tersebut terjadi karena asam amino
yang keenam dari rantai β (terdiri atas 146 asam amino), yaitu asam
glutamat, yang bersifat polar, tergantikan oleh valin yang bersifat nonpolar.
Perubahan bentuk ini mengganggu kemampuan hemaglobin dalam
mengangkut oksigen. Selain itu, gaya tarik hidrofobik menyebabkan sel
sabit mudah saling menempel sehingga mengelompok dan menyumbat
pembuluh kapiler. Hal ini dapat menyebabkan peradangan, rasa sakit,
kerusakan organ, bahkan kematian.
Sel sabit hanya hidup 10-20 hari, jauh lebih pendek dibandingkan sel
darah merah normal yang bertahan hidup hingga 120 hari. Tubuh tidak
mampu memproduksi sel darah merah dengan cepat untuk mengganti sel

4
darah yang berusia pendek tersebut, akibatnya jumlah sel darah merah dalam
tubuh lebih rendah dari jumlah yang normal (anemia).
Anemia sel-sabit merupakan kelainan keturunan yang dialami
seseorang yang mewarisi gen hemoglobin mutan dari kedua orang tuanya.
Jika hanya salah satu orang tua yang menurunkan gen mutan, maka
keadaannya tidak terlalu parah, yang disebut sel-sabit semu. Para penderita
sel-sabit semu, memiliki sekitar 1% sel darah merah yang berbentuk sabit.
Mereka dapat hidup normal selama menghindari latihan-latihan fisik yang
berat atau tekanan lain terhadap sistem peredaran darah.

5
Web Of Causation

Faktor congenital yang


penderita anemia sel sabit

Turunan trait sel sabit

Hb abnormal
mengandung dua rantai

6
2.4 Manifestasi Klinis
Hemoglobin sabit mempunyai sifat buruk karena mempunyai bentuk
seperti kristal bila terpajan tekanan O 2 rendah. Oksigen dalam darah vena
cukup rendah sehingga terjadilah perubahan ini; Konsekuensinya sel yang
mengandung Hb S akan rusak, kaku dan berbentuk sabit ketika berada di
sirkulasi vena. Sel yang panjang dan kaku dapat terperangkap dalam
pembuluh kecil, dan ketika mereka saling menempel satu sama lain, aliran
darah ke daerah atau organ mengalami perlambatan. Apabila terjadi iskemia
atau infark, pasien dapat mengalami nyeri, pembengkakan dan demam.
Pasien selalu anemis, dengan nilai Hb antara 7 – 10 gr/dl. Biasanya
terdapat ikterik dan jelas terlihat pada sklera. Sumsum tulang membesar saat
kanak – kanak sebagai usaha kompensasi kadang menyebabkan pembesaran
tukang wajah dan kepala.
 Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat, gelisah
 Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam, gelisah
 Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan BAK dan
BAB
 Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria
 Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam
 Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta
 Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada
lengan dan kaki.
(Price A Sylvia, 19995, hal : 240)
Gejala
Penderita selalu mengalami berbagai tingkat anemia dan sakit kuning
(jaundice) yang ringan, tetapi mereka hanya memiliki sedikit gejala lainnya.

Berbagai hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam


darah, (misalnya olah raga berat, mendaki gunung, terbang di ketinggian
tanpa oksigen yang cukup atau penyakit) bisa menyebabkan terjadinya krisis
sel sabit,yang ditandai dengan:
 semakin memburuknya anemia secara tiba-tiba

7
 nyeri (seringkali dirasakan di perut atau tulang-tulang panjang)
 demam
 kadang sesak nafas.
Nyeri perut bisa sangat hebat dan bisa penderita bisa mengalami muntah;
gejala ini mirip dengan apendisitis atau suatu kista indung telur.

2.5 Penatalaksanaan
Sebenarnya tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit primer. Pasien
diberikan asam folat dan transfusi untuk menanggulangi krisis hemolitik.
Vaksinasi pneumokokus tebukti bisa mengurangi infeksi bakteri tersebut
pada pasien. Ketika timbul nyeri akut, faktor pencetus harus segera
diidentifikasi dan infeksi harus segera diobati. Pasien harus diberi cukup
cairan dan oksigen jika terjadi hipoksia. Penyumbatan pembuluh darah yang
akan dapat diatasi dengan pemberian transfusi pengganti. Hal tersebut
merupakan indikasi untuk diberi penatalaksanaan intractable pain crises,
priapism dan stroke.
Pasien juga perlu diberikan agen sitotoksin yang dapat meningkatkan
HbF dengan menstimulasi eritropoiesis pada prekrusor eritroid yang masih
primitif. Hidroksiurea (500-750 mg/d) terbukti dapat mengurangi frekuensi
nyeri. Allogenik transplantasi tulang belakang masih dipelajari sebagai
terapi kuratif pada pasien yang muda.
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat
hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat
disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih
sering serangan ini terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap
pneumonia yang disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati
dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya diberikan
bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik
Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada
trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum

8
operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting untuk
mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan
heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)

Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat


memperbaiki pembentukan sabit, karena itu pengobatan secara primer
ditujukan untuk pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya
mencetuskan krisis sel sabit, pengobatan ditekankan pada pencegahan
infeksi, deteksi dini dan pengobatan segera setiap ada infeksi pengobatan
akan mencakup pemberian antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan
dosis yang besar. Pemberian oksigen hanya dilakukan bila penderita
mengalami hipoksia. Nyeri hebat yang terjadi secara sendiri maupun
sekunder terhadap adanya infeksi dapat mengenai setiap bagian tubuh.
Tranfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik atau hemolitis.
Transfusi juga diperlukan selama kehamilan. Penderita seringkali cacat
karena adanya nyeri berulang yang kronik karena adanya kejadian-kejadian
oklusi pada pembuluh darah. Pada kelompok penderita terdapat insiden yang
tinggi terhadap ketergantungan obat, terdapat juga insiden yang tinggi atas
sulitnya mengikuti sekolah dan melakukan pekerjaan. (Price A Sylvia, 1995,
hal : 239)Hindari faktor-faktor yang diketahui mencetuskan krisis.

1. Profilaktik
2. Asam folat, misalnya 5 mg perhari, jika diit buruk.

3. Gizi umum baik dan hygiene.

4. Krisis – istirahat, dehidrasi, berikan antibiotik jika


terdapat infeksi, bikarbonat jika pasien asidosis. Analgetik kuat biasanya
diperlukan, transfusi diberikan hanya jika anemia sangat berat dengan
gejala transfusi. Sukar mungkin dibutuhkan pada kasus berat.

5. Perawatan khusus diperlukan pada kehamilan dan


anestesi sebelum persalinan atau operasi, pasien dapat ditransfusi

9
berulang dengan darah normal untuk mengurangi proporsi haemoglobin
S yang beredar.

6. Transfusi ini juga kadang-kadang diberikan pada


pasien yang sering mengalami krisis untuk menekan produksi Hb S
secara lengkap selama jangka waktu beberapa bulan. (Hoffbrand V.A,
1996, hal : 77)

2.6 Pemeriksaan Diagnostic


a. Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari
30% – 50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan
Hb/Ht dan total SDM.

b. Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau


lengkap, sel bentuk bulan sabit.

c. Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya


hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat
yang diwariskan (trait)

d. Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin


abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.

e. LED : meningkat

f. GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2

g. Bilirubin serum : meningkat

h. LDH : meningkat

i. IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal

j. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang

10
k. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang. (Doenges E.M,
2002, hal : 585).

2.7 Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi
pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga
hematokrit mendadak menurun.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung
progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput
femoralis, serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan
impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla
karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-
ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-
kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M,
1999, hal : 536).

11
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS PEMICU:
An. A jenis kelamin Perempuan datang ke RSU berumur 3 tahun di bawa
oleh orang tuanya dengan keluhan tangan dan kaki bengkak, terasa sakit dan nyeri
sendi, pertumbuhan lambat. Dari hasil pemeriksaan fisik di temukan limfe
membesar, Hb= 6,5 gr/dl. Dari riwayat keluarga yaitu saudara dari bapak An. A.
N=120x/I, RR= 30x/I, S=38 0 C, nafsu makan menurun.

2.8 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Sel Sabit


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan, diperlukan
pengkajian yang cermat untuk masalah klien agar dapat memberi arah
kepada tindakan keperawatan. Informasi akan menentukan kebutuhan
dan masalah kesehatan keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik,
psikososial dan lingkungan. Sebagai sumber informasi dapat digunkan
yaitu pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan atau
sumber data sekunder. Metode pengumpulan data meliputi :
Pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, rumusan diagnosa
keperawatan.
Data yang perlu dikumpulkan pada klien dengan anemia adalah

12
sebagai berikut :

1. Pengumpulan data
a. Identifikasi klien :

- Nama klien : An. A

- Jenis kelamin : Perempuan

b. Identitas penanggung

c. Keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu dan riwayat


kesehatan keluarga:

- Keluhan utama : pada keluhan


utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada
saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.

- Riwayat kesehatan masa lalu :


riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi
kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita.

- Riwayat kesehatan keluarga: dari


riwayat keluarga An. A ditemukan yaitu saudara saudara dari
bapak An. A.

2. Pemerisaan fisik

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari.

Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.

Tanda : Gangguan gaya berjalan

b. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi atau nyeri.

13
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat,
warna kulit pucat atai sianosis, konjungtiva pucat.

c. Eliminasi

Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari.

d. Integritas ego

Gejala : Kuatir, takut.

Tanda : Ansietas, gelisah.

e. Makanan / cairan

Gejala : Nafsu makan menurun.

Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas


gigitan, tampak kulit dan membran mukosa kering.

f. Hygiene

Gejala : Keletihan / kelemahan

Tanda : Penampilan tidak rapi.

g. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.

Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.

h. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri pada sendi dan kaki, sakit kepala.

Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah. Tangan dan kaki


bengkak

i. Pernafasan

Gejala : Dispnea saat bekerja.

14
Tanda : Mengi

j. Keamanan

Gejala : Riwayat transfusi.

Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.

k. Perkembangan: pertumbuhan lambat


l. Seksualitas

Gejala : Kehilangan libido.

(Doenges, E, Marilynn, 2000, hal : 582 – 585).

Ds:
- Orang tuanya mengatakan An. A mengeluh tangan dan kakinya bengkak,
terasa sakit dan nyeri sendi dan pertumbuhannya lambat.
Do:
- Limfe membesar
- Hb= 6,5 gr/dl.
- N=120x/i
- RR= 30x/i
- S=38 0 C
- Nafsu makan menurun.

B. ANALISA DATA

No S (Sign & Symtomp) E (Etiologi) P (Problem)


1. Ds: An. A mengeluh Suplai O2 ke jaringan in Gangguan rasa
kaki dan tangan adekuat nyaman nyeri
bengkak terasa sakit

15
dan nyeri sendi
Do:
- Hb= 6,5 gr/dl
2. Ds: Gangguan kemampuan Perubahan perfusi
Do: Hb mengikat O2 jaringan
- Hb= 6,5 gr/dl.
- Pembesaran
limfe
3. Ds: Distensi abdomen Nutrisi kurang
Do: dari kebutuhan
- Anoreksia tubuh
- Pembesaran
limfe
- S=38 0 C
4. Ds: Suplai O2 ke paru – paru Pola napas tidak
Do: sedikit efektif
- N=120x/i
- RR= 30x/i
- Hb= 6,5 gr/dl
5. Ds: An. A Sakit dan nyeri saat Intoleransi
mengeluhkan bengkak bergerak aktivitas
pada tangan dan kaki,
terasa sakit dan nyeri
sendi
Do:

C. Diagnosa Keperawatan

Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel


sabit baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut :

16
1. Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun)
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi
kemampuan Hb untuk mengikat O2 dan gangguan pada sum-sum
tulang.

3. Aktifitas intolerance berhubungan dengan kaki dan tangan bengkak,


terasa sakit dan nyeri bila bergerak.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pembesaran


limfe menyebabkan distensi abdomen.

5. Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke


jaringan.

6. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya suplai O 2 ke


paru – paru

7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.

8. Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


informasi tentang penyakitnya.

D. NCP
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri b.d Tidak merasakan - Kaji tingkat nyeri - Dengan
diogsigenasi nyeri, mengkaji tingkat nyeri
jaringan (Hb dapat mempermudah
menurun). KH : dalam menentukan
Ds: Orang tua Klien mengatakan intervensi selanjutnya.
An. A tidak merasakan - Anjurkan klien - Dengan menarik

17
mengatakan nyeri lagi. teknik nafas dalam nafas dalam
anaknya memungkinkan
mengeluh kaki sirkulasi O2 ke
terasa sakit dan - Lakukan tehnik jaringan terpenuhi.
nyeri distraksi - Dengan
Do: mengalihkan perhatian
- Hb= 6,5 klien dapat mampu
gr/dl. mengurangi rasa nyeri
seperti, mengajak
cerita, melakukan
- Bantu klien dalam masase
posisi yang nyaman
- Mengurangi
Kolaborasi ketegangan sehingga
- pemberian nyeri berkurang.
penambah darah
- Membantu klien
dalam menaikkan
tekanan darah dan
proses penyembuhan.

2. Intoleransi Dapat - Kaji kemampuan - Mempengaruhi pilihan


aktivitas b.d mempertahankan ADL pasien. intervensi/bantuan
ketidakseimbang /meningkatkan
an antara suplai ambulasi/aktivitas - Kaji kehilangan - Menunjukkan
oksigen . atau gangguan perubahan neurology
(pengiriman) dan keseimbangan, gaya karena defisiensi
kebutuhan. KH : jalan dan vitamin B12
- melaporkan kelemahan otot mempengaruhi
peningkatan keamanan
toleransi pasien/risiko cedera
aktivitas
- Observasi tanda- - Manifestasi

18
(termasuk tanda vital sebelum kardiopulmonal dari
aktivitas sehari- dan sesudah upaya jantung dan
hari) aktivitas. paru untuk membawa
- menunjukkan jumlah oksigen
penurunan adekuat ke jaringan
tanda intolerasi - Berikan lingkungan - Meningkatkan istirahat
fisiologis, tenang, batasi untuk menurunkan
misalnya nadi, pengunjung, dan kebutuhan oksigen
pernapasan, dan kurangi suara tubuh dan menurunkan
tekanan darah bising, pertahankan regangan jantung dan
masih dalam tirah baring bila di paru
rentang normal indikasikan
- Gunakan teknik - Meningkatkan
menghemat energi, aktivitas secara
anjurkan pasien bertahap sampai
istirahat bila terjadi normal dan
kelelahan dan memperbaiki tonus
kelemahan, otot/stamina tanpa
anjurkan pasien kelemahan.
melakukan aktivitas Meingkatkan harga
semampunya (tanpa diri dan rasa
memaksakan diri). terkontrol.

3. Perubahan Kebutuhan nutrisi - Kaji riwayat - Mengidentifikasi


nutrisi kurang terpenuhi nutrisi, termasuk defisiensi,
dari kebutuhan makan yang memudahkan
tubuh b.d KH : disukai intervensi
kegagalan untuk - Menunujukkan - Observasi dan catat - Mengawasi
mencerna atau peningkatan masukkan masukkan kalori atau
ketidak /mempertahank makanan pasien kualitas kekurangan
mampuan an berat badan konsumsi makanan

19
mencerna dengan nilai - Timbang berat - Mengawasi
makanan laboratorium badan setiap hari. penurunan berat
/absorpsi nutrient normal. badan atau efektivitas
yang diperlukan - Tidak intervensi nutrisi
untuk mengalami - Berikan makan - Menurunkan
pembentukan sel tanda mal sedikit dengan kelemahan,
darah merah nutrisi. frekuensi sering meningkatkan
- Menununjukkan dan atau makan pemasukkan dan
perilaku, diantara waktu mencegah distensi
perubahan pola makan gaster
hidup untuk - Observasi dan catat - Gejala GI dapat
meningkatkan kejadian menunjukkan efek
dan atau mual/muntah, anemia (hipoksia)
mempertahanka flatus dan dan pada organ.
n berat badan gejala lain yang
yang sesuai. berhubungan
- Berikan dan Bantu - Meningkatkan nafsu
hygiene mulut makan dan
yang baik ; pemasukkan oral.
sebelum dan Menurunkan
sesudah makan, pertumbuhan bakteri,
gunakan sikat gigi meminimalkan
halus untuk kemungkinan infeksi.
penyikatan yang Teknik perawatan
lembut. Berikan mulut khusus
pencuci mulut yang mungkin diperlukan
di encerkan bila bila jaringan
mukosa oral luka. rapuh/luka/perdaraha
n dan nyeri berat.
- Kolaborasi pada - Membantu dalam
ahli gizi untuk rencana diet untuk
rencana diet. memenuhi kebutuhan

20
individual
- Kolaborasi ; pantau - Meningkatakan
hasil pemeriksaan efektivitas program
laboraturium pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan.
- Kolaborasi; - Kebutuhan
berikan obat sesuai penggantian
indikasi tergantung pada tipe
anemia dan atau
adanyan masukkan
oral yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.

4. Risiko tinggi Infeksi tidak  Tingkatkan cuci  mencegah kontaminasi


terhadap infeksi terjadi. tangan yang baik ; silang/kolonisasi
b.d tidak KH : oleh pemberi bacterial. Catatan :
adekuatnya - mengidentifikasi perawatan dan pasien dengan anemia
pertahanan perilaku untuk pasien berat/aplastik dapat
sekunder mencegah/menur berisiko akibat flora
(penurunan unkan risiko normal kulit.
hemoglobin infeksi.  Pertahankan teknik  menurunkan risiko
leucopenia, atau - meningkatkan aseptic ketat pada kolonisasi/infeksi
penurunan penyembuhan prosedur/perawatan bakteri
granulosit luka, bebas luka
(respons drainase purulen  Berikan perawatan  menurunkan risiko
inflamasi atau eritema, dan kulit, perianal dan kerusakan
tertekan). demam. oral dengan cermat kulit/jaringan dan
infeksi
 Motivasi perubahan  meningkatkan
posisi/ambulasi ventilasi semua

21
yang sering, latihan segmen paru dan
batuk dan napas membantu
dalam memobilisasi sekresi
untuk mencegah
pneumonia
 Tingkatkan  membantu dalam
masukkan cairan pengenceran secret
adekuat pernapasan untuk
mempermudah
pengeluaran dan
mencegah stasis cairan
tubuh misalnya
pernapasan dan ginjal.
 Pantau/batasi  membatasi pemajanan
pengunjung. pada bakteri/infeksi.
Berikan isolasi bila Perlindungan isolasi
memungkinkan dibutuhkan pada
anemia aplastik, bila
respons imun sangat
terganggu.
 Pantau suhu tubuh.  adanya proses
Catat adanya inflamasi/infeksi
menggigil dan membutuhkan
takikardia dengan evaluasi/pengobatan.
atau tanpa demam
 Amati  indikator infeksi lokal.
eritema/cairan luka Catatan : pembentukan
pus mungkin tidak ada
bila granulosit
tertekan.
 Ambil specimen  membedakan adanya
untuk infeksi,

22
kultur/sensitivitas mengidentifikasi
sesuai indikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan
pengobatan
 Berikan antiseptic  mungkin digunakan
topical ; antibiotic secara propilaktik
sistemik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk
pengobatan proses
infeksi local
5. Konstipasi atau Membuat/kembali - Observasi warna - Membantu
Diare pola normal dari feses, konsistensi, mengidentifikasi
berhubungan fungsi usus. frekuensi dan penyebab /factor
dengan KH: jumlah pemberat dan
penurunan Menunjukkan intervensi yang tepat.
masukan diet; perubahan - Auskultasi bunyi - bunyi usus secara
perubahan proses perilaku/pola usus umum meningkat pada
pencernaan; efek hidup, yang diare dan menurun
samping terapi diperlukan pada konstipasi
obat. sebagai penyebab, - Awasi intake dan - dapat mengidentifikasi
factor pemberat. output (makanan dehidrasi, kehilangan
dan cairan). berlebihan atau alat
dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet
- Dorong masukkan - membantu dalam
cairan 2500-3000 memperbaiki
ml/hari dalam konsistensi feses bila
toleransi jantung konstipasi. Akan
membantu
memperthankan status
hidrasi pada diare

23
- Hindari makanan - menurunkan distress
yang membentuk gastric dan distensi
gas abdomen
- Kaji kondisi kulit - mencegah ekskoriasi
perianal dengan kulit dan kerusakan
sering, catat
perubahan kondisi
kulit atau mulai
kerusakan.
Lakukan
perawatan perianal
setiap defekasi bila
terjadi diare.
- Kolaborasi ahli - serat menahan enzim
gizi untuk diet pencernaan dan
siembang dengan mengabsorpsi air
tinggi serat dan dalam alirannya
bulk. sepanjang traktus
intestinal dan dengan
demikian
menghasilkan bulk,
yang bekerja sebagai
perangsang untuk
defekasi.
- Berikan pelembek - mempermudah
feses, stimulant defekasi bila
ringan, laksatif konstipasi terjadi.
pembentuk bulk
atau enema sesuai
indikasi. Pantau
keefektifan.
(kolaborasi)

24
- Berikan obat - menurunkan motilitas
antidiare, misalnya usus bila diare terjadi.
Defenoxilat
Hidroklorida
dengan atropine
(Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air,
misalnya
Metamucil.
(kolaborasi).
6. Kurang Pasien mengerti  Berikan informasi  memberikan dasar
pengetahuan dan memahami tentang anemia pengetahuan
sehubungan tentang penyakit, spesifik. sehingga pasien
dengan kurang prosedur Diskusikan dapat membuat
terpajan/mengin diagnostic dan kenyataan bahwa pilihan yang tepat.
gat ; salah rencana terapi tergantung Menurunkan ansietas
interpretasi pengobatan. pada tipe dan dan dapat
informasi ; tidak KH : beratnya anemia. meningkatkan
mengenal - Pasien kerjasama dalam
sumber menyatakan program terapi
informasi. pemahamannya  Tinjau tujuan dan  ansietas/ketakutan
proses penyakit persiapan untuk tentang
dan pemeriksaan ketidaktahuan
penatalaksanaa diagnostic meningkatkan stress,
n penyakit. selanjutnya
- Mengidentifika meningkatkan beban
si factor jantung.
penyebab. Pengetahuan
- Melakukan menurunkan
tiindakan yang ansietas.
perlu/perubaha  Kaji tingkat  megetahui seberapa
n pola hidup. pengetahuan klien jauh pengalaman dan

25
dan keluarga pengetahuan klien
tentang dan keluarga tentang
penyakitnya penyakitnya
 Berikan  dengan mengetahui
penjelasan pada penyakit dan
klien tentang kondisinya sekarang,
penyakitnya dan klien akan tenang
kondisinya dan mengurangi rasa
sekarang. cemas
 diet dan pola makan
yang tepat
 Anjurkan klien membantu proses
dan keluarga penyembuhan.
untuk
memperhatikan  mengetahui seberapa
diet makanan nya jauh pemahaman
 Minta klien dan klien dan keluarga
keluarga serta menilai
mengulangi keberhasilan dari
kembali tentang tindakan yang
materi yang telah dilakukan
diberikan

7. Pola napas tidak Klien akan  Kaji frekuensi,  Kedalaman


efektif b/d menunjukan pola kedalaman pernapasan bervariasi
ketidak napas normal pernapasan dan tergantung derajat
seimbangan ekspansi dada. gagal napas. Ekspansi
KH:
suplai oksigen Catat upaya dada terbatas yang
pernapasan, berhubungan
 Menujuka
termasuk atelektasis
n pola
penggunaan otot  Mengoktimalkan
napas

26
bantu / pelebaran upaya pernapasan
efektif
nasal  Perasaan takut dan
dengan
ansietas berhubungan
frekuensi  Ajarkan teknik
dengan ketidak
dan relaksasi
mampuan bernapas
kedalaman
dalam  Bantu pasien
mengatasi takut
rentang  Memaksimalkan
normal atau ansietas
bernapas dan
(12-20 x/i) menurunkan kerja
napas
 Berpartisi
pasi dalam
aktivitas /  Berikan oksigen
perilaku tambahan
meningkat
kan fungsi
paru

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

KASUS
Tuan A,masuk rumah sakit pada tanggal 3 Desember 2009, jam 10.00
WIB.Mengeluhkan sakit kepala pada bagian tengkuknya, badan sering
terasa lemas, dan sering kesemutan pada saat istirahat.Setelah dilakukan
pemeriksaan didapat TD 110/ 60 mmhg, SH 34.5oC, Nadi 80x/ menit,HB 3,6

27
g/dl. Dengan RR normal, BB menurun, sedangkan pada skelera mata
memutih, kuku membentuk koilonikia(kuku melengkung seperti sendok).

A. ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH


S : - Tn A mengeluh
1 sakit kepla Ketidakseimbangan O2 Perubahan Perfusi
Jaringan
- Mudah lelah

- Kesemutan

- kedinginan

- mata berkunang –
kunang

O : - Hb Turun 3,6 g/ dl

- Ekstremitas atas dan


bawah dingin

- Suhu 36o C

- kulit pucat

- Gelisah
S : - Tn A mengeluh
2 badan meras lemas Penurunan keinginan Perubahan nutrisi
untuk makan sekunder kuran dari kebutuhan
O : - keadaan umum terhadap anoreksia tubuh
lemah

- porsi yang disediakan


3
sendok yang dimakan

- tugor jelek
S : - Tn a mengatakan
3 susah tidur Gangguan fungsi Gangguan rasa
perfusi selebral nyaman atau nyeri
- nyeri pusing

O : - Tn a tampak
menguap saat

28
ditanya

- mata merah

- tidur lebih kurang


5 jam

- mata cekung

- meringis

S : - Tn A mengeluh lelah
4 dan lemah Ketidak seimbangan 02 Intoleransi aktivitas

O: - sebagian aktivitas
dibantu orang lain

- Hb = 3,6

S : - Tn A mengeluh
5 apakah akan cepat Kurang informasi Kurang pengetahuan
sembuh dan kapan bs tentang penyakit nya tentang penyakit
pulang tentang kondisi
proknosis
O : - cemas atau gelisah

- TnA sering bertanya


tentang penyakit nya

B. NCP

NO Diagnosa
Tujuan dan KH : Intervensi Rasional
keperawatan
Perubahan perfusi Perubahan perfusi  observasitanda-  memberi
1 jaringan b/d jaringan teratasi. tandavital informasi tentang
ketidak derajat atau ke
seimbangan KH : adekuatan
02 .Di tandai perfusi jaringan
dengan Tn A 1.kualitas pengisian dan membantu

29
mengeluh kepala menentukan
sakit , mudah kapiler kembali baik. kebutuhan
lelah, kesemutan, intervensi
kedinginan, mata 2. HB normal 14-16 g/dl  tinggikan tempat  meningkatkan
berkunang- tifur sesuai ekspansi paru
kunang, toleransi dan
ekstremitas memaksimalkan
dingin, kulit oksigenasi untuk
pucat,gelisah, kebutuhan
suhu 36 C seluler
 observasi upaya  dipnea gemeritik
pernapasan menunjukan
gejala karena
regangan di
jantung atu
peningkatran
kompensasi
curah jantung
 selidiki keluhan  iskemia seluler
nyeri dada mempengaruhi
jaringan
miokardinal atau
potensial infak
Istirahat dan tidur tn a  Kaji perubahan  diharapkan
2 Gangguan rasa dapat terpenuhi istirahat atau mengetahui dan
nyaman nyeri b/d gangguan dapata
perfusi selebral KH : istirahat mengambil
ditandai dengan, langkah agra tn a
Tn A mengatakan 1 Tn A tampak segar dapat istirahat
susah utk tidur 2 Tn A tidak menguap dengan tenang
nyeri atau pusing, waktu ditanya  kaji intensitas  dengan
mata merah, tidur tinggi mengetahui
lebih kurang 5 3 Mata tidak merah lagi tingkat nyeri
jam, mata dapat
cekung., hb 36 4 Cekung mata hilang menentukan
g/dl intervensi yang
akan di lakukan
 ajarkan teknik  diharapkan
relaksasi dan derngan relaksasi
distraksi nyeri atau pusing
berkurang

30
 jelaskan  agar Tn.A
penyebab mengerti ,memah
nyeriatau pusing ami penyebab
rasa/pusing
mengganggu
istirahat dan
tidur
Intoleransi tn a dapat mealakukan - observasi tanda  Diketahui
3 aktivitas b/d tindakan aktivitas ttanpa vital keadaan Tn.A
ketidak bantuan orang lain  Mendorng
seimbangan 02 - anjurkan tn A pasien untuk
ditandai dengan, KH : untuk banyak
tn a mengeluh menggunakan membatasi
lemah, sebagian 1. makan menyuap tanpa teknik penyimpanga
aktivitas dibantu bantuan arang lain penghematan n energi dan
orang lain, hb 3,6 energi mencegah
g/dl kelemahan
 regangan atau
stres kardio
pulmonal
berlebihan
- anjurkan tn a dapat
untuk menimbulkan
menghentikan dekompensasi
aktivitas bila ada atau
palpitasi, kegagalan
kelemahan,
pusing,.

Perubahan nutrisi Nutrisi tn.a terpenuhi - kaji status nyeri  dapat


4 kurang dari diketahui
kebutuhan b/d KH : intake
tn.A mengatakan makanan
bahwa badan 1. keadaan umum yang masuk
tersa lemah, membaik sehingga
keadaan umum kekurangan
lemah, porsi yang 2. porsi yang disediakan akan masukan
disediakan 3 habis zat gizi juga
sendok yang dapat
habis, tugor kulit diketahui
jelek - jelaskan pd tn.  dapat
Penting nya menjelaskan
makan bagi kepada tn.a
tubuh penting nya
makanan bagi
tubuh agar
pengetahuan

31
nya
bertambah
dan di
harapkan tn.
A makan .

- berikan makanan- dengan makanan


yang merangsangyang merangsang
nafsu makan dannafsu makan,
dikolaborasikandiharapkan tn.a da
dengan ahli gizi
selera untuk makan
dan kebutuhan nutrisi
terpenuhi
- motivasi tn. A - dengan motivasi tn.
untuk makan A mau makan dan
menghabiskan porsi
yang dihidangkan
Kurang tn.a mengerti, cemas,  berikan  tn.a dan keluarga
5 pengetahuan gelisah, hilang penjelasan mengerti dan adpt
tentang kondisi pada tn.a dan mengurangi rasa
prognosis b/d KH : keluarga cemas/ gelisah tn.a
kurang informasi tentang maupun keluarga
tentang penyakit 1. tn..a tenang penyakit nya
nya ditandai 2. 2. tn.a tidak  jelaskan  Dengan penjelasan
dengan tn.a bertanya-tanya tentang diharapakan Tn.A
mengeluh tentang lagi prosedur dan keluaraga
penyakitnya dan perawatan dan dapat mengetahui
bertanya kapan 3. penyembuhan pengobatan tindakan yang akan
bisa pulang, tn.a tn.a tentang yang dilakun
gelisah, bertanya penyakit nya dijalankan
tentang penyakit bertambah  beri support  Agar Tn.A
nya mental mempunyai
semangat dalam
menghadapi
penyaakitnya

BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

32
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit
sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum
tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur
pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
Penyebab dari anemia aplastik adalah :
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan
bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal
dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
- Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
- Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin
(antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran,
methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya),
obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
- Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
- Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain – lain.
- Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.
- Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
1.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik

Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC

33
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice.

A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 :

72-85.

Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology.

Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.

Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and

Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta

: EGC

http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html

34

Anda mungkin juga menyukai