Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANEMIA MIKROSITIK
(TALASEMIA, ANEMIA SIDEROBLASTIK DAN KERACUNAN
TIMBAL)

OLEH
KELOMPOK 3
CERLI PAKONGLEAN PO714203222008
DIAN TRIANI MANGANDE PO714203222009
FIRMANSYAH PO714203222010
IKA MUSTIKA TRANSMADITYA PO714203222011

DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
MAKASSAR
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul Anemia

Mikrositik (Talasemia, Anemia Sidiroblastik, dan Keracunan Timbal) dapat

selesai dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kapita Selekta

Hematologi. Selain itu, makalah ini bertujan menambah wawasan mengenai

Anemia Mikrositik bagi penulis maupun pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yaumil Fachni

Tandjungbulu, S.ST, M.Kes selaku dosen Kapita Selekta Hematologi yang telah

membimbing selama penyususnan makalah ini dan tidak lupa kami mengucapkan

terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 31 Agustus 2022

Penulis

DAFTAR ISI

Sampul …………………………………………………………………….. ….1

2
Kata Pengantar………………………………………………………………….2

Daftar isi………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………4

A. Latar Belakang…………………………………………………….........5

B. Rumusan Masalah………………………………………………………5

C. Tujuan…………………………………………………………………..6

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….7

A. THALASEMIA…………………………………………………………7

B. ANEMIA SIDEROBLASTIK…………………………………………13

C. KERACUNAN TIMBAL ……………………………………………..14

BAB III PENUTUP……………………………………………………………21

A. KESIMPULAN………………………………………………………..21

B. SARAN………………………………………………………………..21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Anemia merupakan masalah medis dan masalah kesehatan utama

masyarakat yang sering dijumpai di seluruh dunia, terutama di negara berkembang

seperti Indonesia. Kelainan ini adalah merupakan penyebab debilitas kronik yang

mempunyai dampak besar terhadap kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan sosial.

Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1,5 miliar orang menderita

anemia dengan sebagian besar diantaranya tinggal di daerah tropis. Prevalensi

anemia secara global sekitar 51% (Lestari dkk. 2017).

Diperkirakan sekitar 1/3 populasi dunia menderita anemia. Prevalensi

kejadian anemia di Indonesia terbilang cukup tinggi. Pasalnya menurut Kemenkes

RI (2018) bahwa angka prevalensi anemia pada remaja usia 15-24 tahun sebesar

32%, artinya diperkirakan sebanyak 3-4 remaja dari total 10 remaja menderita

anemia. Proporsi anemia pada perempuan (27,2%) lebih tinggi jika dibandingkan

pada laki-laki (Kusnandi, 2021).

Anemia merupakan kondisi berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam

eritrosit sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis dalam tubuh.

Anemia bukan merupakan suatu diagnosis, namun merupakan sebuah presentasi

dari kejadian suatu kondisi. Terkadang pasien bisa memiliki gejala atau tidak

memiliki gejala sama sekali. Namun hal tersebut tergantung dari etiologi anemia,

onset anemia, kondisi komorbid pasien, khususnya penyakit kardiovaskular

(Kusnandi, 2021).

Anemia dapat diklasifikasikan sebagai mikrositik, normositik, atau

makrositik, tergantung pada MCV. Penyebab utama anemia di semua negara

adalah defisiensi zat besi terutama negara berkembang. Hal tersebut disebakan

karena asupan zat besi yang kurang, penyerapan zat besi yang tinggi selama

kehamilan, kehilangan zat besi karena perdarahan atau karena penyakit infeksi,

Selain faktor di atas, umur yang terlalu muda, jumlah kelahiran, jarak kehamilan
4
dekat, frekuensi periksa yang tidak sesuai standar, tidak patuh dalam konsumsi

tablet Fe, sosial ekonomi, kurang mengkonsumsi protein, sayur dan buah,

mengkonsumsi kopi dan teh yang berlebihan merupakan faktor prediktor

tingginya prevalensi anemia dalam kehamilan (Amanupunnyo, dkk. 2018).

Anemia mikrositik bisa disebabkan oleh beberapa kondisi kesehatan yang

berbeda, mulai dari masalah ringan hingga yang serius. Menurut laporan dalam

International Journal of Laboratory Hematology, anemia mikrositik biasanya

disebabkan oleh salah satu kondisi berikut: Talasemia, Anemia penyakit kronis,

Anemia defisiensi besi, Keracunan timbal, Anemia sideroblastic.

B.  Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Anemia Mikrositik (Talasemia, Anemia

Sidiroblastik, dan Keracunan Timbal)

2. Apa yang menyebakan Anemia Mikrositik (Talasemia, Anemia

Sidiroblastik, dan Keracunan Timbal)

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Anemia Mikrositik

(Talasemia, Anemia Sidiroblastik, dan Keracunan Timbal)

2. Untuk mengetahui penyebab Anemia Mikrositik (Talasemia, Anemia

Sidiroblastik, dan Keracunan Timbal)

5
BAB II
PEMBAHASAN

Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau

hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal pada laki-laki dan

perempuan berbeda. Kadar normal hemoglobin (Hb) pada laki-laki adalah 13

gr/dL sedangkan kadar normal hemoglobin pada perempuan adalah 12 gr/dL.

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel

darah merah (eritrosit) dalam tubuh terlalu rendah. Hal ini akhirnya menyebabkan

masalah kesehatan karena kurangnya hemoglobin pada darah akan menyebabkan

terganggunya supply oksigen ke dalam tubuh. Anemia terbagi menjadi anemia

Makrositik, Mikrositik dan Normositik.

A. THALASEMIA

1. Pengertian Talasemia

Talasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan

akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai

asam amino yang membentuk hemoglobin (komponen darah). Talasemia

ditandai dengan kelainan pada sel darah merah yang mudah rusak.

Kerusakan terjadi 3-4 kali lebih cepat dibandingkan dengan sel darah

merah yang normal.

2. Patofisiologi

6
Molekul globin terdiri atas sepasang Rantai-α dan sepasang

rantai lain yang menentukan jenis Hb. Pada orang normal dewasa

terdapat tiga jenis Hb, yaitu

1) Hb A (merupakan > 96% dari Hb total, tersusun dari dua

rantai-α dan dua rantai-ß=α2ß2)

2) Hb F(< 2% = α2γ2)

3) HbA2 (< 3% = α2δ2).

Kelainan produksi dapat terjadi pada rantai-α(α-thalassaemia),

rantai-ß (ß-thalassaemia),rantai-γ(γ-thalassaemia), rantai-δ(δ-

thalassaemia), maupun kombinasi kelainan rantai-δ dan rantai-ß (ßδ-

thalassaemia).

Pada thalassemia-ß,kekurangan pro-duksi rantai-ß

menyebabkan kekurangan pembentukan HbA (α2ß2);kelebihan rantai-α

ini akan berikatan dengan rantai-γ yang secara kompensatoir

menyebabkan Hb F meningkat, sisanya dalam jumlah besar

diendapkan pada membran eritrosit sebagai Heinz bodies dengan

akibat eritrosit mudausak (ineffective erythropoesis.)

1. Phatogenesis

Patogenesis thalassemia secara umum dimulai dengan adanya mutasi yang

menyebabkan HbF tidak dapat berubah menjadi HbA, adanya ineffective

eritropoiesis, dan anemia hemolitik. Tingginya kadar HbF yang memiliki afinitas

O2 yang tinggi tidak dapat melepaskan O2 ke dalam jaringan, sehingga jaringan

mengalami hipoksia.Tingginya kadar rantai α-globin, menyebabkan rantai

tersebut membentuk suatu himpunan yang tak larut dan mengendap di dalam

eritrosit. Hal tersebut merusak selaput sel, mengurangi kelenturannya, dan

7
menyebabkan sel darah merah yang peka terhadap fagositosis melalui system

fagosit mononuclear.

Tidak hanya eritrosit, tetapi juga sebagian besar eritroblas dalam sumsum

dirusak, akibat terdapatnya inklusi (eritropioesis tak efektif). Eritropoiesis tak

efektif dapat menyebabkan adanya hepatospleinomegali, karena eritrosit pecah

dalam waktu yang sangat singkat dan harus digantikan oleh eritrosit yang baru

(dimana waktunya lebih lama), sehingga tempat pembentukan eritrosit (pada

tulang-tulang pipa, hati dan limfe) harus bekerja lebih keras. Hal tersebut

menyebabkan adanya pembengkakan pada tulang (dapat menimbulkan

kerapuhan), hati, dan limfe.

2. Macam Macam Talasemia

Secara molekuler Talasemia dibedakan atas :

1) Alfa – Talasemia (gangguan pembentukan rantaiαgmai.c )


Sindrom thalassemia-α disebabkan oleh delesi pada gen α globin

pada kromosom 16 (terdapat 2 gen α globin pada tiap kromosom 16)

dan non delesi seperti gangguan mRNA pada penyambungan gen yang

menyebabkan rantai menjadi lebih panjang dari kondisi normal.

2) Beta – Talasemia (melibatkan rantai beta)

Thalassemia-β disebabkan oleh mutasi pada gen β globin pada

sisi pendek kromosom 11. Thalassemia βo Pada thalassemia βo,

tidak ada mRNA yang mengkode rantai β sehingga tidak dihasilkan

rantai β yang berfungsi dalam pembentukan HbA. Pada thalassemia

β+, masih terdapat mRNA yang normal dan fungsional namun hanya

sedikit sehingga rantai β dapat dihasilkan dan HbA dapat dibentuk

walaupun hanya sedikit.

8
Secara Klinis, terdapat 2 (dua) jenis Talasemia yaitu :
a. Talasemia Mayor

Karena sifat sifat gen dominan. Talasemia mayor merupakan

penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam

darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa

menyebabkan anemia.

b. Talasemia Minor

Individu hanya membawa gen penyakit Talasemia, namun

individu hidup normal, tanda-tanda penyakit Talasemia tidak muncul.

Walau Talasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah

dengan Talasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan

25% anak mereka menderita Talasemia mayor. Pada garis keturunan

pasangan ini akan muncul penyakit Talasemia mayor dengan berbagai

ragam keluhan.Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering

mengalami pendarahan.

1. Penyebab thalassemia

1) Gangguan genetik

2) Kelainan struktur hemoglobin

9
3) Produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida

terganggu

4) Terjadi kerusakan sel darah merah (eritrosit)

5) Deoksigenasi (penurunan tekanan O2

6) Mutase genetic

Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang

diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen

cacat yang diturunkan. Untuk penderita penyakit ini, seseorang harus

memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang

diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak

menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.

1. Diagnosis

Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan,

gangguan tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan

hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan

1) Pemeriksaan Fisik

a. Pucat

b. Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)

c. Dapat ditemukan ikterus

d. Gangguan pertumbuhan

e. Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut

membesar

1) Pemeriksaan penunjang

10
a. Hb rendah dapat sampai 2-3 g%

b. Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel

target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit,

polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis

dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.

c. Retikulosit meningkat.

1. Pemeriksaan khusus :

a. Hb F meningkat : 20%-90% Hb total

b. Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar

Hb F.

c. Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia

mayor merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5%

dari Hb total).

A. ANEMIA SIDEROBLASTIK

1. Pengertian Anemia Sideroblastik

Anemia sideroblastik adalah anemia yang timbul karena

berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis karena gangguan

mitokondria. Hal ini mengakibatkan terganggunya inkorporasi besi ke

dalam heme (Bakta dkk, 2009). Anemia sideroblastik merupakan jenis

anemia yang jarang terjadi, tetapi perlu mendapat perhatian karena

merupakan salah satu diagnosis banding anemia hipokromik mikrositik.

2. Patofisiologi

Perubahan pada anemia sideroblastik pada dasarnya terjadi

kegagalan inkorporasi besi ke dalam senyawa hem pada mitokondria yang

mengakibatkan besi mengendap pada mitokondria sehingga jika yang dicat

dengan cat besi akan terlihat bintik-bintik yang mengelilingi inti yang
11
disebut sebagai sideroblas cincin. Hal yang menyebabkan kegagalan

pembentukan hemoglobin yang disertai eritropoesis inefektif dan

menimbulkan anemia hipokromik mikrositik.

3. Jenis Jenis Anemia Sideroblast

a. Sideroblast tipe 1

Kurang dari 5 granula siderotik dalam sitoplasma

b. Sideroblast tipe 2

5 atau lebih granula sideerotik, tetapi tidak dalam distribusi per-

inuclear

c. Sideroblast tipe 3 atau cincin

5 atau lebih granul dalam posisi perinuclear, mengelilingi nu-

cleus atau meliputi setidaknya sepertiga dari lingkaran nucleus.

Tipe 1 dan 2 ditemukan pada anemia non-sideroblastik. Tipe 3

hanya ditemukan pada anemia sideroblastick.

1. Klasifikasi

Anemia sideroblastik dapat diklasifikasikan anemia sideroblastik

primer dan anemia sideroblatik sekunder. Anemia sideroblastik primer

yaitu dapat terjadi akibat cacat genetic pada kromosom X (terjadi

terutama pada pria), atau dapat timbul secara spontan terutama pada

orang tua. Sedangkan anemia sideroblastik sekunder yaitu dapat terjadi

akibat obat-obat tertentu, seperti beberapa obat kemotrapi, akibat alkohol,

dan ingesti timah.

2. Terapi

1) Terapi untuk anemia sideroblastik berupa terapi simptomatik

yaitu dengan transfusi darah.

12
2) Pemberian vitamin B6 dapat dilakukan karena pada sebagian

kecil penderita bersifat responsive terhadap peridoksin. Untuk anak-

anak dapat diberikan dalam dosis 200-500 mg/24 jam, vitamin B6

merupakan kofaktor enzim ALA-sintase

Gambar 1 Sumsum tulang dan histomorfologi darah perifer pada anemia


sideroblastik dari betina berusia 65 tahun dengan XLSA (A dan B) Aspirat sumsum
tulang bernoda besi menunjukkan sideroblast cincin dengan adanya butiran besi
(biru) dalam pembentukan cincin perinuklear pada eritroblas (panah hitam
menunjukkan sideroblast bercincin). (C) Aspirasi sumsum tulang bernoda H&E
menunjukkan beberapa eritroblas dan prekursor myeloid. (D) Apusan darah perifer
bernoda Wright-Giemsa yang menunjukkan stippling basofilik sel darah merah
hipokromik (panah hitam menunjukkan adanya sel merah dengan stippling
basofilik). Morfologi sel merah didefinisikan oleh mikrositosis, anisositosis dan
poikilocytosis. Einosit juga hadir

A. KERACUNAN TIMBAL

1. Pengertian

13
Timbal adalah logam berat yang beracun. 14iopsy14an terbentuk

secara alami di kerak bumi. Paparan timbal dapat terjadi melalui berbagai

cara, seperti terhirup lewat udara, makanan atau minuman yang

dikonsumsi, atau kontak kulit.

Keracunan timbal adalah kondisi serius dan biasanya terjadi akibat

paparan dalam jangka 14iopsy14. Kondisi ini terkadang dapat berakibat

fatal dan menyebabkan gangguan mental dan fisik yang parah.

2. Penyebab

Umumnya, keracunan timbal terjadi akibat adanya paparan timbal

dalam jumlah kecil untuk waktu yang lama. Timbal merupakan unsur

kimia yang secara alami terkandung di dalam bumi. Namun, unsur timbal

juga dapat ditemui pada benda-benda yang ada di sekitar manusia,

seperti:

1) Pipa air

2) Cat rumah

3) Cat air dan perlengkapan seni

4) Baterai

5) Bensin

6) Kosmetik

7) Mainan anak-anak

8) Makanan kaleng

9) Tanah

10) Debu pada peralatan rumah tangga

11) Keramik

3. Gejala
1) Gejala keracunan timbal pada anak-anak

14
a. Keterlambatan perkembangan
b. Kesulitan belajar
c. Sifat lekas marah
d. Penurunan nafsu makan
e. Lesu dan 15iops
f. Sakit perut
g. Muntah
h. Sembelit
i. Gangguan pendengaran
j. Kejang
2) Gejala keracunan timbal pada bayi baru lahir
a. Dilahirkan secara 15iopsy15an
b. Memiliki berat badan lahir rendah
c. Keterlambatan perkembangan
1) Gejala keracunan timbal pada orang dewasa
a. Tekanan darah tinggi
b. Nyeri sendi dan otot
c. Kesulitan konsentrasi dan ingatan
d. Sakit kepala
e. Masalah pendengaran
f. Penyakit ginjal
g. Kejang-kejang
h. Koma
i. Kerusakan otak permanen
1. Sumber-sumber timbal umumnya meliputi:

1) Cat rumah tua

2) Mainan dan peralatan rumah tangga yang tua

3) Peluru, pemberat tirai, dan pemberat pancing yang terbuat dari

timah

4) Pipa air dan keran

15
5) Tanah yang tercemar oleh knalpot mobil atau cat rumah

6) Perhiasan, tembikar, atau timah. Timah tidak dapat dicium atau

dirasakan dan tidak terlihat dengan mata telanjang

7) Baterai

8) Beberapa obat tradisional, seperti jamu atau makanan yang

mengandung timbal

1. Factor resiko

1) Usia

Anak-anak lebih berisiko mengalami paparan terhadap timbal

daripada orang dewasa. Pasalnya, anak-anak bisa saja tidak sengaja atau

sengaja menelan cat dinding yang terkelupas. Tak hanya itu, tubuh anak-

anak juga lebih mudah menyerap timbal dan tidak dapat

mengeluarkannya secara optimal.

2) Tinggal di rumah tua

Rumah tua biasanya masih menggunakan cat berbahan timbal

3) Hobi atau profesi tertentu

Hobi atau pekerjaan tertentu dapat meningkatkan kemungkinan

keracunan timbal, misalnya pengrajin perhiasan

4) Tinggal di negara berkembang

Regulasi atau peraturan pemerintah di negara berkembang mungkin saja

tidak terlalu ketat mengenai paparan timbal

1. Diagnosis

1) Tes Darah

Diagnosis keracunan timbal bisa dipastikan melalui tes darah.

Melalui pemeriksaan ini, kadar timbal dalam tubuh penderita akan

diketahui. Diketahui bahwa kadar timbal sebesar 5 mcg/Dl dapat

16
dikaitkan dengan masalah 17iopsy17an pada anak, dan memerlukan

pemeriksaan kadar timbal secara rutin. Tes lain Dokter juga bisa

menganjurkan pemeriksaan penunjang berupa rontgen dan 17iopsy

(pengambilan sampel) sumsum tulang belakang.

1. Komplikasi

Seseorang yang mengalami gejala keracunan timbal harus segera dibawa

ke dokter. Apabila tidak ditangani dengan baik dan dibiarkan dalam jangka

waktu lama, keracunan ini dapat menimbulkan komplikasi serius berupa: 

1) Tekanan darah tinggi

2) Gangguan jantung 

3) Gagal ginjal

4) Infertilitas atau ketidaksuburan

5) Kanker

1. Pencegahan

Langkah-langkah yang dapat membantu Anda dan keluarga untuk

mencegah keracunan timbal meliputi:

1) Mencuci tangan dan mencuci mainan anak guna mengurangi risiko

kontaminasi timbal.

2) Mencegah anak bermain di tanah atau pasir. Anda bisa menanam

rumput di pekarangan untuk menutupi tanah kosong, sehingga anak Anda

dapat bermain dengan lebih aman. 

3) Mencuci tangan anak secara teratur untuk mencegah anak menelan

senyawa timbal dari serpihan cat dinding, tanah, atau debu.

4) Melepaskan sepatu sebelum memasuki rumah.

17
5) Menyalakan keran selama 1 menit sebelum menggunakannya.

6) Jangan menggunakan air keran untuk membuat susu formula atau

memasak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian makalah, maka dapat disimpulkan bahwa anemia

mikrositik dapat disebabkan oleh thalassemia, anemia sideroblastic dan

keracunan timbal. Ciri khas dari anemia mikrositik adalah ukuran dari sel

eritrosit yang kecil yang dapat juga dilihat dari indeks eritrosit (MCV).

B. Saran

Pada saat pembuatan makalah kami menyadari bahwa banyak sekali

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa

dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki

18
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya

mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amanupunnyo N dkk. 2018. Analisis Faktor Penyebab Anemia pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kairatu Seram Barat. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 3
(2), 173-181.
Balita IM, Surga K, Dharmayuda TG. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 5. Jakarta: Internal Publishing.
Berita kesehatan Reuters. 2020. Medical News Today.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/306601.php 31 Agustus 2022
Emha,H.A..2013. Anemia sideroblastik . Diakses pada 19 Januari 2020
https://id.scribd.com
Gangguan darah gejala keracunan timbal .Robyn carrel.MPH. 2020. Very Well
Health. https://www.verywellhealth.com/lead-poisoning-signs-symptoms-
and-complications-4160770 31 Agustus 2022
Keracunantimbal.Jacquelyn Cafasso. 2018.
Healthline. https://www.healthline.com/health/lead-poisoning Diakses pada
31 Agustus 2022
Kusnandi Fajrin Noor. 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal Medika Hutama, 3
(1), 1293-1298.
Lantip Rujito.(2019).Talasemia: Genetik dasar dan pengelolaan terkini
Leastari dkk. 2017. Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada
Murid SMP Negeri 27 Padang Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(3), 507-
511
Rahayu, dkk. 2019. Buku Referensi Metode Orkes-Ku (Raport Kesehatanku)
Dalam Mengidentifikasi Potensi Kejadian Anemia Gizi Pada Remaja Putri.
Yogyakarta : Cv mine
Staf mayo. 2019. Keracunan timbal.minnosito Mayo
Talasemia.Maria stevania sitinja. 2013. https://www.scribd.com/doc/12956581.
Diakses pada 31 Agustus 2022
Zeinah G.A and Desancho Maria T. Understanding Sideroblastic Anemia: An
Overview of Genetics, Epidemiology, Pathophysiology and Current
Therapeutic Option. Journal of Blood Medicine 2020:11 305–318

20

Anda mungkin juga menyukai