Anda di halaman 1dari 4

Anemia Mikrositik Hipokrom

Pathogenesis dasar dari kelompok anemia ini adalah berkurangnya penyediaan besi atau
gangguan utilitas besi oleh progenitor eritroid dalam sumsum tulang. Anemia hipokromik
mikrositer dengan gangguan metabolism besi merupakan penyebab anemia yang sering dijumpai

Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
dalam tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer,
besi serum menurun, TIBC (total iron binding capacity) meningkat, saturasi transferin menurun,
feritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negative dan adanya respon terhadap
pengobatan dengan preparat besi.

Metabolisme Besi
Besi merupakan trace element yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Besi jumlahnya sangat
banyak di alam. Sejak awal, manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari
hewani, tetapi kemudian pola makanan berubah ke sumber besi yang berasal dari nabati,
sehingga absorbs tidak maksimal sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi.

Absorpsi Besi
Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase Luminal : besi dalam makanan kemudian diolah di lambung, kemudian siap diserap
di duodenum. Besi dalam makanan terdapat dalam 2 bentuk sebagai berikut :
a. Besi heme : terdapat dalam daging dan ikan, absorpsinya tinggi, bioavailabilitasnya
tinggi.
b. Besi nonheme : berasal dari tumbuh-tumbuhan, absorsinya rendah,
bioavailabilitasnya rendah.
2. Fase mucosal : penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks.
Dikenal adanya mucosal block, suatu mekanisme yang dapat mengatur penyerapan
melalui mukosa usus.
3. Fase corporeal : meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilitas besi oleh sel-sel
yang memerlukan, serta penyimpanan besi (storage) oleh tubuh.
Patogenesis

Gejala Anemia Defisiensi Besi


1. Gejala umum anemia : 2. Gejala khas akibat 3. Gejala penyakit dasar :

1
kadar hemoglobin turun di defisiensi besi : anemia karna cacing
bawah 7-8 g/dl. Gejala a. koilonychias( kuku sendok tambang maka
berupa badan lemah, lesu, ) : kuku menjadi rapuh, dijumpai dispesia,
cepat lelah, mata bergaris-garis vertical dan parotis membengkak,
berkunang-kunang, serta menjadi cekung sehingga dan kulit telapak tangan
telinga mengdenging. mirip, seperti sendok. berwarna kuning,
Penurunan hemoglobin b. Atropi papil lidah : seperti jerami.
secara perlahan-lahan permukaan lidah menjadi
sehingga tidak terlalu licin dang mengkilap.
mencolok. c. Stomatis angularis : sudut
mulut tampak sebagai
bercak berwarna pucat
keputihan.
d. Disfagia : nyeri telan.
e. Atrofi mukosa gaster.

Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : terjadi penurunan kadar hemoglobin mulai dari
ringan sampai berat. MCV, MCHC, dan MCH menurun. MCV < 70 fl hanya didapatkan
pada anemia defisiensi besi dan thalassemia mayor. RDW meningkat yang menandakan
anisositosis. Kadar hemoglobin sring turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala
anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-lahan. Apusan darah menunjukkan
hipokromik mikrositer; anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel
target. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit redah.
2. Kadar besi serum menurun <50 mg/dl, TIBC meningkat >350 mg/dl, dan saturasi
transferin <15 µg/dl, ada juga <12 µg/dl.
3. Kadar serum ferritin <20µg/dl.
4. Protoporferitin eritrosit meningkat
5. Sumsum tulang : menunjukkan heperplasia normoblastik.4
6. Kadar reseptor transferin meningkat pada defisiensi besi, normal pada anemia akibat
penyakit kronik dan thalassemia.
7. Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia manunjukkan cadangan besi yang
negative.

Diagnosis

2
Cara Penetapan Masing-masing Nilai
Nilai untuk MCV, MCH dan MCHC diperhitungkan dari nilai-nilai ; (a) hemoglobin (Hb),
(b) hematokrit (Ht), dan (c) Hitung eritrosit/ sel darah merah (E). Kemudian nilai-nilai
tersebut dimasukkan dalam rumus sebagai berikut :
1. MCV (VER) = 10 x Ht : E, satuan Nilai normal :
femtoliter (fl)  MCV: 82-92 femtoliter
2. MCH (HER) = 10 x Hb : E, satuan  MCH: 27-31 picograms / sel
pikogram (pg)  MCHC: 32-37 gram /
3. MCHC (KHER) = 100 x Hb : Ht, desiliter
satuan persen (%)

Anemia Akibat Penyakit Kronik


Anemia akibat penyakit kronik adalah anemia yang dijumpai pada penyakit kronik
tertentu yang khas ditandai oleh gangguan metabolism besi, yaitu adanya hipoferemia sehingga
menyebabkan berkurangnya penyediaan besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin tetapi
cadangan besi sumsum tulang masih cukup.

Pathogenesis
1. Gangguan pelepasan besi dari RES ( sel makrofag ) ke plasma.
2. Pemendekan masa hidup eritrosit
3. Pembentukan eritropoetin tidak adekuat.
4. Respons sumsum tulang terhadap eritropoetin tak adekuat.
Diperkirakan semua perubahan disebabkan oleh pengaruh sitokin eritropoesis
(proinflammantory cytokines), IL-1 dan TNF-α terhadap eritropoesis.

Penyebab Anemia Akibat Penyakit Kronik


1. Infeksi kronik 2. Inflamasi kronik 3. Neoplasma ganas
a. Tuberculosis paru a. Artritis rematoid a. Karsinoma : ginjal,
b. Infeksi jamur kronik b. Lupus eritematosus hati, kolon, pancreas, uterus,
c. Bronkhiektasis sistemik dan lain-lain
d. Penyakit radang panggul c. Inflammatory bowel b. Limfoma maligna :
kronik disease limfoma Hodgin dan
e. Osteomyelitis kronik d. Sarcoidosis limfoma non-Hodgkin.
f. Infeksi saluran kemih e. Penyakit kolagen lain.
kronik
g. Colitis kronik
Manifestasi Klinik dan Laboratorik
Gambaran laboratorik sebagai berikut :
1. Anemia ringan sampai sedang, hemoglobin jarang ,8g/dl.
2. Anemia bersifat normositer atau mikrositer ringan (MCV 75-90 fl)
3. Besi transferin sedikit menurun
3
4. Protoporfirin eritrosit meningkat
5. Ferritin serum normal atau meningkat
6. Reseptor transferin normal.
7. Pada pengecatan sumsum tulang dengan biru Prusia, besi sumsum tulang normal atau
meningkat dengan butir-butir hemosiderin yang kasar.

Diagnosis
1. Dijumpai anemia ringan sampai sedang pada setting penyakit dasar yang sesuai
2. Anemia hipokromik mikrositer ringan atau normokromik normositer.
3. Besi serum menurun disertai dengan TIBC menurun dengan cadangan besi sumsum
tulang masih positif.
4. Dengan menyingkirkan adanya gagl ginjal kronik, penyakit hati kronik dan hipotiroid.

Anemia Sideroblastik
Anemia sideroblastik adalah anemia dengan sideroblastik cincin (ring sideroblastik)
dalam sumsum tulang.

Klasifikasi
1. Anemia sideroblastik 2. Anemia sideroblastik 3. Pyridoxine responsive
primer sekunder anemia
a. Hereditary sex linked a. Akibat obat : INH,
sideroblastic anemia pirasinamid dan sikloserin
b. Primary acquired b. Akibat alcohol
sideroblastic anemia c. Akibat keracunan timah
(PASA) hitam

Patofisiologi
Pada dasarnya terjadi perubahan terjadi kegagalan inkorporasi besidalam senyawa hem
pada mitokondria yang mengakibatkan besi mengendap pada mitokondria sehingga jika dicat
dengan cat besi akan kelihatan sebagai bintik-bintik yang mengelilingi inti yang disebut
sideroblas cincin. Hal ini menyebabkan kegagalan pembentukan hemoglobin yang disertai
seritropoesis inefektif dan menimbulkan anemia hipokromik mikrositer.

Daftar Pustaka
I Made Bakta. 2012. Hematologi Klinik Ringkas. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai