ANEMIA
Oleh :
HARUN WAHYUDI
LAPORAN PENDAHULUAN
Anemia mikrositik adalah jenis anemia yang ditandai dengan keberadaan sel-sel darah
merah abnormal kecil. Ini adalah salah satu masalah paling umum, yang bagi kebanyakan
orang disebut anemia defisiensi besi. Memang, kebanyakan anemia mikrositik disebabkan
oleh kekurangan zat besi, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain.
2. Manifestasi
Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena
a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)
Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah
a. anemia defisiensi besi (gangguan besi)
b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)
c. thalasemia (gangguan globin)
d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)
3. Patofisiologi
Ringed sideroblast
Anemia defisiensi besi hemonoglobinopati
normal
Anemia sideroblastik
4. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-rata)
yang terdiri dari VER, HER, KHER
1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah
eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL. Jika lebih besar
dari pada normal : eritrositnya makrositer. Jika lebih kecil dari pada normal :
eritrositnya mikrositer.
2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan
jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg. Jika
lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom
3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai
hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35
g/dL. Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom. Kalau perhitungan
sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin
serum dan elektroforesis Hb.
Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.
5. Penatalaksanaan Medis
1. Anemia defisiensi besi
a. terapi besi oral
Ferro sulfat, mengandung 67mg besi
Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi.
b. terapi besi parenteral
biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral.
Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular
Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infus
c. Pengobatan Lain
Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani
Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi
Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk
menghindari penumpukan besi pada eritrosit)
1. Pengertian
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh,
sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai
terutama di negara tropis
Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu anemia mikrositik hipokrom, dengan
ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, DAN MCHC- volumeeritrosit rata-rata, hemoglobin
eritrosit rata-rata dan kadar hemoglobin) berkurang dan sediaan apus darah menunjukkan
eritrosit yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom)
2. Etiologi
Anemia defisiensi besi disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi,
Gangguan absorbsi
kehilangan besi akibat pendarahanbesi
Kehilangan menahun
perdarahan menahun
Factor nutrisi
1. Kehilanagn besi sebagai besi
Masukan akibatperdarahan menahun yang berasal dari :
Saluran cerna akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran genetaliaAnemia
wanita defesiensi besimetroragi
menoragiatau
Saluran kemih hematuria
Saluran nafas hematoe
Cadangan besi kosong
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi
yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin c dan rendah
daging
) kadar feritin / simpanan besi / tahap prelaten
3. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan
Feritin dandan kehamilan
saturasi transferin , Hb normal / tahap laten
4. Gangguan absorpsi besi gastretomi, politis kronis
3. Patofisiologis
(Feritin, saturasi, Hb) / tahap defisiensi besi
Eritrosit berkurang
Gejala anemia defisiensi dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu
Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi jika kadar
hemoglobin menurun di bwah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesuh, cepat lelah,
mata berkunang kunang serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi, karena terjadi
penurunan kadar hemoglobin secara perlahan lahan, sering kali sindrom anemia tidak terlalu
mencolok di bandingkan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya lebih cepat:
Gejala yang khas di jumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah sebagai berikut:
Koilorikia kuku sendok (spoon nail) kukumenjadi rapuh bergarisgaris vertrikal, dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
Atrofi pipa lidah permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
Stomatitis angularis adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan
Disfagia nyeri menelan karena kerusakan hipofaring.
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab
anemia defisiensi. Misalnya pada anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis
membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai sebagai berikut:
1. Pengertian
Depresiensi asam folat adalah anemia kekurangan asam folat teritama terdapat dalam daging,
susu dan daun-daunan yang hijau
- Neurologi
- Hilangnya daya ingat
- Gangguan kepribadian
3. Patofisiologi
5. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan pada data pengkajian , diagnosis keperaatan yang muncul pada klien sbb
1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
mengirimkan oksigen / nutrisi ke sel
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kegagalan untuk mencerna
4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
.3 Intervensi
Diagnosis Keperawatan 1 : Perubahan perkusi jaringan b/d komponen seluler yang diperlukan
untuk pngiriman oksigen atau nutrisi ke sel.
Kriteria evaluasi : Klien menunjukkan perkusi jaringan yang adekuat sebagai berikut
1) Tanda vital stabil
2) Membran mukosa warna merah muda
3) Pengisian kapiler baik
4) Urin output adekuat
5) Status mental normal
Intervensi keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. awasi tanda vital, kaj pengisian
Memberikan informasi tentang derajad /
kapiler, warna kulit, membran
keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
mukosa, dan dasar kuku
menentukan kebutuhan intervensi
1. Tinggikan tempat tidur sesuai Meningkatkan ekspansi paru dan
toleransi memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler
2. Awasi upaya pernafasan : auskultasi Dipsnea gemericik menunjukan gagal
bunyi nafas jantung kanan regangan jantung lama /
peningkatan konpensasi curah jantung
3. Selidiki peluhan nyeri dada, palpitasi Iskemia seluler memengaruhi jaringan
miokardial
4. Kaji adanya respon verbal yang Dapat mengindikasikan gangguan fungsi
melambat, mudah terangsang, agitasi, serebral karna hipoksia atau defisiensi vit
ganguan memori dan bingung B12
5. Catat keluhan rasa dingin, Vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer.
pertahankan suhu lingkungan dan kenyamanan klien atau kebutuhan rasa
tubu hangat sesuai indikasi hangat harus seimbang dengan kebutuhan
untuk menghindari panas berlebihan
pencetus vasodilatasi
6. Hindari penggunaan bantalan Termoreseptor jaringan dermal dangkal
penghangat atau botol air panas. ukur karna gangguan oksigen.
suhu air mandi dengan termometer
Kolaborasi
7. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
ht, jumlah sel darah merah ,dan AGD) pengobatan atau respon terhadao terapi
8. Berikan sel darah merah lengkap/ Meningkatkan jumlah sel pembawah
packed, produk darah sesuai indikasi, oksigen, memperbaiki defisiensi untuk
dan awasi secara ketat untuk menurunkan resiko perdarahan
komplikasi transfusi
Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah keterbatasan aktifitas sebagai berikut :
1. Klien melaporkan peningkatan toleransi aktifitas
2. Klien menunujukkan penurunan fisiologis intoleransi, yaitu nadi,
pernafasan dan tekanan darah masih dalam rentan normal klien.
Inrervensi keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan Mempengaruhi pemilihan inervensi
tugas/aktifitas sehari-hari normal, catat
laporan kelelahan, keletihan, dan
kelihan menyelesaikan tugas.
2. Kaji kehilangan/ gangguan Menunjukkan perubahan neurologis
keseimbangan gaya jalan, kelemahan karena defisiensi vitamin B 12
otot. memengaruhi keamanan klien
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan Manifestasi kardio pulmonal dari upaya
selama dan sesudah aktifitas, serta catat jantung dan paru untuk membawa jumlah
respon terhadap tingkat aktifitas oksigen ke jaringan
4. Berikan lingkungan yang tenang, Meningkatkan istirahat untuk
pertahankan tira baring bila menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
diindikasikan. Pantau dan batasi dan menurunkan regangan jantung dan
pengunjung, telfon, dan gangguan paruh
berulang tindakan yang tidak
direncanakan
5. Ubah posisi klien dengan perlahan dan Hipotensi postural/ hipotensi serebral
pantau terhadap pusing dapat menyebabkan pusing
6. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan Mempertahankan tingkat energi dan
untuk meningkatkan istirahat meningkatkan regangan pada sistem
jantung dan pernafasan
7. Berikan bantuan dalam aktifitas bila .membantu aktifitas pasien untuk melatih
perlu kebiasaannya bila perlu
8. Anjurkan klien untuk menghentikan Stres kardio pulmonal berlebihan dapat
aktifitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas menimbulkan kegagalan/deskompensasi
pendek, dan kelemahan/pusing jika
terjadi
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.
2. Memakan makanan tinggi protein, kalori, dan vitamin.
3. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung
4. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi optimal.
5. Tidak mengalami tanda malnutrisi
6. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang
sesuai.
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan Mengidentifikasi defisiensi dan
yang disukai. menentukan intervensi.
2. Observasi dan catat masukan makanan Mengawasi masukan kalori.
klien.
3. Timbang berat badan tiap hari. Mengawasi penurunan berat badan dan
efektivitas intervensi nutrisi.
4. Berikan makan sedikit-sedikit namun Makan sedikit-sedikit dapat menurunkan
frekuensinya sering. kelemahan dan meningkatkan pemasuka,
juga mencegah distensi gaster.
5. Observasi dan cata kejadian mual Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia
muntah, flatus dan gejala lain yang (hipoksia) pada organ.
berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang Meningkatkan nafsu makan dan
baik sebelum dan sesudah makan. pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan
bakteri, dan meminimalkan kemungkinan
infeksi.
Kolaborasi
7. Konsul dengan ahli gizi. Membantu dalam membuat rencana dari
untuk memenuhi kebutuhann individual.
8. Pantau pemeriksaan laboratorium: Meningkatkan efektivitas program
Hb/Ht, BUN, albumin, protein, pengobatan.
transferin, besi serum, B12, asam
folat.
9. Berikan obat sesuai indikasi: Kebutuhan penggantian bergantung pada
Vitamin dan suplemen mineral; tipe anemia atau adanya masukan oral yang
Tambahan besi oral
buruk.
Berguna pada anemia defisiensi besi.
10. Beriken diet halus; rendah serat; Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi
menghindari makanan panas, pedas, tipe makanan yang dapat ditoleransi klien.
atau terlalu asam.
11. Berikan suplemen nutrisi Meningkatkan masukan protein dan kalori
Diagnosa keperawatan 4 : Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan sekunder yang tidak adekuat
Tujuan : Pada klien ini bertujuan agar klien tidak mengalami penyebaran infeksi.
Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah infeksi sebagai berikut :
1. Meningkatnya penyembuhan luka
2. Bebas drainase purulen
3. Tidak ada eritema
4. Tidak demam
Intervensi keperwatan
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik Mencegah kontaminasi silang
oleh pemberi perawat dan klien
2. Pertahankan teknik dan aseptik ketat Menurunkan resiko infeksi
pada prosedur/perawatan luka
3. Pantau tanda vital dengan ketat Deteksi dini adanya tanda-tanda infeksi
4. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat Meningkatkan pertahanan alamiah
5. Batasi pengunjung sesuai indikasi Menurunkan pemajangan terhadap
patogen infeksi lain
2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
a. Dalm merencanakn tindakan keperawatan dilakukan dengan prosedur
keperawatan dan kode etik keperawatan
b. Perencanaan harus sesuai dengan kebutuhan utama pasien, sehingga
pelaksanaan keperawatan akan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani,Wiwik, Andis Sulistiyo Hari Bowo. 2008. Buku Ajar Asuahan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Mediaka
A.Victor, Hoffbrend, dkk.2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Arif, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
http://kamuskesehatan.com/arti2014/anemia-mikrositik/ , diakses tanggal 24
November 2014, pukul 14.35 WIB