Anda di halaman 1dari 20

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Kelompok Inhal 2 :
Dewa Ketut Kartika Putra 41160047
Dio Ariessandi 41160053
Radian Adhiputra Antonius 41160060
Stefani Oktavia Sitompul 41160082
Rahadian Bagus Diana Putra 41160090
 Anemia defisiensi besi
anemia yang terjadi karena berkurangnya cadangan besi
untuk proses eritropoesis. Biasanya ditandai dengan anemia
hipokromik monositer dan pada hasil lab ditemukan cadangan
besi yang kosong.
Anemia Defisiensi Besi
- Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang terjadi pada saluran cerna
(tukak peptic, penggunaan NSAID dalam waktu lama, kanker lambung,
kanker kolon, infeksi cacing tambang, hemoroid, saluran genitalia
(menorrhagia/metrorhagia), saluran kemih (hematuria), saluran nafas (
hemoptoe).
- Faktor nutrisi: kurangnya kandungan besi pada makanan yang dikonsumsi.
- Kebutuhan dari zat besi yang meningkat.
- Adanya gangguan absorbsi besi seperti pada colitis kronis,dan gastrektomi.
 Perdarahan menahun dapat menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan
besi dalam tubuh semakin menurun.

 Apabila kekurangan besi ini berlanjut terus maka cadangan besi menjadi
kosong sama sekali yang menyebabkan terjadi gangguan pembentukan
eritrosit. Bila jumlah besi menurun terus, maka eritropoesis semakin terganggu
sehingga kadar hemoglobin menjadi turun, akibatnya timbul anemia
hipokromik mikrositer (iron deficiency anemia). Kekurangan besi pada epitel
serta enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring
serta berbagai gejala lainnya
Gejala anemia defisiensi besi
Gejala umum dari anemia :
 Dapat dijumpai kadar haemoglobin turun dibawah 7-8 g/dl
 Gejala meliputi; lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, penurunan
konsentrasi.
Gejala khas dari anemia :
 Koilonychia:
Kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
 Atrofi papil lidah
Permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.
 Stomatitis angularis (cheilosis):
Adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.
 Disfagia
Nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
Gejala penyakit dasar :
 Akibat cacing tambang :
Dapat dijumpai dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan
berwarna kuning seperti jerami.
 Akibat pendarahan kronik :
Misalnya akibat kanker kolon, dapat dijumpai gejala gangguan kebiasaan
buang air besar.
Pemeriksaan Fisik
 Lemas, konjungtiva anemis, dapat dijumpai sklera ikterik, pucat dapat
dijumpai pada: mukosa mulut , telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku.
 Pemeriksaan head to toe :
Tanda peradangan, sianosis, tanda infeksi, dan pucat.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah lengkap :
Kadar Hemoglobin menurun mulai dari ringan-berat.

Normalnya menurut WHO :


Laki-laki : > 13 g/dl
Perempuan : > 12 g/dl
Perempuan hamil : > 11 g/dl
Indeks Eritrosit menurun :
 Mean Corpuscular Volume (MCV) untuk melihat ukuran/volume dari eritrosit.
Ditemukan hasil : < 80 fl. Dimana rujukan normalnya : 80-100 fl.
 Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) merupakan bobot hemoglobin di
dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya. Ditemukan hasil < 26 pg.
Dimana nilai rujukan normalnya 26-34 pg.
 Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) mengindikasikan
konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit. Nilai MCHC dihitung dari
nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin dan hematokrit. Ditemukan hasil <
31 %. Dimana nilai rujukan normalnya 32-36%.
 RDW (Red cell Distribution Width) merupakan perbedaan ukuran (luas) dari
eritrosit. Nilai RDW berguna untuk memperkirakan terjadinya anemia dini,
sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi tanda dan gejala. Pada anemia
defisiensi besi ditemukan nilai RDW meningkat.
 Leukosit dan trombosit umumnya normal.
 Tetapi granulositopenia ringan dapat dijumpai pada ADB yang berlangsung lama.
 Pada ADB karena cacing tambang dijumpai eosinofilia.
 Trombositosis dapat dijumpai pada ADB dengan episode perdarahan akut.
Pemeriksaan morfologi darah tepi :
 Kelainan ukuran eritrosit : hipokromik mikrositik, anisitosis.
 Kelainan bentuk eritosit : poikilositosis.
 Semakin berat derajat anemia makin berat derajat hipokromia. Sedangkan,
derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus. Jika terjadi hipokromia
dan mikrositosis ekstrim, maka sel tampak sebagai sebuah cincin sehingga
disebut sel cincin atau memanjang seperti elips yang disebut sel pensil
 Dapat dijumpai sel target.
 Konsentrasi besi serum menurun <50 pg/dl dan TIBC meningkat > 350 pg/dl. saturasi transferin <
15%. Dimana TIBC menunjukkan tingkat kejenuhan apotransferin terhadap besi, sedangkan
saturasi transferin dihitung dari besi serum dibagi TIBC dikalikan 100.
 Feritin serum menurun < 20 pg/dl. Bila terjadi infeksi / inflamasi maka rentangnya 50-60 pg/dl.
Nilai rujukan normal adalah : 100 pg/dl. Feritin serum merupakan indikator cadangan besi.
 Protoporfirin > 100 mg/dl. Nilai rujukan normal < 30 mg/dl. Protoporfirin merupakan
bahan perantara pada pembentukan heme.
 Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (Perl’s stain) menunjukkan cadangan besi
(butir-butir hemosiderin) negatif. Dalam keadaan normal 40-60% normoblas mengandung
granula feritin dalam sitoplasmanya, yang disebut sebagai sideroblas.

 Pemeriksaan Feses
Dapat dilakukan apabila dicurigai penyebab anemia merupakan infeksi cacing tambang.
Dapat ditemukan telur/ larva cacing Ancylostoma duodenale pada feses.
Penatalaksanaan
 Terapi kausal:
Terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing tambang, pengobatan
hemoroid, pengobatan menorrhagia.
 Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh.
Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama oleh karena efektif,murah, dan aman.
Dosis 3 x 200 mg.
Setiap 200 mg sulfas ferosus mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus 3 x
200 mg memberikan absorpsi besi 50 mg per hari yang dapat meningkatkan eritropoesis dua sampai
tiga kali normal. Pengobatan berlangsung 3-6 bulan sampai kadar Hemoglobin kembali normal.
 Untuk meningkatkan penyerapan besi dapat diberikan preparat vitamin C.
Dianjurkan pemberian diet yang banyak mengandung hati dan daging yang
banyak mengandung besi.
Transfusi darah:
Indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah:
 Adanya jantung anemik dengan ancaman gagal jantung
 Anemia yang sangat simptomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang
sangat menyakitkan dan menganggu tingkat kesadaran dari pasien.
 Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat seperti pada
kehamilan trimester akhir atau preoperasi.

Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi
bahaya overload. Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid
intravena.
Edukasi
 Memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti daging,
hati, bayam.
 Mengonsumsi buah yang banyak mengandung vitamin C seperti jeruk, buah
kiwi agar penyerapan besi semakin optimal.
 Patuh dalam pengobatan agar terhindar dari komplikasi.
 Mengurangi konsumsi teh terutama setelah makan berat.

Anda mungkin juga menyukai