Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan,
sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengoordinasikan, mengatur, dan
mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh
yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu
berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara
berbagai sistem (Price dan Wilson, 2005).

Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel khusus
dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf yang
merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ
penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.

Adapun Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi
yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel Schwann yang
merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel penyokong
(neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat. Oleh
karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan
traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia

Sistem muskuloskeletal pada manusia merupakan jalinan berbagai macam jaringan,


baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus dan
kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun utama bentuk tubuh dan alat untuk
bergerak. Oleh karena itu jika terjadi kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga
akan trganggu. Salah satunya adalah infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum
terjadi ; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskoloskeletal dan dapat berkembang
menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem neurologis ?


2. Apa fungsi dari sistem neurologis ?
3. Apa saja obat-obat yang bekerja pada sistem neurologis ?
4. Apa yang dimaksud dengan sistem muskuloskeletal ?
5. Apa saja obat-obat yang bekerja pada sistem muskuloskeletal ?

1.3. Tujuan Penulisan

1
1. Mengetahui sistem neurologis
2. Mengetahui fungsi dari sistem neurologis
3. Mengetahui penggolongan obat pada sistem neurologis
4. Mengetahui sistem muskuloskeletal
5. Mengetahui penggolongan obat pada sistem muskuloskeletal

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Neurologis (Persyarafan)

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah satu
sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan
direspon oleh tubuh.sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh
kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf
tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu
berkas (faskulum). Neuron adalah komponen utama dalam sistem saraf. Fungsi sel saraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.

2.1. Fungsi Sistem Saraf

Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu:

o Pengatur / pengendali kerja organ tubuh,


o Pusat pengendali tanggapan,
o Alat komunikasi dengan dunia luar.

2.3. Obat-obat yang bekerja pada sistem persyarafan

Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf tepi.
Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti saki, panas, rasa, cahaya dan suara mula-mula
diterima oleh reseptor, kemudian dilanjtkan ke otak dan sum-sum tulang belakang. Rasa sakit
disebabkan oleh perangsangan rasa sakit di otak besar. Obat-obat yahg bekerja terhadap
susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu
: merangsang atau mengstimulasi secara langsung maupun tidak langsung merangsang
aktivitas otak, sum-sum tulang belakang beserta sarafnya dan menghambat atau mendepresi,
yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses tertentu pada aktivitas otak,
sum-sum tulang belakang dan saraf-sarafnya

A. Obat perangsang sistem saraf pusat

Banyak obat yang dapat merangsang sistem saraf pusat, tetapi pemakaiannya yang
disetujui secara medis terbatas. Berikut adalah obat perangsang sistem saraf pusat :

a. Amfetamin
 indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian
 Efek samping :Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisa, tremor, iritabilitas
dan beberapa masalah kardiovaskuler (Thachikardia, palpitasi, aritmia)

3
 Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekstrasikan lebih cepat pada urin asam
dari pada urin basah.
 Reaksi yang merugikan :menimbulkan efek-efek yang buruk pada sistem saraf pusat,
kardiovaskuler, gastroinstetinal, dan endrokrin,\.
 Dosis : Dewasa 5-20 mg ; Anak >6 th 2,5-5 mg/hari

b. Metilfedat
 Indikasih : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan ssp, sydrom
hiperkinetik pada anak
 Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
Tachicardia
 Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.
 Farmakokinetik : diabsobsikan melalui saluran cerna dan dieksresikan melalui urin,
dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam
 Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas.
 Dosis pemberian : anak 0.25mg/kgbb/hr, Dewasa 10 mg 3x/hari

c. Kafein
 Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsangan pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang pernafasan pada
apnea bayi prematur
 Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat.
 Kontraidikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering
gelisah (anxious).
 Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsobsikan dengan
cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, dieksresikan melalui urin
 Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan mempengaruhi
ssp dan jantung.
 Dosis pemberian : apnea pada bayi 2.5-5 mg/kgbb/hr, keracunan obat.
 Depresan : 0.5-1 gr kafein na-benzoat (intamuskuler).

d. Niketamid
 indikasi : merangsang pusat pernafasan
 efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
 farmakokinetik : diabsobsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV
 dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan

e. Doksapram
 indikasi : perangsang pernafasan
 efek samping : hipertensi, tachicardi, aritmia, otot kaku, muntah
 farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
 dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV

4
B. Obat-obat Penekan Sistem Saraf Pusat
1. Obat Anestestik :
Obat anestetik adalah obat yang di gunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacam-macam tindakan operasi. Anestetik di bagi menjadi 2 yaitu :
Anestetik Lokal
Anestetik Umum

a) Anestetik Lokal :
Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP
pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal,
panas atau dingin. Contoh obat anestesi lokal diantaranya adalah buplivikan, etil
klorida (dengan efek menekan pernafasan, gelisah dan mual) selanjutnya adalah
lidokain dan prokain (novokain) sebagai anestesi filtrasi dan anestesi permukaan,
antiaritmia dengan efek mengantuk; benzokain sebagai anestesi permukaan dan
menghilangkan rasa nyeri dan gatal.
Anestetik lokal umumnya di gunakan secara paranteral misalnya pembedaan kecil
dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan.
Efek samping dari pengguna anestetik lokal terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung), mengakibatkan hipersensitasi berupa
dermatitis alergi.

b) Anestetika Umum :

Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf
tertentu yang bersifat reversible, dimna seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu Anestetik umum :
 Berbau enak dan tidak merangsang selaput lender.
 Mula kerja cepat tanpa efek samping
 Sadar kembalinya tnapa kejang
 Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
 Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.

Efek samping

Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yang


terpenting diantaranya adalah :
 Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken.
 Mengurangi kontaksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang paling
ringan pada eter.
 Merusak hati, oleh karena sudah tidak di gunakan lagi seperti senyawa klor
 Merusak ginjal, khususnya metoksifluran.

5
Penggolongan obat anestesi umum
Waktu induPertimbangan pemakaian
Inhalasi : cairan menguap
Eter Lamabat Sangat mudah terbakar. Tidak menimbulkan efek
yang berat bagi sistem cardiovaskuler dan hepr
enfluran Cepat Menyebabkan hipertensi, kontra indikasi ganggaun
ginjal
Halotan Cepat Pemulihan cepat, dapat menrunkan tekanan darah,
efek bronkhodilator dan kontraindikasi bagi obstetri
Inhalasi : Gas
Nitrous Sangat cepat Pemulihan cepat, mempunyai efek yang minimal
Oksida pada kardiovaskuler. Harus di berikan bersama sama
(Gas oksigen. Potensi rendah
tetawa)
Intravena
Ketamin Cepat Dipakai untuk pembedahan jangka singkat atau
(ketalar) induksi pembedahan. Obat ini meningkatkan
salivasi, tekanan darah dan nadi

2. Obat Hipnotik dan Sedatif

Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat yang
diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk
tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat yang
menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan
dan mencegah kejang-kejang. golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol (alcohol),
barbiturate, fenobarbital, benzodiazepam, methaqualon

Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping

 Diazepam, indikasi hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot dan anti
ansietas (obat epilepsi)
 Nitrazepam, indikasi seperti indikasi diazepam
 Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang over
),gangguan koordinasi dan melantur.
 Flunitrazepam indikasi hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.Efek samping :
amnesia (hilang ingatan )
 Kloral hidrat indikasi hipnotika dan sedatif dengan efek samping merusak mukosa lambung
usus dan ketagihan
 Luminal, indikasi sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.

6
3. Obat Psikofarmaka / psikotropik

Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan
mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan digunakan untuk terapi
gangguan psikiatrik. Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok

a. Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat (Neuroleptika) , yaitu
obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang dikenal dengan Mayor
Tranquilizer. Obat ini dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan
fungsi-fungsiumum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini digunakan pada
gangguan(infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo.
Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping
berdengung, jari- jari dingin, dan depresi. Neuroleptika mempunyai beberapa khasiat yaitu
:

Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau
menghilangkanhalusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan schizophrenia.

 Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina.
 Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh
proklorperezin.
 Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.

Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak
karenadisebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak

 Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran keruh.
 Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan
rahang )
 Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.
 Efek anti kolinergik dengan ciriciri mulut kering, obstipasi dan gangguan penglihatan.
 Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan

Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan.

b. Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, dibagi 2 yaitu :

1. Anti Depresiva

Obat Anti Depresan, yaitu obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan
atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh kesulitan
sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.

Secara umum anti depresiva dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan
gejala-gejala murung dan putus asa. Obat ini terutamadigunakan pada keadaan depresi,
panic dan fobia. Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :

7
 Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dengan efek
samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan
amitriptilin.
 Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan gangguan
jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.

Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan prestasi
fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman dan
kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi. Obat ini mengacaukan fungsi mental
tertentu seperti zat-zat halusinasi, pikiran, dan impian/ khayal

4. Obat Analgetik Atau Obat Penghalang Nyeri

Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika. Atas kerja
farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:

a. Analgetik Perifer (non narkotik)

analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat yang memiliki khasiat sebagai anti piretik
untuk menurunkan suhu.Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :

1) Golongan salisilat Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat
ini diindikasikanuntuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh aspirin dosis kecil
digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral.Asetosal adalah analgetik
antipirentik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan dandigolongkan dalam obat
bebas. Efek sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapatmenyebabkan iritasi lambung dan
saluran cerna.
2) Golongan para aminofenol Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek
samping golongan ini serupadenga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sedang, dan dapatmenurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan
mekanisme efek sentral. Efeksamping dari parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan
dosis besar atau jangka lamadapat menyebabkan kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon(dipiron)Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek
inflamasinya lemah. Efek samping semuaderivate pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
4) Golongan antranilat, digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang
efektif dibandingkandengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung
dan gangguansaluran cerna sering timbul.

8
Penggunaan :

obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa memengaruhi SSP a
tau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga
berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai
obatantinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan
peradanganseperti rematik dan encok.

Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan
hati danginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada
penggunaanlama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika secara
kontinu tidakdianjurkan

b. Analgetik Narkotik

Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti frakturdan kanker. Nyeri pada
kanker. Umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:

1. Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.


2. Obat perifer bersama kodein atau tramadol.
3. Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal
4. Obat Opioid parenteral

Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :

1. Alkaloid alam : morfin,codein


2. Derivate semi sintesis : heroinc.
3. Derivate sintetik : metadon, fentanild. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan
pentazooin.

5. Obat Anti Konvulsi

Obat yang dapat menghentikan penyakit epilepsi, yaitu suatu penyakit ganggaun syaraf
yang di timbulkna secara tib-tiba dan berkala adakalanya disertai perubahan-perubahan
kesadaran.

Penyebab antiepleptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan
pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak (abses, tumor,
anteriosklerosis), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yamh dapat
memprovokasi serangan epilepsi.

9
Penggunaan obat antikonvulsi

1. untuk menghindari sel-sel otak.


2. mengurangi beban sosial dan psikologi pasien maupun keluarganya
3. profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang

Penggolongan obat antikonvulsi

1. golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir semua jenis epilepsi.
Contohnya fenolin.
2. golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering digunakan pada
serangan grand mal. Contohnya fenobarbital dan piramdon.
3. golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif.
4. golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan anti konvulsif
yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang aktif, klorazepam,
klobazepam.
5. golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsi umum tetapi kurang efektif
terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan meningkatkan
kadar asam gama amino butirat acid.

C. Obat Syaraf Otonom


1. Penggolongan obat berdasarkan efek utamanya :
a. Kolinergik dan parasimpatomimetik

Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf
parasimpatik. Ada dua macam reseptor kolinergik yaitu, pertama : reseptor muskarinik yang
merangsang otot polos dan memperlambat denyut jantung dan kedua, reseptor
nikotinik/neumuskular yang memperngaruhi otot rangka . pada pemberian obat kolinergik
perawat perlu memperhatikan efek akibat hiperkolinergik.

Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan pemakaian


Bekerja langsung
Betanekol Oral : 10-50 mg, 2-4x/hr Untuk meningkatkan urine, dapat
( urecholine) merangsang motilitas lambung
Karbakol 0,75-3%, 1 tetes Untuk menurunkan tekanan intraokuler,
(urecholine, miosis
miostat)
Pilokarpin 0,5-4%, 1 tetes Untuk menurunkan tekanan intraokuler,
miosis
Antikolinestrase reversible
Fisostigmin 0.25-0,5%, 1 tetes, 4x Untuk menurunkan tekanan intraokuler,
(eserine) sehari miosis, masa kerja singkat
Neostigmin Oral : mula-mula 15 mg, Untuk menambah kekuatan otot pada
(prostigmin) 3x sehari miastenia gravis, masa kerja singkat

10
Dosis maks : 50 mg, 3x
sehari
Ambenonium Oral : 60-120 mg, 3-4x Untuk menambah kekuatan otot, masa
(mytelase) sehari kerja sedang
Antikolinestrase irreversible
Demakarium 0,125-0,25%, 1 tetes, Untuk menurunkan tekanan intraokular
(humorsol) tiap 12-48 jam pada glaukoma, miotikum, masa kerja
panjang
Isofluorofat Ointment 0,25%, tiap 8- Untuk mengobati glaukoma, kenakan
(floropryl) 72 jam pada sakus konjungtiva

b. Simpatomimetik atau adrenergic

Yakni obat yang merangsang sistem saraf simpatis, karena obat-obat ini
menyerupai neurotransmitter (norepinafrin/NE dan epinephrine). Obat-obat ini bekerja
pasa suatu reseptor adrenergic yang terdapat pada sel-sela otot polos, seperti pada jantung,
dinding bronkiolus, saluran gastrointestinal, kandung kemih, dan otot siliaris pada mata.

Kerja obat adrenergic dapat dibagi dalam 7 jenis :

1. Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa dan terhadap
kelenjar liur dan keringat
2. Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus dan pembuluh darah otot
rangka
3. Perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi
4. Perangsangan SPP, misalnya perangsangan pernafasan, peningkatan kewaspadaan,
aktivitas psikomotor dan pengurangan nafsu makan
5. Efek metabolic, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot, lipolisis dan
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
6. Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, renin dan hormon hipofisis.
7. Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan
neurotransmitter NE dan Ach

Efek samping seringkali muncul hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia, tremor, pusing,
sulit berkemih, mual dan muntah. Adapun kontra indikasinya adalah pada ibu hamil,
penderita stenorsis subaorta, anoreksia, insomnia dan estenia.

Jenis obat adregenik

11
Adregenik Reseptor Dosis Pemakaian dalam klinik
Epinefrin Alfa1, beta1, Dewasa : IV, IM Syok nonhipovalemik,
(adrenalin) beta2 SK: 0,2-1 ml dari henti janntung, asfiksia
1:1000 akut, asma akut
Efadrin Alfa1, beta1, Dewasa PO : 25- Keadaan hipotensi,
beta2 50 mg, 3-4x bronkopasme, kongesti
sehari hidung, hipotensi
orteristik
Norepinefrin Alfa1, beta1 IV; 4 mg, Syok, merupakan
dekstrose 5% vasokontiktor kuat,
dalam 250-5-- ml meningkatkan tekanan
darah dan curah jantung
Dopamin Beta1 D:IV: mula-mula Hipotensi (tidak
(intropin) 1-5µg/kg/menit, menurunkan fungsi ginjal
naikkan secara dalam dosis < 5
bertahap; ≤ 50 µg/kg/menit)
µg/kg/menit
Fenilefrin (neo- Alfa1 Larutan 0,123- Kongesti hidung
synephrine) 1% (dekongestan)
Pseudoefedrin Alfa,1 beta1 Obat bebas Dekongestan
(beberapa)
Fenilpropanolamin Alfa1, beta1 Obat bebas Dekongestan
(beberapa)
Dobutamin Beta1 D: IV : mula- Obesitas
(dobutrek) mula 2,5-10
µg/kg, dapat
dinaikkan secara
bertahap : ≤40
µg/kg/menit
Isoprotenol Beta1, beta2 Inhal : 2-3 Dekompensasi ajntung,
(isoprel) semprotan, IV : payah jantung kongestif
4-20 µ/menit (meningkatkan aliran
darah miokardium dan
curah jantung)
Metaprotenol Beta1 Inhal : 2-3 Bronkospasme, blok
(alupent, metaprel) (beberapa), semprotan ≤12 jantung akut (hanya
beta2 semprotan/hari dipakai pada bradikardi
D : PO: 10-20 yng refakter terhadap
mg, 3-4 kali atropine)
sehari
Albuterol Beta2 Inhal : 1-2 spray, Bronkospasme
(proventil) setiap 4-6 jam
Dewasa, Oral : 2-
4 mg, 3-4 kali
sehari
Ritodrin (yutopar) Beta1 Oral : 10-20 mg,
(beberapa), tiap 4-6 jam, ≤
beta2 120 mg/hari
IV : 50-
300µ/menit

12
c. Parasimpatolitik dan antikolinergik

Obat-obat yang menghambat asetilkolin dengan menempati reseptor-reseptor asetilkolin


disebut dengan antikolinergik atau parasimpatolitik. Obat ini mempengaruhi organ
jantung, saluran pernapasan, saluraan gastrointestinal, kandugn kemih, mata dan kelenjar
eksokrin dengan menghambat saraf parasimpatis, sehingga sistem saraf simpatis
(adrenergik) menjadi dominan. Efek samping yang bisaa terjadi adalah mulut kering,
gangguan penglihatan (terutama penglihatan kabur akibat midriasis), konstipasi sekunder,
retensi urine dan takikardi (akibat dosis tinggi)

Penggolongan obat antikolinergik

1. Antikolinergik klasik (alkaloid belladonna, atropine sulfat dan skopolamin)


2. Antikolinergik sintetik (propantelin)
3. Antikolinergik-antiparkinsonisme (triheksifenidil hidroklorida, prosiklidin, biperiden
dan benztropin)

Obat-obat antikolinergik

Nama Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan


Atropine IM : 0,4 mg Pembedahan untuk mengurangi
IV : 0,5-2 mg salvias dan sekresi bronchial.
Meningkatkan denyut jantung
dengan dosis ≥ 0,5 mg
Propantelin (bentyl) Oral : 7,5-15 mg, 3x Sebagai antipasmodic untuk tukak
sehari peptic dan irritable bowel syndrome
Skopolamin Oral : 0,5-1 mg, 3-4x Obat preanestesi, irritable bowel
(hyoscine) sehari syndrome dan mabuk perjalanan
IM : 0,3-0,6 mg
Isopropamid (darbid) Oral : 5 mg, 2x sehari Tukak peptic dan irritable bowel
syndrome
Hematropin Larutan 2-5%, 1-2 tetes Midriasis dan siklopegia (paralisis
(isoptohematropin) ototsiliaris sehingga akomodasi
hilang) untuk pemeriksaan mata
Siklopentolat Larutan 0,5-2%, 1-2 Midriasis dan siklopegia untuk
(cyclogyl) tetes pemeriksaan mata
Benzotropin Oral : 0.6-6 mg/ hari Penyakit parkinson, untuk mengobati
(cogentin) dalam dosis terbagi efek samping fenotiazin dan agen
antipsikotik lainnya
Biperiden (akinetin) Oral : 2 mg, 2-4x sehari Penyakit parkinson, untuk mengobati
efek samping fenotiazin dan agen
antipsikogik lainnya
Trihesifinidil (artane) Oral : 1 mg/hari, dapat Penyakit parkinson. Untuk
dinaikkan sampai 5-15 mengobati efek samping fenotiazin
dan agen antipsikotik lainnya

13
mg/ hari dalam dosis
terbagi

d. Simpatolitik dan antiadregenik

Obat obat antiadregenik umumnya menghambat efek neurotransmitter adregenik


dengan menempati reseptor alfa dan beta baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan tempat kerjanya, golongan obat ini dibagi atas antagonis adrenoreseptor
(adrenoreseptor bloker) dan penghambat saraf adrenergik.

Antagonis reseptor adalah obat ayng mendukung adrenoreseptor sehingga


menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adregenik, dengan demikian menghalangi
kerja obat adregenik pada sel efektornya. Untuk masing-masing adrenoreseptor α dan β
memiliki penghambat yang efektif yakni α-blocker dan β- blocker

1). α - Blocker
Efek samping yang bisa terjadi adalah hipotensi postural, iskemia miokard dan
infark miokard, Takikardi dan aritmia, Hambatan ejakulasi dan espermia yang reversible,
Kongesti nasal, Pusing, sakit kepala, ngantuk, palpasi edema perifer dan nausea dan
tekanan darah menurun. Adapun mekanisme kerjanya dapat Menimbulkan vasodilatasi
dan venodilatasi, menghambat reseptor serotonin dan merangsang sekresi asam lambung,
saliva, air mata dan keringat serta kontriksi pupil.
Penggolongan dan Indikasi Obat α – Blocker
a) α – Blocker Nonselektif:
1. Derivat haloalkilamin (dibenamin dan fenoksibenzamin) : untuk pengobatan
feokromositoma, simtomatik hipertofi prostat benigna dan untuk persiapan operasi
2. Derivat imidazolin (fentolamin dan telazolin) : mengatasi hipertensi,
pseudoobstruksi usus dan impotensi.
3. Alkaloid ergot (ergonovin, ergotamine dan ergotoksin) : untuk stimulasi kontraksi
uterus setelah partus, mengurangi nyeri migren dan untuk pengobatan demensia
senelis.
b) α1 – Blocker Selektif:
Derivat kuinazolin (prazosin, terazosin, doksazosin, trimazosin danbunazosin) : untuk
pengobatan hipertensi, gagal jantung kongesif, penyakit vaskuler perifer, penyakit
raynaud dan hipertofi prostat benigna (BPH) α2 – Blocker Selektif : (Yohimbin) untuk
pengobatan impotensi, meningkatkan TD

2. β - Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat ini. Sehingga sampai
sekarang semua β-blocker baru selalu dibandingkan dengan propanolol. Efek samping
yang ditimbulkan adalah Gagal jantung dan Bradiaritmia, Bronkospasme, Gangguan
sirkulasi perifer, Gejala putus obat (serangan angina, infark miokard, aritmia ventrikuler
bahkan kematian). Selain itu , dapat terjadi Hipoglikemia dan hipotensi, efek sentral (rasa
lelah, gangguan tidur dan depresi), Gangguan GI (nausea, muntah, diare atau konstipasi),
Gangguan fungsi libido dan alopesia, retensi urine, miopati dan atropati. Pada umumnya
obat-obat antiadrenergik di gunakan untuk pengobatan Angina pectoris, Aritmia,
Hipertensi, Infark miokard, Kardiomiopati obstruktif hipertrofik, Feokromositoma,
Tirotoksokosis, Glaucoma, tremor esensial dan Ansietas. Adapun kontraindikasinya
adalah pada penyakit vascular perifer dan penyakit paru obstruktif menahun.

14
e. Penghambat Saraf Adrenergik
Penghambat saraf adrenergic mengambat aktivitas saraf adrenergic berdasarkan
gangguan sintesis atau penyimpanan dan penglepasan neurotransmitor di ujung saraf
adrenergic. Kontraindikasi anti Adrenergik adalah penderita dengan riwayat depresi dan tidak
boleh dikonsumsi bersamaan dengan alcohol.

Jeni Obat Antiadrenergik


Antiadrenergik Reseptor Dosis Pemakaian dalam klinis
Tolazolin Alfa Dewasa :IM: IV: 25mg, Gangguan pembuluh
(proscoline) 4 darah tepi (raynaud),
kali sehari. bayi baru hipertensi
lahir: IV: 1-2mg/kg
selama 10 menit
Fentolamin Alfa Dewasa : IM: IV: 5 Gangguan pembuluh
(regitine) mg Anak : IM: IV: 1 darah perifer, hipertensi
mg
Prazosin Alfa D: PO: 1-5 mg, 3 kali Hipertensi
(minipress) sehari; ≤ 20 mg/hari
Propanolol Beta, beta2 D: PO: 10-20 mg, 3- 4 Hipertensi, aritmia,
(inderal) kali sehari; dosis dapat angina pectoris, pasca
disesuaikan infark miokardium
IV: 1-3 mg, dapat
diulang bila perlu
Nadolol (corgard) Beta1, beta2 D: PO:40-80 mg/hari, ≤ Hipertensi, angina
240 mg/hari pektoris
Timolol Beta1, beta2 D: PO:10-20 mg, 2 kali Hipertensi pasca infark
(blocarden) sehari ≤60 mg/hari miokardium
Meetoprolol Beta1 D: PO: 100-450 mg, 4 Hipertensi, angina, pasca
(lopressor) kali sehari; rata-rata 50 infark miokardium
mg 2 kali sehari
Atenolol Beta1 D: PO:50-100 mg/hari Hipertensi, angina
(temormin)
Asebutolol Beta1 D: PO: 200 mg, 2 kali Hipertensi, aritmia
(spectral) sehari ventrikel

f. Obat Ganglion
Reseptornya dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitive terhadap peghambatan oleh
heksametonium. Atas dasar fakta yang ditemukan diduga bahwa Ach yang dilepaskan saraf
preganglion berinteraksi dengan suatu neuron perantara yang di lepaskan katekolamin. Zat
yang menstimulasi kolinoreseptor di ganglion otonom dapat dibagi 2 golongan. Golongan yang
pertama terdiri dari nikotin dan lobelin. Golongan kedua adalah muskarin, metakolin dan
sebagian antikolinestrase. Sedangkan zat penghambat ganglion juga ada 2 golongan,yaitu
golongan yang merangsang lalu menghambat seperti nikotin dan yang langsung mengambat
contohnya heksametonium dan trimetafan.

1) Obat Yang Merangsang Ganglion.

15
Nikotin penting bukan karena kegunaannya dalam terapi tapi tempat kerjanya di ganglion
yang dapat menimbulkan ketergantungan dan bersifat toksik. Efek samping yang dapat
berupa muntah dan salivasi, Hipertensi,Efek sentral (Tremor dan insomnia) dan Efek
nikotinik (kelumpuhan atau lemah pada otot rangka) Intoksikasi dapat terjadi pada
penggunaan obat ini. Intoksikasi akut: mual, slivasi, kolik usus, muntah, diare, keringat
dingin, sakit kepala, pusing, pendengaran dan penglihatan terganggu, otot-otot menjadi
lemah, frekuensi napas meninggi, TD naik. Pengobatan: larutan kalium permanganate
1:10.000 Intoksikasi kronik: kejadian ini biasanya terjadi pada perokok berat antara lain
faringitis, sindrom pernapasann perokok, ekstrasistol, takikardi atrium paroksismal, nyeri
jantung, penyakit buerger, tremor dan insomnia.

2) Obat Penghambat Ganglion


Dalam golongan ini termasuk heksametonium (C6), pentolinium (C5), tetraetiamonium
(TEA), klorisondamin, mekamilamin, trimetafan. Efek obat ini adalah midriasis, ipotensi
ortostatik, sembelit dengan kemungkinan ileus peeristaltik dan retensi urin, mulut kering
dan impotensi. Obat ini tidak boleh di gunakan pada penderita insufisiensi koroner dan
ginjal.

2.4. Obat yang bekerja pada sistem muskuloskeletal


obat yang bekerja terhadap system musculoskeletal, diantaranya obat rematik artritis,
pemacu transmisi neuromuskler dan pelemas otot skelet.

1. Obat Reumatik Artritis dan Penyakit Inflamasi Lainnya


Reumatik Artritis. Penyakit rematik pada umumnya memerlukan penanganan
simtomatik untuk mengatasi rasa nyeri, pembengkakan, kekakuan, bersamaan dengan
pengobatan untuk menjaga dan menekan aktivitas penyakit. Non Steroid Antiinflamatory
Drugs (NSAID) atau anti inflamasi non-steroid (AINS) diindikasikan untuk mengatasi nyeri
dan kekakuan yang timbul akibat penyakit reumatik yang meradang. Tersedia juga obat yang
dapat mempengaruhi proses penyakit itu sendiri, misalnya untuk reumatik arthritis , Disease
Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARDs) meliputi penisilamin, garam emas, antimalaria
(klorokuin dan hidroksiklorokuin), obat-obat yang mempengaruhi respon imun, dan
sulfasalazin. Pada psoriatic arthritis, obat yang dapat mempengaruhi proses penyakit tersebut
adalah sulfasalazin, garam emas, azatioprin, metotreksat dan etanersep. Juvenile idiopathic
arthritis. . Penanganan arthritis pada anak dapat melibatkan NSAID dan DMARDS (biasanya
metotreksat atau etanersep), serta kortikosteroid oral, intravena, atau intraartikular.
Osteoartritis. Pada osteoarthritis, pendekatan non obat seperti penurunan berat badan dan upaya
olahraga sebaiknya dilakukan. Penanganan kelainan pada persendian, luka atau ketegangan
pada jaringan lunak meliputi istirahat sementara yang disertai dengan pemberian pemanas atau
pendingin di sekitar jaringan yang sakit, pemijatan di sekitar jaringan dan fisioterapi. Untuk
meredakan nyeri pada osteoartritis dan gangguan jaringan lunak, parasetamol umumnya
mencukupi dan sebaiknya dipilih terlebih dahulu. Sebagai pilihan berikutnya dapat digunakan
NSAID dosis terapetik terendah (contohnya ibuprofen sampai dengan 1,2 g/hari). Jika nyeri
tidak dapat diatasi secara memadai dengan kedua golongan obat tersebut, mungkin diperlukan
parasetamol (dalam dosis dewasa maksimal 4 g/hari dan dosis anak maksimal 240 mg – 2 g/
hari tergantung usia) dan NSAID dosis rendah. Pada dewasa, jika diperlukan dosis NSAID
dapat ditingkatkan atau diberikan analgesik opioid dosis rendah bersama parasetamol.
Pemberian sediaan NSAID topikal atau kapsaisin 0,025%
dapat mengatasi nyeri pada osteoartritis. Injeksi intraartikular kortikosteroid dapat memberikan
manfaat sementara dalam penanganan osteoartritis terutama jika penyebabnya adalah inflamasi

16
jaringan lunak. Asam hialuronat dan turunannya tersedia untuk osteoartritis pada lutut. Natrium
hialuronat dapat diinjeksikan secara intra artikular sebagai suplemen asam hialuronat alami
dalam cairan sinovial. Injeksi ini dapat mengurangi nyeri selama 1-6 bulan namun hal ini dapat
menyebabkan peningkatan inflamasi lutut jangka pendek.

2. Pemacu Transmisi Neuromuskler


Miastenia Gravis timbul akibat kurangnya asetilkolon yang mencapai reseptor
kolinergik. Masalah ini ditandai dengan kelemahan otot otot rangka diatas pinggang.
Kelompok obat yang dipakai untuk mengendalikan miastenias gravis adalah penghambat
asetilkolinesterase dan antikolinesterase . Antikolinesterase adalah obat pilihan pertama pada
miastenia gravis okuler dan sebagai terapi tambahan untuk imunosupresan pada miastenia
gravis yang umum. Kortikosteroid digunakan jika antikolinesterase tidak dapat mengendalikan
gejala sepenuhnya. Imunosupresan lini kedua seperti azatioprin sering digunakan untuk
mengurangi dosis kortikosteroid. Antikolinesterase. Obat golongan antikolinesterase
meningkatkan trasmisi neuromuskular pada voluntary dan involuntary muscle pada miastenia
gravis. Obat golongan ini memperpanjang aktivitas asetilkolin dengan menghambat kerja
enzim asetikolinesterase. Kelebihan dosis obat dapat menganggu trasnmisi neuromuskular dan
memperburuk cholinergic crisis dengan menyebabkan blokade depolarisasi. Hal ini mungkin
sulit untuk dibedakan dari status perburukan miastenia gravis. Efek samping muskarinik dari
kolinesterase meliputi peningkatan sekresi keringat, sekresi ludah, dan sekresi gastrik, juga
peningkatan motilitas gastrointestinal dan uterin, serta bradikardia. Efek parasimpatomimetik
ini dihambat oleh atropin.

Obat Antikolinesterase
Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan
Edrofonium IV : 1-2 mg selama 30 dtk, Untuk mendiagnosa miastenia gravis
kemudian 8 mg jika tidak Dosis tunggal pemeriksaan biasanya
ada respon. IM : 10 mg menyebabkan peningkatan yang
berarti pada kekuatan otot (yang
bertahan sampai 5 menit
Neostigmin Oral : 150 mg/ hari dalam Harus diberikan tepat waktu untuk
dosis terbagi. (Batas : 15- mencegah krisis miastenias gravis.
375 mg/hari) Rute parenteral dilakukan bila ada
IM,IV : 0,5-2 mg gangguan mengunyah, menelan dan
bernafas
Piridostigmin Oral : 60-120 mg, 3 atau 4
kali sehari

Piridostigmin kekuatannya lebih lemah dan aktivitasnya lebih lambat daripada neostigmin
namun mempunyai durasi kerja yang lebih lama. Piridostigmin lebih dipilih daripada
neostigmin karena aktivitas piridostigmin lebih halus dan frekuensi dosisnya lebih sedikit.
Piridostigmin lebih dipilih untuk pasien yang mengalami kelemahan otot saat sadar.
Piridostigmin mempunyai efek yang ringan terhadap saluran cerna namun obat golongan
antimuskarinik mungkin masih diperlukan. Tidak disarankan melebihkan total dosis sehari di
atas 450 mg untuk menghindari down-regulation dari reseptor asetilkolin. Pengobatan
imunosupresan biasanya dipertimbangkan untuk diberikan jika dosis piridostigmin melebihi
360 mg per hari. Distigmin mempunyai durasi kerja paling lama, namun bahaya cholinergic
crisis karena akumulasi obat lebih besar dibandingkan obat-obat dengan durasi kerja lebih
pendek. Distigmin jarang digunakan pada pengobatan miastenia gravis.

17
3. Pelemas otot skelet.
Kelompok obat di bawah ini digunakan untuk mengatasi spasme otot atau kaku otot
kronis yang disebabkan oleh multipel sklerosis atau kerusakan neurologik lain, tidak
diindikasikan untuk mengatasi spasme karena luka atau cidera ringan. Obat ini bekerjanya di
sistem saraf pusat (kecuali dantrolen), tidak seperti kelompok pelemas otot yang digunakan
dalam anestesi yang bekerja dengan menghambat transmisi di simpul neuromuskular. Pelemas
otot yang bekerja sentral efektif untuk kebanyakan jenis kejang kecuali jenis alfa yang jarang.
Salah satu kekurangan obat ini adalah hilangnya daya bidai otot dari otot-otot tulang belakang
atau tungkai sehingga kadang menimbulkan kelumpuhan. Dantrolen bekerja secara langsung
pada otot rangka dan menghasilkan efek yang tidak diinginkan pada sistem saraf pusat lebih
ringan, sehingga lebih dipilih. Dosis sebaiknya dinaikkan perlahan. Baklofen menghambat
transmisi di tingkat spinal dan menekan SSP. Peningkatan dosis sebaiknya dilakukan bertahap
untuk menghindari efek samping sedasi dan hipotonia. Selanjutnya, Diazepam juga digunakan
sebagai pelemas otot rangka. Efek yang tidak diinginkan diantaranya sedasi dan ekstentor
hipotonus (jarang terjadi). Benzodiazepin lain juga mempunyai aktivitas pelemas otot. Dosis
pelemas otot benzodiazepin ini sama dengan dosis sebagai ansiolitik. Pada beberapa anak,
efektivitas diazepam tidak diragukan lagi. Terakhir adalah Tizanidin merupakan agonis alfa-2
adrenoreseptor yang digunakan untuk kekakuan yang berhubungan dengan multipel sklerosis
atau cidera simpul saraf.

Jenis Obat untuk Pelemas Otot


Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan
Pelemas otot yang bekerja sentral
Baklofen Oral, Mula: 5 mg, 3 kali Untuk spasme otot akibat sklerosis
sehari. multiple
R : 10-20 mg, 3 atau 4 dan cedera medulla spinalis. Overdosis
kali sehari dapat
menyebabkan depresi SSP
Karisoprodol Oral: 350 mg, 4 kali Untuk spasme otot. Tersedia dalam
sehari. bentuk
campuran dengan aspirin dan aspirin
dengan
kodein.
Kloefenisin Oral: 800 mg, 3 kali Untuk spasme otot. Untuk pengobatan
sehari atau 400 mg, 4 spasme akut jangka pendek
kali sehari
Klorzoksazon Oral: 250-750 mg, 3 Untuk spasme otot yang akut atau berat.
atau 4 kali sehari Diminum bersama makanan untuk
mengurangi rasa tidak enak pada
gastrointestinal.
Sikobenzaprin Oral: 10 mg, 2 atau 3 Untuk pengobatan spasme otot jangka
kali sehari pendek. Diminum bersama makanan atau
susu untuk mengurangi rasa tidak enak
pada
gastrointestinal.
Metaksalon Oral : 800 mg, 3 kali Untuk spasme otot akut.
sehari
Metokarbamol Oral: 1 g,4 kali sehari Untuk spasme otot kakut; obat dipakai
untuk

18
pengobatan tetanus
Orfenadrin Oral: 100 mg, 2 kali Untuk spasme otot akut. Dapat bersifat
sehari toksik
pada overdosis yang ringan. Dipakai
dalam
kombinasi dengan aspirin dan kafein
(Norgesic).
Pelemas Otot yang bekerja perifer
Dantrolen Oral: Mula: 25 mg/hari, Untuk gangguan neurologis yang
dan naikkan secara menyebabkan spame otot. Mulai dengan
bertahap dosis rendah dan naikkan setiap 4-7 hari
Rumatan: 100 mg, 2
atau 4 kali sehari
Anti anxietas
Diazepam Oral: 2-10 mg, 3 atau 4 Untuk spasme otot akut dan kronik
kali sehari
Meprobamat Oral: 400 mg- 1,2 g/hari Untuk spasme otot
dalam dosis terbagi

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu : merangsang atau menstimulasi

19
yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak,sumsum tulang
belakang beserta syarafnya dan menghambat atau mendepresi, yang secara langsung
maupun tidak lansung memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat –Obat Penekan Sistem Saraf Pusat
 Obat Anestetik
 Obat Hipnotik dan Sedatif
 Analgetik-Antipiretik

Obat-obat yang bekerja dalam sistem muskuloskeletal adalah


 Obat Reumatik Artritis dan Penyakit Inflamasi Lainnya
 Pemacu Transmisi Neuromuskler
 Pelemas otot skelet.

3.2. Saran
Lewat makalah yang sudah disusun diatas kami menyarankan agar kita sebagai perawat
atau tenaga kesehatan lainnya untuk dapat memanfaatkan obat-obatan yang ada sesuai
dengan dosis dan fungsinya sehingga kedepannya tidak ada kasus overdosis atau
penyalahgunaan obat-obatan.

20

Anda mungkin juga menyukai