Anda di halaman 1dari 31

MODUL 2

ANEMIA HEMOLITIK DAN


ANEMIA PERDARAHAN
Transfusi
Roney, laki-laki, 12 tahun, dibawa Ibunya ke puskesmas karena
terlihat kuning disertai dengan adanya perubahan warna urine. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva palpebra inferior pucat,
sklera ikterik dan hepatosplenomegali. Hasil pemeriksaan urine
dijumpai bilirubin urine positif. Dokter puskesmas merujuk Roney ke
RSU Cut Meutia untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Di RSU Cut Meutia dilakukan pemeriksaan lab Counting
Blood Cell, gambaran darah tepi, hitung retikulosit dan coombs test.
Dokter mengatakan bahwa Roney menderita Anemia Hemolitik dan
memerlukan transfusi darah. Ibu Roney teringat beberapa bulan yang
lalu adik Roney mengalami anemia karena perdarahan akibat
kecelakaan lalu lintayang juga memerlukan transfusi darah . Bagaimana
anda menjelaskan apa yang terjadi pada Roney dan adiknya serta
tatalaksananya?
Terminologi
1. Sklera ikterik : Penumpukan bilirubin darah yang
bermanifestasi pada sklera

2. Anemia hemolitik : Anemia karena eritrosit pecah sebelum


waktunya

3. Hepatosplenomegali : Pembesaran hepar dan splen

4. Anemia perdarahan : Anemia karena berkurangnya jumlah


volume darah
5. Coombs test : Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya
antibodi pada permukaan eritrosit

6. Retikulosit : Eritrosit muda yang masih ada pecahan inti,


eritrosit tampak lebih besar dan biru

7. Pemeriksaan CBC : Pemeriksaan darah lengkap (eritrosit,


trombosit, leukosit)

8. Transfusi : Proses pemeindahan darah bila Hb <7 gr/dL


Menentukan dan Menganalisa Masalah

1. Mengapa roney terlihat kuning disertai perubahan warna kulit?


Anemia hemolitik → Penghancuran eritrosit sebelum waktunya → proses
pemecahan heme yang berlebihan → bilirubin meningkat → wajah menguning
Anemia hemolitik → urobilin meningkat → perubahan warna urin

2. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan terlihat palpebra inferior pucat,


sklera ikterik & hepatosplenomegali?
- Konjungtiva palpebra inferior pucat → anemia
- Sklera ikterik → peningkatan bilirubin → pigmentasi sklera meningkat
- Hepatomegali → kerja hepar memberat (penghancuran eritrosit) → hepar
membesar
- Splenomegali → eritrosit yang rapuh akan mati dan menyumbat splen
3. Mengapa dijumpai bilirubin urin (+)?
Eritrosit lisis → Hb pecah (heme & globin) → globin (direcycle & disimpan)
→ protoporfirin

4. Mengapa dilakukan pemeriksaan CBC, gambaran darah tepi, hitung Rt, &
coombs test?
- CBC → status eritrosit, leukosit, trombosit, dll
- Hitung Rt → kadar Rt dalam darah
- Coombs test → jenis anemia hemolitik
- Darah tepi → mengetahui hipokrom/normokrom

5. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan selain di skenario?


Pemeriksaan dehidroginase, G6PD
6. Mengapa dokter menganjurkan roney melakukan transfusi darah?
Untuk menanggulangi masalah Hb pada roney (masalah anemia pada roney)

7. Apa perbedaan tampilan fisik roney dan adik roney?


- Roney → anemia hemolitik → sindroma anemia, ikterus,
hepatosplenomegali
- Adik roney → sindroma anemia, gangguan sel darah

8. Bagaimana transfusi pada roney dan adiknya? Apakah sama?


- Roney → PRC → meningkatkan Hb dan Ht → mengembalikan eritrosit
- Adik roney → WB → meningkatkan eritrosit dan plasma → meningkatkan
Hb dan Ht
Anemia
Skema
Anamnesa

Pemeriksaan fisik dan


lab

Anemia Anemia
Hemolitk Perdarahan

Epidemiologi Etiologi Patofisiologi MK

DX & DD

Tatalaksana

Prognosis
Learning Objective
1. Anemia Hemolitik (epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
lab, diagnosa banding, tatalaksana, prognosis)

2. Anemia perdarahan (manifestasi klinis,


pemeriksaan lab, tatalaksana, prognosis)
Anemia Hemolitik
Epidemiologi
ras utama yang terkena adalah di afrika barat, laut tengah , timur
tengah dan asia tenggara

Etiologi
anemia hemolitik juga terbagi menjadi 2 klarifikasi
1.Intrakorpuskular : hemolitik akibat faktor-faktor yang ada pada eritrosit itu
sendiri, misalnya karena faktor herediter , gangguan metabolismenya, gangguan
pembentukan hemoglobinnya.

2.Ekstrakorpuskular : hemolitik akibat faktor-faktor dari luar yang biasanya


didapat, misalnya karena autoimun pengaruh obat, infeksi
Patofisiologi

anemia hemolitik autoimun


Akibat gangguan regulasi imun, terbentuk antibodi terhadap eritrosit sendiri
(auto antibodi). Eritrosit yang diselimuti antibodi ini (sering disertai
komplemen , terutama c3b) akan mudah difagositir oleh makrofag
terutama pada lien dan juga hati oleh adanya reseptor fc pada permukaan
makrofag yang kontak dengan porsi fc dari antibodi. Hemolisis terutama
terjadi dalam bentuk hemolisis ekstravaskular yang akan menimbulkan
anemia sdan ikterus hemolitik, pada AHA tipe dingin juga terbentuk
krioglobulin.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda tanda anemia : Pucat pd selaput lendir,
Ikterus dan Splenomegali.

Ukuran besarnya limpa dapat dipakai sebagai


ukuran berat dan lamanya anemia hemolitik yang
dialami
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DARAH TEPI
1. Hb  Menurun
2. LED  meningkat
3. Retikulosit  meningkat
4. Sel helmet, skitosit  hemolitik mikroangiopati
5. Sel sperosit  sperositosis herediter

SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI


- Eritrosit: - normokrom normositik
- anisositosis
- poikilositosis
Talasemia:
- Eritrosit : - mikrositik hipokrom
- anisositosis, poikilositosis
- sel target
- sel eritrosit berinti
- sel tetesen air mata
- sel polikrom  polikromasi
- sel fragmentosit dll
Sumsum tulang
- Selularitas  hiperseluler
- Eritropoetik  hiperaktif, semua seri dite-
mui, predominan rubrisit
- Mielopoetik  agak tertekan, semua seri
ditemui
- Trombopoetik  Megakariosit mudah dite-
mukan
- M : E rasio  terbalik (N: 3-4 : 1)
- Cadangan besi normal/meningkat
Pemeriksaan lab yg lain

Coombs’test
- Lansung  Utk menentukan adanya
antibodi atau komplemen pada permu
kaan sel darah merah

- Tdk lansung  menentukan adanya anti-


RBC antibodi yg bebas di dlm sirkulasi
LDH  sering meningkat pd intravas-
kuler dan ekstravaskuler hemolisis

Bilirubin indirekmeningkat
Anemia normositik normokrom (darah tepi)
Anemia hemolitik (darah tepi)  Talasemia
Anemia hemolitik (sumsum tulang)
Tatalaksana
Terapi anemia hemolitik dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:

1.Suportif dan simtomatik (sesuai kausa atau penyebab dasar)


Tujuan pengobatan anemia hemolitik meliputi:
a) Menurunkan atau menghentikan penghancuran sel darah merah.
b)Meningkatkan jumlah sel darah merah
c)Mengobati penyebab yang mendasari penyakit.Pada hemolisis
akut dimana terjadi syok dan gagal ginjal akut, makauntuk
mengatasi hal tersebut harus mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit, serta memperbaiki fungsi ginjal. Jika terjadi
syok berat maka tidak ada pilihan selain transfusi.
Pada hemolisis akut dimana terjadi syok dan gagal ginjal akut,
makauntuk mengatasi hal tersebut harus mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memperbaiki fungsi
ginjal. Jika terjadi syok berat maka tidakada pilihan selain
transfusi
2.Operatif
Pada beberapa tipe anemia hemolitik seperti
talasemia, sumsum tulangtidak dapat membentuk sel
darah merah yang sehat. Sel darah merah
yangterbentuk dapat dihancurkan sebelum waktunya.
Sehingga transplantasi darahdan sumsum tulang
mungkin dapat dipertimbangkan untuk mengobati
jenisanemia hemolitik ini, transplantasi ini mengganti
stem sel yang rusak denganstem sel yang sehat dari
pendonor
3. Terapi suportif-simtomatik untuk anemia hemolitik diberikan
untukmenekan proses hemolisis, terutama di limpa (lien). Obat
golongankortikosteroid seperti prednison dapat menekan
sistem imun untukmembentuk antibodi terhadap sel darah
merah. Jika tidak berespon terhadapkortikosteroid, maka dapat
diganti dengan obat lain yang dapat menekan 15 kronik
dianjurkan pemberian asam folat 0,15-0,3 mg/hari untuk
mencegahkrisis megaloblastik
Pada thalasemia diberikan desferoxamine setelah kadar feritin
serum sudah mencapai 1000 mg/l secara subkutan dalam
waktu 8-12 jam dalamdosis 25-50 mg/kgBB/hari minimal
selama 5 hari setiap selesai transfusi
Prognosis

• Prognosis pada anemia hemolitik tergantung pada


etiologi dan deteksi dini.Prognosis jangka panjang pada
pasien dengan penyakit ini baik. Splenektomi dapat
mengontrol penyakit ini atau paling tidak
memperbaikinya.

• Pada anemia hemolitikautoimun, hanya sebagian kecil


pasien mengalami penyembuhan dan sebagian
besarmemiliki perjalanan penyakit yang kronik.
Sebagai contoh penderita dengan hemolisis autoimun
akut biasanya datang dengan keadaan yang buruk dan
dapat meninggal akibat hemolisis berlebihan
Anemia Perdarahan
Manifestasi klinis
Pasien dengan anemia pendarahan selain adanya
ditemukan perdarahan juga dapat dijumpai
sindroma anemia berupa :
- pusing, haus, dan berkeringat
- Pernapasan cepat
- Denyut nadi lemah dan cepat
- Hilang kesadaran
- Pusing ketika duduk ( hipotensi ortostatik )
Pemeriksaan lab
1. Pemeriksaan darah lengkap
 pansitopenia

2. Pemeriksaan darah tepi


 Normokrom normositer
tatalaksana
1. Atasi perdarahan
2. Beri transfusi platelet
3. Beri transfusi PRC hingga Hb mencapai
10 g/dL
4. Asupan gizi adekuat
Prognosis
Baik, namun dengan perawatan yang tidak
tepat dapat menyebabkan :
- Syok hipovolemik
- Gagal jantung

Anda mungkin juga menyukai