Anda di halaman 1dari 20

ANEMIA DEFISIENSI BESI

NOFRIS MANTO
102008170
Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta 2012
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : nofriz_xfile@yahoo.com

PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di
klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama
masyarakat, terutama di negara berkembang. Anemia secara fungsional
didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak
dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup
ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling
lazim dipakai adalah kadar hemoglobin kemudian hematokrit. Kadar
hemoglobin dan eritrosit sangat bervariasi tergantung pada usia, jenis
kelamin, ketinggian tempat tinggal serta keadaan fisiologis tertentu
seperti misalnya kehamilan.
Anemia

bukanlah

suatu

kesatuan

penyakit

tersendiri,

tetapi

merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar. Pendekatan terhadap


pasien

anemia

memerlukan

pemahaman

tentang

patogenesis

dan

patofisiologi anemia, serta ketrampilan dalam memilih, menganalisis serta


merangkum

hasil

anamnesis,

pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.


ANAMNESIS

Anemia Defisiensi Besi

Page 1

fisik,
1

pemeriksaan

Anamnesis yaitu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan yaitu berupa


rekam medik pasien. Dapat dilakukan pada pasiennya sendiri (auto) atau
pada keluarga terdekat (allo).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

anamnesis adalah sebagai berikut :


Dilihat dari gejalanya, pasien kemungkinan menderita anemia, oleh
karena itu perlu ditanyakan pertanyaan yang lebih rinci untuk mengetahui
anemia jenis apakah itu.

Gejala apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas,

nyeri dada, mata berkunang-kunang, atau tanpa gejala? Bila


terdapat gejala tersebut, itu merupakan suatu sindrom anemia yang
biasanya dijumpai apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8
g/dL
Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap? Pada

anemia defisiensi besi gejala yang muncul mungkin dapat perlahan


karena ada mekanisme kompensasi tubuh.
Adakah petunjuk mengenai penyebab anemia? Misal pada anemia

defisiensi besi bisa karena perdarahan interna, infeksi cacing, diet


yang tidak seimbang, atau riwayat pernah menderita penyakit yang
kronis.
Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe. Adakah gejala

yang konsisten dengan malabsorpsi? Adakah tanda kehilangan


darah dari saluarn cerna berupa tinja gela, pendarahan rectal,
muntah butiran kopi?
Jika pasien seorang wanita tanyakan adakah kehilangan darah

menstruasi berlebihan? Tanyakan frekuensi dan durasi menstruasi,


dan penggunaan tampon serta pembalut.
Tanyakan juga sumber perdarahan lain.
Tanyakan apakah ada rasa ingin memakan bahan yang tidak lazim

seperti es, tanah, dsb? Gejala tersebut dapat ditemukan pada


anemia defisensi Fe.
Riwayat Penyakit dahulu 1

Adakah dugaan penyakit ginjal kronis sebelumnya?


Adakah riwayat penyakit kronis (reumatoid arthritis atau gejala keganasan)?

Anemia Defisiensi Besi

Page 2

Adakah tanda kegagalan sumsung tulang (memar, perdarahan, dan infeksi yang tak

lazim atau rekuren)?


Adakah tanda defisiensi vitamin seperti neuropati perifer (defisiensi vitamin B12

subacute combined degeneration of cord [SACDOC])?


Adakah alasan untuk mencurigai adanya hemolisis? (ikterus, katup buatan yang

bocor)
Adakah riwayat anemia sebelumnya atau pemeriksaan endoksopi gastrointestinal?
Adakah disfagia? (akibat lesi esophagus yang menyebabkan anemia atau ada selaput
pada esophagus akibat anemia defisiensi Fe)

Riwayat keluarga

Adakah riwayat anemia dalam keluarga? Khususnya pertimbangkan penyakit sel


sabit, talasemia. 1

Lain-lain

Adakah riwayat bepergian dan pikirkan kemungkinan infeksi parasit seperti cacing

tambang dan malaria?


Adakah mengkonsumsi obat-obatan misal OAINS yang menyebabkan erosi

lambung atau supresi sumsung tulang akibat obat sitotoksik?


Adakah penurunan berat badan baru-baru ini yang drastis? 1
Adakah riwayat operasi seperti gastrektomi ? 10

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik
Inspeksi

Keadaan umum dan kesadaran: lihat apakah pasien sakit ringan


atau berat? Apakah pasien sering merasa sesak napas atau syok

akibat kehilangan darah akut?


Adakah tanda-tanda ikterus yang ditandai dengan mata berwarna
kuning, atau kulit yang berubah warna menjadi kuning? (pada

anemia hemolitik dapat dijumpai keadaan ini)


Adakah koilonikia (kuku seperti sendok) atau keilotis angularis
(peradangan pada sudut mulut sehingga tampak bercak pucat
keputihan)? Gejala itu terdapat pada anemia defisiensi Fe.

Anemia Defisiensi Besi

Page 3

Adakah tanda kerusakan trombosit (memar dan petechiae)? bila ada


itu menandakan kadar trombosit yang menurun misal pada anemia

aplastik.
Adakah atrofi papil lidah yang ditandai dengan permukaan lidah
menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang. Biasa
gejala ini timbul pada anemia defisiensi besi.

Palpasi

Konjunctiva dan Sklera


Minta pasien untuk melihat ke atas sementara pemeriksa menekan
kedua kelopak mata ke bawah dengan menggunakan ibu jari tangan
sehingga membuat sklera dan konjuctiva terpajan. Inspeksi sklera
dan konjuctiva palpebralis untuk menilai warnanya.
Patologis: Sklera yang berwarna kuning menunjukkan ikterus,
konjunctiva dapat

pucat yang disebut konjuctiva anemis dan

merupakan salah satu sindrom anemia.

Kuku
Lakukan inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki. Perhatikan
warna dan bentuk dan lesi yang ada.
Patologis: Pada anemia defisiensi Fe dapat dijumpai koilonikia (kuku
yang berbentuk seperti sendok, rapuh, bergaris vertikal dan menjadi

cekung mirip seperti sendok) 2


Limfa
Palpasi rangkaian nodus limfatikus pada daerah servikal anterior
yang

lokasinya

di

sebelah

anterior

dan

superficial

M.

Sternocleidomastoideus. Kemudian lakukan palpasi rangkaian nodus


limfatikus pada daerah servikal posterior di sepanjang M. Trapezius
(anterior)

dan

M.Sternocleidomastoideus

(posterior).

Lakukan

pemeriksaan nodus limfatikus supraklavikular pada sudut antara Os


Clavicula dan M. Sternocleidomastoideus. 3
Patologis: Bila terdapat limfadenopati mungkin menandakan adanya
tanda infeksi atau keganasan. Bila limfa yang dipalpasi sakit
Anemia Defisiensi Besi

Page 4

menandakan

peradangan,

limfa

yang

membesar

dan

keras

menandakan keganasan. Nodus limfatikus supra klavikular yang


membesar

menandakan

kemungkinan

abdomen atau torax. 3


Palpasi hati, limpa, abdomen
Lakukan palpasi hati dan

limpa

adanya

untuk

menilai

keganasan

apakah

di

ada

hepatomegali atau splenomegali yang biasanya terdapat pada


anemia hemolitik dan kadang pada anemia defisiensi besi juga
dapat ditemukan bila anemia tersebut tidak diterapi. Palpasi juga
abdomen untuk melihat apakah ada massa di abdomen.

Pemeriksaan Laboratorium
1. Hitung sel darah lengkap
Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap
(HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini, yang juga sering
disebut sebagai hematologi, memeriksa jenis sel dalam darah,
termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet).

Eritrosit
Hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah bertugas
mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lain. Nilai rujukan:
pria 13 g/dL, wanita 12 g/dL, wanita hamil 11 g/dL

Hematokrit (Ht atau HCT) mengukur persentase sel darah merah


dalam seluruh volume darah. Eritrosit, Hb dan Ht yang rendah
menunjukkan adanya anemia. Nilai rujukan: pria 40-54 %, wanita
34-46 %.

Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume


(MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. Dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
VER = Ht (%) / E ( juta/uL) x 10 (fL). Nilai rujukan: 82-92 fL
VER yang kecil berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari
ukuran normal.

Anemia Defisiensi Besi

Page 5

Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit
kronis. Keadaan ini tidak berbahaya. Namun VER yang besar dapat
menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah
merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini disebabkan
oleh kekurangan asam folat.

6,7

Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular


hemoglobin (MCH). Dapat dihitung dengan rumus: Hb (g/dL ) / E
( juta/uL) x 10 (pg) dan nilai rujukan 27-31 pg Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular
hemoglobin concentration (MCHC atau CHCM). Dapat dihitung
dengan rumus:
Hb (g/dL) / Ht ( % ) x 100 %. Nilai rujukan : 32-37 %

6,7

Leukosit 7

Hitung Leukosit Dapat menggunakan pipet Thoma atau pipet Sahli. Nilai rujukan :
4,5-11 x 103 /uL

Trombosit 7
Trombosit atau platelet dapat dihitung dengan menggunakan cara kuantitatif dan

kualitatif. Nilai rujukan : 150-350 x 103 / uL

2. Pemeriksaan Kadar / status besi

Kadar besi serum (BS): mengukur kadar ebsi serum yang

berikatan dengan transferin.


Total Iron Binding Capasity (TIBC): Mengukur banyaknya besi
yang dapat diikat transferin bila serum dijenuhkan dengan besi.

Normal : rasio BS : DIBT = 1:3


Saturasi Transferin: Persentase transferin yang berikatan dengan
besi dengan rumus:
BS / DIBT x 100 %. Nilai rujukan: 20-45 % transferin jenuh dengan

besi.

Anemia Defisiensi Besi

Page 6

Ferritin serum: indikator awal mendeteksi defisiensi besi. Nilai


rujukan: wanita 10-200 ng/mL. Pria 30-300 ng/Ml

3. Pemeriksaan Sumsum Tulang

Dapat dipakai untuk membantu menetapkan diagnosis kelainan


hematologi, menentukan stadium penyakit, memantau kemoterapi,
dan menetapkan cadangan besi sumsung tulang.
Hal yang dinilai:
a. Penilaian kepadatan sel, normal densitas 25-50 %
b. Penilaian trombopoesis: menilai keadaan megakariosit, mudah
ditemukan/normal/jarang.
c. Aktivitas eritropoesis: dominan sel, kelainan morfologi, dll
d. Aktivitas granulopoesis: dominan sel, kelainan morfologi, dll
Pada defisiensi besi periksa juga hemosiderin sumsung tulang dengan
Perls Stain, pada anemia defisiensi besi hemosiderin sumsum tulang
berkurang/kosong.
4. Pemeriksaan Feses
Mencari adanya perdarahan melalui traktus digestivus. Secara
makroskopik dilihat warna tinja, mikroskopik dilihat ada tidaknya
eritrosit, telur cacing, parasit, untuk pemeriksaan kimia lakukan tes
darah samar.

5. Pemeriksaan Urin
Mencari ada tidaknya perdarahan di traktus urinarius. Pemeriksaan
makroskopik dilihat warna urin, mikroskopik dilihat ada tidaknya
eritrosit, silinder eritrosit, dan hemosiderinuria. Kimia dilakukan tes
darah samar.

Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit


Didapatkan anemia hipokromik mikrositer dengan penurunan kadar
hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV dan MCH
Anemia Defisiensi Besi

Page 7

menurun. MCV< 70 fl hanya didapatkan pada anemia anemia


defisiensi besi dan thalassemia major. MCHC menurun pada
defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama. Anisositosis
merupakan tanda awal defisiensi besi. Peningkatan anisositosis
ditandai oleh peningkatan RDW (red cell distribution width). Dulu
dianggap pemeriksaan RDW dapat dipakai untuk membedakan
ADW dengan anemia akibat penyakit kronik, tetapi sekarang RDW
pada kedua jenis anemia ini hasilnya sering tumpang.
Hapusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik mikrositer,
anisositosis, dan poikilositosis. Makin berat derajat anemia makin
berat derajat hipokromia. Derajat hipokromia dan mikrositosis
berbanding

lurus

dengan

derajat

anemia,

berbeda

dengan

thalasemia. Jika terjadi hipokromia dan mikrositosis esktrim, maka


sel tampak sebagai sebuah cincin sehingga disebut sel cincin (ring
cell), atau memanjang seperti clips, disebut sebagai sel pencil (pencil
cell atau cigar cell). Kadang-kadang dijumpai sel target.
Leukosit

dan

trombosit

pada

umumnya

normal.

Tetapi

granulositopenia ringan dapat dijumpai pada ADB yang berlangsung


lama. Pada ADB karena cacing tambang dijumpai eosinofilia.
Trombositosis

dapat

perdarahan akut.

dijumpai

pada

ADB

dengan

episode

WORKING DIGNOSIS
Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
persediaan besi untuk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong
(depleted iron store) sehingga pembentukan hemoglobin berkurang.

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan


anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan
laboratorium yang tepat. Terdapat 3 tahap diagnosis ADB. Tahap pertama
Anemia Defisiensi Besi

Page 8

adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar hemoglobin


dan hematokrit. Cut off point anemia tergantung kriteria yang dipilih,
apakah kriteria WHO atau kriteria klinik. Tahap kedua adalah memastikan
adanya defisiensi besi, sedangkan tahap ketiga adalah menentukan
penyebab dari defisiensi besi yang terjadi.

Tabel 1.Pemeriksaan laboratorium


Jenis

Nilai

Pemeriksaan
Hemoglobin Kadar Hb biasanya menurun disbanding nilai normal berdasarkan
MCV
MCH
Morfologi
Ferritin

jenis kelamin pasien


Menurun (anemia mikrositik)
Menurun (anemia hipokrom)
Terkadang dapat ditemukan ring cell atau pencil cell
Ferritin mengikat Fe bebas dan berkamulasi dalam sistem RE
sehingga kadar Ferritin secara tidak langsung menggambarkan
konsentrasi kadar Fe. Standar kadar normal ferritin pada tiap
center kesehatan berbeda-beda. Kadar ferritin serum normal
tidak menyingkirkan kemungkinan defisiensi besi namun kadar
ferritin >100 mg/L memastikan tidak adanya anemia defisiensi

TIBC

besi
Total Iron Binding Capacity biasanya akan meningkat >350 mg/L

Saturasi

(normal: 300-360 mg/L )


Saturasi transferin bisanya menurun <18% (normal: 25-50%)

transferin
Pulasan sel Dapat

ditemukan
dengan

hyperplasia

normoblastik

normoblas

kecil.

ringan

Pulasan

besi

sampai

sumsum

sedang

dapat

tulang

menunjukkan butir hemosiderin (cadangan besi) negatif. Sel-sel


sideroblas yang merupakan sel blas dengan granula ferritin
biasanya negatif. Kadar sideroblas ini adalah Gold standar untuk
menentukan anemia defisiensi besi, namun pemeriksaan kadar

ferritin lebih sering digunakan.


Pemeriksaan Berbagai kondisi yang mungkin menyebabkan anemia juga
penyakit

diperiksa, misalnya pemeriksaan feces untuk menemukan telur

dasar

cacing tambang, pemeriksaan darah samar, endoskopi, dan

Anemia Defisiensi Besi

Page 9

lainnya.
Kriteria diagnosis
Diagnosis anemia defisiensi besi meliputi bukti-bukti anemia, bukti
defisiensi besi, dan menentukan penyebabnya. Menentukan adanya
anemia

dapat

dilakukan

secara

sederhana

dengan

pemeriksaan

hemoglobin. Untuk pemeriksaan yang lebih seksama bukti anemia dan


bukti defisiensi besi dapat dilakukan kriteria modifikasi Kerlin yaitu:

Tabel 2. Kriteria diagnosis


Kriteria
Utama
anemia mikrositik hipokromik pada hapusan darah
tepi
MCV <80 fL dan MCHC <31%
Kriteria Tambahan
Parameter laboratorium khusus: Kadar Fe serum
<50 mg/L, TIBC >350 mg/L, saturasi transferin
<15%*
Ferritin serum <20 mg/L
Pulasan sumsum tulang

menunjukkan

butir

hemosiderin negatif
Dengan pemerian sulfas ferrosus 3 x 200 mg/hari
atau preparat besi lain yang setara selama 4
minggu tidak disertai dengan kenaikan kadar
hemoglobin >2g/dL
*Dihitung 1 poin jika 2 dari 3 paramater lab tersebut positif
Anemia defisieni besi dapat ditegakkan dengan 1 kriteria utama
ditambah 1 kriteria tambahan tersebut. Setelah diagnosis anemia
defisiensi

besi

terpenuhi

penyebab spesifiknya.

Anemia Defisiensi Besi

langkah

berikutnya

Page 10

adalah

menentukan

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Anemia hipokromik lainnya
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik
lainnya seperti anemia akibat penyakit kronik, thalassemia, dan anemia
sideroblastik.
Tabel 3: Diagnosa banding anemia defisiensi besi
Anemia

Anemia

thalassemi

Anemia

defisiensi

akibat

sideroblastik

besi

penyakit

Derajat

Ringan

kronik
Ringan

Ringan

Ringan

anemia

sampai

MCV

berat
Menurun

Menurun/nor

Menurun

Menurun/normal

MCH

Menurun

mal
Menurun/nor

Menurun

Menurun/normal

Besi serum

mal
Menurun < Menurun

TIBC

30
Meningkat

Saturasi

< Normal/

Normal/

50
Menurun

Normal/

Normal/

>360
Menurun

< 300
Menurun/

Meningkat

Meningkat

transferin

< 15%

normal 10 > 20%

> 20%

Besi

Negatif

20 %
Positif

Positif

Positif kuat

sumsum

dengan

ring sideroblas

tulang
Protoporfir

Meningkat

Meningkat

Normal

Normal

in eritrosit
Feritin

Menurun

Normal

Meningkat

Meningkat

serum
Eletrofores

< 20ug/l
Normal

20 200 ug/l
Normal

> 50 ug/l
> 50 ug/l
Hb
A2 Normal

is Hb
Anemia Defisiensi Besi

meningkat
Page 11

GEJALA KLINIS
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar, yaitu: gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi,
gejala penyakit dasar.

Gejala umum anemia


Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic
syndrom) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar Hb turun di
bawah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi
karena penurunan kadar Hb yang terjadi secara perlahan-lahan sering kali
sindrom anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan anemia lain
yang penurunan kadar Hbnya terjadi lebih cepat, oleh karena mekanisme
kompensasi

tubuh

dapat

berjalan

dengan

baik.

Anemia

bersifat

simptomatik jika Hb telah turun di bawah 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik


dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di
bawah kuku.

Gejala khas defisiensi besi


Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada
anemia jenis lain adalah:

Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-

garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.


Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap

karena papil lidah menghilang.


Stomatitis angularis (cheilosis):adanya peradangan pada sudut

mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.


Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti:
tanah liat, es, lem, dan lain-lain.

Anemia Defisiensi Besi

Page 12

Sindrom Plummer Vinson atau disebut juga Paterson Kelly adalah


kumpulan gejala yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi
papil lidah, dan disfagia.

Gejala penyakit dasar


Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang
menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia
akibat penyakit cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak,
dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia
karena perdarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan
kebiasaan buang air besar atau gejala lain tergantung dari lokasi kanker
tersebut.1

ETIOLOGI
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan
besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun:

Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal


dari:
Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau
NSAID,

kanker

lambung,

kanker

lambung,

kanker

kolon,

divertikulosis, hemoroid dan infeksi cacing tambang.


Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia.
Saluran kemih: hematuria.
Saluran napas: hemoptoe.
Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan,
atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan

banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).


Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam

masa pertumbuhan dan kehamilan.


Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tripical sprue atau kolitis
kronik.

Anemia Defisiensi Besi

Page 13

Pada orang dewasa anemia defisiensi yang dijumpai di klinik hampir


identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan
kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan
paling sering pada laki-laki perdarahan gastrointestinal, di negara tropik
paling sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan pada perempuan
dalam masa reproduksi paling sering karena menor-metroraghia. 1
Terdapat perbedaan pola etiologi ADB di masyarakat atau di lapangan
dengan ADB di rumah sakit atau praktek klinik. ADB di lapangan pada
umumnya disertai anemia derajat berat. Di lapangan faktor nutrisi lebih
berperan dibandingkan perdarahan. Fakta, pada penelitian di Desa
Jagapati, Bali, mendapatkan bahwa infeksi cacing tambang mempunya
peran hanya pada sekitar 30% kasus, faktor nutrisi mungkin berperan
pada sebagian besar kasus, terutama pada anemia derajat ringan sampai
sedang. Sedangkan di klinik, seperti misalnya pada praktek swasta,
ternyata perdarahan kronik memegang peran penting, pada laki-laki ialah
infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%), sedangkan pada
perempuan menorrhagia (33%), hemoroid dan cacing tambang masingmasing 17%.

EPIDEMIOLOGI
Anemia ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai di negara
berkembang. Martoatmojo et al memperkirakan prevalensi ADB di
Indonesia adalah 16-50% pada laki-laki, 25-84% pada perempuan tidak
hamil, dan 46-92% pada perempuan hamil.

PATOFISIOLOGi
Anemia defisiensi besi melalui beberapa fase patologis yaitu:

Deplesi besi
Anemia Defisiensi Besi

Page 14

Deplesi besi merupakan tahapan awal dari ADB. Berbagai proses patologis
yang menyebabkan kurangnya besi memacu tubuh untuk menyesuaikan
diri yaitu dengan meningkatkan absorbsi besi dari usus. Pada tahapan ini
tanda yang ditemui adalah penurunan ferritin serum dan besi dalam
sumsum tulang berkurang.
Eritropoesis defisiensi besi
Kekurangan besi yang terus berlangsung menyebabkan besi untuk
eritropoiesis berkurang namun namun secara klinis anemia belum terjadi,
kondisi ini dinamakan eritropoiesis defisiensi besi. Tanda-tanda yang
ditemui pada fase ini adalah peningkatan kadar protoporhyrin dalam
eritrosit, penurununan saturasi transferin, dan peningkatan Total iron
binding capacity (TIBC).
Anemia defisiensi besi
Jika jumlah besi terus menurun maka eritropoiesis akan terus terganggu
dan kadar hemoglobin mulai menurun sehingga terjadi anemia hipokromik
mikrositik. Kondisi ini sudah bisa dikategorikan sebagai anemia defisiensi
besi.
Anemia defisiensi besi memberikan dampak kesehatan yang cukup
banyak kepada seseorang misalnya gangguan sistem neuromuscular,
gangguan kognitif, gangguan imunitas, dan gangguan terhadap janin.

PENATALAKSANAAN
Terapi dari anemia defisiensi besi meliputi terapi kausal penyebab anemia
dan pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy).

Tatalaksana kausa

Anemia Defisiensi Besi

Page 15

Merupakan terapi terhadap kondisi yang menyebabkan anemia


misalnya memberikan obat cacing pada pasien dengan infeksi
cacing atau pembedahan pada pasien hemmoroid.

Iron replacement therapy


Tujuan dari terapi ini adalah mengkoreksi nilai hemoglobin dan juga
mengisi cadangan besi tubuh secara permanen. Besi yang diberikan
dapat melalui pemerian oral atau pemberian parenteral.

Suplemen besi oral


Suplemen besi oral merupakan salah satu pilihan yang baik untuk
mengganti defisiensi besi karena harganya yang relatif murah dan mudah
didapat. Terdapar berbagai sediaan preparat besi oral seperti ferrous
sulfas, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan lainnya namun demikian
ferrous sulfat merupakan pilihan utama karena murah dan cukup efektif.

Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat
dibagikan menjadi beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi
tersebut diharapkan terserap 50 mg/hari karena besi memang diserap
dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem pencernaan manusia. Besi
yang diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis, hasilnya di
hari ke 4-7 biasanya eritropoesis telah jauh meningkat dan memuncak
pada hari 8-12 setelah terapi dimulai. Setelah terjadi penyerapan besi
dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan merespon dengan
penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus dikurangi,
akibatnya kadar penyerapan tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang
juga akan dicapai dari terapi ini adalah mengisi cadangan besi tubuh
sebanyak 0,5-1 g besi karena itu suplementasi ini diberikan selama 6-12
bulan untuk mengatasi asorbsi usus yang telah menurun.

Edukasi kepada pasien tentang suplementasi besi merupakan salah satu


kewajiban dokter. Pasien diberikan informasi bahwa sebaiknya suplemen
tersebut dikonsumsi sebelum pasien makan karena akan meningkatkan
Anemia Defisiensi Besi

Page 16

absorbsinya. Efek samping obat ini yaitu gangguan gastrointestinal juga


perlu diberitahukan kepada pasien. Penyebab kegagalan terapi besi oral
antara lain gangguan absorbsi dan kepatuhan minum obat pasien yang
rendah. Jika defisiensi besi masih belum juga tertangani dengan langkahlangkah tersebut dipikirkan untuk memberikan terapi besi parenteral.

Terapi besi parenteral


Alur terapi ini sangat efektif karena tidak melalui sistem pencernaan dan
menghadapi masalah absorbsi, namun demikian risikonya lebih besar dan
harganya lebih mahal oleh karena itu hanya diindikasikan untuk kondisi
tertentu saja misalnya kepatuhan pasien yang sangat rendah. Preparat
yang tersedia untuk terapi ini misalnya Iron dextran complex (50 mg/mL).
Pemberian terapi parenteral adalah melalui IV atau IM. Kebutuhan besi
seseorang dapat dihitung dengan persamaan:

Kebutuhan besi (mg)= ((15-Hb saat ini) x BB x 2,4) + 500 atau 1000 mg

Pengobatan lain 1
Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein

terutama yang berasal dari protein hewani.


Vitamin C: vitamin C diberikan 3 x 100

meningkatkan absorpsi besi.


Tranfusi darah: ADB jarang memerlukan tranfusi darah. Indikasi

mg/hari

untuk

pemberian tranfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah:


Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman payah
jantung
Anemia

yang

sangat

simptomatik,

misalnya

anemia

dengan gejala pusing yang sangat menyolok


Pasien memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat
seperti kehamilan trimester akhir atau preoperasi.
Jenis

darah

mengurangi

yang

diberikan

bahaya

adalah

overload.

PCR

(packed

Sebagai

dipertimbangkan pemberian furosemid intravena.

Anemia Defisiensi Besi

Page 17

red

cell)

premedikasi
1

untuk
dapat

KOMPLIKASI
1. Komplikasi anemia pada umumnya yang ringan dapat berupa;
kurangnya konsentrasi, daya tahan tubuh menurun, sampai yang
berat bisa menyebabkan gagal jantung.
2. Anemia pada kehamilan dapat memberikan komplikasi:
Pada ibu berupa: abortus, kelahiran prematur, waktu bersalin
yang berkepanjangan / lama, perdarahan persalinan, shock,

gagal jantung
Pada anak berupa: prematur, kematian janin, cacat bawaan,

cadangan besi yang kurang


3. Komplikasi anemia pada anak dapat berupa penurunan kecerdasan,
terganggunya perkembangan koordinasi mental maupun motorik
serta mempengaruhi emosi bayi sehingga lebih penakut, ragu-ragu.
Dan bila tidak diindahkan kelainan ini bisa irreversible.
PROGNOSIS
Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan
besi

saja

dan

diketahui

penanganan yang adekuat.

penyebabnya

serta

kemudian

dilakukan

PENCEGAHAN
Mengingat tingginya prevalensi anemia defisiensi besi di masyarakat
maka diperlukan suatu tindakan pencegahan yang terpadu. Tindakan
pencegahan tersebut dapat berupa:

Pendidikan kesehatan:
Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban,
perbaikan lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki
sehingga dapat mencegah penyakit cacing tambang.
Penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang

membantu absorbsi besi.


Pemberantasan infeksi cacing

tambang

sebagai

sumber

perdarahan kronik yang paling sering dijumpai di daerah tropik.

Anemia Defisiensi Besi

Page 18

Pengendalian infeksi cacing tambang dapat dilakukan dengan

pengobatan masal dengan anthelmentik dan perbaikan sanitasi.


Suplementasi besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen
penduduk yang rentan, seperti ibu hamil dan anak balita. Di
Indonesia diberikan pada perempuan hamil dan anak balita

memakai pil besi dan folat.


Fortifikasi bahan makanan dengan besi, yaitu mencampurkan besi
pada

bahan

makanan.

Di

negara

barat

dilakukan

dengan

mencampur tepung untuk roti atau bubuk susu dengan besi.

PENUTUP
KESIMPULAN
Anemia kadang-kadang luput diperhatikan oleh masyarakat luas baik
miskin maupun kaya. Anemia defisiensi besi sebenarnya merupakan hal
yang dapat diatasi dan disiasati di masyarakat, apalagi anemia pada bayi
dengan masa rentan 6-12 bulan dapat mengakibatkan kelainan-kelainan
yang bersifat irreversible/menetap/tidak dapat kembali normal. Jadi
dengan memastikan setiap keluarga terbebas dari anemia berarti kita
berpartisipasi dalam memperbaiki kualitas generasi suatu bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S, Setiati S. Ilmu penyakit dalam.
Edisi ke-4. Jilid: II. Jakarta: FK UI; 2006
2. Adamson JW. Iron deficiency anemia. Harrisons Principle of Internal Medicine, 17th
Ed. USA: McGraw-Hill Inc; 2005
3. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SL, Santoso R. Penuntun patologi klinik
hematologi. Jakarta: FK UKRIDA; 2009
4. Mansoer, Arif. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Media Aesculapius. Jakarta: FK
UI; 2000

Anemia Defisiensi Besi

Page 19

5. Sylvia, A Price. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit buku 2. Jakarta:


EGC; 1995
6. Anemia. Dalam: Gleadle, Jonathan.At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Jakarta: Erlangga; 2003. h. 84-5.
7. Pemeriksaan Kelenjar Limfe. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar Pemeriksaan
Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h.167-8
8. Pemeriksaan Konjuctiva dan Sklera. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar
Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h.151
9. Pemeriksaan Hati, Limpa, dan Massa Abdomen. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku
Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta: EGC; 2009. h. 342-9
10. Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Isselbacher, Braunwald, dkk. Harrison PrinsipPrinsip Ilmu Penyakit Dalam volume 4. Edisi 13. Jakarta : EGC ; 2000. h. 1919-21

Anemia Defisiensi Besi

Page 20

Anda mungkin juga menyukai