Anda di halaman 1dari 5

Infeksi Saluran Pernapasan Akut

1. Definisi ISPA
Menurut Depkes RI (2005), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
adalah penyakit Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

2. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia (Depkes RI,
2005). Bakteri penyebab ISPA seperti : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus,
Streptococcus hemolyticus, Streptococcus aureus, Hemophilus influenza, Bacillus
Friedlander. Virus seperti : Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus,
cytomegalovirus. Jamur seperti : Mycoplasma pneumoces dermatitides, Coccidioides
immitis, Aspergillus, Candida albicans (Kurniawan dan Israr, 2009)

Gambar 2.1.

Etiologi ISPA

Sumber : Anonim (2014)


3. Gejala ISPA
Menurut WHO (2007), penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular,
hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya
karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa
hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya
akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis,
faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan
pneumonia (radang paru). Secara umum gejala ISPA meliputi demam, batuk, dan
sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau kesulitan
bernapas).

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaaan umum pasien
 Kesadaran
 Tekanan darah
 Freukensi nadi
 Freukensi napas
 Suhu tubuh

b. Kepala dan leher


 Telinga (inspeksi)
 Hidung (inspeksi)
 Tenggorokan (inspeksi) :
- Laring (dengan laringoskopi indirect)
- Faring
- Leher (inspeksi dan palpasi)
- Toraks (inspeksi,palpasi,auskultasi dan perkusi)
- Ekstremitas ( inspeksi dan palpasi)
5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan akut meliputi langkah-langkah


pencegahan dan pengobatan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan guna menurunkan
angka kejadian ISPA antara lain:1

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik sehingga tubuh memiliki daya tahan yang
optimal untuk melawan segala macam agen infeksi yang dapat menyebabkan
seseorang jatuh sakit.
2. Imunisasi. Vaksinasi juga dapat dilakukan dalam upaya pencegahan infeksi beberapa
jenis virus seperti influenza dan pneumonia. Namun, saat ini masih kontroversial
mengenai efektivitas pemberian vaksinasi pada usia lanjut yang berhubungan dengan
penurunan fungsi limfosit B pada kelompok geriatri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan akan mengurangi risiko terjadinya
penyebaran agen infeksi dari luar
4. Menghindari berhubungan dengan penderita ISPA untuk mencegah penularan infeksi
dari invidu satu ke individu lainnya

Jika datang pasien dengan gejala ISPA seperti demam, nyeri badan, batuk, nyeri
tenggorokan dan pilek maka perlu dipertimbangkan penyebab infeksinya. Apakah infeksi
tersebut disebabkan oleh virus atau bakteri. Perlu ditanyakan bagaimana riwayat
penyakitnya meliputi onset, penggunaan obat yang telah dilakukan sendiri oleh pasien,
faktor risiko dan faktor komorbidnya. Dan jika terdapat indikasi ISPA maka perlu
dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tanda klinis yang relevan.2
Pasien dengan infeksi virus maka tidak perlu pemberian antibiotik. Terapi yang
digunakan pada pasien adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien dan
membantu pasien mengurangi gejala yang muncul sementara tubuh berusaha untuk
mengeliminasi virus.3
Berikut ini adalah beberapa contoh gejala serta tindakan dan obat yang dapat
digunakan untuk meringankan gejala yang muncul pada pasien dengan infeksi virus:3
1. Demam dan nyeri
Kompres dingin, tirah baring, kompres hangat pada bagian tubuh yang nyeri/pegal.
Medikamentosa: analgesik (asetamenofen, ibuprofen).
2. Batuk dan sakit tenggorokan
Perbanyak minum air, menjaga kelembaban ruangan, kumur dengan air garam hangat.
Medikamentosa: ekspektoran, antitusif, kombinasi keduanya.
3. Pilek
Inhalasi uap hangat, spray pelega hidung, pelembab kulit untuk daerah kemerahan
sekitar hidung.
Medikamentosa: dekongestan dan antihistamin.

Banyak pasien beranggapan semua penyakit infeksi perlu diberikan antibiotik.


Edukasi dan penyampaian informasi yang baik penting untuk menjelaskan kepada pasien
bahwa tidak semua kasus infeksi memerlukan antibiotik. Pasien perlu tahu akan bahaya
resistensi antibiotik pada penggunaan yang tidak tepat. Pasien juga perlu diingatkan
apabila sakitnya bertambah buruk untuk segera datang ke unit kesehatan terdekat.3
Berdasarkan Adult Clinical Practice Guidelines Summary dari CMA Foundation,
penatalaksanaan pada ISPA dapat dikelompokan menjadi:3
1. Sinusitis Bronkhial Akut
 Dengan antibiotik
Pasien dewasa dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas yang tidak membaik
dalam 10 hari atau tidak memburuk dalam 5-7 hari.
Antibiotik diberikan selama 7 hingga 10 hari. Jika setelah pemberian selama 72
jam, reevaluasi pasien dan berikan antibiotik pilihan lain.
 Tanpa antibiotik
Hampir semua kasus sinusitis akut dapat sembuh tanpa pemberian antibiotik.
2. Faringitis
 Dengan antibiotik
Jika pada gejala klinis ditemukan demam, eritema dan eksudat tonsilofaringeal,
petekie palatum, nyeri tekan dan pembesaran pada nodus limfatikus servikal
anterior dan tanpa disertai batuk. Diagnosis dipastikan dengan kultur swab
tenggorok atau deteksi antigen sebelum diberikan antibiotik.
 Tanpa antibiotik
Hampir seluruh kasus faringitis disebabkan oleh infeksi virus. Adanya gejala
seperti di atas tidak biasa ditemukan pada Strep grup A. dan antibiotik tidak
diperlukan pada pasien dengan konjungtivitis, batuk, rinorea, diare dan tanpa
demam.
3. Batuk Tidak Khas/Bronkhitis Akut
 Dengan antibiotik
Antibiotik hanya diberikan pada pasien dengan eksaserbasi bakterial akut pada
bronchitis kronis dan PPOK. Pada pasien dengan kondisi yang lebih berat dapat
dipertimbangkan pneumonia. Pemeriksaan sputum tidak banyak membantu untuk
menentukan kebutuhan antibiotik.
 Tanpa antibiotik
90% kasus ini merupakan kasus nonbakterial.
4. Infeksi Saluran Pernapasan Atas Nonspesifik
 Tanpa antibiotik
Tidak ada indikasi untuk pemberian antibiotik. Pasien biasanya mengharapkan
terapi obat sehingga diperlukan edukasi yang baik tentang penggunaan antibiotik
dan terapi nonmedikamentosa.
5. Pasien rawat jalan dengan Pneumonia Community Acquired
 Dengan antibiotik
Kultur gram sputum disarankan jika pasien merupakan pengkonsumsi alkohol,
mengalami obstruksi paru berat atau efusi pleura.
 Tanpa antibiotik
Pertimbangkan untuk memondokkan pasien jika skor PSI > 90, CURB-65 ≥ 2,
tidak dapat mentoleransi pemberian oral, kondisi sosial yang tidak stabil atau jika
penilaian klnis tidak terdapat indikasi.

Namun, penatalaksanaan infeksi pada geriatri tidak hanya terfokus pada


penggunaan antibiotika saja. Pada pasien usia lanjut, telah terjadi perubahan fungsi organ
akibat proses penuaan serta faktor-faktor komorbid. Sehingga terjadi perubahan pada
proses distribusi obat, metabolisme obat, interaksi dan eksresi obat. Penurunan fungsi
ginjal mengakibatkan ekskresi obat melalui ginjal menurun sehingga diperlukan
penurunan dosis obat-obat yang diekskresi oleh ginjal. Perubahan motilitas gaster,
penurunan permukaan untuk mengabsorpsi obat dan peningkatan jumlah jaringan
adipose akan mempengaruhi efektivitas obat pada pasien geriatri.1

Anda mungkin juga menyukai