Anda di halaman 1dari 42

ESAI FARMAKOLOGI

GOLONGAN OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT dan


GOLONGAN OBAT OTONOM

Disusun Oleh :

Aisyah Chairah 17.11.4066.E.A.0003

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI

SAMARINDA

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

GOLONGAN OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT ........................................................ 4

A. Sistem Saraf Pusat ...................................................................................................... 4

B. klasifikasi Sistem Saraf Pusat .................................................................................... 5

C. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat .......................................................................... 5

D. Jenis Obat-Obat Sistem Saraf Pusat dan Mekanisme Kerjanya ................................. 7

1. Obat anestetik.......................................................................................................... 7

2. Obat Hipnotik dan Sedatif..................................................................................... 12

3. Obat Psikofarma / Psikotropik .............................................................................. 14

4. Obat Antikonvulsan .............................................................................................. 16

5. Obat pelemas otoy atau muscle relaxant ............................................................... 16

6. Obat analgetik atau obat penghalang nyeri ........................................................... 16

7. Antipiretik ............................................................................................................. 20

8. Obat Anti Migrain ................................................................................................. 20

9. Obat Anti Reumatik .............................................................................................. 20

10. Obat Anti Depresan............................................................................................. 20

11. Neuroleptika ........................................................................................................ 20

12. Obat Antiepileptika ............................................................................................. 21

13. Obat antiemetika ................................................................................................. 24

14. Obat parkinson ( penyakit gemetaran) ................................................................ 26

GOLONGAN OBAT OTONOM ................................................................................... 28

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 28

B. Anatomi Fisiologi Saraf Otonom ............................................................................. 29

C. Cara Kerja Obat Otonom.......................................................................................... 30

2
D. Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Utamanya ................................................... 30

1. Kolinergik atau Parasimpatomimetik.................................................................... 30

2. Simpatomimetik atau adrenergik .......................................................................... 32

3. Parasimpatolitik atau Antikolinergik .................................................................... 34

4. Simpatolitik atau Antiadrenergik .......................................................................... 35

5. Obat Ganglion ....................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 42

3
GOLONGAN OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT

A. Sistem Saraf Pusat


Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf pusat manusia yang
merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya.

Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks
otak-depan oleh senyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan
Sistem Saraf Tepi (SST). Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti sakit,
panas, cahaya, dan suara mula-muka diterima oleh reseptor, kemudian
dilanjutkan ke otak dan tulang sumsum tulang belakang. Rasa sakit
disebabkan oleh perangsangan rasa sakit di otak besar. Sedangkan analgetik
narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut.
Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang
tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP
disebut analeptika (Deden, 2015:67-68).
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamikanya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak
langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta
sarafnya.

4
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak
langsung memblokir proses-proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf-sarafnya.

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek


yang sangat luas ( merangsang atau menghambat secara spesifik atau
secara umum). Kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas
misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu
pusat nyeri tanpa pengaruh jelas (Deden, 2015:68).

B. klasifikasi Sistem Saraf Pusat


Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa
golongan besa, yaitu :

1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (meenekan


atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika,
sadative dan tranquillizers dan antipsikotika); Psikoanaleptika
(menstimulasi seluruh SSP , yaknibantidepresiva daan psikostimulansia
(wekamin)).
2. Untuk gangguan neorologis, seperti antiepileptika, MS (Multiple
Sclerosis) dan penyakit Parkinson.
3. Jenis yang meblokir perasaan saakit : analgetika, anastetika umum dan
lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain.

Umumnya semua obbat yang bekerja pada SSP menimbulkan


efeknya dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap
(tergantung kerja transmitter) (Deden, 2015:68).

C. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat


Deden (2015:69) berpendapat bawa obat perangsang sistem saraf
pusat terdiri dari 5, yaitu :

1. Amfetamin

5
Indikasi : untuk narkolepsi, gaanggun penurunan perhatian.

Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor,
iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskuker ( tachicardia, palpitasi,
aritmia, dal lain-lain).

Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat pada


urin asam daripada urin basa.

Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek-efek yang buruk pada sistem


saraf pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal dan endokrin.

Dosis : Dewasa : 5-20 mg, Anak > 6 tahun : 2,5 -5 mg/hari.

2. Metilfenidat
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan
SSP, sindrom hiperkinetik pada anak.
Efek samping : Insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
tachicardia.
Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal
Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan
melalui urin dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam.
Farmakodinamik : mula-muka : 0.25 mg/kgBB/hr, Dewasa : 10 mg 3x/hr.
3. Kafein
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsang pusat cepat pernapasan dan fasomotor, untuk merangsang
pernapasan pada apnea bayi prematur.
Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernapasan lebih
cepat.
Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gaangguan migren,
serta gelisah (anxious).
Farmakokinetik : kafein didistribusikankeseluruh tubuh dan diabsorbsikan
dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan
melalui urin.

6
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan obat
depresan : 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (intramuskular)
4. Niketamid
Indikasi : meraangsang pusat pernapasan
Efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
Fatmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih
efektif dari IV
Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernapasan.
5. Doksapram
Indikasi : perangsang pernapasan
Efek samping : hipertensi, tachicardia,aritmia, otot kaku dan muntah.
Farmakokinetik : memlunyai masa kerja singkat dalam SSP.
Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV

D. Jenis Obat-Obat Sistem Saraf Pusat dan Mekanisme Kerjanya


1. Obat anestetik :

Deden (2015:70) mengatakan bahwa obat anestetik adalah


obat yang digunakan untuk mengilangkan rasa sakit dalam bermacam-
macam tindakan operasi.

a. Anestetik lokal : obat haang merintangi secara reversible penerusan


impuls-impuls syaraf ke SSP pada kegunaan lokal dengan demikian
dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau dingin.

Penggunaan :

Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya


pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan.
Anestetik loka dibagi menjadi 3 jenis :

7
1) Anestetik permukaan, digunakan secara lokal untuk melawan rasa
nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk
menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk
mengukur tekanan okuler mata atau mengeluarkan benda asing di
mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan
suppositoria untuk lenderita ambient/wasir.
2) Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang
dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi
3) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan di
suatu tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai
darah anestesi yang luas misalnya pada pergelangan tangan atau
kaki.

Obat-obat anestetik lokal umumnya yang dipakai adalah garam


kloridanya yang mudah larut dalam air.

Persyaratan anestetik lokal

Anestetik lokal dikatakan ideal apabila memiliki beberapa


persyaratan sebagai berikut :

1) Tidak merangsang jaringan


2) Tidak mengakibatkan kerusakan permane terhadap susunan saraf
sentral
3) Toksisitas sistemis rendah
4) Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal
5) Mulai kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup
lama
6) Larut dalam air dengan menghasilkan larutan yang stabil dan tahan
pemanasan.

8
Efek samping :

Efek samping dari pengguna anestetik lokal terjadi akibat


khasiat dari kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung),
mengakibatkan hipersensitasi berupa dermatitis alergi.

Penggolongan :

Secara kimiawi anestetik lokal dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1) Senyawa ester, contohnya prokain,benzokain, buvakain, tetrakain


dan oksibuprokain
2) Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupuvikain,
cinchokain dal lain-lain.
3) Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintetis.

Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1) Bupivikai

Indikasi : anestesi lokal

2) Etil klorida

Indikasi : anesteai lokal

3) Lidokain
Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk
4) Benzokain
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan
gatal
5) Prokain (Novokain)
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitasi

9
6) Tetrakain
Indikasi : anestessi filtrasi
7) Benzilalkohol

Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan gigi

Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi.


Efek samping : menekan pernapasan
b. Anestika Umum : Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi
lasa saraf-saraf tertentu yang bersifat reversibel, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan.

Beberapa syarat penting harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum:

1) berbau enak dan tidak merangsang selaput lender


2) Mula kerja cepat tanpa efek samping
3) Sadar kembalinya tanpa kejang
4) berkhasiat analgetik baik dengan melepaskan otot-otot seluruhnya
5) tidak menambah pendaharan Kapiler selama waktu pembedahan

Efek samping :

Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek


samping yang terpenting diantaranya adalah :

1) Menekan pernapasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken.


2) Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran
yang paling ringan pada eter.
3) Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti
senyawa kalor.
4) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran

Penggolongan :

Menurut penggunaanya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu :

10
1) anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting
(thiopental dan heksobarbital)
2) anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernapasan.
Contohnya eter, dan lain-lain.

Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1) Dinitrogen monoksida

Indikasi : anestesi inhalasi

2) Enfluran
Indikasi : anestesi inhaalasi (untuk pasien yang tidak tahan eter)
Efek samping : menekan pernapasan, gelisah dan mual
3) Halotan
Indikasi : anestesi inhalasi
Efeek samping : menekan pernapasan, aritmia, dan hipotensi
4) Droperidol

Indikasi : anestesi inhalasi

5) Eter
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa saluran pernapasan
6) Ketamin hidroklorida
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samling : menekan pernapasan (dosis tinggi), halusinasi dan
tekanan darah naik.
7) Tiopental
Indikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernapasan

11
2. Obat Hipnotik dan Sedatif
Deden (2015:74) berpendapat bahwa hipnotik atau obat tidur
berasal daari kata hypnos yang berarti tidur, adallah obat yang diberikan
malam hari dalam dosis terapi dapat mempertibggi keinginan tubuh
normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan
sedative adalah obat-obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP
tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah
kejang-kejang. Yang termasuk golongan obat sedative hipnotik adalah :
etanol (alkohol), barbiturate, fenobarbital, benzodiazepam, methaqualon.

Insomnia dan pengobatannya

Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh faktor-faktor


seperti : batuk, rasa nyeri, sesak nafas , gangguan emosi, ketegangan,
kecemasan ataupun depresi. Faktor penyebab ini harus dihilangkan
dengan obat-obatan yang sesuai seperti : amAntitusiva, anelgetik, obat-
obat vasilidator, anti depresiva, sedative atau tranquilizer.

Persyaratan obat tidur ideal :

a. Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal


b. Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari sistem
saraf lusat maupun organ lainnya yang kecil.
c. Tidak tertimbun dalam tubuh
d. Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negatif pada keesokan harinya
e. Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang.

Efek samping

Kebanyakan obat tidur memberikan efek smling umum yang mirio


denganvmorfin antara lain :

12
a. Depresi pernapasan, terutama pada dosis tinggi, contohnya
glurazepam, kloralhidrat dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual,
perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan
benzodiazepine dan barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat
lipofil.

Penggolongan

Secara kimiawi, obat-obat hionotik digolongkan sebagai berikut :

a. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,


heksibarbital dan lain-lain
b. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam,
flunitrazepam dan triazolam
c. Golongan alkohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunnya serta
paraldehida
d. Golongan bromide, seperti garam bromide (kalium, natrium dan
ammonium) dan turunan ure seperti karbrimal dan bromisoval
e. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida) dan
metaqualon.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

a. Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedatif, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot
dan anri ansietas (obat epilepsi)
b. Nitrazepam
Indikasi : seperti indikasi diazepam

13
Efek samping : pada penggunaan lama terjadi kumulasi dengan efek
sisa (hang over), gangguan koordinasi dan melantur.
c. Flunitrazepam
Indikkasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi
Efek samping : amnesia (hilang ingatan)
d. Kloral hidrat
Indikasi : hipnotika dan sedatif
Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
e. Luminal
Indikasi : sedatif, epilepsi, tetanus dan keracunan strikhnin.

3. Obat Psikofarma / Psikotropik


Deden (2015:76) mengatakan bahwa obat psikotropik adalah obat
yaang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan
mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental, perilaku dan digunakan
untuk terapi gangguan psikiatrik

Psikofarma dibagi dalam 3 kelompok :

a. Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susuna saraf pusat


1) Neuroleptika yaitu obat yang bekerja sebagai anti psikotis dan
sedatif yang dikenal dengan Mayor Transquilizer.
Neuroleptika mempunyai beberapa khasiat :
a) Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi”
mengurangi atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan
kelakuan abnormal dan schizophrenia.
b) Sedativr yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah,
contoh Tioridazina.
c) Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah,
contoh proklorperezin.
d) Analgetika, yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh
Haloperidinol.

14
Efek samping

a) Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku


anggota gerak karena disebabkan kekurangan kadar dopamine
dalam otak.
b) Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,
lelah dan pikiran keruh.
c) Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot
muka (bibir dan rahang).
d) Hipotensi, disebabkan adanya Blockade Reseptor Adrenergik
dan vasolidasi
e) Efek anti kolinergik dengan ciri-ciri mulut kering, obstipasi dan
gangguan penglihatan
f) Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi
nafsu makan.
g) Galaktore yaitu meluapnya ASI secara berlebihan.
2) Ataraktika atau anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative,
relaksasi otot dan anti konvulsi yang digunakan pada gangguan
akibat gelisah atau cemas, takut, stres dan gangguan tidur.

Penggolongan obat-obat antaraktika dibagi menjadi 2 yaitu :

a) Derivat Benzodiazepin
b) Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan
meprobramat.

b. Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat,


dibagi 2 :
1) Anti depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat
melawan melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta
thimeritika yaitu menghilangkan inaktivitas fisikdan mental tanpa

15
memperbaiki suasana jiwa. Secara umum anti depresiva dapat
memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan gejal-gejala
muram dan putus asa. Obat ini terutama digunakan pada keadaan
depresi, panik dan fobia.
Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :
a) Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti
depresiva trisiklis dengan efek samping gangguan pada sistem
otonom dan jantung. Contohnya imipramin amitriptilin.
b) Anti depresiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti
kolinergik dan gangguan jantung,contohnya meprotilin dab
mianserin.
2) Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif,
kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan
kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman dan kadang
perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.

c. Obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu seperti zat-zat


halisinasi, pikiran dan impian atau khayal.

4. Obat Antikonvulsan
Obat mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi.

Contoh : diazepam, fenitonin, karbamazepin, klonazepam

(Deden, 2015:78).

5. Obat pelemas otoy atau muscle relaxant


Obat yang mempengaruhi tonus otot (Deden, 2015:78)

6. Obat analgetik atau obat penghalang nyeri


Menurut Deden (2015:78), bahwa obat atau zat-zat yang
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. Sedangkan untuk menghilangkan panas disebut antipiterika.

16
Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam 2 kelompok besar,
yaitu :
a) Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi sistem
saraf pusat. Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagaiati piretik
yaitu menurukan suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral.

Penggolongan :
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.
Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot dan demam.
Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan
thrombosis koroner dan cerebral
Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi yang
sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
Efek sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat
menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna.
2) Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (paracetamol). Efek samping
golongan ini serupa dengan salisilat yaitu menghilangka atau
mengurangi nyeri ringan sedang dan dapat menurunkan suhu tubuh
dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek
samping dari paracetamol dan kombinasinya penggunaan dosis besar
atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon (dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya
lemah. Efek samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
4) Golongan antranilat

17
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang
efektif dibandingkan denga aspirin. Efek samping seperti gejala
iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cernasering timbul.

Penggunaan :

Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri


tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran,juga tidak
menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis
atau anti radang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sevagai
obat anti nyeri, melainkan juga pada demam ( infeksi virus atau
kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok.

Efek samping :

Paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusaka darah,


kerusakan hati, ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek
samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam
dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan analgetika secara kontinue
tidak dianjurkan.

b) Analgetik Narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,


seperti fraktur dan kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut
suatu skema bertingkat empat, yaitu :
1) Obat perifer (non opioid) peroral atau rectal ; paracetamol, asetosal.
2) Obat perifer bersama kodein atau tramadol
3) Obat sentral (opioid) peroral atau rectal.

18
4) Obat opioid parenteral

Penggolongan analgetik,indikasi, kontra indikasi dan efek samping


1) Morfin
Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan
Kontra indikasi : depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit
perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi ketergantungan atau indikasi
pada over dosis.
2) Kodein fosfat
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi : depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit
perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi ketergantungan atau indikasi
pada over dosis.
3) Fentanil
Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Kontra indikasi : depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit
perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi ketergantungan atau indikasi
pada over dosis.
4) Petidin HCL
Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi : depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit
perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi ketergantungan atau indikasi
pada over dosis.
5) Tremadol HCL
Indikasi : nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi : depresi pernapasan akut, alkoholisme akut, penyakit
perut akut.

19
Efek samping : mual, muntah, konstipasi ketergantungan atau indikasi
pada over dosis.
6) Nalorfin, Nalokson

Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin


dan bersifat analgetik. Khusus digunakanpada kasus overdosis atau
intoksikasi obat-obat analgetik narkotik.

7. Antipiretik
Adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh (Deden, 2015:81)

8. Obat Anti Migrain


Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-seranan berkala
dari nyeri hebat pada satu sisi(Deden, 2015:81).

9. Obat Anti Reumatik


Obat yang digunakan untuk mengobati atau menghilangkan rasa nyeri
pada sendi atau otot, disebut juga anti encok. Efek samping berupa
gangguan lambung usus, perdarahan tersembunyi (okult), pusing, tremor
dan lain-lain. Obat generiknya indomestasin,fenilbutazon dan piroksikam
(Deden, 2015:81).

10. Obat Anti Depresan


Obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa, dapat menghilangkan
atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan
oleh kesulitan sosial, ekonoi dan obat-obatan serta penyakit (Deden,
2015:81).

11. Neuroleptika
Menurut Deden (2015:82), bahwa obat yang dapat menekan fungsi-
fungsi psikis (jiwa) tertentu tapa menekan fungsi-fungsi umum seperti
berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini digunakan pada gangguan
erebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo. Gejalanya

20
dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo,
kuping berdengung, jari-jari dingin dan depresi.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

a. Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya
ingat berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
b. Pyritinol HCL
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, pendarahan otak, gejala
degenerasi otak sehubungan dengan metabolisme.
c. Mecobalamin
Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.

12. Obat Antiepileptika


Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan,yaitu suatu penyakit
gangguan syaraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala,
adakalanyadisertai perubahan-perubahan kesadaran.

Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat,


mendadak dan berlebihan pada neuro-neuron tertentu dalam otak yag
diakibatka oleh luka di otak (abses, tumor, anteriosklerosis), keracunan
timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang dapat memprovokasi
serangan epilepsi.

Jenis-Jenis Epilepsi

a. Grand mal (tonik-tonik umum)

Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot


hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan,
mulut berbusa, mata membeliak, disusul dengan pingsan dan sadar
kembali.

21
b. Petit mal

Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.

c. Psikomotor (serangan parsial kompleks)


Kesadaran terganggu hanya sebagian tanpa hilangnya ingatan dengan
pemperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan
dalam lingkaran.

Penggunaan :

a. Untuk menghindari sel-sel otak


b. Mengurangi beban sosial dan psikologi pasien maupun keluarganya
c. Profilaksis atau pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang

Penggolongan

a. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir


semua epilepsi. Contoh fenitoin.
b. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering
digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan
piramidon.
c. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif
dan anti konvulsive.
d. Golongan benzodiazepine, memilliki khasiat relaksasi otot, hipnotika
dan antikonvulsif yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam
yang aktif, klorazepam, dan klobazepam.
e. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsi umum
tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi
asam valproat didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat
acid.

22
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping

a. Fenitoin
Indikasi : semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gagguan hati, wanita hami dan menyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor,
insomnia
b. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : depresi pernapasan berat, porifiria
Efek samping : mengantuk, depresi mental
c. Karbamazepin
Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum
tulang
Efek samping : mual, muntah, pusing, mengantuk, ataksia dan bingung.

d. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsi penggunaan jangka pendek
ansietas
Kontra indikasi : depresi pernapasa
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia,
ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
e. Diazepam
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : depresi pernapasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung,antaksia,
amnesia, ketergantungan dan kadang nyeri kepala (Deden, 2015:83).

23
13. Obat antiemetika
Menurut Deden (2015:84), bahwa obat untuk mencegah atau
menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yang disebabkan oleh
rangsangan lambung usus, melalut CTZ (chme receptor trigger zone) dan
melalui kulit otak.

Penggunaan :

Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :

a. Mabuk jala
b. Mabuk kehamilan
c. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada
pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.

Penggolongan

a. Anti histamin
Efek samping anti histtamin ini adalah mengantuk. Anti histamin yang
dipakai adalah sinarizin, dimenhidrinat, prometazin, toklat

b. Dopamin blokersinarizin
1) Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo
reseptor trigger zone tetapi tidak efektif untuk motion sickness.
Obat yang dipakai adalah klorpromazin HCl, pervenazin,
proklorperazin dan trifluoperazin.
2) Domperidon
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. Efek
samping jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini
dipakai pada kasus mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-
obatan sitostatiska
c. Antagonis serotonin

24
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-
obatan sitostatiska.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping :

a. Sinarizin
Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago, tinitus, mual dan
muntah.
Kontra indikasi : kehamilan, menyusui, hipotensi da serangan asma.
Efek samping : gejala ekstra piramidal, mengantuk, sakit kepala
b. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan.
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
c. Klorpromasin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
d. Pervenazin
Indikasi : mualdan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

e. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
f. Trifluoperazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal

25
14. Obat parkinson ( penyakit gemetaran)
Deden (2015:86) berpendapat bahwa obat yag digunakan untuk
mengobati penyakit parkinson yang ditandai dengan gejala tremor, kaku
otot, gangguan gaya berjalan, gangguan kognitif , persepsi dan daya ingat.
Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang progresif dan sel-sel
otak sehingga menyebabkan terjadi difisiensi neurotransmitter yaitu
dopamin.

Gejala-gejala parkinson dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Gangguan motorik positif, misalnya terjadi tremor dan rigiditas.


Gangguan motorik negatis misalnya terjadi hipokinesia
b. Gejala vegetatif, seperti air liur dan air mata yag berlebihan, muka
pucat dan kaku.
c. Gangguan psikis, seperti berkurangnya kemampuan mengambil
keputusan, merasa tertekan.

Penyebab penyakit parkinson :

a. Idiopatik (tidak diketahui sebabnya)


b. Radang, trauma, anterosklerosis pada otak.
c. Efek samping obat psikofarmaka

Penggunaan :

Meskipun pengobatan parkinson tidak dapat progesi penyakit,


tetapi sangat memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan pasien.
Karena itu pemberian obat sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan
ditingkatkan sedikit demi sedikit

26
Penggolongan :

Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :

a. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil atau benzheksol,


digunakan pada pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah
gejala dopamin.
b. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk
penyakit parkinson idiopatik, obat piliha utama adalah levodopa.
c. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
d. Obat untuk tremor esensial, seperti halopenidol, klorpromazine,
primidon

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping :

a. Triheksifenidil mempunyai daya antiko linergik yang dapat


memperbaiki tremor, tetapi kurang efektif terhadap akinesia dan
kekakuan.
b. Biperidin
Derovate yang terutama efektif terhadap akenisia dan kekakuan,
kurang aktif terhadap tremor. Efek samping kurang lebih sama.
Indikasi : parkinson, gangguan ekstra piramidal karena obat.
Kontra indikasi : retensi urin glawcoma, tersumbatnya saluran cerna
Efek samping : gangguan lambung usus, mulut kering, gangguan
penglihatan dan efek-efek sentral.
c. Levodopa
Levodopa teritama efektif terhadap hipokinesia dan kekakuan,
sedangkan terhadap tremor umunya kurang efektif dibandingkan
dengan antikolinergik.
Indikasi : parkinsonisme bukan karena obat
Kontra indikasi : glukoma, penyakit psikiatri berat

27
Efek samping : anoreksia, mual, muntah, insomnia.
d. Bromokriptin
Bekerja sebagai antagonis dopamine, obat ini semula digunakan pada
pasien-pasien parkinson hanya dimana efek-efek dopa berkurang
setelah beberapa tahun dan efeknya pun menjadi sngkat, bersamaan
dengan lebih seringnya terjadi efek samping.
Indikasi : parkinsonisme
Efek samping : gangguan lambung usus, pada dosis tinggi halusinasi,
gangguan psikomotor dan lain-lain.
e. Amantadine
Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti
parkinsonnya.
Efek samping : lebih ringan dai levodopa, pada dosis biasa tidak
sering terjadi atara lai mulut kering, ganggun penglihatan, hipotensi
ortostatik, kadang-kadang terjadi udema mata kaki.
Mekanisme kerja melalui memperbanyak pelepasan dari ujung-ujung
saraf.

GOLONGAN OBAT OTONOM

A. Latar Belakang
Obat otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan saraf
otonom, mulai dari sel saraf sampai ke sel efektor. Obat ini berpengaruh
secara spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Efek suatu obat otonom dapat
diperkirakan jika respons berbagai organ otonom terhadap impuls saraf
otonom diketahui (Deden, 2015:89).

28
B. Anatomi Fisiologi Saraf Otonom
Saraf otonom terdiri dari saraf preganglion, ganglion dan
pascaganglion yang mempersyarafi sel efektor. Saraf otonom berhubungan
dengan saraf somatik, sebaliknya kejadian somatik juga mempengaruhi
fungsi organ otonom. Pada susunan saraf pusat terdapat beberapa pusat
otonom, misalnya di medula oblongata terdapat pengatur pernapasan dan
tekanan darah. Hipotalamus dan hipofisis yang mengatur suhu tubuh,
keseimbangan air, metabolisme lemak dan karbohidrat. Pusat susunan
saraf otonom yang lebih tinggi dari hipotalamus adalah korpus striatum
dan korteks serebrum yang dianggap sebagai koordinator antara sisten
otonom dan somatik.
Serat eferen dibagi dalam sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem
simpatis disalurkan melalui serat torakolumbal (dari torakal 1 sampai
lumbal 3), dalam sistem ini termasuk ganglia pravertebal dan ganglia
terminal. Sistem parasimpatis atau kraniosakral outflow disalurkan melalui
saraf otak ke III, IX, V dan N . pelvikus yang berasal dari bagian sacral
segmen 2, 3 dan 4.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem simpatis dan
parasimpatik memperlihatkan fungsi yang antagonistik yaitu bila yang satu
menghambat fungsi maka yang lain memicu fungsi tersebut. Contohyang
jelas ialah midriasis terjadi dibawah pengaruh syaraf simpatis dan miosis
dibawah pengaruh parasimpatis.
Sistem simpatis aktif setiap saat, walaupun aktivitas nya bervariasi
dari waktu ke waktu. Dengan demikian penyesuaian tubuh terhadap
lingkungan terjadi secara terus menerus. Dalam keadaan darurat, sistem
simpatoadrenal berfungsi sebagai satu kesatuan secara serentak. Sistem
parasimpatis fungsinya lebih terlokalisasi, tidak difus seperti sistem
simpatis, dengan fungsi primer reservasi dan konservasi sewaktu aktivitas
organisme minimal. Sistem ini mempertahakan denyut nadi dan tekanan
darah pada fungsi basal, menstimulasi sistem pencernaan berupa
meningkatka motilitas da sekresi getah pencernaan, meningkatkan

29
absorbsi makanan, memproteksi retina terhadap cahaya berlebihan,
mengosongkan rektum dan kandung kemih (Deden, 2015:90).

C. Cara Kerja Obat Otonom


Deden (2015:90) mngatakan bahwa obat otonom mempengaruhi
transmisi neuro-hormonal dengan cara menghambat atau
mengintensifkannya. Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada
transmisi sistem kolinergik dan adrenergik, yaitu :
1. Menghambat sintesis atau pelepasan transmitor
2. Menyebabkan dangan reseptor
3. Berikatan dengan reseptor
4. Menghambat destruksi transmitor

D. Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Utamanya

1. Kolinergik atau Parasimpatomimetik


Efekobat golongan ini menyeruoai efek yang ditimbukan oleh aktivitas
susunan saraf patasimpatik

Ada 2 macam reseptor kolinergik

a. Reseptor muskarinik : merangsang otot polos dan memperlambat


denyut jantung
b. Reseptor nikotinik atau neuromuskular : mempengaruhi otot rangka

Penggolongan Kolinergik :

a. Ester kolin (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)


b. Anti kolinestrase (eserin, prostigmin, dilsopropil, fluorofosat)
c. Alkaloid tumbuhan (muskarin, pilokarpin,arekolin)
d. Obat kolinergik lain (metoklopramid, sisaprid)

Farmakodinamik kolinergik :

30
a. Meningkatkan TD
b. Meningkatkan denyut nadi
c. Meningkatkan kontraksi saluran kemih
d. meningkatkan peristaltik
e. Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bromkiolus)
f. Konstriksi pupilmata (miosis)
g. Antikolinesterase : meningkatkan tonus otot

Efek samping :

a. Asma bronkial dan ulkus peptikum (kontra indikasi)


b. Iskemia jantung, fibrilasi atrium
c. Toksin

Indikasi :

a. Ester kolin : tidak digunakan pengobtan (efekuas dan singkat),


meteorismus, (kembung), retensi urin, glawcoma, paralitic ileus,
intoksikasi atropin atau alkaloid beladona, faeokromositoma.
b. Antikolinesterase : atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika
(setelah pemberian atropin pada fundus kopi), diagnosis dan
pengobatan miastemia grafis (defisiensi kolinergik sinaps), penyakit
alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
c. Alkoloid tumbuhan : untuk medriasis (filokarpin)
d. Obat kolinergik lain : digunakan untuk memperlancar jalannya kontras
radiologik, mencegah dan mengurangi muntah (metoklopramik)

Intoksikasi :

31
a. Efek muskarinik : mata hiperemis, miosis kuat, bronkostriksi,
laringospasma, ringitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat
berlebih
b. Efek nikotinik : otot rangka limpuh
c. Otot kelainan sentral : ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar
bicara, konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh napas (Deden,
2015:93).

2. Simpatomimetik atau adrenergik


Menurut Deden (2015:94), bahwa obat simpatomimetik merupakan
obat-obat yang merangsang sistem saraf simpatis, karena obat-oat ini
menyerupai neurotransmitter. Obat-obatini bekerja pada suatu reseptor
adrenergik yang terdapat pada sel-sel otot polos, seperti pada jantung,
dinding bronkiolus salura gastrointestinal, kandung kemih dan otot siliaris
pada mata. Reseptor adrenergik meliputi alfa1, alfa2, beta1 dan beta2.

Kerja obat adrenergik dapat dibai dalam 7 jenis :

a. Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan


mukosa dan terhadap kelenjar liur dan keringat.
b. Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bromkus dan
pembuluh darah otot rangka.
c. Perangsanagan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung
dan kekuaan kontraksi.
d. Peragsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan
kewaspadaan, aktivitas psikomotor dan pengurangan nafsu makan.
e. Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot,
lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.
f. Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, renin dan
hormon hipofisis.

32
g. Efek parasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan
neurotransmitter NE dan Ach.

Penggolongan adrenergik :

a. Katekolamin (Endogen : epineprin, norepineprin dan dopamine;


sintetik : isoprotenol hidroklorida dan dobutamine)
b. Non katekolamin (fenileprin, meteprotenol, dan albuterol)

Farmakodinamika adrenergik :

a. Bersifat inotropik
b. Bronkodilator
c. Hipertensi
d. Tremor dan gelisah

Efek samping

Efek samping sering kali muncul apabila dosis ditingkatkan atau


obat bekerja non selektif (bekerja pada beberapa reseptor ). Efek samping
yang sering timbul pada obat-obat adrenergik adalah hipertensi, takikardi,
palpitasi, aritmia, tremor, pusing, kesulitan berkemih, mual dan muntah

Kontra indikasi :

a. Tidak boleh digunakan pada ibu hamil


b. Sesuaikan dosis pada penderita ang mendapat antidepresi trisiklik
c. Tidak boleh digunakan pada penderita stenorsis subaorta, anoreksia,
insomnia dan estenia.

33
3. Parasimpatolitik atau Antikolinergik
Deden (2015:96) berpendapat bahwa obat-obat yang menghambat
kerja asetilkolin dengan menempati reseptor-reseptor asetilkolin disebut
dengan antikolinergik atau parasimpatolitik. Obat ini mempengaruhi organ
jantung, saluran pernapasan, saluran gastrointestinal,kandung kemih, mata
dan kelenjar eksokrin dengan menghambat saraf parasimpatis, sehingga
sistem saraf simpatis menjadi dominan.

Penggolongan obat antikolinergik :

a. Antikolinergik klasik (alkaloid belladonna, atropine sulfat dan


skopolamin)
b. Antikolinergik sintetik (propantelin)
c. Antikolinergi-antiparkisiisme (triheksifenidil hidroklorida, prosiklidin,
biperidin dan benztropin)

Farmakodinamikk antikolinergik

a. Menghambat efek muskarinik


b. Penurunan salivasi dan sekresi lambung
c. Mengurangi konstraksi tonus kandung kemih
d. Dapat bekerja sebagai antidot terhadap toksin
e. Sebagai obat antispaamodik
f. Meningkatkan tekanan darah
g. Mengurangi rigriditas dan tremor berhubungan dengan ekstensi
neuromuskular.

Efek samping :

a. Mulut kering

34
b. Gangguan penglihatan (terutama penglihatan kabur akibat midriasis)
c. Konstipasi sekunder
d. Retensi urin
e. Takikardia (akibat dosis tinggi)

4. Simpatolitik atau Antiadrenergik


Menurut Deden (2015:98), bahwa obat-obat antiadrenergik
umumnya menghambat efek neurotransmitter adregernik dengan
menempati reseptor alfa dan beta baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berdasar tempat kerjanya, golongan obat ini dibagi atas
antagonis adrenoreseptor dan penghambat saraf adrenergik.

Antagonis reseptor adalah obat yang menduduki adrenoreseptor


sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik,
dengan demikia menghalangi kerja obat adrenergik pada sel efektorya.
Untuk masing-masing adrenoreseptor alfa dan beta memiliki penghambat
yang efektif yakni alfa blocker dan beta blocker.

Penghambat saraf adrenergik adalah obat yang mengurangi respon


sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik, tetapi tidak terhadap
obat adrenergik eksogen.

a. α – Blocker
penggolongan dan indikasi obat α – Blocker :
1) α – Blocker Nonselektif :
a) derivat haloalkilamin (dibenamin dan fenoksibenzamin) :
untuk pengobatan feokromositoma, pengobatan simtomatik
hipertofi prostat benigna dan untuk persiapan operasi.
b) Derivat imidazolin (fentolamin dan telazolin) : mengatasi
hipertensi, pseudo-obstruksi usus dan impotensi.
c) Alkaloid ergot (ergonivin, ergotamine dan ergotoksin) :

35
Meningkatkan tekanan darah, untuk stimulasi kontraksi uterus
setelah partus, mengurangi nyeri migren dan untuk pengobatan
demensia senelis.
2) Α1 – Blocker Selektif
Derivat kuinazolin (parozin, terazosin, doksazosin, trimazosin dan
bunazosin) : untuk pengobatan hipertensi, gagaljantung kongesif,
penyakit vaskuler perifer, peyakit raynaud dan hipertrofi prostat
benigna (BPH)
3) Α2 – Blocker Selektif : (Yohimbin) untuk pengobatan impotensi,
meningkatkan TD,

Farmakodinamik :
1) Menimbulkan vasolidatasi dan venodilatasi
2) Menghambat reseptor serotonin
3) Merangsang sekresi asam lambung, saliva, air mata dan
keringat.
4) Kontriksi pupil

Efek samping :

1) Hipotensi postural
2) Iskemia miokard dan infark miokard
3) Takikardi dan aritmia
4) Hambatan ejakulasi dan espermia yang reversible
5) Kongesti nasal
6) Pusing, sakit kepala, ngantuk, palpasi,edema perifer dan
nausea.
7) Tekanan darah menurun

36
b. β – Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat
ini.sehingga sampai sekarang semua β – Blocker baru selalu
dibandingkan dengan propanolol.

Farmakodinamik :
1) mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
2) menurunkan tekanan darah dan resistensi perifer
3) sebagai antiaritmia
4) bronkokontriksi
5) mengurangi efek glikemia
6) peningkatan asam lemak dalam darah
7) menghambat tremor dan sekresi renin.

Efek samping :

1) gagal jantung dan bradiaritmia


2) bronkospasme
3) gangguan sirkulasi perifer
4) gejala putus obat serangan angina, infark miokard, aritmia
ventrikuler bahkan kematian)
5) hipoglikemia dan hipotensi
6) efek sentral (rasa lelah, gangguan tidur dan depresi)
7) gangguan saluran cena
8) gangguan fungsi libido (penuruna libidodan impotensi)
9) alopesia, retensi urine, miopati dan atropati

indikasi :

37
pada umumnya obat-obat antiadrenergik digunakan untuk pengobata
angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati,
obstruktif hipertrofik,feokromositoma, tirotoksokosis, glaucoma,
tremor esensial dan ansietas

kontra indikasi :

1) hati-hati penggunaan β – Blocker pada penderita dengan


pembesaran jantung dan gagal jantung.
2) Hati-hati penggunaan pada penderita asma, syok kardiogenik,
penyakit hati dan ginjal.
3) Tidak bolehdigunakan pada penyakit vascular perifer dan penyakit
paru obstruktif menahun (PPOM)

c. Penghambat Saraf Adrenergik


Penghambat saraf adrenergik menghambat aktivitas saraf adrenergik.
Berdasarkan gangguan sintesis atau penyimpanan dan pelepasan
neurotransmitter diujung saraf adrenergik.

Penggolongan dan indikasi obat penghambat saraf adrenergik :


1) Guanetidin dan guanadrel (ismelin dan hylorel) : sebagai anti
hipertensi
2) Reserpin : sebagai antihipertensi (lebih efektif bila
dikonmbinasikan dengan obat diuretic)
3) Metirosin : menghambat enzim tirosin hidroksilase, sebagai
adjuvat dari fenoksibenzamin pada pegobatan feokrositoma
maligna.

Farmakodinamik :

1) Menyebabkan respon trifasik terhadap tekanan darah

38
2) Menyebabkan vasodilatasi, venodilatasi dan penurunan curah
jantung
3) Retensi air dan garam
4) Meningkatkan motilitas saluran cerna

Efek samping :

1) Hipotensi ortostatik dan hipotensi postural


2) Diare
3) Hambatan ejakulasi
4) Retensi urine
5) Sedasi, ansietas dan tidak mampu berkonsentrasi
6) Depresi psikotik atau gangguan psikis lainnya
7) Hidung tersumbat
8) Odema

Kontra indikasi :

1) Tidak boleh diberikan pada penderita dengan riayat depresi


2) Tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan alkohol.

5. Obat Ganglion
Deden (2015:102) mengatakan bahwa reseptor obat ganglion
dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitif terhadap
penghambatan oleh heksametonium. Atasdasar fakta yang ditemukan
diduga bahwa Ach yang dilepaskan saraf preganglion berinteraksi
dengan suatu neuron perantara yang dilepaskan katekolamih.

a. Obat yang merangsang ganglion

39
Nikotin penting bukan karena kegunaannya dalam terapi tapi
tempat kerjanya di ganglion yang dapat menimbulkan
ketergatungan dab bersifat toksik.

Farmakodinamik :

1) Takikardi
2) Merangsang efek bisafik pada medulla adrenalin
3) Merangsang efek sentral pada SSP
4) Vasokontriksi
5) Tonus usus dan peristaltik meningkat
6) Perangsangan sekresi air dan secret bronkus

Efek samping :

1) Muntah dan salivasi


2) Hipertensi
3) Efek sentral (tremor dan insomnia)
4) Efek nikotinik (kelumpuhan atau lemah pada otot rangka)

Intoksikasi :

Intoksikasi akut : mual, salivasi, kolik usus, muntah, diare,


keringat dingin, sakit kepala, pusing, pendengaran dan penglihatan
tergaggu, otot-otot menjadi lemah, frekuensi napas meninggi,
tekanan darah naik. Pengobatan : larutan kalium permanganate 1:
10.000

Intosikasi kronik : kejadian ini biasanya terjadi ada perokok


berat antara lain faringitis, sindrom pernapasan perokok,

40
ekstrasistol, takikardi atrium paroksimal, nyeri jantung, penyakit
buerger, tremor dan insomnia.

b. Obat Penghambat Ganglion


Dalam golongan ini termasuk heksametonium ( C6),
pentolinium (C5), tetraetiamonium (TEA), klorisondamin,
mekamilamin dan trimetafan.

Farmakodinamik :
1) Vasodilatasi
2) Pengurangan alir balik vena
3) Temperatur kulit meningkat
4) Penurunan laju filtrasi glomerulus
5) Sekresi lambung, air liur dan pankreas berkurang
6) Kelenjar keringat dihambat

Efek amping :

1) Midriasis
2) Hipotensi ortostatik
3) Sembelit dengan kemungkinan ileus paralitik dan retensi urin
4) Mulut kering
5) Impotensi
6) Konstipasi
7) Obstipasi diseling dengan diare, mual, anoreksia dan sinkop.

Kontra indikasi :

1) Gunakan dengan hati-hati pada pasien alergi


2) Jangan digunakan pada penderita insufisiensi koroner dan
ginjal.

41
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. 2015. Farmakologi untuk Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

42

Anda mungkin juga menyukai