sehingga dapat mencegah atau mengatasi kejang. Selain mengatasi kejang, antikonvulsan juga digunakan
untuk meredakan nyeri akibat gangguan saraf (neuropati) atau mengobati gangguan bipolar.
Saraf-saraf dalam sel otak saling berkomunikasi melalui sinyal listrik, sehingga dapat memerintahkan
tubuh untuk bergerak atau bertindak. Pada kondisi kejang, jumlah rangsangan sinyal listrik saraf melebihi
batas normal. Perubahan rangsangan sinyal saraf tersebut dapat disebabkan oleh cedera pada otak,
tumor otak, stroke, atau gangguan di luar otak, misalnya gangguan elektrolit. Obat antikonvulsan dapat
menormalkan kembali rangsangan di sepanjang sel saraf, sehingga kejang dapat dicegah atau diatasi.
Peringatan:
Harap berhati-hati bagi penderita penyakit jantung, gangguan ginjal, dan gangguan hati.
Obat antikonvulsan dapat memengaruhi suasana hati dan perilaku, sehingga dapat meningkatkan risiko
depresi serta ide untuk bunuh diri. Diskusikan mengenai risiko dan manfaat konsumsi antikonvulsan
dengan dokter.
Hati-hati penggunaan pada lansia, karena berisiko menimbulkan overdosis. Dosis pada lansia akan
dikurangi dan disesuaikan dengan respons tubuh.
Antikonvulsan dapat memengaruhi efektivitas pil KB, disarankan untuk memilih kontrasepsi jenis lain.
Penghentian atau penggantian jenis antikonvulsan pada penderita epilepsi saat kehamilan tidak
dianjurkan, karena berisiko timbul kejang yang tidak terkontrol. Dosis antikonvulsan saat kehamilan akan
disesuaikan kembali, terutama saat trimester ketiga. Disarankan mengonsumsi suplemen asam folat saat
kehamilan untuk mencegah kelainan saraf pada janin.
Jangan mengubah atau menghentikan konsumsi obat antikonvulsan tanpa seizin dari dokter, karena
dapat menimbulkan kejang berulang.
Walaupun sudah dalam pengobatan, kejang masih berisiko untuk muncul. Hindari aktivitas seperti
menyetir, memasak, penggunaan benda tajam, dan berenang. Diskusikan juga dengan dokter anak
mengenai merawat bayi baru lahir (bila penderita baru melahirkan), pastikan selalu ada yang menemani
penderita kejang dan epilepsi saat merawat bayi.
Secara umum, menyusui saat mengonsumsi obat antikonvulsan dianggap aman, karena hanya sejumlah
kecil obat yang diserap ke dalam ASI. Namun, tetap berisiko membuat bayi menjadi mengantuk atau
rewel. Bila hal ini terjadi, diskusikan dengan dokter untuk mempertimbangkan penggantian ASI dengan
susu formula.
Jenis-jenis Antikonsulvan
Barbiturat. Obat ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi gamma-aminobutyric
acid (GABA) yang menghambat neurotransmitter, sehingga mencegah terjadinya kejang. Antikonsvulsan
barbiturat dipakai dalam mengobati semua jenis kejang. Contoh obat ini adalah phenobarbital.
Penghambat carbonic anhydrase. Obat ini menghambat enzim carbonic anhydrase, sehingga
mempengaruhi elektrolit dan keseimbangan asam basa pada sel. Hal ini dapat mencegah kejang. Selain
kejang, obat ini digunakan sebagai diuretik dan mengatasi glaukoma. Contohnya adalah topiramate.
Benzodiazepine. Obat ini bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat dan meningkatkan aktivitas
GABA. Contoh obat ini adalah diazepam, clonazepam, dan lorazepam.
Dibenzazepine. Obat ini juga meningkatkan aktivitas GABA dan menghambat aktivitas natrium dalam sel.
Contoh obat ini adalah oxcarbazepine dan carbamazepine.
Turunan asam lemak. Obat ini menghambat enzim penghancur GABA, sehingga meningkatkan
konsentrasi GABA. Contoh obat ini adalah asam valproat (valporic acid).
Hydantoin. Obat ini menghentikan rangsangan sel saraf yang berlebihan saat kejang dengan
menghambat aktivitas natrium dalam sel saraf. Contoh obat ini adalah phenytoin.
Pyrrolidine. Obat ini dipakai untuk pengobatan epilepsi dan bekerja dengan cara memperlambat
transmisi saraf. Contoh obat ini adalah levetiracetam.
Triazine. Obat ini dapat menghambat pelepasan rangsangan neurotransmitter, glutamat, dan aspartate.
Contoh obat ini adalah lamotrigine.
Analog gamma-aminobutyric acid (GABA). Obat ini bekerja layaknya GABA dalam tubuh. Contoh obat ini
adalah gabapentin.
Berikut ini adalah jenis-jenis obat, merek dagang, serta dosis obat yang merupakan golongan
antikonvulsan.
Untuk mendapatkan penjelasan secara lebih detail mengenai efek samping, peringatan, atau interaksi
dari masing-masing obat NSAIDs, silakan lihat pada Obat A-Z.
Anak-anak: 6 mg/kgBB/hari.
Dewasa: 30-120 mg, yang bisa dibagi menjadi 2-3 jadwal konsumsi.Kejang
Anak-anak kurang dari 11 tahun atau berat badan kurang dari 31 kg: dosis awal 0,01-0,03 mg/kgBB per
hari. Dosis maksimal adalah 0,05 mg/kgBB per hari.
Dewasa: 0,25 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah 3 hari, hingga 1 mg per hari.
Lorazepam Merlopam, Renaquil Pengobatan sebelum operasi
Dewasa: dosis awal 100-200 mg, 1-2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan setiap minggunya.
Dewasa: 400 mg per hari, dapat dibagi menjadi beberapa jadwal konsumsi. Dosis maksimal adalah 1,6
gram per hari.Trigeminal Neuralgia
Dewasa: dimulai dengan dosis 100-200 mg, sekali sehari. Dapat ditingkatkan hingga 1.2 gram per hari.
Turunan asam lemak Asam valproat (valproic acid) Depakene, Falpro, Lepsio, Valeptik, Valpi,
Vellepsy Kejang
Dewasa: 15 mg/kgBB per hari, bisa dibagi menjadi 2-4 jadwal konsumsi.Gangguan bipolar
Anak usia di atas 6 bulan, atau berat badan kurang dari 50 kg: 20 mg/kgBB per hari.
Dewasa: dosis awal 300 mg per hari, dan bisa ditambah 300 mg lagi tiap 2-3 hari sampai dosis
maksimum 4800 mg/hari.Nyeri neuropati
Dewasa: dosis awal 300 mg per hari, dan bisa ditambah 300 mg lagi tiap 2-3 hari sampai dosis
maksimum 3600 mg/hari.
Pregabalin Aprion, Glinov, Leptica, Lyrica, Prelin, Provelyn Postherpetic neuralgia (nyeri yang
masih dirasakan setelah infeksi Herpes Zoster)
Dewasa: diawali 50 mg per hari, dapat ditingkatkan sampai 300-500 mg per hari.
Anak-anak usia > 6 tahun: diawali 1 mg/kgBB/hari, dapat ditingkatkan sampai 6-8 mg/kgBB/hari.
Bagi yang membutuhkan penanganan dengan obat antikonvulsan dalam bentuk suntik, dosis akan
ditentukan oleh dokter di klinik atau rumah sakit sesuai dengan kondisi pasien