NOFRIS MANTO
102008170
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta 2012
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : nofriz_xfile@yahoo.com
PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di
klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama
masyarakat, terutama di negara berkembang. Anemia secara fungsional
didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup
ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling
lazim dipakai adalah kadar hemoglobin kemudian hematokrit. Kadar
hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis
kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu
seperti misalnya kehamilan.
Anemia
bukanlah
suatu
kesatuan
penyakit
tersendiri,
tetapi
anemia
memerlukan
pemahaman
tentang
patogenesis
dan
hasil
anamnesis,
pemeriksaan
Page 1
fisik,
1
pemeriksaan
Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas,
Page 2
Adakah tanda kegagalan sumsung tulang (memar, perdarahan, dan infeksi yang tak
bocor)
Adakah riwayat anemia sebelumnya atau pemeriksaan endoksopi gastrointestinal?
Adakah disfagia? (akibat lesi esophagus yang menyebabkan anemia atau ada selaput
pada esophagus akibat anemia defisiensi Fe)
Riwayat keluarga
Lain-lain
Adakah riwayat bepergian dan pikirkan kemungkinan infeksi parasit seperti cacing
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Page 3
aplastik.
Adakah atrofi papil lidah yang ditandai dengan permukaan lidah
menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang. Biasa
gejala ini timbul pada anemia defisiensi besi.
Palpasi
Kuku
Lakukan inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki. Perhatikan
warna dan bentuk dan lesi yang ada.
Patologis: Pada anemia defisiensi Fe dapat dijumpai koilonikia (kuku
yang berbentuk seperti sendok, rapuh, bergaris vertikal dan menjadi
lokasinya
di
sebelah
anterior
dan
superficial
M.
dan
M.Sternocleidomastoideus
(posterior).
Lakukan
Page 4
menandakan
peradangan,
limfa
yang
membesar
dan
keras
menandakan
kemungkinan
limpa
adanya
untuk
menilai
keganasan
apakah
di
ada
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hitung sel darah lengkap
Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap
(HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini, yang juga sering
disebut sebagai hematologi, memeriksa jenis sel dalam darah,
termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet).
Eritrosit
Hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah bertugas
mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lain. Nilai rujukan:
pria 13 g/dL, wanita 12 g/dL, wanita hamil 11 g/dL
Page 5
Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit
kronis. Keadaan ini tidak berbahaya. Namun VER yang besar dapat
menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah
merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini disebabkan
oleh kekurangan asam folat.
6,7
6,7
Leukosit 7
Hitung Leukosit Dapat menggunakan pipet Thoma atau pipet Sahli. Nilai rujukan :
4,5-11 x 103 /uL
Trombosit 7
Trombosit atau platelet dapat dihitung dengan menggunakan cara kuantitatif dan
besi.
Page 6
5. Pemeriksaan Urin
Mencari ada tidaknya perdarahan di traktus urinarius. Pemeriksaan
makroskopik dilihat warna urin, mikroskopik dilihat ada tidaknya
eritrosit, silinder eritrosit, dan hemosiderinuria. Kimia dilakukan tes
darah samar.
Page 7
lurus
dengan
derajat
anemia,
berbeda
dengan
dan
trombosit
pada
umumnya
normal.
Tetapi
dapat
perdarahan akut.
dijumpai
pada
ADB
dengan
episode
WORKING DIGNOSIS
Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
persediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong
(depleted iron store) sehingga pembentukan hemoglobin berkurang.
Page 8
Nilai
Pemeriksaan
Hemoglobin Kadar Hb biasanya menurun disbanding nilai normal berdasarkan
MCV
MCH
Morfologi
Ferritin
TIBC
besi
Total Iron Binding Capacity biasanya akan meningkat >350 mg/L
Saturasi
transferin
Pulasan sel Dapat
ditemukan
dengan
hyperplasia
normoblastik
normoblas
kecil.
ringan
Pulasan
besi
sampai
sumsum
sedang
dapat
tulang
dasar
Page 9
lainnya.
Kriteria diagnosis
Diagnosis anemia defisiensi besi meliputi bukti-bukti anemia, bukti
defisiensi besi, dan menentukan penyebabnya. Menentukan adanya
anemia
dapat
dilakukan
secara
sederhana
dengan
pemeriksaan
menunjukkan
butir
hemosiderin negatif
Dengan pemerian sulfas ferrosus 3 x 200 mg/hari
atau preparat besi lain yang setara selama 4
minggu tidak disertai dengan kenaikan kadar
hemoglobin >2g/dL
*Dihitung 1 poin jika 2 dari 3 paramater lab tersebut positif
Anemia defisieni besi dapat ditegakkan dengan 1 kriteria utama
ditambah 1 kriteria tambahan tersebut. Setelah diagnosis anemia
defisiensi
besi
terpenuhi
penyebab spesifiknya.
langkah
berikutnya
Page 10
adalah
menentukan
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Anemia hipokromik lainnya
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik
lainnya seperti anemia akibat penyakit kronik, thalassemia, dan anemia
sideroblastik.
Tabel 3: Diagnosa banding anemia defisiensi besi
Anemia
Anemia
thalassemi
Anemia
defisiensi
akibat
sideroblastik
besi
penyakit
Derajat
Ringan
kronik
Ringan
Ringan
Ringan
anemia
sampai
MCV
berat
Menurun
Menurun/nor
Menurun
Menurun/normal
MCH
Menurun
mal
Menurun/nor
Menurun
Menurun/normal
Besi serum
mal
Menurun < Menurun
TIBC
30
Meningkat
Saturasi
< Normal/
Normal/
50
Menurun
Normal/
Normal/
>360
Menurun
< 300
Menurun/
Meningkat
Meningkat
transferin
< 15%
> 20%
Besi
Negatif
20 %
Positif
Positif
Positif kuat
sumsum
dengan
ring sideroblas
tulang
Protoporfir
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
in eritrosit
Feritin
Menurun
Normal
Meningkat
Meningkat
serum
Eletrofores
< 20ug/l
Normal
20 200 ug/l
Normal
> 50 ug/l
> 50 ug/l
Hb
A2 Normal
is Hb
Anemia Defisiensi Besi
meningkat
Page 11
GEJALA KLINIS
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar, yaitu: gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi,
gejala penyakit dasar.
tubuh
dapat
berjalan
dengan
baik.
Anemia
bersifat
Page 12
ETIOLOGI
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan
besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun:
kanker
lambung,
kanker
lambung,
kanker
kolon,
Page 13
EPIDEMIOLOGI
Anemia ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai di negara
berkembang. Martoatmojo et al memperkirakan prevalensi ADB di
Indonesia adalah 16-50% pada laki-laki, 25-84% pada perempuan tidak
hamil, dan 46-92% pada perempuan hamil.
PATOFISIOLOGi
Anemia defisiensi besi melalui beberapa fase patologis yaitu:
Deplesi besi
Anemia Defisiensi Besi
Page 14
Deplesi besi merupakan tahapan awal dari ADB. Berbagai proses patologis
yang menyebabkan kurangnya besi memacu tubuh untuk menyesuaikan
diri yaitu dengan meningkatkan absorbsi besi dari usus. Pada tahapan ini
tanda yang ditemui adalah penurunan ferritin serum dan besi dalam
sumsum tulang berkurang.
Eritropoesis defisiensi besi
Kekurangan besi yang terus berlangsung menyebabkan besi untuk
eritropoiesis berkurang namun namun secara klinis anemia belum terjadi,
kondisi ini dinamakan eritropoiesis defisiensi besi. Tanda-tanda yang
ditemui pada fase ini adalah peningkatan kadar protoporhyrin dalam
eritrosit, penurununan saturasi transferin, dan peningkatan Total iron
binding capacity (TIBC).
Anemia defisiensi besi
Jika jumlah besi terus menurun maka eritropoiesis akan terus terganggu
dan kadar hemoglobin mulai menurun sehingga terjadi anemia hipokromik
mikrositik. Kondisi ini sudah bisa dikategorikan sebagai anemia defisiensi
besi.
Anemia defisiensi besi memberikan dampak kesehatan yang cukup
banyak kepada seseorang misalnya gangguan sistem neuromuscular,
gangguan kognitif, gangguan imunitas, dan gangguan terhadap janin.
PENATALAKSANAAN
Terapi dari anemia defisiensi besi meliputi terapi kausal penyebab anemia
dan pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy).
Tatalaksana kausa
Page 15
Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat
dibagikan menjadi beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi
tersebut diharapkan terserap 50 mg/hari karena besi memang diserap
dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem pencernaan manusia. Besi
yang diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis, hasilnya di
hari ke 4-7 biasanya eritropoesis telah jauh meningkat dan memuncak
pada hari 8-12 setelah terapi dimulai. Setelah terjadi penyerapan besi
dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan merespon dengan
penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus dikurangi,
akibatnya kadar penyerapan tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang
juga akan dicapai dari terapi ini adalah mengisi cadangan besi tubuh
sebanyak 0,5-1 g besi karena itu suplementasi ini diberikan selama 6-12
bulan untuk mengatasi asorbsi usus yang telah menurun.
Page 16
Kebutuhan besi (mg)= ((15-Hb saat ini) x BB x 2,4) + 500 atau 1000 mg
Pengobatan lain 1
Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein
mg/hari
untuk
yang
sangat
simptomatik,
misalnya
anemia
darah
mengurangi
yang
diberikan
bahaya
adalah
overload.
PCR
(packed
Sebagai
Page 17
red
cell)
premedikasi
1
untuk
dapat
KOMPLIKASI
1. Komplikasi anemia pada umumnya yang ringan dapat berupa;
kurangnya konsentrasi, daya tahan tubuh menurun, sampai yang
berat bisa menyebabkan gagal jantung.
2. Anemia pada kehamilan dapat memberikan komplikasi:
Pada ibu berupa: abortus, kelahiran prematur, waktu bersalin
yang berkepanjangan / lama, perdarahan persalinan, shock,
gagal jantung
Pada anak berupa: prematur, kematian janin, cacat bawaan,
saja
dan
diketahui
penyebabnya
serta
kemudian
dilakukan
PENCEGAHAN
Mengingat tingginya prevalensi anemia defisiensi besi di masyarakat
maka diperlukan suatu tindakan pencegahan yang terpadu. Tindakan
pencegahan tersebut dapat berupa:
Pendidikan kesehatan:
Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban,
perbaikan lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki
sehingga dapat mencegah penyakit cacing tambang.
Penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang
tambang
sebagai
sumber
Page 18
bahan
makanan.
Di
negara
barat
dilakukan
dengan
PENUTUP
KESIMPULAN
Anemia kadang-kadang luput diperhatikan oleh masyarakat luas baik
miskin maupun kaya. Anemia defisiensi besi sebenarnya merupakan hal
yang dapat diatasi dan disiasati di masyarakat, apalagi anemia pada bayi
dengan masa rentan 6-12 bulan dapat mengakibatkan kelainan-kelainan
yang bersifat irreversible/menetap/tidak dapat kembali normal. Jadi
dengan memastikan setiap keluarga terbebas dari anemia berarti kita
berpartisipasi dalam memperbaiki kualitas generasi suatu bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. Ilmu penyakit dalam.
Edisi ke-4. Jilid: II. Jakarta: FK UI; 2006
2. Adamson JW. Iron deficiency anemia. Harrisons Principle of Internal Medicine, 17th
Ed. USA: McGraw-Hill Inc; 2005
3. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SL, Santoso R. Penuntun patologi klinik
hematologi. Jakarta: FK UKRIDA; 2009
4. Mansoer, Arif. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Media Aesculapius. Jakarta: FK
UI; 2000
Page 19
Page 20