Disusun Oleh:
Pembimbing :
Dr. Ismiranti Andarini, Sp.A., M.Kes
Berdasarkan jenis sel imun yang memiliki peran penting dalam mekanisme
asma, asma dibagi menjadi asma eusinofilik dan asma neutrofilik yang masing -
masing memiliki karakteristik yang berbeda. Asma eusinofilik umumnya diprakarsai
oleh alergen sedangkan neutrofilik umumnya disebabkan oleh etiologi non alergen.
Mekanisme dari kedua asma tersebut juga berbeda contohnya pada sitokin dan
substrat komunikasi sel, dimana asma eusinofilik menggunakan IL-25, IL-33, TSLP,
IL-3, IL-5 sedangkan IL-17, IL-1β, IL-6, IL-8 dan TNF-α ditemukan pada
mekanisme asma neutrofilik (Pelaia et al., 2015).
Terapi asma yang berlandaskan target terapi telah dilakukan banyak
penelitian. Efek beberapa hormon, terutama ghrelin, memiliki peran dalam
patogenesis terjadinya asma. Diharapkan dari banyak penelitian yang terbaru dapat
disusun suatu target terapi untuk asma.
Ghreline adalah asam amino yang utamanya diproduksi oleh gaster. Hormon
ghrelin meningkatkan nafsu makan dan berperan penting dalam regulasi jangka
panjang dari metabolisme energi dan regulasi jangka pendek dari proses makan.
Hormon ini memodulasi pelepasan sitokin proinflamasi dan meningkatkan efek
antiinflamasi. Investigasi lain mendemonstrasikan peningkatan ghrelin pada plasma
pasien asma.
ER adalah faktor inflamasi utama dan berperan utama dalam progresi asma
dengan menstimulasi inflamasi. Inihibitor ER seperti 4-PBA, gliserol, trehalose,
trimethylamine-N-oxide, dan asam tauroursodeoxycholic dapat secara signifikan
meringankan asma dengan mencegah proses inflamasi, termasuk mengurangi
produksi TNFα dan IFNγ.
Efek terapi pada ghrelin juga ditemukan pada kasus atherosclerosis aorta,
iskemi miokardium, liver dan sel saraf. Ghrelin terbukti mengurangi stimulasi ERS
yang ditandai dengan penurunan marker aktivasi ERS (GRP78 dan CHOP), sehingga
ghrelin mengurangi aktivasi ERS dan juga menghambat proses inflamasi serta
memperbaiki asma. Jalur sinyal dari inhibisi aktivasi ERS oleh ghrelin dapat terlihat
dari stimulasi jalur sinyal Akt. Ghrelin berikatan dengan reseptor persinyalan Akt dan
menstimulasi efek protektif. Aktivasi Akt ini dapat mengurangi aktivasi ERS dan
juga meringankan proses inflamasi pada paru akibat alergi. Ghrelin dapat menjadi
target terapi baru untuk asma. (Tian Fu et al, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Broglio F, Gottero C, Ghigo E. 2002. Endocrine and Non-Endocrine Actions of
Ghrelin. Horm Res 2003;59:109–117
Cobanoglu1 N, Galip N, Dalkan C, Bahceciler N. 2013. Leptin, ghrelin and
calprotectin: inflammatory markers in childhood asthma?. Multidisciplinary
Respiratory Medicine. 8:62
Ingram JL, Kraft M. 2012. IL-13 in asthma and allergic disease: asthma phenotypes
and targeted therapies. J Allergy Clin Immunol 2012;130: 829-842.
Pelaia, G., Vatrella, A., Busceti, M., Gallelli, L., Calabrese, C., Terracciano, R. and
Maselli, R. (2015). Cellular Mechanisms Underlying Eosinophilic and
Neutrophilic Airway Inflammation in Asthma. Mediators of Inflammation,
2015, pp.1-8.
Tian Fu, Lei Wang, Qingdi Zeng, Yan Zhang, Baowei Sheng dan Liping Han. 2017.
Ghrelin ameliorates asthma by inhibiting endoplasmic reticulum stress. The
American Journal of the Medical Sciences.
http://dx.doi.org/10.1016/j.amjms.2017.08.022
Tsaroucha A, Daniil Z, Malli F, et al. 2013. Leptin, adiponectin, and ghrelin levels in
female patients with asthma during stable and exacerbation periods. J Asthma.
2013; 50: 188-97.