Anda di halaman 1dari 24

Obat Anti

Konvulsan
By Riska Nurul Apriyani R
PENGERTIAN ANTI KONVULSAN
 Anti konvulsan adalah obat yang digunakan untuk
mengembalikan kestabilan rangsangan sel saraf
sehingga dapat mencegah atau mengatasi kejang.
Selain mengatasi kejang, antikonvulsan juga
digunakan untuk meredakan nyeri akibat gangguan
saraf (neuropati) atau mengobati gangguan bipolar.
Berikut ini adalah beberapa penyebab kejang yang
umum terjadi:
 Demam yang terlalu tinggi  
 Tetanus
 Gula darah sangat rendah

Pada kondisi epilepsi, kejang terjadi berulang akibat


gangguan sistem kelistrikan otak. Meski
antikonvulsan sering diresepkan untuk epilepsi, obat
ini tidak bisa menyembuhkan epilepsi secara total.
Obat antikonvulsi ini hanya bertujuan untuk
mengontrol kejang yang terjadi.
Macam-macam/Penggolongan Antikonvulsan
Obat generasi pertama
1. Berbital : fenobarbital dan mefobarbital memiliki
sifat antikonvulsif khusus yang terlepas dari sifat
hipnotiknya. yang digunakan terutama senyawa kerja
panjang untuk memberikan jaminan yang lenih
kontinu terhadap serangan Gran mal.
2. Fenitoin : Struktur obat ini mirip barbital, tetapi
dengan cincin lima hidantoin ini terutama digunakan
digunakan pada Gran mal.
3. Suksinimida : etosuksinimida dan mesuksimida. Senyawa
ini memiliki kesamaan dalam penyusunan gugus cin-cinnya
dengan fenitoin. Terutama digunakan pada Petit mal.
4. Lainnya : asam valproat, diazepam dan klonazepam,
karbamazepin dan okskarbazepin.
 
Obat generasi ke dua
 
Viogabatrin, lamotrigin dan gabapentin (Neurontin), juga
felbamat, topiramat dan pregabaline. Obat-obat ini
umumnya tidak diberikan tunggal sebagai mono terapi
sebagai tambahan dalam kombinasi dengan obat-obat
klasik (generasi ke satu). Keberatan obat-obat yang agak
baru ini adalah pengalaman penggunaannya yang masih
relatif singkat dibandingkan dengan obat-obat generasi
pertama, yang sudah membuktikan keampuhan dan
keamanannya. lagi pula harganya lebih tinggi.
Mekanisme kerja obat Anti Konvulsan

Mekanisme kerja antikonvulsan dapat dijelaskan


berdasarkan 2 prinsip. Pertama berdasarkan pemblokiran
terhadap transpor elektrokimia oleh saluran-saluran ion
natrium atau kalsium. Kedua adalah peningkatan
penghambatan dari neurontransmitter GABA, atau
penurunan transmisi glutamat.
Cara kerja Antikonvulsan belum semuamnya jelas.
namun dari sejumlah obat terdapat indikasi mengenai
mekanisme kerjanya, yaitu :
1. Memperkuat efek GABA : valproat dan vigabatin bersifat
menghambat perombakan GABA oleh transminase,
sehingga kadarnya di sinaps meningkat dan
neurotransmisi lebih diperlambat
2. Menghambat kerjanya aspartat dan glutamat. Kedua asam
amino ini adalah neurotransmitter yang merangsang
neuron dan menimbulkan serangan epilepsi.
3. Memblokir saluran-saluran (channels) Na, K dan Ca yang
berperan penting pada timbul dan perbanyakan muatan
listrik. Contohnya adalah etosuksimida, valproat,
karbamazepin, lamotrigin, pregabalin dan topiramat.
4. Meningkatkan ambang serangan dengan jalan
menstabilkan membran sel, antara lain felbamat.
5. Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik
abnormal dipangkalnya (focus) dalam SSP, yaitu
fenobarbital dan klonazepam.
6. Menghindari menjalarnya hiperaktivitas (muatan
listrik) tersebut pada neuron otak lainnya, seperti
klonazepam dan fenitoin.
indikasi/kontraindikasi obat anti
konvulsan
Antikonvulsi Asam valporat dipropilasetat atau 2-
propilpentanoat
 Indikasi efektif terhadap epilepsi umum, penit mal,
grand mal, epilepsi psikomotor. Terapi pencegahan
kovulsi-febris
 Kontra indikasi Penyakit hati aktif, pankreatitis, porfiria.
Efek samping Gangguan saluran cerna (anoreksia, mual,
muntah); gangguan SSP (kantuk, ataksia, tremor);
gangguan hati (peningkatan aktivitas enzim hati,
nekrosis hati); ruam kulit; alopesia
Antikonvulsi Golongan hidantoin: fenitoin,
mefenitoin, etotoin
 Indikasi grand mal dan serangan fortal kortikal;
epilepsi psikomotor; neurallgia-tri-geminal, dan aritmia
jantung; digunakan pada terapi renjatan listrik, kelainan
ekstrapiramidal iatrogenik
 Kontra indikasi gejala hepatotoksisitas
(ikterus/hepatitis), timbulnya anemia megaloblastik/
kelainan darah lainnya. Fenitoin bersifat teratogonik,
kemungkinan melahirkan dengan cacat kongenital
meningkat 3 kali bila ibu ( trimester pertama
kehamilan), pada kehamilan lanjut menyebabkan
abnormalitas tulang bayi lahir
EFEK SAMPING OBAT ANTI
KONVULSAN
Penggunaan obat antikonvulsan dapat berinteraksi
dengan obat lain bahkan menyebabkan kondisi tertentu.
Itulah sebabnya penting untuk menginfokan tentang
kondisi kesehatan Anda, obat atau suplemen yang
dikonsumsi, serta alergi obat tertentu kepada dokter yang
menangani.  Sebagai contoh, obat antikonvulsan tidak
boleh dikonsumsi oleh ibu hamil karena dapat
meningkatkan risiko bayi lahir cacat, keterlambatan
pertumbuhan, mikrosefali, hingga kelainan bentuk wajah.
Penelitian yang dimuat dalam The American Journal of Geriatric Pharmacotherapy
 menyebutkan bahwa obat antikejang ini dapat membawa efek samping berupa
penurunan kepadatan mineral tulang dan meningkatkan risiko patah tulang. 
Beberapa kondisi berikut juga perlu Anda waspadai sebagai efek samping
antikonvulsan:
 Osteoporosis
 Penyakit hati
 Penyakit ginjal
 Gangguan kognitif
 Penurunan berat badan
 Penglihatan ganda
 Tremor
 Sakit kepala
 Pusing
 Lemas
 Mengantuk
 Mual
 Muntah
DOSIS OBAT ANTI KONVULSAN
OBAT DOSIS

Asam valproat Oral 100-150 mg


kemudian berangsur-angsur dalam
waktu 2 minggu dinaikkan sampai 300-
500 mg
Karbamazepin Tegretol Permulaan sehari 200-400 mg dibagi
dalam beberapa dosis yang berangsur-
angsur dapat dinakkan sampai 800-
1200 mg dibagi dalam 2-4 dosis.
Pada manula setengah dari dosis ini.
Dosis awal bagi anak-anak sampai
usia 1 tahun 100 mg sehari, 1-5 tahun
100-200 mg sehari, 5-10 tahun
200-300 mg sehari dengan dosis
pemeliharaan 10-20 mg/kg berat
badan sehari dibagi dalam beberapa
dosis.
Fenobarbital : fenobarbiton, Luminal. 30-125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2
kali); pada anak- anak 2-12 bulan 4
mg/kg berat badan sehari; pada status
epilepticus dewasa 200-300 mg.

Primidon : Mysoline dimulai dengan 4 dd 500 mg (2 tablet),


pada hari ke-4 dikurangi sampai 4 dd
250 mg dan pada hari ke-11 125 mg dan
seterusnya.

Fenitoin : difenilhidantoin, Diphantoin, permulaan sehari 2-5 mg/kg berat badan


Dilantin dibagi dalam 2 dosis dan dosis
pemeliharaan 2 dd 100-300 mg (gram
Na) pada waktu makan dengan banyak
minum air. pada anak-anak 2-16
tahun, permulaan sehari 4-7 mg/berat
badan dibagi dalam 2 dosis
pemeliharaansehari 4-11 mg/berat
badan. Bila dikombinasi dengan
fenobarbital, dosisnya dapat diperkecil.
Diazepam : valium, stesolid, 2-4 dd 2-10 mg dan i.v. 5-10 mg
mentalium dengan perlahan-lahan (1-2 menit),
bila perlu diulang setelah 30 menit;
pada anak-anak 2-5 mg. Pada atatus
epileptikus dewasa dan anak di atas
usia 5 tahun 10 mg; pada anak- anak
dibawah usia 5 tahun sekali 5 mg.
pada konvulsi demam: anak-anak
0,25-0,5 mg/kg berat badan, bayi dan
anak-anak dibawah 5 tahun 5 mg,
setelah 5 tahun 10 mg, juga prefentif
terhadap demam (tinggi).

Etosuksimida : etilmetilsuksinimids, Dosis : 1-2 dd 250-500 mg sebagai tablet


zarontin e.c. karena rasanya tidak enak dan
bersifat merangsang. Mesuksimida
(Celontin) adalah derivat metil dengan
sifat dan penggunaan yang kurang lebih
sama. Dosis : 1 dd 300 mg, maksimal
1,2 g sehari.
Penggunaan obat antikonvulsan pada kehamilan
Pada ibu hamil, adalah penting untuk menjaga
kesehatannya dengan jalan mengkonsumsi makanan yang
bergizi, istirahat yang cukup serta melakukan olahraga
secara teratur. Dan yang tidak kalah penting adalah
menghindari berbagai zat yang dapat membahayakan
dirinya maupun janinnya. Zat-zat yang dimaksud seperti
obat-obat, alkohol dan rokok.
Obat-obatan yang diminum oleh wanita hamil dapat
sampai ke janin dengan melewati plasenta/ari-ari yang juga
merupakan jalur yang digunakan untuk menyalurkan oksigen
dan nutrisi guna pertumbuhan dan perkembangan janin.
Obat-obatan yang dikonsumsi wanita hamil tanpa petunjuk
dokter dapat berdampak buruk pada janinnya oleh karena
disebabkan oleh hal-hal berikut ini. Secara langsung
berdampak pada janin, meyebabkan kerusakan,
perkembangan dan pertumbuhan janian yang abnormal,
sampai dengan menyebabkan kematian.
Berikut ini beberapa jenis obat anti konvulsan yang dapat
menyebabkan masalah jika digunakan pada masa kehamilan.
 Carbamazepine, Phenobarbital, phenytoin menyebabkan
perdarahan pada bayi baru lahir. Namun dapat dicegah
apabila ibu mengkonsumsi vitamin K setiap hari sebelum
persalinan berlangsng atau dengan memberikan injeksi
vitamin K pada bayi baru lahir.
 Valproate dapat menyebabkan bibir sumbing dan efek pada
jantung, tengkorak, tulang belakang.
 Trimethadione dapat menyebabkan keguguran, bibir
sumbing dan efek pada jantung, tengkorak maupun pada
organ abdomen.
 Tata laksana epilepsi pada kehamilan dimulai dari tahap
pra konsepsi hingga kelahiran. Penggunaan obat
antiepilepsi perlu dilakukan evaluasi menyeluruh. Jenis
obat yang dipilih adalah obat dengan risiko teratogenik
terendah dan dalam dosis optimal terendah. Monoterapi
lebih direkomendasikan daripada politerapi. Obat yang
direkomendasikan dengan profil teratogenik terendah
adalah lamotrigine dan levetiracetam.
 1. Lamotrigine
 Lamotrigine adalah obat untuk mencegah dan meredakan kejang pada
penderita epilepsi. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan
bipolar pada orang dewasa. Lamotrigine termasuk ke dalam golongan obat
antikonvulsan. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi pelepasan glutamat
di otak, sehingga mencegah sel saraf di otak terlalu aktif. Dengan begitu,
kejang bisa diredakan. Bagi penderita gangguan bipolar, lamotrigine akan
memengaruhi reseptor tertentu di otak yang membantu mengontrol suasana
hati.
 -. Merek dagang lamotrigine: Lamictal, Lamiros 50, Lamiros 100
 -. Dosis dan Aturan Pakai Lamotrigine
 Lamotrigine hanya boleh digunakan sesuai resep dokter. Berikut ini adalah
dosis umum penggunaan lamotrigine berdasarkan kondisi dan usia pasien:
Kondisi: Epilepsi
 -. Monoterapi atau terapi tambahan tanpa valproate obat antiepilepsi lain
 Dewasa: Dosis awal 25 mg, sekali sehari, selama 2 minggu, kemudian 50
mg, sekali sehari, selama 2 minggu. Setelah itu, tingkatkan hingga maksimal
50–100 mg per hari, setiap 1–2 minggu.
 Levetiracetam
 Adalah obat untuk meredakan kejang akibat epilepsi. Obat ini bisa digunakan sebagai
pengobatan tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain. Obat ini hanya boleh digunakan
sesuai resep dokter.
 Cara kerja obat ini belum diketahui secara pasti. Namun, efek antikejang dari obat ini
diperkirakan berasal dari kemampuannya menghambat aktivitas kelistrikan yang yang
berkaitan dengan kanal kalsium atau kemampuan obat ini dalam memengaruhi pengeluaran
senyawa kimia tertentu di otak (neurotransmitter).
 -. Merek dagang levetiracetam: Keppra, Lethira, Levetiracetam, Levexa
 -. Dosis dan Aturan Pakai Levetiracetam
 Dosis levetiracetam berbeda-beda pada tiap pasien. Dokter akan menentukan dosis sesuai
usia pasien dan kondisi yang ingin ditangani. Berikut ini adalah penjelasannya:
 -. Tujuan: Sebagai terapi tunggal untuk meredakan kejang
 Dewasa: Dosis awal adalah 250 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi
500 mg, 2 kali sehari, setelah 2 minggu pengobatan. Dosis maksimal 1.500 mg, 2 kali sehari.
 -. Tujuan: Sebagai terapi tambahan untuk meredakan kejang
 Dewasa: Dosis awal adalah 500 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat dikurangi atau ditambahkan dari
dosis awal setelah 2–4 minggu pengobatan. Dosis maksimal 1.500 mg, 2 kali sehari.
 -. Efek Samping dan Bahaya Levetiracetam
 Beberapa efek samping yang dapat timbul setelah mengonsumsi levetiracetam adalah Pusing
atau sakit kepala, Hidung tersumbat, Kantuk, Kelelahan, Mual dan muntah.
KIE pada wanita epilepsi yang hamil
1. Intake asam folat (0,4 - 1 mg/hari) pada prenatal ➡️
mencegah efek teratogenik
2. Obat antiepilepsi secara monoterapi dosis serendah
mungkin ➡️mengurangi efek teratogenik
3. Pemberian vit K pada bulan terakhirkehamilan dengan
dosis 10 mg oraL setiap hari➡️mencegah koagulatif
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai