Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

OBAT SISTEM SARAF PUSAT

Dosen Pengampu: apt. M. Ridwan Wibowo, S. Farm, M.M

Disusun Oleh:

Fitrotul Alimah 2331.0025.002

Audrey Sitianti Virlyana 2331.0025.005

Aldinda Wardini Syahmimi 2331.0025.010

Nafi’ Aturrafikah 2331.0025.014

Salma Rosani 2331.0025.020

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KESUMA BANGSA

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhandulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Alah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Farmakologi
Dasar, dengan judul:
"Obat Sistem Saraf Pusat"
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bandar Lampung, 17 April 2024

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan salah satu dari dua sistem
pengaturan utama selain sistem endokrin. Sistem pusat terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem
saraf manusia yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat
khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf
antara lain: mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksiantara
individu dengan lingkungan sekitarnya.
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari
jaringan sel – sel khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel
neorogil. Sel neuron merupakan suatu unit dari sistem saraf. Sel ini
melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan
saraf dan sebaliknya. Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang
mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf ( neuron )
yang mampu mengantarkan impuls. Sel penyokong (neuroglia) yang
merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saraf pusat.
Sedangkan traktus yangb terdapat di otak dan sum- sum tulang belakang
dibentuk oleh neuron dan neuroglia.
Obat sistem saraf pusat adalah obat-obatan yang dapat merangsang
serebrum medula dan sum – sum tulang belakang. Obat-obatan sistem
saraf sendiri dibagi sebagai berikut anestetik umum, hipnotik-sedaktif dan
alkohol, psikotropik, antiepilepsi dan anti konvulsi, obat penyakit
parkinson, analgesik opioid dan antagonis, analgesik-antipiretik, analgesik
anti inflamasi nonsteroid dan obat gangguan sendi, perangsang susunan
saraf pusat.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek
yang sangat luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau
secara umum). Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas
misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu
pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang definisi sistem saraf pusat?
2. Apa klasifikasi sistem saraf pusat?
3. Apa saja obat-obat perangsang sistem saraf pusat?
4. Apa saja jenis obat-obat sistem saraf pusat dan mekanisme kerjanya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi sistem saraf pusat
2. Mengetahui klasifikasi sistem saraf pusat
3. Mengetahui obat-obat perangsang sistem saraf pusat
4. Mengetahui jenis obat-obat sistem saraf pusat dan mekanisme kerjanya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Saraf Pusat


Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang
merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat
merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi
daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan
meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat
bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral
dan sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti
sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor,
kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit
disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan
analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit
tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf
pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat
merangsang SSP disebut analeptika.
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak
langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta
syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak
lansung memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang
sangat luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara
umum). Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya
analgesik antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat
nyeri tanpa pengaruh jelas.

B. Klasifikasi Sistem Saraf Pusat


Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan
besar, yaitu :
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan
atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika,
sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika); Psiko-analeptika
(menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia
(wekamin)).
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple
sclerosis), dan penyakit Parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum,
dan lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).
Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya
dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap
(tergantung kerja transmitter).

C. Obat-Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat


Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat :
1. Amfetamin
Indikasi : Untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian
Efek sampin : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisah, tremor,
iritabilitas dan beberapa masalah kardiovaskuler (Tachicardia,
palpitasi, aritmia, dll)
Farmakokinetik : Waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat
pada urin asam dari pada urin basa
Reaksi yang merugikan : Menimbulkan efek efek yang buruk pada
sistem saraf pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan endokrin.
Dosis : Dewasa : 5-20 mg

Anak > 6 th : 2,5-5 mg/hari

2. Metilfenidat
Indikasi : Pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan
SSP, syndrom hiperkinetik pada anak.
Efek samping : Insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri
kepala, Tachicardia Kontraindikasi hipertiroidisme, penyakit ginjal.
Farmakokinetik : Diabsorbsikan melalui saluran cerna dan
diekskresikan melalui urin, dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam
Farmakodinamik mula- mula : 0,5 1 jam P: 1 3 jam, L: 4-8 jam.
Reaksi yang merugikan : Takikardia, palpitasi, meningkatkan
hiperaktivitas.
Dosis pemberian : Anak : 0.25 mg/kgBB/hr
Dewasa : 10 mg 3x/hr

3. Kafein
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang
cepat, perangsang pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang
pernafasan pada apnea bayi prematur.
Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan
lebih cepat.
Kontraindikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan
migren, sering gelisah (anxious ).
Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan
diabsorbsikan dengan cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam,
diekskresikan melalui urin
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
Dosis pemberian : apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr, keracunan
obat depresan : 0.5-1 gr kafein Na-Benzoat (Intramuskuler)

4. Niketamid
Indikasi : Merangsang pusat pernafasan
Efek samping : Pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
Farmakokinetik : Diabsorbsi dari segala tempat pemberian tapi lebih
efektif dari IV
Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan

5. Doksapram
Indikasi : perangsang pernafasan
Efek samping : hipertensi, tachicardia, aritmia, otot kaku, muntah
Farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
Dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV

D. Jenis Obat-Obat Sistem Saraf Pusat dan Mekanisme Kerjanya


1. Obat Anestesik
Obat anestetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit dalam bermacan-macam tindakan operasi.
a. Anestesik Local
Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls
syaraf ke SSP (susunan syaraf pusat) pada kegunaan lokal dengan
demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas atau
dingin.
Penggunaan :
Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya
pembedahan kecil dimana pemakaian anestetik umum tidak
dibutuhkan. Anestetik local dibagi menjadi 3 jenis :
1. Anestetik permukaan, digunakan secara local untu melawan rasa
nyeri dan gatal, misalnya larutan atau tablet hisap untuk
menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes mata untuk
mengukur tekana okuler mata atau mengeluarkan benda asing di
mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan
suppositoria untuk penderita ambient/ wasir.
2. Anestetik filtrasi yaitu suntikan yang diberikan ditempat yang
dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya pada daerah kulit dan gusi
3. Anestetik blok atau penyaluran saraf yaitu dengan penyuntikan
disuatu tempat dimana banyak saraf terkumpul sehingga mencapai
daerah anestesi yang luas misalnya pada pergelangan tangan atau
kaki.
Obat – obat anestetik local umumnya yang dipakai adalah garam
kloridanya yang mudah larut dalam air.

Persyaratan anestesik local :


Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa
persyaratan sebagai berikut :
a) tidak merangsang jaringan
b) tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan
saraf sentral
c) toksisitas sistemis rendah
d) efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
e) mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu
cukup lama
f) larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan
tahan pemanasan

Efek samping :
Eek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat
dari kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan
hipersensitasi berupa dermatitis alergi.

Penggolongan :
Secara kimiawi anestetik local dibagi 3 kelompok yaitu :
1. Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain,
tetrakain, dan oksibuprokain
2. Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,
cinchokain dll.
Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.

Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Bupivikain
Indikasi : anestetik lokal
2. Etil klorida
Indikasi : anestetik local
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
3. Lidokain
Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk
4. Benzokain
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri
dan gatal
5. Prokain ( novokain )
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitasi
6. Tetrakain
Indikasi : anestesi filtrasi
7. Benzilalkohol
Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan
gigi
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping: menekan pernafasan

b. Anestesik Umum
Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada
pusat-pusat syaraf tertentu yang bersifat reversible, dimana
seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu
anestetik umum :
1. Berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
2. Mula kerja cepat tanpa efek samping
3. Sadar kembalinya tanpa kejang
4. Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot
seluruhnya
5. Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu
pembedahan

Efek samping :
Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek
samping yang terpenting diantaranya adalah :
1. Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan
trikloretiken
2. Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan
metoksifluran yang paling ringan pada eter
3. Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi
seperti senyawa klor
4. Merusak ginjal, khususnya metoksifluran

Penggolongan :

Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi


2 yaitu:

1. Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short


acting ( thiopental dan heksobarbital )
2. Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran
pernafasan. Contohnya eter, dll.

Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Dinitrogen monoksida
Indikasi : anestesi inhalasi
2. Enfluran
Indikasi : anestesi inhalasi ( untuk pasien yang tidak
tahan eter)
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah, dan mual
3. Halotan
Indikasi :anestesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi
4. Droperidol
Indikasi : anestesi inhalasi
5. Eter
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa saluran pernafasan
6. Ketamin hidroklorida
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan (dosis tinggi ),
halusinasi dan tekanan darah naik.
7. Tiopental
Indikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di
mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan

2. Obat Psikofarmaka/Psikotropik
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan
saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental
dan perilaku, dan digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.

Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok :


1. Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat
a. Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan
sedative yang dikenal dengan Mayor Tranquilizer

Neuroleptika mempunyai beberapaa khasiat :

1. Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi,


mengurangi atau menghilangkan halusinasi, mengembalikan
kelakuan abnormal dan schizophrenia.
2. Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah,
contoh tioridazina.
3. Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat
muntah, contoh proklorperezin.
4. Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh
haloperidinol.

Efek samping :

1. Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku


anggota gerak karena disebabkan kekurangan kadar dopamine
dalam otak.
2. Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain
mengantuk,lelah dan pikiran keruh.
3. Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot
muka (bibir, dan rahang )
4. Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic
dan vasolidasi.
5. Efek anti kolinergik dengan cirri-ciri mulut kering, obstipasi
dan gangguan penglihatan.
6. Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi
nafsu makan
7. Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi
ASI secara berlebihan.
8. Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative,
relaksasi otot dan anti konvulsi yang digunakan pada gangguan
akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan gangguan tidur, dikenal
dengan Minor Tranquilizer.

Penggolongan obat-obat ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Derivat Benzodiazepin
2. Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan
meprobramat.

2. Obat menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat,


dibagi 2 :
a. Anti Depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang
dapat melawan melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta
thimeritika yaitu menghilangkan inaktivitas fisik dan mental
tanpa memperbaiki suasana jiwa. Secara umum anti depresiva
dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan
gejala-gejala murum dan putus asa. Obat ini terutama
digunakan pada keadaan depresi, panic dan fobia.
Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :

1. Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti


depresiva trisiklis dengan efek samping gangguan pada system
otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan amitriptilin.
2. Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti
kolinergik dan gangguan jantung, contohnya meprotilin dan
mianserin.
a. Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi
inisiatif, kewaspadaan dan prestasi fisik dan mental dimana
rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa
nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan
depresi.
3. Obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu seperti zat-zat
halusinasi, pikiran, dan impian/ khayal.

3. Obat Hipnotik dan Sedatif


Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur,
adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat
mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atu
menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat yang
menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur,
dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Yang
termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol
(alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam, methaqualon.

Insomnia dan Pengobatannya


Insomnia atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh factor-faktor
seperti : batuk,rasa nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan,
kecemasan, ataupun depresi. Factor penyebab ini harus dihilangkan
dengan obat-obatan yang sesuai seperti:Antussiva, anelgetik, obat-obat
vasilidator, anti depresiva, sedative atau tranquilizer.
Persyaratan Obat Tidur yang Ideal
1. Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal
2. Jika terjadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari
system saraf pusat maupun organ lainnya yang kecil.
3. Tidak tertimbun dalam tubuh
4. Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan
harinya
5. Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka Panjang

Efek Samping

Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping umum yng mirip


dengan morfin antara lain :

a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya


flurazepam, kloralhidrat, dan paraldehida.
b. Tekanan darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
c. Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual,
perasaan ringan di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan
benzodiazepine dan barbiturat.
d. Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat
lipofil.

Penggolongan

Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :

1. Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital,


siklobarbital, heksobarbital,dll.
2. Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam,
flunitrazepam dan triazolam.
3. Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya
serta paraldehida.
4. Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan
ammonium ) dan turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
5. Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan
metaqualon.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi,
relaksasi otot dan anti ansietas (obat epilepsi).
2. Nitrazepam
Indikasi : seperti indikasi diazepam
Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan
efek sisa (hang over ), gangguan koordinasi dan melantur.
3. Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.
Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
4. Kloral hidrat
Indikasi : hipnotika dan sedatif
Efek samping: merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
5. Luminal
Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.

4. Obat Analgetik
Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas
disebut Antipiretika.

Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok


besar, yaitu:
1. Analgetik Perifer (non narkotik), analgetik ini tidak dipengaruhi
system saraf pusat. Semua analgetik perifer memiliki khasiat
sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu. Terdiri dari obat-obat
yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.

Penggolongan :

Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :

1. Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau
aspirin. Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot,
demam. Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk
pencegahan thrombosis koroner dan cerebral.
Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi yang
sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Efek
sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi
lambung dan saluran cerna.
2. Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek
samping golongan ini serupa denga salisilat yaitu menghilangkan
atau mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu
tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral.
Efek samping dari parasetamol dan kombinasinya pada
penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan
kerusakan hati.
3. Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya
lemah. Efek samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
4. Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang
efektif dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala
iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.
Penggunaan :

Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa


memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak
menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis
dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai
obat antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman,
selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan encok.

Efek Samping :

Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah,


kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek
samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis
tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika secara kontinu tidak
dianjurkan.

2. Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri


hebat, seperti fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema
bertingkat empat, yaitu:
1. Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol,
asetosal.
2. Obat perifer bersama kodein atau tramadol.
3. Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.
4. Obat Opioid parenteral.

Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :

a. Alkaloid alam : morfin,codein


b. Derivate semi sintesis : heroin
c. Derivate sintetik : metadon, fentanyl
d. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan
pentazooin.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping :

1. Morfin
Indikasi : analgetik selama dan setelah pembedahan
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/
indiksi pada over dosis.
2. Kodein fosfat
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/
indiksi over dosis
3. Fentanil
Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Konta indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut
Efek samping: mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/indiksi over dosis
4. Petidin HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/indiksi over dosis
5. Tremadol HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/indiksi over dosis
Nalorfin, Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat
morfin dan bersifat analgetik. Khusus digunakan pada kasus
overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetik narkotik.

5. Obat Antipiretik
adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.

6. Obat Antiepileptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit
gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala,
adakalanya disertai perubahan-perubahan kesadaran.
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat,
mendadak dan berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak
yang diakibatkan oleh luka di otak( abses, tumor, anteriosklerosis ),
keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang dapat
memprovokasi serangan epilepsi.

Jenis-jenis Epilepsi :
1. Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot
hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai
jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan disusul dengan pingsan
dan sadar kembali.
2. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
3. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan
dengan memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan
atau berjalan dalam lingkaran.

Penggunaan
1. untuk menghindari sel-sel otak
2. mengurangi beban social dan psikologi pasien maupun
keluarganya
3. profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang

Penggolongan

1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada


hamper semua jenis epilepsi. Contoh fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling
sering digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital
dan piramidon.
3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat
antidepresif dan anti konvulsif.
4. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot,
hipnotika dan antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah
desmetildiazepam yang aktif,klorazepam, klobazepam.
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy
umum tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek
anti konvulsi asam valproat didasarkan meningkatkan kadar asam
gama amino butirat acid.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Fenitoin
Indikasi : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status
epileptikus
Kontra indikasi: gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala
tremor, insomnia.
2. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status
epileptikus
Kontra indikasi: depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping :mengantuk, depresi mental
Karbamazepin
Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia
trigeminus
Kontra indikasi: gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum
tulang
Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
3. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan
jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi: depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia
ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
4. Diazepam
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi: depresi pernafasan
Efek sampin : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia,
amnesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala.

Anda mungkin juga menyukai