Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian merupakan keadaan fitrah dalam kehidupan manusia. Seseorang
dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem pernafasan
terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah
dapat dibuktikan. Kematian dapat terjadi secara perlahan menurut alamiah
penyakitnya namun dapat pula terjadi secara mendadak. Kematian mendadak adalah
suatu proses yang berhubungan terhadap waktu kematian yang seketika pada suatu
kejadian atau peristiwa.
Kematian mendadak menurut World Health Organization (WHO) adalah
kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-
kasus forensik sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit bahkan detik
sejak gejala pertama timbul. Kematian yang terjadi sering tanpa diduga dan bersifat
tiba-tiba yang sebelumnya orang tersebut tampak sehat. Dalam pandangan ilmu
kedokteran forensik, setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian
yang tidak wajar sebelum dapat dibuktikan secara ilmiah. Kematian mendadak sering
disamakan dengan Sudden Natural Unexpected Death, yaitu suatu kematian yang
disebabkan oleh karena penyakit bukan akibat trauma atau keracunan.
Kematian mendadak dapat disebabkan karena beberapa hal salah satunya
akibat penyakit pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung dan pembuluh
darah menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian mendadak. Di dunia,
penyakit jantung menempati urutan teratas sebagai penyakit yang menyebabkan
kematian diikuti dengan penyakit infeksi dan kanker. Pada tahun 2008 diperkirakan
sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Kematian
yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung
koroner dan stroke diperkirakan akan meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada
tahun 2030. Kematian mendadak karena penyakit jantung merupakan 60% dari
keseluruhan kasus. Penyebab penyakit jantung bermacam-macam, antara lain
kelainan pembuluh koroner, infark miokard, miokarditis, kardiomiopati, kelainan
katup jantung, dan akibat kelainan genetik. Kecurigaan kasus kematian mendadak
sering menimbulkan pertanyaan, sehingga sangat perlu diperhatikan bagaimana
keadaan korban sebelum kematian, apakah korban baru saja menjalankan aktivitas,
atau sewaktu istirahat setelah melakukan aktivitas dan juga keadaan lingkungan
tempat kejadian perkara.

B. Tujuan
1) Mahasiswa mengetahui pengertian kematian jantung mendadak.
2) Mahasiswa mengetahui epidemiologi kematian jantung mendadak.
3) Mahasiswa mengetahui klasifikasi kematian jantung mendadak.
4) Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala kematian jantung mendadak
5) Mahasiswa mengetahui bagaimana pemeriksaan kematian jantung mendadak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada
24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar
kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama
timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak
diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan
pada suatu kasus (Gresham, 1975).
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada
seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.
Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya
akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam, dan seterusnya. Setelah beberapa
waktu, timbul perubahan pascamati yang jelas memungkinkan diagnosis kematian
lebih pasti (Simpson, 1985).
Sedangkan mendadak merupakan kata yang berkaitan dengan waktu yang
cepat atau seketika terhadap munculnya suatu kejadian atau peristiwa. Mendadak
kaitannya dengan kematian dapat bersifat mutlak ataupun relatif. Dilihat dari
perjalanan waktu kata mendadak dapat diartikan seketika, saat itu juga. Mendadak
juga dapat dirasakan bagi orang yang sempat bertemu dengan korban saat masih
sehat dan sangat terkesan dengan pertemuan tersebut (Perdanakusuma, 1984).
Definisi dari mati mendadak adalah kematian terjadi tanpa diperkirakan
sebelumnya, tanpa gejala yang nyata sebelumnya atau gejalanya hanya dalam waktu
yang singkat (menit atau jam), nontraumatis, tidak mengandung unsur kesengajaan
(Chung, 1995). Definisi Simpson tersebut menyebutkan suatu keadaan yang tidak
diperkirakan sebelumnya (unexpectedly). Suatu kematian yang tidak diperkirakan
sebelumnya, tentu tidak akan menjadi masalah dan tidak menimbulkan kecurigaan,
karena sudah diketahui akan menyebabkan kematian yang cepat. Misalnya, orang
yang dihukum gantung atau orang yang sedang dalam keadaan sakaratul maut
(terminal stage). Simpson juga menyebutkan adanya syarat bahwa gejala yang ada
sebelumnya tidak nyata atau gejala yang ada hanya dalam waktu pendek (Chung,
1995).
Dari uraian tersebut maka mati mendadak mengandung pengertian kematian
yang tidak terduga, tidak ada unsur trauma dan keracunan, tidak ada tindakan yang
dilakukan sendiri yang dapat menyebabkan kematian dan kematian tersebut
disebabkan oleh penyakit dengan gejala yang tidak jelas atau gejalanya muncul
dalam waktu yang mendadak kemudian korban mati.

B. Epidemiologi
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah
menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak dan juga memiliki

2
kecenderungan yang serupa yaitu lebih sering menyerang laki-laki dibandingkan
perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause dan menjadi 1:1 setelah
perempuan menopause. Tahun 1997-2003 di Jepang dilakukan penelitian pada 1446
kematian pada kecelakaan lalu lintas dan dari autopsi pada korban kecelakaan lalu
lintas di Dokkyo University dikonfirmasikan bahwa 130 kasus dari 1446 kasus tadi
penyebab kematiannya digolongkan dalam kematian mendadak, bukan karena
trauma akibat kecelakaan lalu lintas. Di indonesia seperti yang dilaporkan badan
Litbang Departemen Kesehatan RI, presentase kematian akibat penyakit ini
meningkat menjadi 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0 (1986) dan 19,0%
(1995).

C. Klasifikasi
Penyebab mati mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu
sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem
gastrointestinal, sistem haemopoietik dan sistem endokrin.
Dari sistem-sistem tersebut, yang paling banyak menjadi penyebab kematian
adalah sistem kardiovaskular, dalam hal ini penyakit jantung (Perdanakusuma,
1984).

a. Sistem Kardiovaskular
Mati mendadak adalah kematian yang tidak terduga, nontraumatis, non self
inslicted fatality, yang terjadi dalam waktu 24 jam sejak awal gejala. Berdasarkan
definisi ini maka penyakit jantung (sudden cardiac death) merupakan 60 % dari
keseluruhan kasus.
Jika yang dianggap mati mendadak adalah kematian yang terjadi satu jam
sejak timbulnya gejala, maka sudden cardiac death merupakan 91% dari semua
kasus mati mendadak (Baradero, 2008).
Sudden Cardiac Death adalah kematian tidak terduga karena penyakit
jantung, yang didahului dengan gejala maupun tanpa gejala yang terjadi 1 jam
sebelumnya (Chung, 1995).
Lebih dari 50% penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung iskemik
akibat sklerosis koroner. Urutan berikutnya adalah miokarditis, kelainan katup,
refleks viserovagal, hipersensitivitas karotid, sinkope vasovagal,
ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit (Gresham, 1975).
1. Penyakit jantung iskemik
Penyakit arteri koronaria merupakan penyebab paling banyak
kematian mendadak. Penyempitan dan oklusi koroner oleh atheroma adalah
yang paling sering ditemukan. Terjadinya sklerosis koroner dipengaruhi oleh
faktor-faktor makanan (lemak), kebiasaan merokok, genetik, usia, jenis
kelamin, ras, diabetes mellitus, hipertensi, stress psikis, dan lain-lain
(Suyono, 2001). Kematian lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
wanita. Sklerosis ini sering terjadi pada ramus descendens arteri koronaria
sisnistra, pada lengkung arteri koronaria dekstra, dan pada ramus
sirkumfleksa arteri koronaria sisnistra. Lesi tampak sebagai bercak kuning
putih (lipidosis) yang mula-mula terdapat di intima, kemudian menyebar
keluar lapisan yang lebih dalam. Kadang-kadang dijumpai perdarahan

3
subintima atau ke dalam lumen. Adanya sklerosis dengan lumen menyempit
hingga pin point sudah cukup untuk menegakkan diagnosis iskemik, karena
pada kenyataannya tidak semua kematian koroner disertai kelainan otot
jantung (Gresham, 1975). Sumbatan pada pembuluh darah koroner
merupakan awal dari munculnya berbagai penyakit kardiovaskular yang
dapat menyebabkan kematian. Kemungkinan kelanjutan dari sumbatan
pembuluh darah koroner adalah :
(1) Mati mendadak yang dapat terjadi sesaat dengan sumbatan arteri atau
setiap saat sesudah terjadi.
(2) Fibrilasi ventrikel yang disebabkan oleh kerusakan jaringan nodus atau
kerusakan sistem konduksi.
(3) Komplikasi-komplikasi lain.
2. Infark miokard
Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat
insufisiensi aliran darah. Insufisiensi terjadi karena spasme atau sumbatan
akibat sklerosis dan thrombosis. Infark miokard adalah patologik (gejala
klinisnya bervariasi, bahkan kadang tanpa gejala apapun), sedangkan infark
miokard akut adalah pengertian klinis (dengan gejala diagnosis tertentu)
(Baradero, 2008). Sumbatan pada ramus descendent arteria koronaria sinistra
dapat menyebabkan infark di daerah septum bilik bagian depan, apeks, dan
bagian depan pada dinding bilik kiri. Sedangkan infark pada dinding
belakang bilik kiri disebabkan oleh sumbatan bagian arteria koronaria
dekstra. Gangguan pada ramus sirkumfleksa arteria koronaria sinistra hanya
menyebabkan infark di samping belakang dinding bilik kiri. Suatu infark
yang bersifat dini akan bermanifestasi sebagai daerah yang berwarna gelap
atau hemoragik. Sedangkan infark yang lama tampak berwarna kuning padat
(Baradero, 2008). Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam awal atau
hari setelah infark dan penyebab segeranya adalah fibrilasi ventrikel.
Penyebab lain dari kematian mendadak setelah onset dari infark adalah
ruptur dinding ventrikel pada daerah infark dan kematian akibat tamponade
jantung (Baradero, 2008).
3. Penyakit Katup Jantung
Lesi katup sering ditemukan pada kasus-kasus kematian mendadak
dan tampak pada banyak kasus dapat ditoleransi dengan baik hingga akhir
hidup. Suatu lesi katup spesifik yang terjadi pada kelompok usia lanjut
adalah stenosis aorta kalsifikasi (sklerosis anular), yang tampak sebagai
degenerasi atheromatosa daun katup dan cincinnya dan bukan suatu akibat
dari penyakit jantung rematik pada usia muda (Baradero, 2008).
Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat yang panjang.
Kematian mendadak dapat terjadi akibat ruptur valvula. Kematian mendadak
dapat juga terjadi pada stenosis aorta kalsifikasi (calcific aortal stenosis),
kasus ini disebabkan oleh penyakit degenerasi dan bukan karditis reumatik.
Penyakit ini lebih banyak pada pria dibanding wanita dan timbul pada usia
sekitar 60 tahun atau lebih (Baradero, 2008).

4
4. Miokarditis
Miokarditis adalah radang pada miokardium yang ditandai dengan
adanya proses eksudasi dan bukan sel radang. Miokarditis akut dapat berupa
miokarditis akut purulenta yang merupakan komplikasi dari septikemia atau
abses miokard (Baradero, 2008).
Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering terjadi
pada dewasa muda. Diagnosis miokarditis pada kematian mendadak hanya
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi. Otot jantung harus
diambil sebanyak dua puluh potongan dari dua puluh lokasi yang berbeda
untuk pemeriksaan ini. Pada pemeriksaan histopatologik tampak peradangan
interstisial atau parenkim, edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot
hingga miolisis. Infiltrasi leukosit berinti tunggal, plasmosit dan histiosit
tampak jelas (Baradero, 2008).
5. Hipertoni
Hipertoni ditegakkan dengan adanya hipertrofi otot jantung disertai
dengan tanda-tanda lain seperti pembendungan atau tanda-tanda
dekompensasi, sklerosis pembuluh perifer serebral status lakunaris pada
ganglia basalis, sklerosis arteria folikularis limpa dan asrteriosklerosis ginjal.
Hipertrofi miokardium dapat terjadi pada hipertensi, penyakit katup jantung,
penyakit paru-paru yang kronik atau oleh karena keadaan yang disebut
kardiomiopati atau idiopati kardiomegali. Satu atau kedua sisi jantung
(Baradero, 2008).
6. Penyakit Arteri
Sebagai penyebab kematian mendadak, satu-satunya penyakit arteri
yang penting adalah yang dapat menjadi aneurisma, sehingga mudah ruptur.
Aneurisma paling sering terjadi di aorta thoracalis dan aneurisma
atheromatous pada aorta abdominalis, yang biasanya terjadi pada laki-laki
berusia di atas lima puluh tahun. Akibat dari ruptur aneurisma tergantung
pada lokasi ruptur. Jika ruptur terjadi pada aneurisma aorta ascenden, maka
mungkin akan masuk ke dalam paru-paru, rongga pleura, medistinum,
bahkan trakhea, bronkus, dan esophagus. Ruptur pada aorta thoracalis pars
descendent biasanya selalu ruptur ke cavum pleura. Pada aorta pars
abdominalis ruptur biasanya terjadi sedikit di atas bifucartio. Jika aneurisma
juga melibatkan arteri-arteri iliaca, maka ruptur akan terjadi di sekitar
pembuluh darah tersebut. Perdarahan biasanya retroperitoneal dan kolaps
mendadak bisa terjadi. Ruptur mungkin ke arah rongga retroperitoneal atau
kadang-kadang sekitar kantung kencing dan diagnosis baru dapat diketahui
setelah autopsi. Selain ruptur aneurisma, mati mendadak karena
kelainan aorta juga disebabkan oleh koarktasio aorta, meskipun biasanya
berakibat terjadinya ruptur dan deseksi. Kematian terjadi beberapa jam atau
hari setelah gejala muncul. Gejala atau keluhan yang paling sering muncul
pada umumnya adalah rasa sakit (Eddy, 2008).

5
7. Kardiomiopati Alkoholik
Kardiomiopati alkoholik mungkin lebih banyak terjadi daripada
kenyataan yang ada. Alkohol dapat menyebabkan mati medadak melalui dua
cara. Pertama bersama dengan obat psikotropik. Kedua efeknya terhadap
jantung. Kardiomiopati alkoholik akibat langsung dari:
(1) Efek toksik langsung pada miokard.
(2) Defisiensi nutrisi secara umum, juga vitamin.
(3) Penyakit jantung beri-beri.
Efek toksik langsung terhadap miokard merupakan penyebab yang
paling umum. Dua penyebab lainnya tidak biasa ditemukan. Ditemukannya
mati mendadak karena kardiomiopati alkoholik didukung dengan hipertrofi
ventrikel, yang biasanya terjadi pada dua ventrikel, dan arteria koronaria
relatif bebas dari atheroma serta riwayat tekanan darah normal (Baradero,
2008).
8. Tamponade cordis
Tamponade cordis keadaan gawat darurat di mana cairan terakumulasi
di pericardium. Sebelum timbulnya tamponade, penderita biasanya
merasakan nyeri samar-samar atau tekanan di dada, yang akan bertambah
buruk jika berbaring dan akan membaik jika duduk tegak. Penderita
mengalami gangguan pernapasan yang berat selama menghirup udara, vena-
vena di leher membengkak (Chung, 1975).
Tamponade jantung dapat terjadi secara mendadak jika begitu banyak
cairan yang terkumpul secara cepat sehingga jantung tidak dapat berdenyut
secara normal. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan dalam
jantung, dan menyebabkan ventrikel jantung tidak terisi dengan sempurna,
sehingga hasilnya adalah pemompaan darah menjadi tidak efektif, syok, dan
dapat juga menyebabkan kematian (Chung, 1975).

D. Tanda dan Gejala Kematian Jantung Mendadak


Ada banyak kematian yang disebabkan oleh hal ini, terjadi tanpa peringatan, tapi
ada beberapa gejala yang bisa diperhatikan:
1. Pingsan tanpa sebab.
Tiba-tiba pingsan tanpa sebab saat sedang melakukan aktivitas fisik, bisa
menjadi tanda adanya masalah dengan jantung.
2. Adanya riwayat keluarga kematian jantung mendadak.
Tanda lain yang harus diperhatikan adalah jika ada anggota keluarga meninggal
mendadak sebelum usia 50 tahun. Ini memang bukan gejala fisik, tetapi penting
diperhatikan. Akan lebih baik, jika Anda berkonsultasi pada dokter untuk
melakukan skrining.
3. Sesak napas atau nyeri dada juga bisa menjadi tanda bahwa Anda berisiko
mengalami kematian jantung mendadak, tetapi bukan tidak mungkin ini
merupakan gejala penyakit lainnya, seperti asthma.

6
E. Pemeriksaan Kematian Jantung Mendadak
a. Autopsi
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan merumuskan
proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-
penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan
sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian.
 Berdasarkan tujuannya, autopsi terbagi atas :
1. Autopsi klinik
Dilakukan terhadap mayat seorang yang diduga terjadi akibat suatu
penyakit, tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti,
menganalisis kesesuaian antara diagnosis klinis dengan diagnosis
postmortem, patogenesis penyakit dan sebagainya. Untuk autopsi ini
diperlukan izin keluarga terdekat mayat tersebut. Sebaiknya autopsi
klinik dilakukan secara lengkap, namun dalam keadaan amat memaksa
dapat dilakukan juga autopsi partial atau needle terhadap organ tertentu
meskipun kedua keadaan tersebut kesimpulannya sangat tidak akurat.
2. Autopsi forensik/medikolegal
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat
suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan,
pembunuhan maupun bunuh diri. Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1) Membantu penentuan identitas mayat
2) Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian dan saat
kematian
3) Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan
identitas benda penyebab dan pelaku kejahatan
4) Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam
bentuk visum et repertum.
Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh
dokter sendiri dan seteliti mungkin.
3. Autopsi Anatomi
Dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh
mahasiswa kedokteran dalam rangka belajar mengenai anatomi
manusia. Untuk autopsi ini diperlukan izin dari korban (sebelum
meninggal) atau keluarganya. Dalam keadaan darurat, jika dalam 2 x
24 jam seorang jenazah tidak ada keluarganya maka tubuhnya dapat
dimanfaatkan untuk autopsi anatomi (Mansjoer dkk, 2000).
 Persiapan Sebelum Autopsi Forensik
Sebelum dilakukan autopsi forensik yang perlu diperhatikan adalah hal-hal
sebagai berikut :
1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan autopsi yang akan
dilakukan termasuk izin keluarga, surat permintaan
pemeriksaan/pembuatan visum et repertum
7
2. Memastikan mayat yang akan diautopsi adalah mayat yang dimaksud
dalam surat tersebut.
3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya
kematian selengkap mungkin membantu memberi petunjuk
pemeriksaan dan jenis pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
4. Memastikan alat-alat yang diperlukan telah tersedia (Mansjoer dkk,
2000).
 Teknik Autopsi Forensik
Dalam autopsi forensik ada 2 teknik yang dilakukan yaitu teknik
pemeriksaan luar dan teknik pemeriksaan dalam.
1. Teknik pemeriksaan luar
Dalam teknik pemeriksaan luar yang diperiksa adalah bagian luar
mayat seperti pakaian yang dipakai, perhiasan, benda yang ada
disamping mayat, perubahan tanatologi, identitas mayat, tanda-tanda
khusus, warna kulit, rambut, perkiraan umur, ras, mata, bagian wajah,
alat kelamin, tanda-tanda kekerasan/luka.
2. Teknik pemeriksaan dalam
Dalam teknik pemeriksaan dalam organ tubuh yang diperiksa dimulai
dari lidah, tonsil, kelenjar gondok, kerongkongan (eofagus), batang
tenggorok (trakea), tulang lidah, rawan gondok (kartilago tiroidea),
rawan cincin (kartilago krikoidea), arteri karotis interna, kelenjar
kacangan (timus), paru-paru, jantung, aorta torakalis, aorta
abdominalis, anak ginjal (kelenjar suprarenalis), ginjal, ureter, kandung
kencing, hati, kandung empedu, limpa, kelenjar getah bening,
lambung, usus halus, usus besar, kelenjar liur perut, otak besar, otak
kecil, batang otak, alat kelamin dalam (genitalia interna) (Mansjoer
dkk, 2000).
 Kepentingan Autopsi Forensik
Mati mendadak sampai saat ini mungkin masih dianggap sebagai
peristiwa yang wajar, baik oleh masyarakat maupun pihak penyidik atau
kepolisian. Sehingga kasus mati medadak tidak dimintakan autopsi.
Kondisi tersebut sangat merugikan, mengingat kemungkinan kematian
mendadak tersebut terdapat unsur kriminalnya, atau kematian tersebut
berhubungan dengan kelalaian perbuatan orang lain (Prakoso, 1992).
Kasus mati mendadak yang tidak terduga sering menimbulkan
pertanyaan. Kecurigaan adanya ketidakwajaran sering muncul dalam
pikiran orang. Berbagai pertanyaan muncul dalam benak masingmasing
orang tentang korban yang mati mendadak tersebut. Pada kasus kematian
mendadak, sangat perlu mendapat perhatian keadaan korban sebelum
kematian. Apakah korban baru menjalankan aktivitas, atau sewaktu
istirahat sehabis melakukan aktivitas. Keadaan lingkungan tempat kejadian
perkara juga harus diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

8
1. Kematian terjadi pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik maupun
emosional dan disaksikan oleh orang lain, misalnya sedang
berolahraga, melakukan ujian, dan lain sebagainya.
2. Jenazah dalam keadaan mencurigakan, misalnya korban tanpa kelainan
apa-apa dengan dengan pakaian rapi ditemukan meninggal, atau
meninggal di tempat tidur sendirian.
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan
proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-
penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan
sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian (Mansjoer dkk, 2000).
Prakoso (1992) mengutip pernyataan Gonzales yang menyebutkan
beberapa kondisi yang mendukung untuk dilakukannya autopsi pada kasus mati
mendadak, yaitu:
1. Jika jenazah ditemukan dalam keadaaan yang mencurigakan, seperti
ditemukan
2. adanya tanda kekerasan. Kadang kematian mendadak yang disebabkan
penyakit dapat dipacu oleh adanya kekerasan yang disengaja tanpa
meninggalkan tanda pada tubuh korban. Umur korban juga memegang
peranan penting dalam menentukan, apakah korban perlu dilakukan autopsi
atau tidak. Mati mendadak jarang terjadi pada usia muda, jadi kecurigaan
adanya unsur kriminal perlu lebih diperhatikan dibanding pada orang tua.
3. Autopsi dilakukan atas permintaan keluarga, yang ingin mengetahui sebab
kematian korban.
4. Autopsi dilakukan untuk kepentingan asuransi.
Kematian mendadak yang tidak mendatangkan kecurigaan pada prinsipnya
tidak perlu dilakukan autopsi. Baru jika penyidik merasa ada kecurigaan atau
tidak mampu untuk menentukan adanya kecurigaan mati tidak wajar, maka
dokter sebetulnya mutlak untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian
yang sebenarnya (Prakoso, 1992). Pada autopsi kasus yang diduga kematian
mendadak, hampir selalu pemeriksaan toksikologi harus dilakukan. Tanpa
pemeriksaan toksikologi, penegakan sebab mati menjadi kurang tajam
(Simpson, 1985).

9
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kematian mendadak merupakan kematian dalam waktu 24 jam sejak gejala
timbul, namun pada kasus-kasus forensik sebagian besar kematian terjadi dalam
hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala timbul.Penyebab kematian mendadak
secara garis besar yaitu karena trauma, keracunan dan penyakit. Trauma yang dapat
menyebabkan kematian mendadak meliputi trauma pada otak, leher dada dan
panggul. Pada kasus mati mendadak yang diduga disebabkan keracunan perlu
dilakukan pemeriksaan ditempat kejadian (TKP), otopsi lengkap dan analisis
toksikologi untuk mengetahui racun penyebabnya. Penyakit yang dapat
menyebabkan kematian mendadak meliputi penyakit pada sistem kardiovaskuler,
penyakit pada respirasi, penyakit pada sistem pencernaan, penyakit pada sistem
hematopoetik, penyakit pada sistem urogenital dan penyakit pada SSP. Penyakit
pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam penyebab
kematian mendadak.Pemeriksaan yang dilakukan pada kematian mendadak meliputi
pemeriksaan autopsi, pemeriksaan hispatologik dan analisis toksikologi. Mengingat
kemungkinan kematian mendadak tersebut terdapat unsur kriminalnya, atau
kematian tersebut berhubungan dengan kalalaian perbuatan orang lain pemeriksaan
autopsi penting dilakukan.

10
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/8990-21408-1-PB.pdf
https://www.academia.edu/22271140/SUDDEN_DEATH_RIZKY
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31673/4/Cha
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38686/Chapter%20II.pdf?sequ
ence=4
http://repo.unsrat.ac.id/1132/2/ISI.pdf
https://lifestyle.kompas.com/read/2016/01/19/091100223/Kenali.Penyebab.dan.Gejala
.Kematian.Jantung.Mendadak.pada.Usia.Muda?page=all

11

Anda mungkin juga menyukai