Anda di halaman 1dari 36

Refleksi Kasus

ANEMIA GRAVIS

Adistha Tofhano/20080310157
Pembimbing : dr. Kuadiharto Sp.Pd
IDENTITAS

Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Bandung kulon
Masuk RS :31-12-2014
Keluar RS : 2-1-2015
ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
badan terasa lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sangat lemas sehingga
harus perlahan-lahan dalam berjalan.pasien
juga jatuh saat di kamar mandi karena
lemas dan pandangan berkunang-kunang,
merasa mual dan muntah 3x, pasien juga
merasa pusing berputar.
Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati
Keluhan dirasakan tiba-tiba dan hilang
timbul. Demam, batuk dan pilek juga
disangkal. BAB pasien tidak ada keluhan,
1x sehari. BAB berwarna hitam atau
bercampur darah disangkal. BAK pasien
tidak ada keluhan, bewarna kuning jernih,
jumlah banyak.
Selain itu, keluarga pasien juga mengatakan
bahwa pasien terlihat sangat pucat dan hal
ini sudah dialami bebrapa bulan yang
lalu,keluarga pasien belum pernah
membawa pasien berobat untuk mengatasi
keluhan tersebut. Pasien juga sering
mengeluh lemas dan sakit kepala. Pasien
sehari-harinya kurang nafsu makan,
terkadang hanya 2x dalam sehari dengan
porsi yang sedikit.
Riwayat Penyakit Dahulu
◦ Riwayat alergi :disangkal
◦ Riwayat keluhan serupa : ada
◦ Riwayat trauma kepala :disangkal
◦ Riwayat di rawat di RS sebelumnya :disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


◦ Riwayat keluhan seperti pasien : disangkal
◦ Riwayat penyakit kelainan darah : disangkal
◦ Riwayat tumor atau keganasan : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

1. Kesan Umum: tampak pucat dan lemas


Kesadaran : kompos mentis
2. Tanda Vital
◦ Tekanan darah : 100/60 mmHg
◦ HR : 88 x/menit, teratur
◦ RR : 24 x/menit, teratur
◦ Suhu : 37 0 Celsius
◦ Berat badan : 49 kg
◦ Tinggi badan : 150 cm
1. Kepala :
Kepala : Bulat, Normocephali
Mata : Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik,
kelopak mata tidak cekung
Telinga : Liang telinga lapang, serumen -/-
Hidung : Cavum nasi lapang, sekret - / -
Mulut : Mukosa bibir tidak kering, gigi geligi
tidak ada caries, lidah tidak kotor
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil
T1-T1 tidak hiperemis.

2. Leher :
◦ kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
3. Thorax :
◦ Bentuk normal, simetris, tidak ada retraksi
suprasternal, interkostal maupun subkostal.
a. Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada
simetris kanan = kiri, retraksi –
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan =
kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler,
rhonki -/- , wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari
dibawah aerolla mammae
Perkusi : Batas jantung kanan di ICS 4
garis sternal, batas jantung kiri di ICS 5
garis midclavicula
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus + ≥ 4x/menit.
Palpasi : Supel, nyeri tekan
epigastrium +,hepar dan
lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani
Extremitas:
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
AkralHangat + + ++
Oedema - - --
CRT >2”
LABORATORIUM tgl 31-12-2015
 Hemoglobin : 5,6 g/dl
 Eritrosit : 1,96 juta/ml
 Leukosit : 11,95 ribu/ul
 Trombosit : 243ribu/ul
 Hematokrit : 16,7 %
GDS : 136 mg/dl
Kimia darah
Ureum : 24 mg/dl
Kreatinin : 0,5 mg/dl
SGOT :31 U/I
SGPT :13 U/I
Lab tanggal 1-1-2015
Hemoglobin : 8,3 g/dl
Eritrosit : 2,90 juta/ml
Leukosit : 13,53 ribu/ul
Trombosit : 293ribu/ul
Hematokrit : 24,6 %
Assesment

Anemia gravis
PENATALAKSANAAN

Inf RL 20 tpm
Inj Ceftriaxone 1x1 gr

PO
Antasida 3x1 C
Viliron 2x1

Protransfusi PRC 1 x 120 cc → inj. Lasix 1 x 10


mg, dexamethason 1 amp (IV) sebelum transfusi
Diagnosispada pasien ini?
Bagaimana penatalaksanaan nya?
Dan apa komplikasi yang mungkin
terjadi?
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia Gravis
Anemia adalah keadaan berkurangnya sel
darah merah atau konsentrasi hemoglobin
(Hb) di bawah nilai normal sesuai usia dan
jenis kelamin.
Dikatakan bila konsentrasi Hb ≤ 7 g/dL
selama 3 bulan berturut-turut atau lebih.
Timbul akibat penghancuran sel darah merah
yang cepat dan hebat, lebih sering dijumpai
pada penderita anak-anak.
Dapat bersifat akut atau kronis
Anemia kronis dapat disebabkan oleh
anemia defisiensi besi (ADB), sickle cell
anemia (SCA), talasemia, spherocytosis,
anemia aplastik dan leukemia
Dapat dijumpai pada infeksi kronis
seperti tuberkulosis (TBC) atau infeksi
parasit yang lama, seperti malaria, cacing
dan lainnya
Prevalensi anemia di Indonesi
KELOMPOK POPULASI ANGKA
PREVALENSI
Anak prasekolah (balita) 30-40%
Anak usia sekolah 23-35%
Wanita dewasa 30-40%
Wanita hamil 50-70%
Laki-laki dewasa 20-30%
Pekerja berpenghasilan rendah 30-40%
Patofisiologi anemia gravis
Sickle cell anemia
Gangguan hemolitik darah yang bersifat
resesif autosomal dan kronik dengan tekanan
oksigen darah rendah sehingga
mengakibatkan eritrosit berbentuk bulan sabit
Sel yang berubah bentuk ini juga dengan
cepat dihancurkan oleh sel-sel fagosit
sehingga dalam jangka panjang terjadilah
anemia.
Thalassemia mayor
Thalassemia merupakan penyakit herediter yang
disebabkan menurunnya kecepatan sintesis rantai alfa
atau beta pada hemoglobin. Hb penderita dipertahankan
antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl tidak melebihi 15 g/dl.
Terdapat defisien parsial atau total sintesis rantai betha
molekul hemoglobin → kompensasi berupa
peningkatanan sintesis rantai alpha, sementara produksi
rantai gamma tetap aktif sehingga akan menghasilkan
pembentukan hemoglobin yang tidak sempurna (cacat).
Rantai polipeptida yang tidak seimbang ini sangat tidak
stabil dan ketika terurai akan merusak sel darah merah.
(hemolisis) sehingga terjadi anemia gravis
Pada penderita kanker
Terjadinya anemia pada penderita kanker (tumor
ganas), dapat disebabkan karena aktivitas sistem
imun tubuh dan sistem inflamasi yang ditandai
dengan peningkatan beberapa petanda sistem
imun seperti interferon, Tumor Necrosis Factor
(TNF) dan interleukin.

Anemia defisensi besi


Anemia defisiensi besi terjadi bila jumlah zat
besi yang diabsorpsi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh atau terjadinya
kehilangan zat besi yang berlebihan dari tubuh.
Leukemia
Leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel
leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai
adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia dan trombositopenia.
Pada leukemia terjadi proliferasi dari salah satu sel yang
memproduksi sel darah yang ganas. Sel yang ganas tersebut
menginfiltrasi sumsum tulang dengan menyebabkan
kegagalan fungsi tulang normal dalam proses hematopoetik
normal sehingga menimbulkan gejala anemia gravis.
Infeksi cacing
Infeksi cacing tambang khususnya Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale adalah penyebab tersering
anemia. Habitat cacing ini berada dalam usus manusia.
Selain mengisap darah, cacing tambang juga menyebabkan
perdarahan pada luka tempat bekas tempat isapan.
Sfeositosis herediter (SH)
Sferositosis herediter (SH) merupakan salah satu jenis
anemia hemolitik turunan yang disebabkan oleh kerusakan
pada membran eritrosit. Berkurangnya luas permukaan
yang ditimbulkan menyebabkan sel darah merah tersebut
berbentuk sferoid; sferosit semacam ini memiliki
fleksibilitas membran yang berkurang dan terperangkap
serta dihancurkan dalam korda limpa.
Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kegagalan
anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang
yang mengarah pada suatu penurunan
nyata atau tidak adanya unsur pembentuk
darah dalam sumsum. Hal ini khas dengan
penurunan produksi eritrosit akibat
pergantian dari unsur produksi eritrosit
dalam sumsum oleh jaringan lemak
hiposeluler
GAMBARAN KLINIS
nafas pendek
kelemahan
letargi
palpitasi
sakit kepala
pucat
GAMBARAN DARAH TEPI
Sickle cell anemia Thalassemia mayor

Gbr 2. Abnormalitas (bizzare) sel darah merah,


poikilositosis (bentuk eritrosit bermacam-
macam) berat, hipokromi (eritosit tampak
Gambar 1. Bentuk sel sabit pucat), mikrositosis (ukuran eritrosit lebih kecil),
sel target, basofil Stipplingdan eritrosit berinti.
eritrosit yang abnormal
Anemia defisiensi besi Leukemia

Gambar 3. Anisokromasia. Adanya


peningkatan variabilitas warna dari Gambar 4. Leukemia linfositik akut
hipokrom dan normokrom dan terdapat (LLA). Jumlah limfosit dan neutrofil
poikilosit yang memanjang yang lebih banyak dari jumlah normal
Sferositosis herediter

Gambar 5. Eritrosit berbentuk sferoid. Sperosit adalah eritrosit yang berbentuk


lebih bulat, lebih kecil dan lebih tebal dari eritrosit normal
PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi

a) Erythropoetin-Stimulating Agents (ESAs)


b) Epoetin Alfa
c) Obat untuk Mengatasi Pendarahan
FRESH FROZEN PLASMA (FFP)
CRYOPRECIPITATE
d) Garam Besi
Fereous Sulfate
Carbonyl Iron
Iron Dextran Complex
Ferric Carboxymaltose
2. Transfusi
Transfusi harus dilakukan pada pasien yang
secara aktif mengalami pendarahan dan
untuk pasien dengan anemia gravis.
Transfusi adalah paliatif dan tidak boleh
digunakan sebagai pengganti untuk terapi
tertentu. Pada penyakit kronis yang
berhubungan dengan anemia gravis,
erythropoietin dapat membantu dalam
mencegah atau mengurangi transfusi
3. Terapi nutrisi dan pertimbangan pola
makan
Protein
Vit. A
Vit. C
Zat besi
Asam folat
Vit. B12

4. Pembatasan aktivitas
Komplikasi
Gangguan Perkembangan Fisik dan
Mental
Penyakit Kardiovaskular
Hipoksia Anemik

Anda mungkin juga menyukai