Anda di halaman 1dari 4

OBAT ANTIHIPERTENSI YANG AMAN BAGI IBU HAMIL

a. -Metildopa :
Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik pada
kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan
aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan
2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi
reseptor 2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari
pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan
parasimpatik akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer,
aktivitas renin plasma, dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan
anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu yang lama dan belum ada
laporan efek samping pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Metildopa
memiliki faktor resiko B pada kehamilan.

Metildopa
Nama Dagang : Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa
(Armoxindo) tablet salut selaput 250 mg, Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut
selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax (Soho) tablet salut selaput 100 mg
Indikasi : Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak
diperlukan efek segera.
Kontraindikasi : Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan
hipersensitifitas.
Efek samping : mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan,
kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus,
parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat.
Peringatan : mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada
gagal ginjal, disarankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati,
riwayat depresi.
Dosis dan aturan pakai : oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal
4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.

b. Labetalol
Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang memiliki kerja
penghambat beta lebih dominan dibandingkan antagonis alfa. Melalui penggunaan
labetalol, tekanan darah dapat diturunkan dengan pengurangan tahanan sistemik
vaskular tanpa perubahan curah jantung maupun frekuensi jantung yang nyata
sehingga hipotensi yang terjadi kurang disertai efek takikardia. Selain itu, labetalol
juga dapat melakukan blokade terhadap efek takikardia neonates yang disebabkan
oleh terapi beta bloker pada ibu . Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai obat
alternative yang lebih aman dan efektif diberikan pada kehamilan.
Pemberian labetalol dapat secara oral maupun injeksi bolus intravena. Dosis
oral harian labetalol berkisar dari 200-2400 mg/hari dengan dosis awal 2 x 100 mg.
Dosis pemeliharaan biasanya 2 x 200-400 mg/hari. Akan tetapi pada pasien dengan
hipertensi gawat, dosis dapat mencapai 1,2 hingga 2,4 gram/hari.
Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara berulang-ulang 20-80 mg untuk
mengobati hipertensi gawat. Mabie, dkk (1987) memberikan labetalol 10 mg IV
sebagai dosis awal. Apabila tekanan darah tidak berkurang dalam waktu 10 menit,
pasien diberi 20 mg. Dalam 10 menit berikutnya adalah 40 mg yang diikuti 40 mg
dan kemudian 80 mg apabila belum tercapai respon yang bermanfaat. Sedangkan
The Working Group (2000)merekomendasikan bolus 20 mg IV sebagai dosis awal.
Apabila tidak efektif dalam 10 menit, dosis dilanjutkan dengan 40 mg, kemudian
80 mg setiap 10 menit, hingga dosis total sebanyak 220 mg.
Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan, lemah, sakit kepala, diare,
edema, mata kering, gatal pada kulit kepala dan seluruh tubuh serta susah tidur.
Hipotensi postural juga dapat terjadi akan tetapi sangat jarang.

PENGOBATAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL


Banyak sekali tipe obat berbeda yang dapat digunakan untuk pengobatan
tekanan darah tinggi (hipertensi) yang disebut dengan antihypertensive medicines
(obat-obat anti hipertensi). Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan
darah dan mengembalikannya pada ukuran normal dengan obat-obat yang mudah
di konsumsi, tersedia, jumlahnya sedikit mungkin, jika memungkinkan tanpa ada
efek samping. Tujuan pengobatan tersebut hampir selalu tercapai pada pengobatan
hipertensi. Jika tekanan darah tinggi hanya bisa di kendalikan dengan obat-obatan
medis, maka perlu mengkonsumsi obat-obatan itu untuk sisa hidup.
Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan
pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke
janin tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume
distribusi, metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat).
Penyerapan obat dapat melalui saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui
pembuluh darah (suntikan intravena). Kehamilan sendiri mengganggu penyerapan
obat karena lebih lamanya pengisian lambung yang dikarenakan peningkatan
hormon progesteron. Volume distribusi juga meningkat selama kehamilan,
estrogen dan progesteron mengganggu aktivitas enzim dalam hati sehingga
berpengaruh dalam metabolisme obat. Ekskresi oleh ginjal juga meningkat selama
kehamilan.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pengobatan hipertensi kehamilan
maka perlu diketahui mekanisme pengobatan hipertensi secara umum, sebab
pengobatan hipertensi secara umum tidak jauh beda dengan pengobata hipertensi
pada kehamilan, tapi pada absorpsi obat dan dampak pengobatan dan hipertensi
itu sendiri pada janinnya.
Jenis-jenis obat anti hipertensi (tekanan darah tinggi)
a. ACE inhibitor bekerja dengan mencegah suatu bahan kimia dalam darah,
angiotensin I, dari yang diubah menjadi suatu zat yang meningkatkan retensi
garam dan air dalam tubuh. Obat ini juga membuat pembuluh darah rileks, yang
selanjutnya mengurangi tekanan darah.
Obat ini bertindak pada langkah selanjutnya dalam proses yang sama yang ACE
inhibitor mempengaruhi. Seperti inhibitor ACE, mereka menurunkan tekanan
darah dengan pembuluh relaxingblood.
b. Beta blockers mempengaruhi respon tubuh terhadap impuls saraf tertentu. Hal ini,
pada gilirannya, menurunkan tingkat kekuatan dan kontraksi jantung, yang
menurunkan tekanan darah.
c. Dilator Pembuluh darah (vasodilator), seperti hydralazine (Apresoline) dan
minoxidil (Loniten). Obat ini menurunkan tekanan darah dengan relaksasi otot-
otot di dinding pembuluh darah.
d. Kalsium channel blockers, seperti amlopidine (Norvasc), diltiazem (Cardizem),
isradipine (DynaCirc), nifedipin (Adalat, Procardia), dan Obat verapamil (Calan,
Isoptin, Verelan). di grup ini memperlambat gerakan kalsium ke dalam sel
pembuluh darah. This relaxes the blood vessels and lowers blood pressure. Hal ini
menenangkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
Obat ini mengontrol tekanan darah dengan menghilangkan kelebihan garam dan
air dari tubuh.
e. Saraf blocker, seperti methyldopa alpha (Aldomet), clonidine (Catapres),
guanabenz (Wytensin), guanadrel (Hylorel), guanethidine (Ismelin), prazosin
(Minipress), derivatif rauwolfia (reserpin), dan terazosin (Hytrin).. Obat ini
kontrol impuls saraf di sepanjang jalur saraf tertentu. Hal ini memungkinkan
vesselsto darah rileks dan menurunkan tekanan darah.
Prinsip pengobatan Hipertensi
Mengurangi besarnya desakan isi pembuluh terhadap dinding arteri dengan cara :
a. mengurangi besarnya isi volume darah
b. membuat pembuluh darah lebih rileks, tidak spasme/kejang
c. melebarkan pembuluh darah.
Akibat yang ditimbulkan oleh hipertensi
a. hipertropi otot jantung akibat dari hiperfungsi
b. penebalan dinding pembuluh darah, (arteriosklerosis) karena usaha menahan
naiknya tekanan pada dinding pembuluh.
Meningkatnya fragilitas pembuluh darah, sehingga rentang terjadi rupture dan
perdarahan pada otak maupun organ lain. Uraian diatas merupakan jenis obat yang
digunakan pada pengidap hipertensi secara umum, namun tidak semua dari jenis obat
diatas dapat digunakan pada ibu hamil, karena memikirkan keadaan janin yang
dikandung.
3.1 Kesimpulan
a. Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh
angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan
tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff
air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
b. Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belumdiketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan tapi tidak satupun teori yang dianggap mutlak dikatakan benar
seperti teori genetik dan adptasi kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-
lain.
c. Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik parah pada
kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan
aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin.
d. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka
waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
e. Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang memiliki kerja
penghambat beta lebih dominan dibandingkan antagonis alfa. Sehingga
labetalol dapat dikatakan sebagai obat alternative yang lebih aman dan efektif
diberikan pada kehamilan.
f. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan
mengembalikannya pada ukuran normal dengan obat-obat yang mudah di
konsumsi, tersedia, jumlahnya sedikit mungkin, jika memungkinkan tanpa ada
efek samping.

3.2 SARAN
Pengobatan tekanan darah tinggi dimulai dengan perubahan-perubahan
gaya hidup untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko
terkena penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu tidak memberikan hasil,
mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat untuk penderita darah tinggi, tentu
saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika anda harus mengkonsumsi
obat-obatan, alangkah baiknya disertai dengan perubahan gaya hidup yang dapat
membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi.
Pada Ibu hamil sebaiknya sering melakukan ANC untuk mengetahui
kondisi janin maupun perkembangannya agar segala hal yang mengarah patologis
dapat diantipasi segera.

Anda mungkin juga menyukai