Anda di halaman 1dari 3

Analisis statistik

Analisis data dilakukan melalui SPSS versi 12 untuk windows dengan menggunakan uji regresi
linear dan uji chi-square. Tingkat signifikan diatur pada p<0,05

Hasil

Rasio laki-laki dan perempuan serupa yaitu 43% vs 57% pada kedua kelompok (tabel 1). Seperti
yang digambarkan tabel 2, rata-rata angka gangguan tidur atau insomnia dan lesi gatal pada
kelompok yang menerima vitamin E dan rata-rata skor indeks SCORAD negated pada kedua
kelompok.

Gatal, lesi extentof, dan indeks SCORED meningkat didapatkan lebih tinggi secara signifikan
pada kelompok yang menerima vitamin E dibandingkan dengan kelompok placebo (-1,5 vs 0,218
pada gatal, -10,85 vs -3,54 pada lesi, dan -11,12 vs -3,89 pada indeks SCORAD, secara berturut-
turut, p<0,05). Reduksi tertinggi dari total skor indeks SCORAD, dan reduksi terendah pada skor
gangguan tidur atau insomnia didapatkan pada kelompok placebo. Pada kelompok yang
menerima vitamin E, perbedaan total rata-rata pada semua variabel yang terukur didapatkan
negative, yang menunjukkan respon yang diinginkan pada terapi vitamin E

Seperti yang ditunjukkan pada tabel 3, pada kedua kelompok, skor rata-rata pruritus dan
perluasan lesi menunjukkan reduksi yang lebih besar pada wanita, dan perbedaan pada rata-rata
total indeks SCORAD lebih menurun pada pria dibandingkan wanita.

Angka kekambuhan, berdasarkan indeks SCORAD, ditentukan 3 bulan setelah intervensi. Dari
total 55 pasien yang tersisa dalam penelitian, 23,6% melaporkan kekambuhan. Angka
kekambuhan adalah 25% (7/28) pada kelompok terapi vs 22,2% pada kelompok placebo (6/21)
dibandingkan dengan kelompok placebo dengan perbedaan yang tidak signifikan dari kedua
kelompok. Tidak ada efek samping yang dilaporkan dari kedua kelompok.

Diskusi

Penelitian ini merupakan penelitan randomisasi terkontrol dari pemberian terapi vitamin E dosis
rendah untuk pasien dengan AD. Hasil penelitian ini menunjukkan keberhasilan terapi
suplementasi vitamin E dan penyembuhan beberapa gejala klinis pasien dengan AD

Kortikosteroid topical biasanya merupakan komponen utama pada protocol pengobatan fase akut
AD. Komplikasi tersering dari pengobatan ini adalah rasa terbakar, gatal, dan kering, yang
disebabkan karena molekul pembawa steroid. Kortikosteroid topical dapat disertai dengan efek
samping topical maupun sistemik. Telangiektasia, purpura, stretch mark, dan atrofi kulit
merupakan beberapa komplikasi local tersebut. Atrofi mungkin dapat berkurang dengan
penghentian obat, namun terkadang dapat bersifat irreversible. Efek samping local lain meliputi
rosacea, acne, folikulitis, dan dermatitis perioral. Peningkatan tekanan intraokuler, katarak, dan
glaucoma dapat terjadi pada penggunaan jangka panjang kortikosteroid topical di sekitar mata.
Kortikosteroid topical dapat diserap secara sistemik dan efek samping sistemik meliputi supresi
jaras hipotalamus-kelenjar pituitary-kelenjar adrenal yang merupakan efek samping yang
penting. Vitamin E merupakan nutrisi essensial dengan aktivitas antioksidan. Tubuh manusia
tidak dapat memproduksi vitamin ini dan tingkat vitamin E pada kulit bergantung pada konsumsi
oral atau penggunaan topical.

Sumber alami vitamin E adalah sayuran, minyak sayur, dan kacang-kacangan. Survey nutrisi
yang dilakukan pada 10.000 orang di amerika serikat menunjukkan bahwa sebagian besar wanita
dan pria tidak mendapatkan jumlah vitamin E yang direkomendasikan. Bentuk isomer dari alpha-
tokopherol yang secara alami didapatkan pada makanan, disebut juga alpha-tocopherol alami
(RRR-alpha-tocopherol), aktif secara biologis. Aksi terpenting dari alpha-tocopherol pada tubuh
adalah kandungan antioksidannya.

Alpha-tocopherol mencegah stress oksidatif dari asam radikal pada membrane sel. Vitamin E
terlibat pada aktivasi beberapa molekul dan enzim pada imunitas dan sel inflamasi. Vitamin E
melindungi membrane makrofag melawan cedera oksidatif dan menurunkan produksi
prostaglandin melalui pengaruhnya terhadap sistem imun.

Stress oksidatif dan aktivitas oksidan yang terganggu mungkin memegang peran pada
eksaserbasi akut AD pada anak. Gueck et. al melaporkan penurunan signifikan pelepasan
prostaglandin dann histamine pada sel mast.

Noh et. al. menemukan bahwa kadar serum IgE dapat menjadi faktor prediktif untuk prognosis
penyakit dermatologis dan menunjukkan bahwa kadar serum IgE telah menurun secara
signifikan pada pasien yang diobat dengan interferon gamma. Tsouri-Nikita et. al. meneliti 96
pasien dengan AD dan menemukan hubungan signifikan antara vitamin E dan kadar IgE serum;
lebih lanjut lagi, gejala klinis membaik setelah terapi dengan vitamin E.

Efek samping yang lebih sedikit telah dilaporkan pada orang dewasa yang mendapatkan alpha-
tocopherol <2000 mg/hari; walaupun demikian, penggunaan jangka panjang belum diteliti.
Pasien yang menerima antikoagulan atau pasien dengan defisiensi vitamin K memiliki risiko
tinggi utnuk perdarahan dan sebaiknya dibawah pengawasan dari dokter untuk pemberian
vitamin E.

Walaupun dermatitis kontak, rasa terbakar, dan gatal dilaporkan pada penggunaan topical dari
vitamin E, tidak ada satupun gejala tersebut dialami oleh pasien yang menerima vitamin D
(400IU/hari) pada penelitian kami

Kesimpulan

Vitamin E dosis rendah (400IU/hari) dapat memberikan pengobatan efektif pada pasien AD
dengan tanpa efek samping. Walaupun demikian penelitian randomisasi terkontrol yang lebih
besar dengan desain lebih baik diperlukan sebelum integrasi pengobatan ini pada guideline klinis
pengobatan AD

Anda mungkin juga menyukai