PENDAHULUAN
Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan,
sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengoordinasikan, mengatur, dan
mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh
yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu
berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara
berbagai sistem (Price dan Wilson, 2005).
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel khusus
dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf yang
merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ
penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.
Adapun Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi
yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel Schwann yang
merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel penyokong
(neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat. Oleh
karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan
traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia
1
1. Mengetahui sistem neurologis
2. Mengetahui fungsi dari sistem neurologis
3. Mengetahui penggolongan obat pada sistem neurologis
4. Mengetahui sistem muskuloskeletal
5. Mengetahui penggolongan obat pada sistem muskuloskeletal
BAB II
2
PEMBAHASAN
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah satu
sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan
direspon oleh tubuh.sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh
kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf
tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu
berkas (faskulum). Neuron adalah komponen utama dalam sistem saraf. Fungsi sel saraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu:
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf tepi.
Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti saki, panas, rasa, cahaya dan suara mula-mula
diterima oleh reseptor, kemudian dilanjtkan ke otak dan sum-sum tulang belakang. Rasa sakit
disebabkan oleh perangsangan rasa sakit di otak besar. Obat-obat yahg bekerja terhadap
susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu
: merangsang atau mengstimulasi secara langsung maupun tidak langsung merangsang
aktivitas otak, sum-sum tulang belakang beserta sarafnya dan menghambat atau mendepresi,
yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses tertentu pada aktivitas otak,
sum-sum tulang belakang dan saraf-sarafnya
Banyak obat yang dapat merangsang sistem saraf pusat, tetapi pemakaiannya yang
disetujui secara medis terbatas. Berikut adalah obat perangsang sistem saraf pusat :
a. Amfetamin
indikasi : untuk narkolepsi, gangguan penurunan perhatian
Efek samping :Euforia dan kesiagaan, tidak dapat tidur, gelisa, tremor, iritabilitas
dan beberapa masalah kardiovaskuler (Thachikardia, palpitasi, aritmia)
3
Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekstrasikan lebih cepat pada urin asam
dari pada urin basah.
Reaksi yang merugikan :menimbulkan efek-efek yang buruk pada sistem saraf pusat,
kardiovaskuler, gastroinstetinal, dan endrokrin,\.
Dosis : Dewasa 5-20 mg ; Anak >6 th 2,5-5 mg/hari
b. Metilfedat
Indikasih : pengobatan depresi mental, pengobatan keracunan depresan ssp, sydrom
hiperkinetik pada anak
Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri abdomen, nyeri kepala,
Tachicardia
Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.
Farmakokinetik : diabsobsikan melalui saluran cerna dan dieksresikan melalui urin,
dan waktu paruh plasma antara 1-2 jam
Reaksi yang merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan hiperaktivitas.
Dosis pemberian : anak 0.25mg/kgbb/hr, Dewasa 10 mg 3x/hari
c. Kafein
Indikasi : menghilangkan rasa kantuk, menimbulkan daya pikir yang cepat,
perangsangan pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang pernafasan pada
apnea bayi prematur
Efek samping : sukar tidur, gelisah, tremor, tachicardia, pernafasan lebih cepat.
Kontraidikasi : diabetes, kegemukan, hiperlipidemia, gangguan migren, sering
gelisah (anxious).
Farmakokinetik : kafein didistribusikan keseluruh tubuh dan diabsobsikan dengan
cepat setelah pemberian, waktu paruh 3-7 jam, dieksresikan melalui urin
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan mempengaruhi
ssp dan jantung.
Dosis pemberian : apnea pada bayi 2.5-5 mg/kgbb/hr, keracunan obat.
Depresan : 0.5-1 gr kafein na-benzoat (intamuskuler).
d. Niketamid
indikasi : merangsang pusat pernafasan
efek samping : pada dosis berlebihan menimbulkan kejang
farmakokinetik : diabsobsi dari segala tempat pemberian tapi lebih efektif dari IV
dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
e. Doksapram
indikasi : perangsang pernafasan
efek samping : hipertensi, tachicardi, aritmia, otot kaku, muntah
farmakokinetik : mempunyai masa kerja singkat dalam SSP
dosis : 0.5-1.5 mg/kgBB secara IV
4
B. Obat-obat Penekan Sistem Saraf Pusat
1. Obat Anestestik :
Obat anestetik adalah obat yang di gunakan untuk menghilangkan rasa sakit dalam
bermacam-macam tindakan operasi. Anestetik di bagi menjadi 2 yaitu :
Anestetik Lokal
Anestetik Umum
a) Anestetik Lokal :
Obat yang merintangi secara reversible penerusan impuls-impuls syaraf ke SSP
pada kegunaan lokal dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal,
panas atau dingin. Contoh obat anestesi lokal diantaranya adalah buplivikan, etil
klorida (dengan efek menekan pernafasan, gelisah dan mual) selanjutnya adalah
lidokain dan prokain (novokain) sebagai anestesi filtrasi dan anestesi permukaan,
antiaritmia dengan efek mengantuk; benzokain sebagai anestesi permukaan dan
menghilangkan rasa nyeri dan gatal.
Anestetik lokal umumnya di gunakan secara paranteral misalnya pembedaan kecil
dimana pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan.
Efek samping dari pengguna anestetik lokal terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung), mengakibatkan hipersensitasi berupa
dermatitis alergi.
b) Anestetika Umum :
Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat syaraf
tertentu yang bersifat reversible, dimna seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan.
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu Anestetik umum :
Berbau enak dan tidak merangsang selaput lender.
Mula kerja cepat tanpa efek samping
Sadar kembalinya tnapa kejang
Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.
Efek samping
5
Penggolongan obat anestesi umum
Waktu induPertimbangan pemakaian
Inhalasi : cairan menguap
Eter Lamabat Sangat mudah terbakar. Tidak menimbulkan efek
yang berat bagi sistem cardiovaskuler dan hepr
enfluran Cepat Menyebabkan hipertensi, kontra indikasi ganggaun
ginjal
Halotan Cepat Pemulihan cepat, dapat menrunkan tekanan darah,
efek bronkhodilator dan kontraindikasi bagi obstetri
Inhalasi : Gas
Nitrous Sangat cepat Pemulihan cepat, mempunyai efek yang minimal
Oksida pada kardiovaskuler. Harus di berikan bersama sama
(Gas oksigen. Potensi rendah
tetawa)
Intravena
Ketamin Cepat Dipakai untuk pembedahan jangka singkat atau
(ketalar) induksi pembedahan. Obat ini meningkatkan
salivasi, tekanan darah dan nadi
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat yang
diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk
tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat yang
menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan
dan mencegah kejang-kejang. golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol (alcohol),
barbiturate, fenobarbital, benzodiazepam, methaqualon
Diazepam, indikasi hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot dan anti
ansietas (obat epilepsi)
Nitrazepam, indikasi seperti indikasi diazepam
Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang over
),gangguan koordinasi dan melantur.
Flunitrazepam indikasi hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.Efek samping :
amnesia (hilang ingatan )
Kloral hidrat indikasi hipnotika dan sedatif dengan efek samping merusak mukosa lambung
usus dan ketagihan
Luminal, indikasi sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.
6
3. Obat Psikofarmaka / psikotropik
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan
mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan digunakan untuk terapi
gangguan psikiatrik. Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok
a. Obat yang menekankan fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat (Neuroleptika) , yaitu
obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang dikenal dengan Mayor
Tranquilizer. Obat ini dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan
fungsi-fungsiumum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini digunakan pada
gangguan(infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo.
Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping
berdengung, jari- jari dingin, dan depresi. Neuroleptika mempunyai beberapa khasiat yaitu
:
Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau
menghilangkanhalusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan schizophrenia.
Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina.
Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh
proklorperezin.
Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.
Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak
karenadisebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak
Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran keruh.
Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan
rahang )
Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.
Efek anti kolinergik dengan ciriciri mulut kering, obstipasi dan gangguan penglihatan.
Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan
Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan.
b. Obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, dibagi 2 yaitu :
1. Anti Depresiva
Obat Anti Depresan, yaitu obat yang dapat memperbaiki suasana jiwa dapat menghilangkan
atau meringankan gejala-gejala keadaan murung yang tidak disebabkan oleh kesulitan
sosial, ekonomi dan obat-obatan serta penyakit.
Secara umum anti depresiva dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan
gejala-gejala murung dan putus asa. Obat ini terutamadigunakan pada keadaan depresi,
panic dan fobia. Anti depresiva dibagi dalam 2 golongan :
7
Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dengan efek
samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan
amitriptilin.
Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan gangguan
jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan prestasi
fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman dan
kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi. Obat ini mengacaukan fungsi mental
tertentu seperti zat-zat halusinasi, pikiran, dan impian/ khayal
Obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika. Atas kerja
farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
analgetik ini tidak dipengaruhi system saraf pusat yang memiliki khasiat sebagai anti piretik
untuk menurunkan suhu.Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan salisilat Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat
ini diindikasikanuntuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh aspirin dosis kecil
digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan cerebral.Asetosal adalah analgetik
antipirentik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan dandigolongkan dalam obat
bebas. Efek sampingnya yaitu perangsangan bahkan dapatmenyebabkan iritasi lambung dan
saluran cerna.
2) Golongan para aminofenol Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek
samping golongan ini serupadenga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sedang, dan dapatmenurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan
mekanisme efek sentral. Efeksamping dari parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan
dosis besar atau jangka lamadapat menyebabkan kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon(dipiron)Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek
inflamasinya lemah. Efek samping semuaderivate pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia.
4) Golongan antranilat, digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang
efektif dibandingkandengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung
dan gangguansaluran cerna sering timbul.
8
Penggunaan :
obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa memengaruhi SSP a
tau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga
berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai
obatantinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan
peradanganseperti rematik dan encok.
Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan
hati danginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada
penggunaanlama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu penggunaan anal-getika secara
kontinu tidakdianjurkan
b. Analgetik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti frakturdan kanker. Nyeri pada
kanker. Umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu:
Obat yang dapat menghentikan penyakit epilepsi, yaitu suatu penyakit ganggaun syaraf
yang di timbulkna secara tib-tiba dan berkala adakalanya disertai perubahan-perubahan
kesadaran.
Penyebab antiepleptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan
pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak (abses, tumor,
anteriosklerosis), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yamh dapat
memprovokasi serangan epilepsi.
9
Penggunaan obat antikonvulsi
1. golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hampir semua jenis epilepsi.
Contohnya fenolin.
2. golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling sering digunakan pada
serangan grand mal. Contohnya fenobarbital dan piramdon.
3. golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif.
4. golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan anti konvulsif
yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang aktif, klorazepam,
klobazepam.
5. golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsi umum tetapi kurang efektif
terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan meningkatkan
kadar asam gama amino butirat acid.
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf
parasimpatik. Ada dua macam reseptor kolinergik yaitu, pertama : reseptor muskarinik yang
merangsang otot polos dan memperlambat denyut jantung dan kedua, reseptor
nikotinik/neumuskular yang memperngaruhi otot rangka . pada pemberian obat kolinergik
perawat perlu memperhatikan efek akibat hiperkolinergik.
10
Dosis maks : 50 mg, 3x
sehari
Ambenonium Oral : 60-120 mg, 3-4x Untuk menambah kekuatan otot, masa
(mytelase) sehari kerja sedang
Antikolinestrase irreversible
Demakarium 0,125-0,25%, 1 tetes, Untuk menurunkan tekanan intraokular
(humorsol) tiap 12-48 jam pada glaukoma, miotikum, masa kerja
panjang
Isofluorofat Ointment 0,25%, tiap 8- Untuk mengobati glaukoma, kenakan
(floropryl) 72 jam pada sakus konjungtiva
Yakni obat yang merangsang sistem saraf simpatis, karena obat-obat ini
menyerupai neurotransmitter (norepinafrin/NE dan epinephrine). Obat-obat ini bekerja
pasa suatu reseptor adrenergic yang terdapat pada sel-sela otot polos, seperti pada jantung,
dinding bronkiolus, saluran gastrointestinal, kandung kemih, dan otot siliaris pada mata.
1. Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa dan terhadap
kelenjar liur dan keringat
2. Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus dan pembuluh darah otot
rangka
3. Perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi
4. Perangsangan SPP, misalnya perangsangan pernafasan, peningkatan kewaspadaan,
aktivitas psikomotor dan pengurangan nafsu makan
5. Efek metabolic, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot, lipolisis dan
pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
6. Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, renin dan hormon hipofisis.
7. Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan
neurotransmitter NE dan Ach
Efek samping seringkali muncul hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia, tremor, pusing,
sulit berkemih, mual dan muntah. Adapun kontra indikasinya adalah pada ibu hamil,
penderita stenorsis subaorta, anoreksia, insomnia dan estenia.
11
Adregenik Reseptor Dosis Pemakaian dalam klinik
Epinefrin Alfa1, beta1, Dewasa : IV, IM Syok nonhipovalemik,
(adrenalin) beta2 SK: 0,2-1 ml dari henti janntung, asfiksia
1:1000 akut, asma akut
Efadrin Alfa1, beta1, Dewasa PO : 25- Keadaan hipotensi,
beta2 50 mg, 3-4x bronkopasme, kongesti
sehari hidung, hipotensi
orteristik
Norepinefrin Alfa1, beta1 IV; 4 mg, Syok, merupakan
dekstrose 5% vasokontiktor kuat,
dalam 250-5-- ml meningkatkan tekanan
darah dan curah jantung
Dopamin Beta1 D:IV: mula-mula Hipotensi (tidak
(intropin) 1-5µg/kg/menit, menurunkan fungsi ginjal
naikkan secara dalam dosis < 5
bertahap; ≤ 50 µg/kg/menit)
µg/kg/menit
Fenilefrin (neo- Alfa1 Larutan 0,123- Kongesti hidung
synephrine) 1% (dekongestan)
Pseudoefedrin Alfa,1 beta1 Obat bebas Dekongestan
(beberapa)
Fenilpropanolamin Alfa1, beta1 Obat bebas Dekongestan
(beberapa)
Dobutamin Beta1 D: IV : mula- Obesitas
(dobutrek) mula 2,5-10
µg/kg, dapat
dinaikkan secara
bertahap : ≤40
µg/kg/menit
Isoprotenol Beta1, beta2 Inhal : 2-3 Dekompensasi ajntung,
(isoprel) semprotan, IV : payah jantung kongestif
4-20 µ/menit (meningkatkan aliran
darah miokardium dan
curah jantung)
Metaprotenol Beta1 Inhal : 2-3 Bronkospasme, blok
(alupent, metaprel) (beberapa), semprotan ≤12 jantung akut (hanya
beta2 semprotan/hari dipakai pada bradikardi
D : PO: 10-20 yng refakter terhadap
mg, 3-4 kali atropine)
sehari
Albuterol Beta2 Inhal : 1-2 spray, Bronkospasme
(proventil) setiap 4-6 jam
Dewasa, Oral : 2-
4 mg, 3-4 kali
sehari
Ritodrin (yutopar) Beta1 Oral : 10-20 mg,
(beberapa), tiap 4-6 jam, ≤
beta2 120 mg/hari
IV : 50-
300µ/menit
12
c. Parasimpatolitik dan antikolinergik
Obat-obat antikolinergik
13
mg/ hari dalam dosis
terbagi
1). α - Blocker
Efek samping yang bisa terjadi adalah hipotensi postural, iskemia miokard dan
infark miokard, Takikardi dan aritmia, Hambatan ejakulasi dan espermia yang reversible,
Kongesti nasal, Pusing, sakit kepala, ngantuk, palpasi edema perifer dan nausea dan
tekanan darah menurun. Adapun mekanisme kerjanya dapat Menimbulkan vasodilatasi
dan venodilatasi, menghambat reseptor serotonin dan merangsang sekresi asam lambung,
saliva, air mata dan keringat serta kontriksi pupil.
Penggolongan dan Indikasi Obat α – Blocker
a) α – Blocker Nonselektif:
1. Derivat haloalkilamin (dibenamin dan fenoksibenzamin) : untuk pengobatan
feokromositoma, simtomatik hipertofi prostat benigna dan untuk persiapan operasi
2. Derivat imidazolin (fentolamin dan telazolin) : mengatasi hipertensi,
pseudoobstruksi usus dan impotensi.
3. Alkaloid ergot (ergonovin, ergotamine dan ergotoksin) : untuk stimulasi kontraksi
uterus setelah partus, mengurangi nyeri migren dan untuk pengobatan demensia
senelis.
b) α1 – Blocker Selektif:
Derivat kuinazolin (prazosin, terazosin, doksazosin, trimazosin danbunazosin) : untuk
pengobatan hipertensi, gagal jantung kongesif, penyakit vaskuler perifer, penyakit
raynaud dan hipertofi prostat benigna (BPH) α2 – Blocker Selektif : (Yohimbin) untuk
pengobatan impotensi, meningkatkan TD
2. β - Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat ini. Sehingga sampai
sekarang semua β-blocker baru selalu dibandingkan dengan propanolol. Efek samping
yang ditimbulkan adalah Gagal jantung dan Bradiaritmia, Bronkospasme, Gangguan
sirkulasi perifer, Gejala putus obat (serangan angina, infark miokard, aritmia ventrikuler
bahkan kematian). Selain itu , dapat terjadi Hipoglikemia dan hipotensi, efek sentral (rasa
lelah, gangguan tidur dan depresi), Gangguan GI (nausea, muntah, diare atau konstipasi),
Gangguan fungsi libido dan alopesia, retensi urine, miopati dan atropati. Pada umumnya
obat-obat antiadrenergik di gunakan untuk pengobatan Angina pectoris, Aritmia,
Hipertensi, Infark miokard, Kardiomiopati obstruktif hipertrofik, Feokromositoma,
Tirotoksokosis, Glaucoma, tremor esensial dan Ansietas. Adapun kontraindikasinya
adalah pada penyakit vascular perifer dan penyakit paru obstruktif menahun.
14
e. Penghambat Saraf Adrenergik
Penghambat saraf adrenergic mengambat aktivitas saraf adrenergic berdasarkan
gangguan sintesis atau penyimpanan dan penglepasan neurotransmitor di ujung saraf
adrenergic. Kontraindikasi anti Adrenergik adalah penderita dengan riwayat depresi dan tidak
boleh dikonsumsi bersamaan dengan alcohol.
f. Obat Ganglion
Reseptornya dikenal sebagai reseptor nikotinik yang sensitive terhadap peghambatan oleh
heksametonium. Atas dasar fakta yang ditemukan diduga bahwa Ach yang dilepaskan saraf
preganglion berinteraksi dengan suatu neuron perantara yang di lepaskan katekolamin. Zat
yang menstimulasi kolinoreseptor di ganglion otonom dapat dibagi 2 golongan. Golongan yang
pertama terdiri dari nikotin dan lobelin. Golongan kedua adalah muskarin, metakolin dan
sebagian antikolinestrase. Sedangkan zat penghambat ganglion juga ada 2 golongan,yaitu
golongan yang merangsang lalu menghambat seperti nikotin dan yang langsung mengambat
contohnya heksametonium dan trimetafan.
15
Nikotin penting bukan karena kegunaannya dalam terapi tapi tempat kerjanya di ganglion
yang dapat menimbulkan ketergantungan dan bersifat toksik. Efek samping yang dapat
berupa muntah dan salivasi, Hipertensi,Efek sentral (Tremor dan insomnia) dan Efek
nikotinik (kelumpuhan atau lemah pada otot rangka) Intoksikasi dapat terjadi pada
penggunaan obat ini. Intoksikasi akut: mual, slivasi, kolik usus, muntah, diare, keringat
dingin, sakit kepala, pusing, pendengaran dan penglihatan terganggu, otot-otot menjadi
lemah, frekuensi napas meninggi, TD naik. Pengobatan: larutan kalium permanganate
1:10.000 Intoksikasi kronik: kejadian ini biasanya terjadi pada perokok berat antara lain
faringitis, sindrom pernapasann perokok, ekstrasistol, takikardi atrium paroksismal, nyeri
jantung, penyakit buerger, tremor dan insomnia.
16
jaringan lunak. Asam hialuronat dan turunannya tersedia untuk osteoartritis pada lutut. Natrium
hialuronat dapat diinjeksikan secara intra artikular sebagai suplemen asam hialuronat alami
dalam cairan sinovial. Injeksi ini dapat mengurangi nyeri selama 1-6 bulan namun hal ini dapat
menyebabkan peningkatan inflamasi lutut jangka pendek.
Obat Antikolinesterase
Obat Dosis Pemakaian dan pertimbangan
Edrofonium IV : 1-2 mg selama 30 dtk, Untuk mendiagnosa miastenia gravis
kemudian 8 mg jika tidak Dosis tunggal pemeriksaan biasanya
ada respon. IM : 10 mg menyebabkan peningkatan yang
berarti pada kekuatan otot (yang
bertahan sampai 5 menit
Neostigmin Oral : 150 mg/ hari dalam Harus diberikan tepat waktu untuk
dosis terbagi. (Batas : 15- mencegah krisis miastenias gravis.
375 mg/hari) Rute parenteral dilakukan bila ada
IM,IV : 0,5-2 mg gangguan mengunyah, menelan dan
bernafas
Piridostigmin Oral : 60-120 mg, 3 atau 4
kali sehari
Piridostigmin kekuatannya lebih lemah dan aktivitasnya lebih lambat daripada neostigmin
namun mempunyai durasi kerja yang lebih lama. Piridostigmin lebih dipilih daripada
neostigmin karena aktivitas piridostigmin lebih halus dan frekuensi dosisnya lebih sedikit.
Piridostigmin lebih dipilih untuk pasien yang mengalami kelemahan otot saat sadar.
Piridostigmin mempunyai efek yang ringan terhadap saluran cerna namun obat golongan
antimuskarinik mungkin masih diperlukan. Tidak disarankan melebihkan total dosis sehari di
atas 450 mg untuk menghindari down-regulation dari reseptor asetilkolin. Pengobatan
imunosupresan biasanya dipertimbangkan untuk diberikan jika dosis piridostigmin melebihi
360 mg per hari. Distigmin mempunyai durasi kerja paling lama, namun bahaya cholinergic
crisis karena akumulasi obat lebih besar dibandingkan obat-obat dengan durasi kerja lebih
pendek. Distigmin jarang digunakan pada pengobatan miastenia gravis.
17
3. Pelemas otot skelet.
Kelompok obat di bawah ini digunakan untuk mengatasi spasme otot atau kaku otot
kronis yang disebabkan oleh multipel sklerosis atau kerusakan neurologik lain, tidak
diindikasikan untuk mengatasi spasme karena luka atau cidera ringan. Obat ini bekerjanya di
sistem saraf pusat (kecuali dantrolen), tidak seperti kelompok pelemas otot yang digunakan
dalam anestesi yang bekerja dengan menghambat transmisi di simpul neuromuskular. Pelemas
otot yang bekerja sentral efektif untuk kebanyakan jenis kejang kecuali jenis alfa yang jarang.
Salah satu kekurangan obat ini adalah hilangnya daya bidai otot dari otot-otot tulang belakang
atau tungkai sehingga kadang menimbulkan kelumpuhan. Dantrolen bekerja secara langsung
pada otot rangka dan menghasilkan efek yang tidak diinginkan pada sistem saraf pusat lebih
ringan, sehingga lebih dipilih. Dosis sebaiknya dinaikkan perlahan. Baklofen menghambat
transmisi di tingkat spinal dan menekan SSP. Peningkatan dosis sebaiknya dilakukan bertahap
untuk menghindari efek samping sedasi dan hipotonia. Selanjutnya, Diazepam juga digunakan
sebagai pelemas otot rangka. Efek yang tidak diinginkan diantaranya sedasi dan ekstentor
hipotonus (jarang terjadi). Benzodiazepin lain juga mempunyai aktivitas pelemas otot. Dosis
pelemas otot benzodiazepin ini sama dengan dosis sebagai ansiolitik. Pada beberapa anak,
efektivitas diazepam tidak diragukan lagi. Terakhir adalah Tizanidin merupakan agonis alfa-2
adrenoreseptor yang digunakan untuk kekakuan yang berhubungan dengan multipel sklerosis
atau cidera simpul saraf.
18
pengobatan tetanus
Orfenadrin Oral: 100 mg, 2 kali Untuk spasme otot akut. Dapat bersifat
sehari toksik
pada overdosis yang ringan. Dipakai
dalam
kombinasi dengan aspirin dan kafein
(Norgesic).
Pelemas Otot yang bekerja perifer
Dantrolen Oral: Mula: 25 mg/hari, Untuk gangguan neurologis yang
dan naikkan secara menyebabkan spame otot. Mulai dengan
bertahap dosis rendah dan naikkan setiap 4-7 hari
Rumatan: 100 mg, 2
atau 4 kali sehari
Anti anxietas
Diazepam Oral: 2-10 mg, 3 atau 4 Untuk spasme otot akut dan kronik
kali sehari
Meprobamat Oral: 400 mg- 1,2 g/hari Untuk spasme otot
dalam dosis terbagi
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu : merangsang atau menstimulasi
19
yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak,sumsum tulang
belakang beserta syarafnya dan menghambat atau mendepresi, yang secara langsung
maupun tidak lansung memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat –Obat Penekan Sistem Saraf Pusat
Obat Anestetik
Obat Hipnotik dan Sedatif
Analgetik-Antipiretik
3.2. Saran
Lewat makalah yang sudah disusun diatas kami menyarankan agar kita sebagai perawat
atau tenaga kesehatan lainnya untuk dapat memanfaatkan obat-obatan yang ada sesuai
dengan dosis dan fungsinya sehingga kedepannya tidak ada kasus overdosis atau
penyalahgunaan obat-obatan.
20