Anda di halaman 1dari 24

OBAT DAN DAMPAKNYA TERHADAP SISTEM SARAF

DAN SISTEM KARDIOVASKULER

MAKALAH

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. dr. M. Ibrahim Edy Sapada, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 1

Putri Rahayu NPM 22.14201.31.02


Vinka Novitasari NPM 22.14201.31.08
Dinda Lola Handayani NPM 22.14201.31.15
Putri Andini NPM 22.14201.31.18
Nabila Aura Djasmine NPM 22.14201.31.19
Ririn Anggraini NPM 22.14201.31.22
Dapin Wulan Dari NPM 22.14201.31.25
Bayu Danuarta NPM 22.14201.31.27
Anandito Pasca Artsono Putra NPM 22.14201.31.28
Dela Lestari NPM 22.14201.31.29

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PAEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tugas kelompok mata kuliah Farmakologi Keperawatan ini dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya
dalam pembuatan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari


sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca supaya kami dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman,
serta memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, 16 Mei 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………….…………………….iii
BAB 1
PENDAHULUAN………………………….…………………………………...1
1.1 Latar Belakang……………….…………………………………1
1.2 Tujuan………………….……….……………………………….2
BAB 2
PEMBAHASAN………………………………………….……………………. 3
2.1 Pengertian Obat……………………….………...……………...3
2.2 Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat…………………………4
2.3 Jenis Obat dan Mekanisme Kerjanya……………...……........6
2.4 Obat Kardiovaskular………………………….……….…..…16
BAB 3
PENUTUP………………………………………………………………….....20
3.1 Kesimpulan………………………………………………….............20
3.2 Saran…………………………………………………………........... 20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...21
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang
merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain:
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya.

Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem
saraf tepi (SST). Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,
cahaya dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan
ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh
rangsangan rasa sakit di otak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan
reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut.

Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang
tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP
disebut analeptika. Obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat
berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu:
merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak
langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta
syarafnya. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun
tidak langsung memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak,
sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang
sangat luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara
umum). Kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas misalnya
analgesik antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri
tanpa pengaruh jelas.
Jantung dan pembuluh darah merupakan alat dalam tubuh yang mengatur
peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme
jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ pemompa
darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan.
Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus
SA, nodus AV, berkas His dan serabut Purkinje.

Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf


simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan
mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler. Obat kardiovaskuler
merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan memperbaiki sistem
kardiovaskuler secara langsung maupun tidak langsung. Terbagi menjadi
obat yang bekerja pada jantung dan pembuluh darah, baik arteri maupun
vena dibagi dalam sembilan subkelas yaitu obat inotropik positif, obat
antiaritmia, obat antihipertensi, obat antiangina, diuretik, obat yang
mempengaruhi sistem koagulasi darah, obat hipolipidemik, obat untuk syok
dan hipotensi, obat untuk gangguan sirkulasi darah (serebral, arteri dan
vena).

1.2 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian obat sistem saraf pusat dan sistem
kardiovaskular.
b) Untuk mengetahui efek samping atau dampaknya terhadap sistem
saraf dan sistem kardiovaskular.
c) Untuk mengetahui macam-macam obat pada sistem saraf dan sistem
kardiovaskular.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat


Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi, keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, peningkatan,
penyembuhan dan pemulihan kesehatan (Depkes RI, 2012).

Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks
otak-depan oleh se-nyaa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan
besar, yaitu:
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi psikoleptika (menekan
atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika,
sedativa, tranquilizer dan antipsikotika); psiko-analeptika
(menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan
psikostimulansia.
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple
sclerosis) dan penyakit parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum
dan lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002). Umumnya semua
obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan
mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap
(tergantung kerja transmitter).
Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan
memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) secara
langsung maupun tidak langsung (BPOM, 2012).

Obat-obatan kardiovaskuler dibedakan menjadi 5 yaitu: antiangina,


antiaritmia, glikosida, antihipertensi dan inotropik positif.

2.2 Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat


1. Amfetamin
● Indikasi: untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian.
● Efek samping: euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur,
gelisah, tremor, iritabilitas dan beberapa masalah
kardiovaskuler (tachycardia, palpitasi dan aritmia).
● Farmakokinetik: waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih
cepat pada urin asam daripada urin basa.
● Reaksi yang merugikan: menimbulkan efek- efek yang
buruk pada sistem saraf pusat, kardiovaskuler,
gastrointestinal dan endokrin.
● Dosis pada dewasa: 5-20 mg, anak > 6 tahun: 2,5-5 mg/hari.
2. Metilfenidat
● Indikasi: pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan
depresan SSP, syndrom hiperkinetik pada anak.
● Efek samping: insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen,
nyeri kepala, tachycardia.
● Kontraindikasi: hipertiroidisme, penyakit ginjal.
● Farmakokinetik: diabsorbsikan melalui saluran cerna dan
diekskresikan melalui urin, dan waktu paruh plasma antara
1-2 jam.
● Farmakodinamik: mula-mula: 0,5-1 jam P: 1-3 jam, L: 4-8
jam.
● Reaksi yang merugikan: takikardia, palpitasi, meningkatkan
hiperaktivitas.
● Dosis pemberian pada dewasa: 10 mg 3x/hari dan pada anak:
0.25 mg/kgBB/hari.
3. Kafein
● Indikasi: menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya
pikir yang cepat, merangsang pusat pernafasan dan
vasomotor, untuk merangsang pernapasan pada apnea bayi
prematur.
● Efek samping: sukar tidur, gelisah, tremor, tachycardia,
pernapasan lebih cepat.
● Kontraindikasi: diabetes, kegemukan, hiperlipidemia,
gangguan migren, sering gelisah (anxious).
● Farmakokinetik: kafein didistribusikan ke seluruh tubuh dan
diabsorbsikan dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh
3-7 jam, diekskresikan melalui urin.
● Reaksi yang merugikan: dalam jumlah yang lebih dari 500
mg akan mempengaruhi SSP dan jantung.
● Dosis pemberian: apnea pada bayi: 2.5-5 mg/kgBB/hari,
keracunan obat depresan: 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat
(intramuskular).
4. Niketamid
● Indikasi: merangsang pusat pernafasan.
● Efek samping: pada dosis berlebihan menimbulkan kejang.
● Farmakokinetik: absorbsi dari segala tempat pemberian tapi
lebih efektif dari IV.
● Dosis: 1-3 ml untuk perangsang pernafasan.
5. Doksapram
● Indikasi: perangsang pernafasan.
● Efek samping: hipertensi, tachycardia, aritmia, otot kaku,
muntah.
● Farmakokinetik: mempunyai masa kerja singkat dalam SSP.
● Dosis: 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV.
2.3 Jenis Obat-obatan Sistem Saraf Pusat dan Mekanisme Kerjanya
1. Obat Anestetik
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan
rasa sakit dalam bermacam-macam tindakan operasi.
a) Anestetik lokal: obat yang merintangi secara reversible
penerusan impuls-impuls saraf ke SSP (susunan saraf pusat)
pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan
rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.
● Penggunaan:
Anestetik lokal umumnya digunakan secara
parenteral misalnya pembedahan kecil dimana
pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan. Dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Anestetik permukaan, digunakan secara lokal
untuk melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya
larutan atau tablet hisap untuk
menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher,
tetes mata untuk mengukur tekanan okuler
mata atau mengeluarkan benda asing di mata,
salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat
luka bakar dan suppositoria untuk penderita
ambeien/wasir.
2) Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang
diberikan di tempat yang dibius ujung-ujung
sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan
gusi.
3) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu
dengan penyuntikan di suatu tempat dimana
banyak saraf terkumpul sehingga mencapai
daerah anestesi yang luas misalnya pada
pergelangan tangan atau kaki. Obat-obat
anestetik lokal umumnya yang dipakai adalah
garam kloridanya yang mudah larut dalam
air.
● Persyaratan:
Anestetik lokal dikatakan ideal apabila memiliki
beberapa persyaratan sebagai berikut:
1) Tidak merangsang jaringan.
2) Tidak mengakibatkan kerusakan permanen
terhadap susunan saraf sentral.
3) Toksisitas sistemis rendah.
4) Efektif pada penyuntikan dan penggunaan
locale.
5) Mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk
jangka waktu cukup lama.
6) Larut dalam air dengan menghasilkan larutan
yang stabil dan tahan.
● Efek samping:
Efek samping dari pengguna anestetik lokal terjadi
akibat khasiat dari kardio depresifnya (menekan
fungsi jantung), mengakibatkan hipersensitasi
berupa dermatitis alergi.
● Penggolongan:
Secara kimiawi anestetik lokal dibagi 3 kelompok
yaitu:
1) Senyawa ester, contohnya prokain,
benzokain, bupivakain, tetrakain dan
oksibuprokain.
2) Senyawa amina, contohnya lidokain,
mepivakain, bupivacaine, cinchokain.

b) Anestetik umum: obat yang dapat menimbulkan suatu


keadaan depresi pada pusat-pusat saraf tertentu yang bersifat
reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan.
● Syarat penting yang harus dipenuhi:
1) Berbau enak dan tidak merangsang selaput
lendir.
2) Mula kerja cepat tanpa efek samping.
3) Sadar kembalinya tanpa kejang.
4) Berkhasiat analgetik baik dengan
melemaskan otot-otot seluruhnya.
5) Tidak menambah pendarahan kapiler selama
waktu pembedahan.
● Efek samping:
1) Menekan pernapasan, paling kecil pada N2O,
eter dan trikloroetilen.
2) Mengurangi kontraksi jantung, terutama
halotan dan metoksifluran yang paling ringan
pada eter.
3) Merusak hati, oleh karena sudah tidak
digunakan lagi seperti senyawa kalor.
4) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran.
● Penggolongan:
Menurut penggunaannya anestetik umum
digolongkan menjadi 2 yaitu:
1) Anestetik injeksi, contohnya diazepam,
barbital ultra short acting (tiopental dan
heksobarbital).
2) Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap
melalui saluran pernafasan, contohnya eter.

2. Obat Hipnotik dan Sedatif


Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur,
adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat
mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah
atau menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat yang
menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur,
dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Yang
termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah: ethanol (alcohol),
barbiturat, fenobarbital, benzodiazepin, metakualon.
● Persyaratan obat yang ideal:
1) Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur
normal.
2) Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap
fungsi lain dari sistem saraf pusat maupun organ
lainnya yang kecil.
3) Tidak tertimbun dalam tubuh.
4) Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negatif pada
keesokan harinya.
5) Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan
jangka panjang.
● Efek samping:
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum
yang mirip dengan morfin antara lain:
1) Depresi pernapasan, terutama pada dosis tinggi,
contohnya lorazepam, kloralhidrat dan paraldehida.
2) Tekanan darah menurun, contohnya golongan
barbiturate.
3) Hangover, yaitu efek sisa pada keesokan harinya
seperti mual, perasaan ringan di kepala dan pikiran
kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan
barbiturat.
4) Terakumulasi di jaringan lemak karena umumnya
hipnotik bersifat
● Penggolongan:
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai
berikut:
1) Golongan barbiturate, seperti fenobarbital,
butobarbital, siklobarbital, heksobarbital.
2) Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam,
nitrazepam, flunitrazepam dan triazolam.
3) Golongan alkohol dan aldehida, seperti kloralhidrat
dan turunannya serta paraldehida.
4) Golongan bromide, seperti garam bromide (kalium,
natrium, dan amonium) dan turunan urea seperti
karbromal dan bromisoval.
5) Golongan lain, seperti senyawa piperindindion
(glutetimida) dan metakualon.

3. Obat Psikofarmaka atau Psikotropik


Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada
susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap
aktivitas mental maupun perilaku dan digunakan untuk terapi
gangguan psikiatrik.
● Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok:
1) Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap
susunan saraf pusat.
a. Neuroleptika yaitu obat yang bekerja sebagai
anti psikosis dan sedatif yang dikenal dengan
mayor tranquilizer. Neuroleptika mempunyai
beberapa khasiat, yaitu:
1. Antipsikotik, yaitu dapat meredakan
emosi dan agresi, mengurangi atau
menghilangkan halusinasi,
mengembalikan kelakuan abnormal
dan schizophrenia.
2. Sedatif yaitu menghilangkan rasa
bimbang, takut dan gelisah,
contohnya thioridazine.
3. Antiemetik, yaitu merintangi
neurotransmiter ke pusat muntah,
contohnya proklorperazin.
4. Analgesik yaitu menekan ambang
rasa nyeri, contohnya haloperidol.
b. Ataraktika atau anksiolitika yaitu obat yang
bekerja sedative, relaksasi otot dan anti
konvulsi yang digunakan pada gangguan
akibat gelisah atau cemas, takut, stress dan
gangguan tidur, dikenal dengan Minor
Tranquilizer. Penggolongan obat-obat
ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Derivat benzodiazepin.
2. Kelompok lain, contohnya:
benzoktamin, hidroksizin dan
meprobamat.
2) Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap
susunan saraf pusat. Dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Antidepresan, dibagi menjadi thimoleptika
yaitu obat yang dapat melawan melankolia
dan memperbaiki suasana jiwa serta
thimeretika yaitu menghilangkan aktivitas
fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana
jiwa. Secara umum antidepresan dapat
memperbaiki suasana jiwa dan dapat
menghilangkan gejala-gejala murung dan
putus asa. Obat ini terutama digunakan pada
keadaan depresi, panic dan fobia.
b. Psikostimulansia yaitu obat yang dapat
mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan
prestasi fisik dan mental dimana rasa lelah
dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa
nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman
tapi bukan depresi.
3) Obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu
seperti zat-zat halusinasi, pikiran dan impian/khayal.

4. Obat Antikonvulsan
Obat untuk mencegah & mengobati bangkitan epilepsi. Contoh:
diazepam, fenitoin, fenobarbital, karbamazepin dan klonazepam.
● Efek samping:
1) Gangguan penglihatan
2) Gangguan koordinasi
3) Kantuk
4) Mual
5) Muntah
6) Pusing
7) Sakit kepala
8) Lemas atau lelah
9) Tremor
10) Berat badan naik
11) Rambut rontok
12) Sulit berkonsentrasi atau berpikir

5. Obat Anti Rematik


Obat yang digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa
nyeri pada sendi/otot, disebut juga anti encok. Efek samping berupa
gangguan lambung usus, perdarahan tersembunyi (okult), pusing,
tremor dan lain-lain. Obat generiknya Indometasin, fenilbutazon dan
piroksikam.
6. Obat Anti Depresan
Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan
atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak
disebabkan oleh kesulitan sosial, ekonomi dan obat-obatan serta
penyakit.
● Efek samping:
1) Sakit kepala
2) Mual
3) Pusing
4) Berat badan bertambah
5) Mulut kering
6) Hilangnya hasrat seksual
7) Sulit tidur atau insomnia
8) Sembelit
9) Diare
10) Lelah
11) Tremor

7. Neuroleptika
Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa
menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan
normal. Obat ini digunakan pada gangguan (insufisiensi) cerebral
seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo. Gejalanya dapat
berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo,
kuping berdengung, jari- jari dingin dan depresi.
● Efek samping:
1) Penglihatan kabur
2) Kantuk
3) Mulut kering
4) Peningkatan berat badan
5) Pusing
6) Detak jantung cepat
7) Sembelit
8) Sensitif terhadap cahaya matahari
9) Gangguan menstruasi
10) Gelisah
11) Otot kedutan atau kaku
12) Tremor
13) Tekanan darah rendah (hipotensi)
14) Sulit berkonsentrasi
15) Bengkak atau nyeri payudara
16) Disfungsi seksual

8. Obat Analgesik atau Obat Penghilang Nyeri


Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas
disebut antipiretika.

Analgetik perifer (non narkotik), analgesik ini tidak dipengaruhi


sistem saraf pusat. Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai
antipiretik yaitu menurunkan suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
● Penggolongan:
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan
menjadi:
1) Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai
asetosal atau aspirin. Obat ini diindikasikan untuk
sakit kepala, nyeri otot, demam. Sebagai contoh
aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan
trombosis koroner dan cerebral. Asetosal adalah
analgetik antipiretik dan antiinflamasi yang sangat
luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
Efek sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat
menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna.
2) Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen
(parasetamol). Efek samping golongan ini serupa
dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sedang dan dapat
menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam,
dengan mekanisme efek sentral. Efek samping dari
parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan
dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan
kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon (dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipiretik, karena efek
inflamasinya lemah. Efek samping semua derivate
pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis,
anemia aplastik dan trombositopenia.
4) Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti
inflamasi kurang efektif dibandingkan dengan
aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa
lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.
● Penggunaan:
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran,
juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga
berdaya antipiretik dan anti radang. Oleh karena itu tidak
hanya digunakan sebagai obat anti nyeri, melainkan juga
pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan
peradangan seperti rematik dan encok.
● Efek samping:
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal juga reaksi alergi
kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada
penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu
penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.

2.4 Obat Kardiovaskular


a) Obat Anti Angina
Obat antiangina adalah obat untuk angina pektoris atau suatu kondisi
ketidakseimbangan antara permintaan dan penyediaan oksigen pada
salah satu bagian jantung. Cara kerja obat antiangina: dapat
menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan cara
menurunkan kinerja jantung, melebarkan pembuluh darah koroner
atau memperlancar aliran darah. Ada beberapa jenis obat antiangina,
yaitu:
1. Nitrat Organik
● Farmakodinamik: terjadi dilatasi pembuluh darah
yang dapat menyebabkan hipotensi dan juga dapat
menghilangkan nyeri dada karena menurunnya
kinerja jantung.
● Farmakokinetik: metabolisme nitrat organic terjadi
dihati dan kadar puncak terjadi setelah 4 menit
pemberian obat secara sublingual atau bawah lidah.
Efek samping dari penggunaan obat nitrat organik
adalah sakit kepala, hipotensi dan meningkatnya
daerah iskemia.

2. Beta Blocker
● Farmakodinamik: dapat mengurangi denyut jantung,
kontraktilitas miokard dan menurunkan tekanan
darah.
● Farmakokinetik: dapat larut dalam lemak dan juga
larut dalam air. Efek samping dari penggunaan obat
beta blocker adalah halusinasi, sakit kepala,
gangguan pencernaan.
3. Kalsium Antagonis
● Farmakodinamik: dapat menghambat masuknya
kalsium kedalam membrane sel dan dapat
menurunkan kontraktilitas.
● Farmakokinetik: dapat larut dalam lemak dan mudah
diabsorbsi pada pemberian oral dan sublingual. Efek
samping dalam penggunaan obat beta blocker adalah
nyeri kepala, hipotensi, edema perifer.

b) Obat Anti Aritmia


Aritmia adalah gangguan ritme atau irama jantung dapat berupa
kelainan seperti denyut jantung dimana jantung berdetak lebih cepat
atau lebih lambat dari normal, hal ini dapat terjadi karena kebocoran
katup jantung atau hipertensi. Untuk pemberian obat biasanya
ditujukan untuk memperbaiki frekuensi dan ritme pada jantung. Ada
dua jenis obat yang umumnya diberikan kepada pasien dengan
aritmia yaitu: quinidine sulfat dan prokainamid. Antiaritmia yang
digunakan pada gagal jantung hanyalah B-blocker, amiodaron,
digoksin. Obat ini dapat diberikan secara oral dan juga
intramuskular. Efek samping dari antiaritmia: gagal jantung,
gangguan pencernaan, efek neurologis.

c) Glikosida
Obat glikosida jantung adalah obat penderita gagal jantung, jenis
obat ini mampu meningkatkan kinerja otot jantung namun ekskresi
obat ini sangat lambat cenderung menimbulkan kumulasi.
● Farmakodinamik: dapat meningkatkan kontraksi otot
jantung.
● Farmakokinetik: absorpsi obat glikosida jantung dipengaruhi
oleh makanan dan asam lambung.
● Obat gagal jantung:
1. Penghambat Ace: captopril, enalapril, lisinopril,
ramipril, trandolapril.
2. Antagonis angiotensin II : AT1-bloker.
3. Diuretik: diuretik kuat (furosemid, bumetanid,
furosemid), diuretik tiazid (HCT, klortalidon,
indapamide), diuretik K (amilorid, triamteren).
● Efek samping dari obat glikosida adalah sinus bradikardi,
blokade SA Node, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel,
gangguan neurologis, penglihatan.

d) Anti-Hipertensi
Obat antihipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan darah,
selain menggunakan obat antihipertensi juga dapat diatasi dengan
terapi seperti modifikasi gaya hidup, aktivitas fisik yang teratur, dan
pembatasan garam atau alkohol. Obat antihipertensi: captopril,
enalapril, benazepril, lisinopril, moexipril, quinapril, lisinopril,
atenolol.

e) Obat Inotropik Positif


Obat inotropik positif bekerja dengan meningkatkan kontraksi otot
jantung (miokardium) dan digunakan untuk gagal jantung, yakni
keadaan dimana jantung gagal untuk memompa darah dalam volume
yang dibutuhkan tubuh. Keadaan tersebut terjadi karena jantung
bekerja terlalu berat atau karena suatu hal otot jantung menjadi
lemah. Beban yang berat dapat disebabkan oleh kebocoran katup
jantung, kekakuan katup atau kelainan sejak lahir dimana sekat
jantung tidak terbentuk dengan sempurna.
● Dopamine (kategori C). Indikasi: ketidakseimbangan
hemodinamik pada pasien syok yang berhubungan dengan
kardiogenik, septikemia, endotoksik. Pemberian: injeksi.
Dosis: 2,5 mg per 15 menit sampai dengan respon
hemodinamik stabil. Efek samping: mual, muntah, iskemia
perifer, stimulasi SSP.
● Dobutamine (kategori B). Indikasi: terapi pendukung
inotropik pada pasien dekompensasi jantung karena
penurunan kontraktilitas jantung. Pemberian: injeksi. Dosis:
2,5 -10 mg / per 15 menit sampai dengan respon inotropik
stabil. Efek samping: mual muntah, palpitasi, parestesia.
● Epinephrine 1:1000 (kategori C). Indikasi: terapi anafilaksis
akut, gangguan hemodinamik karena syok kardiogenik dan
distributif, cardiac arrest, asma dancoup (pada anak),
resusitasi bayi baru lahir. Pemberian: injeksi. Dosis: dewasa
0.3-0,5 ml. Anak 0,01 ml. Efek samping: mual muntah,
parestesia, palpitasi.
● Norepinephrine (kategori C). Indikasi: hipotensi akut, terapi
penunjang untuk cardiac arrest, syok dengan TD < 70 mmhg.
Pemberian: injeksi, bisa diencerkan dengan NS 50 cc – 1000
cc. Dosis: 0,05- 2 mg/ menit, dengan monitoring TTV. Efek
samping: hipoksia jaringan, bradikardi, aritmia, dispnea.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau
penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme
atau ekskresi. Perhatian harus diberikan pada dosis obat, dengan
mengevaluasi fungsi ginjal dan hepar. Beberapa obat dapat langsung
berefek setelah diberikan, namun obat lainnya tidak menimbulkan
efek apapun selama berhari- berhari lamanya.

3.2 Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekeliruan atau kesalahan, kami sebagai penulis sangat
mengharapkan kritik atau saran dari semua pihak dapat
memperbaiki atau menyempurnakan makalah kami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Katzung,B. Masters,S. Trevor,A. 2012. Basic and Clinical


Pharmacology 12th edition. Mc-Graw Hill. Connecticut

Muchtar A dan Suyatna, F.D. 2009, farmakologi dan terapi edisi, obat-
obat kardiovaskuler, Jakarta: balai penerbit FKUI

Nareza M, 2022. Antipsikotik, Jakarta: Alodokter

Anda mungkin juga menyukai