Disusun Oleh :
SAMARINDA
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
1. Obat anestetik.......................................................................................................... 7
7. Antipiretik ............................................................................................................. 20
2
D. Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Utamanya ................................................... 30
3
GOLONGAN OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks
otak-depan oleh senyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan
Sistem Saraf Tepi (SST). Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti sakit,
panas, cahaya, dan suara mula-muka diterima oleh reseptor, kemudian
dilanjutkan ke otak dan tulang sumsum tulang belakang. Rasa sakit
disebabkan oleh perangsangan rasa sakit di otak besar. Sedangkan analgetik
narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut.
Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang
tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP
disebut analeptika (Deden, 2015:67-68).
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamikanya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak
langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta
sarafnya.
4
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak
langsung memblokir proses-proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf-sarafnya.
1. Amfetamin
5
Indikasi : untuk narkolepsi, gaanggun penurunan perhatian.
Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor,
iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskuker ( tachicardia, palpitasi,
aritmia, dal lain-lain).
2. Metilfenidat
Indikasi : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan
SSP, sindrom hiperkinetik pada anak.
Efek samping : Insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
tachicardia.
Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal
Farmakokinetik : diabsorbsikan melalui saluran cerna dan diekskresikan
melalui urin dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam.
Farmakodinamik : mula-muka : 0.25 mg/kgBB/hr, Dewasa : 10 mg 3x/hr.
3. Kafein
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsang pusat cepat pernapasan dan fasomotor, untuk merangsang
pernapasan pada apnea bayi prematur.
Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernapasan lebih
cepat.
Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gaangguan migren,
serta gelisah (anxious).
Farmakokinetik : kafein didistribusikankeseluruh tubuh dan diabsorbsikan
dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, diekskresikan
melalui urin.
6
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan obat
depresan : 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (intramuskular)
4. Niketamid
Indikasi : meraangsang pusat pernapasan
Efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
Fatmakokinetik : diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih
efektif dari IV
Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernapasan.
5. Doksapram
Indikasi : perangsang pernapasan
Efek samping : hipertensi, tachicardia,aritmia, otot kaku dan muntah.
Farmakokinetik : memlunyai masa kerja singkat dalam SSP.
Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV
Penggunaan :
7
1) Anestetik permukaan, digunakan secara lokal untuk melawan rasa
nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk
menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk
mengukur tekanan okuler mata atau mengeluarkan benda asing di
mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan
suppositoria untuk lenderita ambient/wasir.
2) Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang
dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi
3) Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan di
suatu tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai
darah anestesi yang luas misalnya pada pergelangan tangan atau
kaki.
8
Efek samping :
Penggolongan :
1) Bupivikai
2) Etil klorida
3) Lidokain
Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk
4) Benzokain
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri dan
gatal
5) Prokain (Novokain)
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitasi
9
6) Tetrakain
Indikasi : anestessi filtrasi
7) Benzilalkohol
Efek samping :
Penggolongan :
10
1) anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting
(thiopental dan heksobarbital)
2) anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernapasan.
Contohnya eter, dan lain-lain.
1) Dinitrogen monoksida
2) Enfluran
Indikasi : anestesi inhaalasi (untuk pasien yang tidak tahan eter)
Efek samping : menekan pernapasan, gelisah dan mual
3) Halotan
Indikasi : anestesi inhalasi
Efeek samping : menekan pernapasan, aritmia, dan hipotensi
4) Droperidol
5) Eter
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa saluran pernapasan
6) Ketamin hidroklorida
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samling : menekan pernapasan (dosis tinggi), halusinasi dan
tekanan darah naik.
7) Tiopental
Indikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernapasan
11
2. Obat Hipnotik dan Sedatif
Deden (2015:74) berpendapat bahwa hipnotik atau obat tidur
berasal daari kata hypnos yang berarti tidur, adallah obat yang diberikan
malam hari dalam dosis terapi dapat mempertibggi keinginan tubuh
normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan
sedative adalah obat-obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP
tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah
kejang-kejang. Yang termasuk golongan obat sedative hipnotik adalah :
etanol (alkohol), barbiturate, fenobarbital, benzodiazepam, methaqualon.
Efek samping
12
a. Depresi pernapasan, terutama pada dosis tinggi, contohnya
glurazepam, kloralhidrat dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual,
perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan
benzodiazepine dan barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat
lipofil.
Penggolongan
a. Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedatif, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot
dan anri ansietas (obat epilepsi)
b. Nitrazepam
Indikasi : seperti indikasi diazepam
13
Efek samping : pada penggunaan lama terjadi kumulasi dengan efek
sisa (hang over), gangguan koordinasi dan melantur.
c. Flunitrazepam
Indikkasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi
Efek samping : amnesia (hilang ingatan)
d. Kloral hidrat
Indikasi : hipnotika dan sedatif
Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
e. Luminal
Indikasi : sedatif, epilepsi, tetanus dan keracunan strikhnin.
14
Efek samping
a) Derivat Benzodiazepin
b) Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan
meprobramat.
15
memperbaiki suasana jiwa. Secara umum anti depresiva dapat
memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan gejal-gejala
muram dan putus asa. Obat ini terutama digunakan pada keadaan
depresi, panik dan fobia.
Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :
a) Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti
depresiva trisiklis dengan efek samping gangguan pada sistem
otonom dan jantung. Contohnya imipramin amitriptilin.
b) Anti depresiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti
kolinergik dan gangguan jantung,contohnya meprotilin dab
mianserin.
2) Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif,
kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan
kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman dan kadang
perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi.
4. Obat Antikonvulsan
Obat mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi.
(Deden, 2015:78).
16
Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam 2 kelompok besar,
yaitu :
a) Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi sistem
saraf pusat. Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagaiati piretik
yaitu menurukan suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral.
Penggolongan :
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.
Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot dan demam.
Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan
thrombosis koroner dan cerebral
Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi yang
sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
Efek sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat
menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna.
2) Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (paracetamol). Efek samping
golongan ini serupa dengan salisilat yaitu menghilangka atau
mengurangi nyeri ringan sedang dan dapat menurunkan suhu tubuh
dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek
samping dari paracetamol dan kombinasinya penggunaan dosis besar
atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon (dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya
lemah. Efek samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
4) Golongan antranilat
17
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang
efektif dibandingkan denga aspirin. Efek samping seperti gejala
iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cernasering timbul.
Penggunaan :
Efek samping :
18
4) Obat opioid parenteral
19
Efek samping : mual, muntah, konstipasi ketergantungan atau indikasi
pada over dosis.
6) Nalorfin, Nalokson
7. Antipiretik
Adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh (Deden, 2015:81)
11. Neuroleptika
Menurut Deden (2015:82), bahwa obat yang dapat menekan fungsi-
fungsi psikis (jiwa) tertentu tapa menekan fungsi-fungsi umum seperti
berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini digunakan pada gangguan
erebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo. Gejalanya
20
dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo,
kuping berdengung, jari-jari dingin dan depresi.
a. Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya
ingat berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
b. Pyritinol HCL
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, pendarahan otak, gejala
degenerasi otak sehubungan dengan metabolisme.
c. Mecobalamin
Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.
Jenis-Jenis Epilepsi
21
b. Petit mal
Penggunaan :
Penggolongan
22
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping
a. Fenitoin
Indikasi : semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gagguan hati, wanita hami dan menyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor,
insomnia
b. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi, kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : depresi pernapasan berat, porifiria
Efek samping : mengantuk, depresi mental
c. Karbamazepin
Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum
tulang
Efek samping : mual, muntah, pusing, mengantuk, ataksia dan bingung.
d. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsi penggunaan jangka pendek
ansietas
Kontra indikasi : depresi pernapasa
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia,
ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
e. Diazepam
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : depresi pernapasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung,antaksia,
amnesia, ketergantungan dan kadang nyeri kepala (Deden, 2015:83).
23
13. Obat antiemetika
Menurut Deden (2015:84), bahwa obat untuk mencegah atau
menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yang disebabkan oleh
rangsangan lambung usus, melalut CTZ (chme receptor trigger zone) dan
melalui kulit otak.
Penggunaan :
a. Mabuk jala
b. Mabuk kehamilan
c. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada
pengobatan dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.
Penggolongan
a. Anti histamin
Efek samping anti histtamin ini adalah mengantuk. Anti histamin yang
dipakai adalah sinarizin, dimenhidrinat, prometazin, toklat
b. Dopamin blokersinarizin
1) Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo
reseptor trigger zone tetapi tidak efektif untuk motion sickness.
Obat yang dipakai adalah klorpromazin HCl, pervenazin,
proklorperazin dan trifluoperazin.
2) Domperidon
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. Efek
samping jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini
dipakai pada kasus mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-
obatan sitostatiska
c. Antagonis serotonin
24
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-
obatan sitostatiska.
a. Sinarizin
Indikasi : kelainan vestibuler seperti vertilago, tinitus, mual dan
muntah.
Kontra indikasi : kehamilan, menyusui, hipotensi da serangan asma.
Efek samping : gejala ekstra piramidal, mengantuk, sakit kepala
b. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan.
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
c. Klorpromasin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
d. Pervenazin
Indikasi : mualdan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
e. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
f. Trifluoperazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
25
14. Obat parkinson ( penyakit gemetaran)
Deden (2015:86) berpendapat bahwa obat yag digunakan untuk
mengobati penyakit parkinson yang ditandai dengan gejala tremor, kaku
otot, gangguan gaya berjalan, gangguan kognitif , persepsi dan daya ingat.
Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang progresif dan sel-sel
otak sehingga menyebabkan terjadi difisiensi neurotransmitter yaitu
dopamin.
Penggunaan :
26
Penggolongan :
27
Efek samping : anoreksia, mual, muntah, insomnia.
d. Bromokriptin
Bekerja sebagai antagonis dopamine, obat ini semula digunakan pada
pasien-pasien parkinson hanya dimana efek-efek dopa berkurang
setelah beberapa tahun dan efeknya pun menjadi sngkat, bersamaan
dengan lebih seringnya terjadi efek samping.
Indikasi : parkinsonisme
Efek samping : gangguan lambung usus, pada dosis tinggi halusinasi,
gangguan psikomotor dan lain-lain.
e. Amantadine
Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti
parkinsonnya.
Efek samping : lebih ringan dai levodopa, pada dosis biasa tidak
sering terjadi atara lai mulut kering, ganggun penglihatan, hipotensi
ortostatik, kadang-kadang terjadi udema mata kaki.
Mekanisme kerja melalui memperbanyak pelepasan dari ujung-ujung
saraf.
A. Latar Belakang
Obat otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan saraf
otonom, mulai dari sel saraf sampai ke sel efektor. Obat ini berpengaruh
secara spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Efek suatu obat otonom dapat
diperkirakan jika respons berbagai organ otonom terhadap impuls saraf
otonom diketahui (Deden, 2015:89).
28
B. Anatomi Fisiologi Saraf Otonom
Saraf otonom terdiri dari saraf preganglion, ganglion dan
pascaganglion yang mempersyarafi sel efektor. Saraf otonom berhubungan
dengan saraf somatik, sebaliknya kejadian somatik juga mempengaruhi
fungsi organ otonom. Pada susunan saraf pusat terdapat beberapa pusat
otonom, misalnya di medula oblongata terdapat pengatur pernapasan dan
tekanan darah. Hipotalamus dan hipofisis yang mengatur suhu tubuh,
keseimbangan air, metabolisme lemak dan karbohidrat. Pusat susunan
saraf otonom yang lebih tinggi dari hipotalamus adalah korpus striatum
dan korteks serebrum yang dianggap sebagai koordinator antara sisten
otonom dan somatik.
Serat eferen dibagi dalam sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem
simpatis disalurkan melalui serat torakolumbal (dari torakal 1 sampai
lumbal 3), dalam sistem ini termasuk ganglia pravertebal dan ganglia
terminal. Sistem parasimpatis atau kraniosakral outflow disalurkan melalui
saraf otak ke III, IX, V dan N . pelvikus yang berasal dari bagian sacral
segmen 2, 3 dan 4.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem simpatis dan
parasimpatik memperlihatkan fungsi yang antagonistik yaitu bila yang satu
menghambat fungsi maka yang lain memicu fungsi tersebut. Contohyang
jelas ialah midriasis terjadi dibawah pengaruh syaraf simpatis dan miosis
dibawah pengaruh parasimpatis.
Sistem simpatis aktif setiap saat, walaupun aktivitas nya bervariasi
dari waktu ke waktu. Dengan demikian penyesuaian tubuh terhadap
lingkungan terjadi secara terus menerus. Dalam keadaan darurat, sistem
simpatoadrenal berfungsi sebagai satu kesatuan secara serentak. Sistem
parasimpatis fungsinya lebih terlokalisasi, tidak difus seperti sistem
simpatis, dengan fungsi primer reservasi dan konservasi sewaktu aktivitas
organisme minimal. Sistem ini mempertahakan denyut nadi dan tekanan
darah pada fungsi basal, menstimulasi sistem pencernaan berupa
meningkatka motilitas da sekresi getah pencernaan, meningkatkan
29
absorbsi makanan, memproteksi retina terhadap cahaya berlebihan,
mengosongkan rektum dan kandung kemih (Deden, 2015:90).
Penggolongan Kolinergik :
Farmakodinamik kolinergik :
30
a. Meningkatkan TD
b. Meningkatkan denyut nadi
c. Meningkatkan kontraksi saluran kemih
d. meningkatkan peristaltik
e. Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bromkiolus)
f. Konstriksi pupilmata (miosis)
g. Antikolinesterase : meningkatkan tonus otot
Efek samping :
Indikasi :
Intoksikasi :
31
a. Efek muskarinik : mata hiperemis, miosis kuat, bronkostriksi,
laringospasma, ringitis alergika, salivasi, muntah, diare, keringat
berlebih
b. Efek nikotinik : otot rangka limpuh
c. Otot kelainan sentral : ataksia, hilangnya refleks, bingung, sukar
bicara, konvulsi, koma, nafas Cheyne Stokes, lumpuh napas (Deden,
2015:93).
32
g. Efek parasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan
neurotransmitter NE dan Ach.
Penggolongan adrenergik :
Farmakodinamika adrenergik :
a. Bersifat inotropik
b. Bronkodilator
c. Hipertensi
d. Tremor dan gelisah
Efek samping
Kontra indikasi :
33
3. Parasimpatolitik atau Antikolinergik
Deden (2015:96) berpendapat bahwa obat-obat yang menghambat
kerja asetilkolin dengan menempati reseptor-reseptor asetilkolin disebut
dengan antikolinergik atau parasimpatolitik. Obat ini mempengaruhi organ
jantung, saluran pernapasan, saluran gastrointestinal,kandung kemih, mata
dan kelenjar eksokrin dengan menghambat saraf parasimpatis, sehingga
sistem saraf simpatis menjadi dominan.
Farmakodinamikk antikolinergik
Efek samping :
a. Mulut kering
34
b. Gangguan penglihatan (terutama penglihatan kabur akibat midriasis)
c. Konstipasi sekunder
d. Retensi urin
e. Takikardia (akibat dosis tinggi)
a. α – Blocker
penggolongan dan indikasi obat α – Blocker :
1) α – Blocker Nonselektif :
a) derivat haloalkilamin (dibenamin dan fenoksibenzamin) :
untuk pengobatan feokromositoma, pengobatan simtomatik
hipertofi prostat benigna dan untuk persiapan operasi.
b) Derivat imidazolin (fentolamin dan telazolin) : mengatasi
hipertensi, pseudo-obstruksi usus dan impotensi.
c) Alkaloid ergot (ergonivin, ergotamine dan ergotoksin) :
35
Meningkatkan tekanan darah, untuk stimulasi kontraksi uterus
setelah partus, mengurangi nyeri migren dan untuk pengobatan
demensia senelis.
2) Α1 – Blocker Selektif
Derivat kuinazolin (parozin, terazosin, doksazosin, trimazosin dan
bunazosin) : untuk pengobatan hipertensi, gagaljantung kongesif,
penyakit vaskuler perifer, peyakit raynaud dan hipertrofi prostat
benigna (BPH)
3) Α2 – Blocker Selektif : (Yohimbin) untuk pengobatan impotensi,
meningkatkan TD,
Farmakodinamik :
1) Menimbulkan vasolidatasi dan venodilatasi
2) Menghambat reseptor serotonin
3) Merangsang sekresi asam lambung, saliva, air mata dan
keringat.
4) Kontriksi pupil
Efek samping :
1) Hipotensi postural
2) Iskemia miokard dan infark miokard
3) Takikardi dan aritmia
4) Hambatan ejakulasi dan espermia yang reversible
5) Kongesti nasal
6) Pusing, sakit kepala, ngantuk, palpasi,edema perifer dan
nausea.
7) Tekanan darah menurun
36
b. β – Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat
ini.sehingga sampai sekarang semua β – Blocker baru selalu
dibandingkan dengan propanolol.
Farmakodinamik :
1) mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
2) menurunkan tekanan darah dan resistensi perifer
3) sebagai antiaritmia
4) bronkokontriksi
5) mengurangi efek glikemia
6) peningkatan asam lemak dalam darah
7) menghambat tremor dan sekresi renin.
Efek samping :
indikasi :
37
pada umumnya obat-obat antiadrenergik digunakan untuk pengobata
angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati,
obstruktif hipertrofik,feokromositoma, tirotoksokosis, glaucoma,
tremor esensial dan ansietas
kontra indikasi :
Farmakodinamik :
38
2) Menyebabkan vasodilatasi, venodilatasi dan penurunan curah
jantung
3) Retensi air dan garam
4) Meningkatkan motilitas saluran cerna
Efek samping :
Kontra indikasi :
5. Obat Ganglion
Deden (2015:102) mengatakan bahwa reseptor obat ganglion
dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitif terhadap
penghambatan oleh heksametonium. Atasdasar fakta yang ditemukan
diduga bahwa Ach yang dilepaskan saraf preganglion berinteraksi
dengan suatu neuron perantara yang dilepaskan katekolamih.
39
Nikotin penting bukan karena kegunaannya dalam terapi tapi
tempat kerjanya di ganglion yang dapat menimbulkan
ketergatungan dab bersifat toksik.
Farmakodinamik :
1) Takikardi
2) Merangsang efek bisafik pada medulla adrenalin
3) Merangsang efek sentral pada SSP
4) Vasokontriksi
5) Tonus usus dan peristaltik meningkat
6) Perangsangan sekresi air dan secret bronkus
Efek samping :
Intoksikasi :
40
ekstrasistol, takikardi atrium paroksimal, nyeri jantung, penyakit
buerger, tremor dan insomnia.
Farmakodinamik :
1) Vasodilatasi
2) Pengurangan alir balik vena
3) Temperatur kulit meningkat
4) Penurunan laju filtrasi glomerulus
5) Sekresi lambung, air liur dan pankreas berkurang
6) Kelenjar keringat dihambat
Efek amping :
1) Midriasis
2) Hipotensi ortostatik
3) Sembelit dengan kemungkinan ileus paralitik dan retensi urin
4) Mulut kering
5) Impotensi
6) Konstipasi
7) Obstipasi diseling dengan diare, mual, anoreksia dan sinkop.
Kontra indikasi :
41
DAFTAR PUSTAKA
42