i
Pengantar Asuhan Kebidanan _Priska Pandaleke, S.Tr.Keb, M.Kes
DAFTAR ISI
2. Siklus Progresteron........................................................................16
E. Definisi Menstruasi..............................................................................17
F. Penyebab Hormonal Pada Infertilitas..................................................18
G. Pengendalian Kesuburan Artifisial......................................................18
1. Terapi Memalui Obat-Obatan........................................................18
2. Terapi Kesuburan Melalui Operasi................................................18
3. Pilihan Metode Program Hamil.....................................................19
H. Pubertas................................................................................................19
1. Definisi Pubertas............................................................................19
2. Tahap Pubertas...............................................................................20
3. Penyebab Masa Puber....................................................................21
3. Kewajiban Bidan............................................................................37
F. Sistem Pencernaan...............................................................................43
G. Sistem Muskuloskeletal.......................................................................44
H. Sistem Kardiovaskuler.........................................................................45
I. Sistem Integumen................................................................................46
J. Metabolisme.........................................................................................47
K. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT).......................................48
L. Darah dan Pembekuan Darah..............................................................50
M. Sistem Pernapasan...............................................................................51
N. Sistem Persyarafan...............................................................................52
2. Kala II..........................................................................................61
3. Kala III.........................................................................................61
4. Kala IV.........................................................................................61
D. Tujuan Asuhan Persalinan..................................................................61
E. Tanda-Tanda Persallinan.....................................................................62
1. Lightening....................................................................................62
2. Pollakisuaria................................................................................ 62
3. False Labor..................................................................................62
4. Perubahan Serviks........................................................................62
Pengantar Asuhan Kebidanan _Priska Pandaleke, S.Tr.Keb, M.Kes
5. Energy Sport................................................................................62
6. Gastrointestinal Upset..................................................................63
C. Sistem Perkemihan..............................................................................93
D. Sistem Muskuloskeletal.......................................................................94
E. Sistem Endokrin...................................................................................95
F. Sistem Kardiovaskuler.........................................................................95
G. Sistem Hemotologi..............................................................................96
H. Sistem Pernapasan...............................................................................96
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................100
BAB 1
SIKLUS
KEHIDUPAN MANUSIA
1
k. Refleks moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk.
l. Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda diatas telapak tangan, bayi
akan menggenggam/adanya gerakan reflex.
m. Eliminasi baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama, mekoneum
berwarna hitam kecoklatan.
2
B. Bayi
1. Definisi Bayi
Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang tumbuh dengan pertumbuhan
dan perkembangan yang cepat berubah dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi
(Wong, 2003).
Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan proses adaptasi. Bayi harus dapat
melakukan 4 penyesuaian agar dapat tetap hidup yaitu penyesuaian perubahan suhu,
menghisap dan menelan, bernafas dan pembuangan kotoran. (Mansur, 2009).
2. Penggolongan Bayi
Menurut Soetjiningsih 2004, bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun. Dengan
pembagian sebagai berikut :
a. Masa neonatal, yaitu usia 0-28 hari.
1). Masa neonatal dini, yaitu usia 0-7 hari.
2). Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8-28
hari.
b. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.
C. Anak Balita
3
2. Karakteristik Balita dan Anak
Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu
tahun sampai tiga tahun yang yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga
tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra sekolah (Proverawati & Wati,
2010).
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan
dari apa yang disediakan oleh ibunya, laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari
masa usia pra sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola
makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut
balita masih kecil sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali
makan. Sedangkan pada usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan. Pada masa ini
berat badan anak cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari aktifitas yang
mulai banyak maupun penolakan terhadap makanan.
D. Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki
masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan
psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia &
Adiyanti, 2013)
Menurut Monks (2008) remaja merupakan masa transisi dari anak-anak hingga
dewasa, Fase remaja tersebut mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam koridor
berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses pendewasaan
pada diri remaja. Masa tersebut berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun.
4
a. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun
Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai perubahanperubahan itu, mereka
pengembangkan pikiran-pikiran baru sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis,
mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia
sudah akan berfantasi erotik.
5
Remaja yang mempunyai beberapa teman dekat atau sahabat karib. Mereka yang
terdiri dari jenis kelamin yang sama sehingga mempunyai minat dan kemampuan
yang sama. Sehingga Teman dekat yang saling mempengaruhi satu sama lain.
b. Kelompok kecil
Kelompok ini yang terdiri dari kelompok teman-teman dekat. jenis kelamin yang
sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis kelamin.
c. Kelompok besar
Kelompok ini terdiri atas beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat,
berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan. Kelompok ini besar
sehingga penyesuaian minat berkurang anggotaanggotanya. Terdapat jarak antara
sosial yang lebih besar di antara mereka.
d. Kelompok yang terorganisasi
Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh
sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja
yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar.
e. Kelompok geng
Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa tidak
puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng.
Anggotanya biasanya terdiri dari anak anak sejenis dan minat utama mereka adalah
untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.
E. Pra-konsepsi
1. Definisi Pra-konsepsi
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah
wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa
sebelum kehamilan.Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma
matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Rhode Island Departement of Health (2012) menyimpulkan bahwa wanita
prakonsepsi merupakan wanita yang siap menjadi ibu, merencanakan kehamilan dengan
memperhatikan kesehatan diri atau kesehatan reproduksi, kesehatan lingkungan, serta
pekerjaannya.Oleh sebab itu, masa prakonsepsi ini harus diawali dengan hidup sehat,
seperti memperhatikan makann yang dimakan oleh calon ibu.
6
2. Tujuan Pra-konsepsi
Perawatan prakonsepsi juga merupakan suatu langkah-langkah penilaian dan
intervensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi resiko medis,
perilaku, dan sosial kesehatan wanita, serta hasil kehamilannya dari sebelum konsepsi
(Hadar, et al, 2015).Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengidintifikasi
empat tujuan untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi di antaranya yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan prakonsepsi.
b. Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur bisa menerima pelayanan perawatan
prakonsepsi yang akan memungkinkan mereka akan kesehatan yang optimal.
c. Mengurangi resiko lahir cacat.
d. Mengurangi hasil kehamilan yang merugikan (Rhode Island Departement of Health,
2012).
Secara umum terdapat pesan khusus gizi seimbang yang perlu diperhatikan bagi
calon pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Hal tersebut meliputi konsumsi zat gizi makro dan mikro (karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral) yang akan digunakan sebagai proses pertumbuhan tubuh
yang cepat, peningkatan volume darah dan peningkatan hemoglobin dalam darah yang
berguna untuk mencegah anemia yang disebabkan karena kehilangan zat besi selama
proses menstruasi (Kemenkes,2014).
Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat,
vitamin A, E, dan B12, mineral zinc, besi, kalsium, dan omega-3. Pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan sebaiknya mulai mengubah pola makan menjadi teratur dan
baik selambat-lambatnya enam bulan sebulan sebelum kehamilan. Hal ini dapat
membantu memperbaiki tingkat kecukupan gizi pasangan (Susilowati & Kuspriyanto,
2016).
F. Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat hasil
konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa).Kehamilan merupakan suatu proses yang
alamiah dan fisiologis (Yanti, 2017).
7
2. Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda – tanda kehamilan dibagi menjadi 3 :
a. Tanda – tanda Presumtif (dugaan) hamil
1). Ameneora (tidak dapat haid)
2). Mual dan muntah (nausea dan emesis)
3). Mengidam
4). Tidak tahan suatu bau
5). Pingsan
6). Tidak ada selera makan
7). Lelah / Letih
8). Payudara tegang
9). Sering buang air kecil
10). Konstipasi sering
11). Pigmenrasi kulit
b. Tanda –tanda tidak pasti / kemungkinan kehamilan
1). Perut membesar
2). Uterus membesar
3). Tanda Chadwick, vulva dan vagina kebiruaan
4). Kontraksi – kontraksi kecil uterus
5). Test kehamilan
c. Tanda Positif ( Tanda pasti hamil )
1). Gerakan janin
2). Denyut jantung janin
3). Terlihat badanya gambaran janin melalui USG
(Padila, 2014)
3. Usia Kehamilan
Usia kehamilan normal dan sehat selama 280 hari atau 40 minggu, dan dapat di bagi
menjadi tiga trimester, yaitu:
a. Trisemester I
Kehamilan trimester pertama adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di
dalam tubuh 0 – 14 minggu. Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering
terjadi pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya timbul pada pagi hari tetapi
8
dapat pula timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi pada
usia kehamilan 6 mingu hinngga 10 mingggu (Wardani, 2012).
b. Trimester II
Kehamilan trimester kedua adalah mengandung embrio atau fetus dalam tubuh
14- 28 minggu. Pada masa ini ibu hamil akan merasa lebih tenang, tentram tanpa
gangguan berarti. Pada trimester kedua janin berkembang menuju maturasi, maka
pemberian obat- obatan harus dijaga agar jangan menganggu pembentukan gigi
geligi janin seperti antibiotika, tetrasiklin, klindamisin (Wardani, 2012).
Pada usia kehamilan trimester kedua ini biasanya merupakan saat terjadinya
perubahan hormonal dan faktor lokal ( plak ) dapat menimbulkan berbagai kelainan
dalam rongga mulut, diantaranya :
a). Peradangan pada gusi, warnanya kemerahan –merahan dan mudah berdarah
terutama pada waktu menyikat gigi. Bila timbul pembengkakan maka dapat
disertai dengan rasa sakit.
b). Timbulnya benjolan pada gusi antar dua gigi yang disebut Epulis Gravidarum,
terutama pada sisi yang berhadapan dengan pipi. Pada keadaan ini, warna gusi
menjadi merah keunguan sampai kebiruan,mudah berdarah dan gigi terasa
goyang.Benjolan ini dapat membesar hingga menutupi gigi (Kemenkes RI,
2012).
c. Trimester III
Trimester ketiga adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh
pada 28-40 minggu. Pada trimester ketiga rasa lelah, ketidaknyamanan, dan depresi
ringan akan meningkat. Tekanan darah ibu hamilbiasanya meninggi, dan kembali
normal setelah melahirkan(Wardani,2012).Peningkatan hormon estrogen dan
progesteron memuncak pada trimester ini.
9
pergantian fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada minggu keenam
sampai minggu kedelapan kehamilan, dimana plasenta berperan sebagai organ endokrin
yang baru.Pada akhir trimester ketiga, progesteron dan estrogen mencapai level
puncaknya yaitu 100 ng/ml dan 6 ng/ml, yang merupakan 10 dan 30 kali lebih tinggi dari
konsentrasinya pada saat menstruasi (Trisnayati ,2014).
G. Nifas
1. Definisi Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang
berkaitan saat melahirkan (Suherni dkk, 2009 : 1)
Menurut Prawirohardjo (2009 : 122), masa nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Jadi dapat disimpulkan masa nifas adalah masa dimana setelah bayi dan
plasenta lahir sampai organ-organ kandungan pulih seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih sekitar enam minggu.
2. Periode Nifas
Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Suherni (2009 : 2), dibagi menjadi 3
periode, yakni:
1). Puerperium dini: Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2). Puerperium intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-
kira antara 6 sampai 8 minggu.
3). Remot puerperium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
10
3). Perubahan Tinggi dan Berat Uterus Saat Masa Nifas
4). Lochea
5). Perubahan Vagina dan Perineum
6). Perubahan Sistem Pencernaan
7). Perubahan Sistem Perkemihan
H. Masa Antara
Masa antara adalah suatu fase hidup yang dialami oleh seorang wanita dalam kurun waktu
usia subur antara kehamilan satu dengan yang lainnya, atau antara melahirkan terakhir
sampai sebelum masa klimakterium.
I. Masa Klimakterium
1. Definisi Masa Klimakterium
Klimakterium adalah periode kehidupan wanita yang dimulai ketika fungsi rahim
mengalami penurunan dan berakhir ketika rahim benar-benar tidak berfungsi lagi secara
alamiah. Berdasarkan definisinya, periode klimakterium terbagi atas 3 tahap, yakni fase
pramenopause, perimenopause, dan menopause. Masing-masing tahapan klimakterium
memiliki ciri yang khas.
11
c. Menopause
Menopause yaitu sebuah keadaan wanita yang tidak mendapat haid selama 12
bulan disertai adanya tanda tanda menopause sampai menuju senium. Menopause
terjadi pada usia antara 45 sampai 51 tahun
12
BAB 2
SIKLUS
REPRODUKSI WANITA
Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-menerus dan mengarah
pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan dinding jika kehamilan tidak
terjadi. Setiap bulan, sel telur harus dipilih kemudian dirangsang agar menjadi matang.
Endometrium pun harus dipersiapkan untuk berjaga-jaga jika telur yang sudah dibuahi
(embrio) muncul kemudian melekat dan berkembang disana. Pendarahan menstruasi dimulai
menjelang akhir pubertas. Saat itu anak gadis mulai melepaskan sel telur sebagai bagian dari
periode bulanan yang disebut dengan siklus reproduksi wanita atau siklus menstruasi
(Verawaty & Rahayu, 2011).
Pendarahan menstruasi menandakan bahwa wanita yang mengalaminya tidak hamil.
Namun, pendarahan ini tidak bisa dijadikan patokan pasti bahwa kehamilan tidak terjadi,
karena ada beberapa wanita yang mengalami pendarahan di awal kehamilannya. Selama usia
reproduksi, ketiadaan menstruasi bisa menjadi indikasi pertama bahwa si wanita itu
kemungkinan hamil (Verawaty & Rahayu, 2011).
Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH) dan Follicle
Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis, mencetuskan ovulasi
dan menstimulasi ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan
progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk
memungkinkan terjadinya pembuahan (Sinaga et al., 2017).
1. Fase Folikuler
Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi. Berikut ini hal-hal
yang terjadi selama fase folikuler:
1). Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan luteinizing
hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju ke ovarium untuk
merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di dalam ovarium. Telur-telur itu
berada di dalam kantungnya masing-masing yang disebut folikel.
13
2). Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.
3). Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan hormon
ini membuat tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang.
4). Saat fase folikuler berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu ovarim
menjadi dominan dan terus matang. Folikel dominan ini menekan seluruh folikel
lain kelompoknya sehingga yang lain berhenti tumbuh dan mati. Folikel dominan
akan terus memproduksi estrogen.
2. Fase Ovulasi
Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler. Fase ini adalah
titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode menstruasi berikutnya akan dimulai
sekitar 2 minggu kemudian. Peristiwa di bawah ini terjadi di fase ovulasi:
1). Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH yang
diproduksi oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan melepaskan sel telur
dari dalam ovarium.
2). Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap oleh ujung-
ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria). Fimbria kemudian menyapu
telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur akan melewati tuba Fallopi selama 2-3
hari setelah ovulasi.
3). Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir serviks.
Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini, lendir yang kental
akan menangkap sperma pria, memeliharanya, dan membantunya bergerak ke atas
menuju sel telur untuk melakukan fertilisasi.
3. Fase Luteal
Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses di bawah ini:
1). Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi struktur baru
yang disebut dengan corpus luteum.
2). Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang
mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio.
3). Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang telah
dibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk
melakukan proses implantasi. Pada tahap ini, si wanita sudah dianggap hamil.
14
4). Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering, dan
meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh karena
dinding uterus tidak dibutuhkan untuk menopang kehamilan, maka lapisannya
rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari dinding uterus pun (endometrium)
bergabung untuk memebentuk aliran menstruasi yang umumnya berlangsung
selama 4-7 hari (Sinaga et al., 2017).
5). Selama menstruasi, arteri yang memasok dinding uterus mengerut dan kapilernya
melemah. Darah mengalir dari pembuluh yang rusak, melepaskan lapisan-lapisan
dinding uterus. Pelepasan bagian-bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara
acak. Lendir endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan (Sinaga et al.,
2017).
15
D. Efek Siklus Estrogen Dan Progesteron
1. Siklus Estrogen
Peran hormon estrogen sangat besar dalam sistem reproduksi wanita. Pada saat wanita
memasuki masa pubertas, hormon estrogen berperan terhadap perubahan fisik seperti
tumbuhnya payudara, rambut kemaluan, dan bulu ketiak.
Hormon estrogen pula yang menyebabkan terjadinya menstruasi pertama dan
kemudian mengatur siklus menstruasi selanjutnya.
2. Siklus Progresteron
Fungsi hormon estrogen dan progesteron sebenarnya saling berkaitan dalam
mengatur siklus menstruasi. Namun, tugas utama dari hormon progesteron pada wanita
adalah mempersiapkan tubuh untuk melalui masa kehamilan.
Saat seorang wanita hamil, kadar hormon progesteron dalam tubuh akan meningkat.
Fungsi hormon progesteron pada wanita hamil adalah untuk menjaga otot rahim tetap
rileks dan menjaga ketebalan dinding rahim selama janin berkembang.
Jika Anda merasakan pusing, mulas, mual, dan sembelit selama hamil, hal tersebut
bisa jadi dikarenakan tubuh bereaksi terhadap perubahan kadar hormon progesteron.
Munculnya rambut-rambut halus pada bagian payudara atau perut juga tidak perlu
dikhawatirkan karena ini merupakan salah satu efek dari meningkatnya hormon
progesteron.
16
Estrogen dan Progesteron meningkat :Maka akan terjadi perumbuhan Estrogen meningkat: Maka en
terhenti dan terjadi pelepasan & pendarahan endometrium.
Endometrium
E. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah pendarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya
teratur setiap bulan (Hawari, 2004). Darah alami yang keluar dari rahim pada waktu-waktu
khusus (Syaikh Ibnu Jibrin dalam Al-Husainan, 2008).
Jadi, dapat disimpulan menstruasi adalah peristiwapendarahan dari rahim sebagai tanda
telah matangnyaorgan seksual pada perempuan, yang mempunyaisiklus kejadian.
Normalnya terjadi pada usia 11 – 16 tahun. Cepat lambatnya kematangan seksual ini
dipengaruhi: Faktor fisik individu yang sifatnya fisiologik (internal) dan Faktor rangsangan
dari luar individu (eksternal) seperti suku bangsa, cara hidup dll. Rangsangan-rangsangan
kuat dari luar yang mengakibatkan memuncaknya atau semakin panasnya reaksi-reaksi
seksual → mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat.
Keadaan Normal Menstruasi:
a. Panjang siklus 28 ± 2 hari.
b. Lama haid 3 – 7 hari.
c. Banyaknya 2-3 kali ganti duk sehari.
17
F. Penyebab Hormonal Pada Infertilitas
Penyebab infertilitas pada wanita bisa beragam, tetapi umumnya terjadi karena gangguan
dalam proses ovulasi atau pelepasan sel telur dari indung telur (ovarium). Saat ovulasi
terganggu, sel telur tidak dapat dilepaskan sehingga sulit atau tidak bisa dibuahi oleh sperma.
Akibatnya, kehamilan pun tidak dapat terjadi. Salah satu penyebabnya yaitu Gangguan
Hormonal.
Gangguan Glandula Pituitaria,thyroidea,adrenalis atau ovarium yang menyebabkan
kegagalan ovulasi, kegagalan endometrium uterus untuk berpoliferasi sekresi, sekresi vagina
dan serviks yang tidak menguntungkan bagi sperma kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopi
yang menghalangi spermatozoa menuju uterus.
Secara umum, terapi kesuburan dibagi menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah terapi
kesuburan dengan menggunakan obat-obatan. Terapi kedua adalah dengan prosedur bedah.
Cara terakhir yang bisa dilakukan adalah dengan cara inseminasi buatan dan bayi tabung
1. Terapi Memalui Obat-Obatan
Obat-obatan yang digunakan untuk membantu menyukseskan program hamil melalui
terapi kesuburan adalah clomifene. Obat ini berfungsi mendorong pelepasan sel telur
terjadi secara teratur. Obat-obatan ini diberikan kepada perempuan yang mengalami
proses ovulasi tidak teratur atau tidak bisa berovulasi sama sekali. Untuk masalah yang
sama, tamoxifen mungkin akan dijadikan sebagai obat alternatif oleh dokter.
Selain itu, untuk merangsang ovulasi pada wanita, dapat juga diberikan hormon
GnRH (Gonadotrophin-releasing hormon) atau dopamin. Hormon gonadotropin juga
dapat diberikan untuk merangsang ovulasi dan bermanfaat untuk meningkatkan
kesuburan pria. Jika wanita tersebut mengalami sindrom ovarium polikistik (PCOS),
maka obat yang biasa diberikan adalah metformin. PCOS sendiri biasanya ditandai
dengan adanya kista di dalam ovarium, tidak teraturnya ovarium dalam melepaskan sel
telur, dan terlalu tingginya kadar hormon androgen dalam tubuh.
18
bekas luka oleh karena penyakit terdahulu seperti infeksi atau radang yang menyebabkan
terbentuk jaringan parut di saluran telur.
Operasi juga mungkin dibutuhkan jika terdapat sel-sel dari lapisan rahim tumbuh di
area lain dalam tubuh, yang disebut dengan endometriosis. Seorang wanita yang meski
telah diberikan obat-obatan untuk mengatasi PCOS namun masih belum kunjung
sembuh, juga dapat menjalani prosedur operasi. Operasi untuk mengatasi PCOS biasa
disebut sebagai diatermi ovarium.
Masalah lain yang mengganggu kesuburan seorang wanita dan bisa ditangani dengan
operasi adalah fibroid atau miom. Operasi menghilangkan fibroid akan dipertimbangkan
jika penyebab infertilitas lainnya tidak bisa ditemukan.
H. Pubertas
1. Definisi Pubertas
Masa Pubertas Pada Remaja Pubertas adalah proses kematangan dan pertumbuhan
yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks
sekunder mulai muncul (Wong, et al. 2019 p.585).
19
Masa puber merupakan masa transisi dan tumpang tindih. Dikatakan transisi karena
pubertas berada dalam peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa remajadan
dikatakan tumpang tindih karena beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih
dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja juga dimilikinya. Jadi masa puber meliputi
tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja. Menjelang anak matang
secara seksual, ia masih disebut “anak puber”, begitu matang secara seksual ia disebut
“remaja” atau “remaja muda” (Al Mighwar, 2018, p.70).
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih
ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Pribadi itulah yang menjadi pusat
pikirannya (Zulkifli, 2005, p.70).
2. Tahap Pubertas
a. Al-Mighwar (2006, p.20) menjelaskan masa puber terjadi secara bertahap, yaitu:
1). Tahap Prapubertas
Tahap ini disebut juga tahap pematangan yaitu pada satu atau dua terakhir masa
kanak-kanak. Pada masa ini anak dianggap sebagai ”prapuber”, sehingga ia
tidak disebut seorang anak dan tidak pula seorang remaja. Pada tahap ini, ciri-
ciri seks sekunder mulai tampak, namun organ-organ reproduksinya belum
berkembang secara sempurna.
20
1). Prapubertas Yaitu periode sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama
kali mengalami perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual.
2). Pubertas Merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan
keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan pada
remaja putra indikasi seksualitasnya kurang jelas.
3). Pascapubertas Merupakan periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas, ketika
pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksinya terbentuk dengan
cukup baik.
21
kelenjar ini dan secara berangsur-angsur mengakibatkan penurunan jumlah
kromosom hormon pertumbuhan yang diproduksi sehingga menjadikan proses
pertumbuhan terhenti. Interaksi antara hormon gonadotropik dan gonad terus
berlangsung sepanjang kehidupan reproduksi individu, kemudian berkurang secara
perlahan saat wanita mendekati menopause.
Wong, et al (2019 p.585) mengatakan bahwa secara umum peristiwa pubertas
disebabkan oleh pengaruh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior
(adenohiposis) sebagai respons terhadap stimulasi dari hipotalamus. Stimulasi gonad
memiliki fungsi ganda, yaitu:
a. Produksi dan pelepasan gamet produksi sperma pada pria dan kematangan serta
pelepasan ovum pada wanita.
b. Sekresi hormon seks yang sesuai, yaitu estrogen dan progesteron dari ovarium
(wanita) dan testosteron dari testis (pria).
22
BAB 3
KONSEP UMUM
KEHAMILAN
Dalam asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan
kehamilan, yakni:
a. Kehamilan merupakan proses yang alamiah
Perubahan perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah
bersifat fisiologis. Oleh karena itu, asuhan yang diberikan adalah asuhan yang
meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan
menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.
b. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continutity of care).
Sangant penting bagi ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan dari seorang
profisional. Dengan demikian, maka perkembangan kondisi ibu hamil akan terpantau
dengan baik dan juga lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal pemberi
asuhan.
c. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family cetered).
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang
diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan
bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja
melaikan juga keluarganya dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi
bagian integral/tidak terpisah dari ibu hamil.
Sikap prilaku dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang
dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu,
keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan
yang kuat bagi bagi anggotanya. Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan
kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya dan bidan dengan ibu sebagai penentu
utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunya hak untuk melihat dan
memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidannya.
d. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh
pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya.
23
Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan
merawat ibu hamil, karenannya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman
agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk
mampu mengambil keputusan tentang kesahatan diri dan keluarganya melalui tindakan
KIE dan konseling yang dilakukan bidan.
Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
alamiah dan fisologis walaupun beberapa kasus mungkin terjadi komlikasi sejak awal
karena kondisi tertentu. Proses kelahiran meliputi kejaadian fisik psikososial dan
kurtural.
Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan, keluarga
dan masyarakat. Prilaku ibu selama masa kehamilannya akan mempengaruhi
kehamilannya, prilaku ibu dalam prilaku penolong persalinan akan mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu dan
janin serta mencegah komlikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu
kesatuan yang utuh.
Dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara
komprehensif atau menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi:
1. Mengumpulakan data riwayat kesahtan dan kehamilan serta menganalisis tiap
kunjungan/pemeriksaan kehamilan.
2. Melaksakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.
3. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri (TFU), posisi, presentasi
dan penurunan jannin.
4. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dan gerakan
janin.
5. Menghitung usia kehamilan dan taksiran persalinan (TP).
6. Mengkaji status gizi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.
7. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi.
8. Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya dan bagaimana cara menghubungi
petugas kesehatan.
9. Melakuka penatalaksaan kehamilan dengan anemia ringan, hipertensi tingkat I, abortus
inimen dan pre eklamsi ringan.
24
10. Menjelaskan cara mengatasi ketidaknyamanan dalam kehamilan
11. Memberikan imunisasi
12. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penanganannya termasuk
rujukan tempat pada: kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, PEB, hipertensi,
peredaran pervaginam, kehamlan ganda aterm, kematian janin, oedema yang
signifikan,sakit kepala berat, pandangan kabur, nyeri epigastrium, ketuban pecah dini,
diabetes mellitus, kelainan kongenetal, kelainan letak janin, IMS.
13. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.
14. Bimbingan dan penyuluhan tentang prilaku kesehatan selama hamil seperti gizi, latian
fisik, keamanan, dan merokok.
15. Penggunaan secara aman jamu atau obat-obatan tradisional yang tersedia.
2. Pemberdayaan
Ibu dan keluarga mempunyai kebijaksanaan dan sering kali mengetahui kapan mereka
melahirkan. Keyakinan dan kemampuan ibu untuk melahirkan dan merawat bayi bisa
ditingkatkan atau dihilangkan oleh yang memberikan asuhan pada dan dimana ia
melahirkan. Jika ibu bersikap negatif atau kritis hal ini akan mengetahui ibu dan
mempengaruhi lamanya persalinan.
3. Otonomi
Ibu dan keluarga memperlakukan informasi sehingga mereka membuat suatu
keputusan. Kita harus mengetahui dan menjelaskan yang akurat tentang resiko dan
keuntungan prosedur, obat-obatan dan tes dan juga membantu ibu dalam membuat suatu
pilihan yang terbaik untuk dirinya.
4. Jangan membahayakan.
Intervensi haruslah tidak dilaksakan secara rutin kecuali terdapat indikasi. Pengobatan
pada kehamilan, kelahiran pada periode pasca persalinan dengan tes “rutin” obat atau
prosedur dapat membahayakan bagi ibu dan bayinya.
25
5. Tanggungjawab
Setiap penolong persalinan harus bertanggungjawab terhadap kuliatas asuhan yang
diberikan berdasarkan kebutuhan ibu dan banyinya, bukan atas dasar kebutuhan
penolong persalinan. Asuhan berkualitas tinggi berfokus pada klien dan saying ibu
berdasarkan bukti ilmiah.
D. Sejarah ANC
Pada masa lalu, bidan dan dokter banyak menggunakan waktu selama kunjungan antenatal
untuk penilaian resiko berdasarkan riwayat medis dan obstetri secara temuan-temuan fisik.
Tujuan dari penilaian resiko adalah untuk mengidentifikasi ibu yang berisiko tinggi dan
merujuk ibu untuk mendapatkan asuhan yang khusus. Sekarang kita telah mengetahui bahwa
penilaian resiko tidak mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perintal.
Penilaian resiko juga tidak menjamin perkiraan, ibu yang mana yabg akan mempunyai
masalah selama persalinan. Hamper tidak mungkin memperkirakan ibu hamil yang mana
yang akan menghadapi kompliksi yang akan mengacam keselamatan jiwa secara kurat.
Banyak ibu hamil yang digolongkan “berisiko tinggi” yang tidak mengalami komplikasi apa
pun. Misalnya seorang ib yang tingginya kurang dari 145 cm mukin akan mengalami bayi
seberat 2500 gram tanpa masalah. Demikian juga, seorang ibu yang mempunyai riwayat tidak
begitu berarti, kehamilan normal dan persalinan yang tidak memiliki komplikasi mungkin
saja mengalami pendarahan pasca salin.
Tahun 1807 : pada masa pemerintahan gubernur jendral hendrik wiliam deadlies, para
dukun dilatih untuk melakukan persalinan.
Tahun 1849 : dibuka pendidikan dokter di jawa, Batavia.
Tahun 1851 : dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi oleh dr. w bosh
Tahun 1952 : diadakan pelatihan bidan ormal agar dapat meningkatkan kualitas
Program persalinan.
Tahun 1953 : dilaksakan khusus tambahan bidan (KTB). Seiring dengan pelatihan tersebut
maka didirikan pula badan kesehatan ibu dan anak (BKIA).
Tahun 1957 : terbentuknya suatu pelayanan yang terintegrasi, yaitu puskesmas.
26
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini merupakan instruksi presiden
yang disampaikan secara lisan pada siding cabinet tahun 1992. Kebijakan ini mengandung
perlunya mendidik bidan yang ditempatkan di desa. Tugas pokok bidan didesa adalah sebagai
bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi.
Sehubungan dengan itu, bidan desa juga menjadi pelaksana pelayanan kesehatan bayi dan
keluarga berencana. Sedangkan bidan yang bekerja dirumah sakit berorientasi pada individu.
Tigas bidan di rumah sakit mencakup pelayanan poliklinik antenatal, poliklinik keluarga
berencana, ruang perinatal, kamar bersalin, kamar oprasi kebidanan, dan ruang nifas.
Titik tolak konferensi kependudukan dunia di kairo tahun 1994 yang menkankan pada
kesehatan reproduksi memperluas garapan pelayanan bidan area tersebut meliputi:
a. Safe motherhood
b. KB
c. Penyakit menular seksual
d. Kesehatan reproduksi remaja
e. Kesehatan reproduksi orang tua
E. Tujuan ANC
27
F. Refocusing ANC
28
8). Penyakit lainnya seperti TBC, DM, dan hepatitis
d. Peningkatan kesehatan dan komunikasi antar pribadi
1). Pendidikan kesehatan yang bersifat mengikutsertakan dan tidak memecahkan
masalah kekhawatiran daripada klien sering kali “dipersyaratkan” sebagai bagian
dari asuhan antenatal yang rutin
2). Klien harus dilibatkan sebagai peserta aktif dalam pendekatan terhadap
pendidikan beserta pemecahan masalahnya
3). Kesiapan mental untuk melahirkan dan mengasuh kelahiran yang akan dating.
e. Kesiapan lahiran yang fokus pada klien dan masyarakat
1). Rencana persalinan : tempat persalinan, penolongan yang rampit, serta
perlengakapan ibu dan bayi, transportasi yang inovatif serta sistem rujukan, dana
darurat.
2). Asuhan antenatal secara terus-menerus terfokus pada klien serta lingkungannya
untuk memaksimalkan kesempatan memperoleh hasil kehamilan yang sehat
untuk ibu dan bayi.
G. Standart ANC
29
e. Tablet Fe.
f. Tes PMS.
g. Temu wicara
Sebagai professional bidan dalam melaksanakan praktiknya harus sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan yang berlaku. Standar mencerminkan norma, penegtahuan
dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Kelalaian dalam praktik terjadi
apabila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard an terbukti membahayakan.
2. Pelayanan Kolaborasi
Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jwab
bersama semua pemberi layanan yang terlibat seperti bidan, dokter atau tenaga kesehatan
professional lainnya.
Tugas kolaborasi/kerja sama:
1). Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
30
2). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil berisiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
3). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
4). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
5). Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan pertolongan pertama pada
kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
6). Memberikan asuhan kebidanan pada balita berisiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3. Pelayanan rujukan
Merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggung jawab
kepada dokter, ahli atau tenaga kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka
menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya.
Tugas merujuk:
1). Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
2). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kehamilan
resiko tinggi dan kegawatdaruratan
3). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga
4). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas dengan penyulit tertentu dan gawat darurat yang memerlukan konsultasi dan
rujukan dengan melibatkan keluarga.
5). Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelaianan tertentu dan
gawat darurat yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga
6). Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
rujukan pada kehamilan risiko tinggi dan kegawatdaruratan yang memerlukan
konsultasi dan rujukan.
31
I. Hak-Hak Wanita Hamil
32
menjalankan tugas dan praktiknya, bidan bekerja berdasarkan pandangan filosofi yang dianut,
keilmuan, metode kerja, standar parkatik pelayanan serta kode etik profesi yang dimilikinya.
Pekerjaan professional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu memerlukan persiapan atau
pendidikan khusus bagi pelakunya (membutuhkan pendidikan prajabatan yang relevan),
kecakapannya memenuhi persyaratan yang dibakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya
organisasi profesional) serta jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat atau
Negara. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional professional.
33
g. Memberikan konseling pada ibu sesuai usia kehamilannya mengenai gizi, istirahat,
tanda-tanda bahaya, KB, pemberian ASI, ketidaknyamanan yang normal selama
kehamilan dan memberikan imunisasi TT bila diperlukan.
h. Memberikan suplemen mikronutrisi teremasuk zat besi dan asam folat secara rutin
serta vitamin A apabila perlu.
1. Peran Bidan
a. Pelaksana : memberi asuhan atau pelayanan.
Tujuh langkah utama dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama
kehamilan normal mencakup:
1. Mengkaji status kesehatan klien pada masa hamil.
2. Menentukan diagnose kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas
masalah.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
5. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien
6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien
7. Dokumentasi (membuat catatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan).
Tujuh langkah utama dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi meliputi:
1. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
2. Menentukan diagnosis, prognosis dan prioritas sesuai dengan faktor risiko serta
keadaan kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi.
3. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengan
prioritas.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus risiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertama sesuai dengan prioritas
5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien
34
7. Membuat pencatatan dan pelaporan.
2. Tanggungjawab Bidan
Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya apabila terjadi
gugatan terhadap tindakan yang dilakukan.
1). Tanggung jawab terhadap peraturan perundang-undangan.
Bidan dalah salah satu tenga kesehatan. Pengaturan tenaga kesehatan ditetapkan di
dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta
ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan diatur di dalam peraturan
dan keputusan menteri kesehatan. Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan
tugas dan kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2). Tanggungjawab terhadap pengembangan kompetensi.
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesinya. Oleh
karena itu, bidan harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
35
dengan mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan, seminar serta pertemuan
ilmiah lainnya.
3). Tanggung jawab terhadap penyimpangan catatan kebidanan.
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatannya dalam bentuk catatan
tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya dapat
dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. Catatan yang dilakukan bidan dapat
digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada atasannya. Di Indonesia
belum ada ketentuan lamanya menyimpan catatan bidan. Di Inggris bidan harus
menyimpan catatan kegiatannya selama 25 tahun.
4). Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani.
Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang meminta
pertolongan kepadanya. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kaitannya
dengan keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak,
tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga. Bidan harus dapat mengidentifikasi
masalah dan kebutuhan keluarga serta memberi pelayanan dengan tepat dan sesuai
dengan kebutuhan keluarga. Pelayanan terhadap kesehatan keluarga merupakan
kondisi yang diperlukan ibu yang membutuhkan keselamatan., kepuasan, dan
kebahagiaan selama masa hamil atau melahirkan.
5). Tanggung jawab terhadap profesi.
Bidan harus menerima tanggung jawab keprofesian yang dimilikinya. Oleh karena
itu, bidan harus mematuhi dan berperan aktif dalam melaksanakan asuhan kebidanan
sesuai dengan kewenangan dan standar keprofesian.
6). Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Bidan adalah anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, bidan
turut bertanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat
(misalnya: lingkungan yang tidak sehat, penyakit menular, masalah gizi,). Bidan
harus memelihara kepercayaan masyarakat. Tanggung jawab terhadap masyarakat
merupakan cakupan dan bagian tanggung jawabnya kepada Tuhan.
36
3. Kewajiban Bidan
1). Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kehamilan sesuai standar profesi dengan
menghormati hak-hak klien.
2). Wajib merujuk, memberikan kesempatan klien beribadah, menjaga rahasia, memberi
informasi, inform consent, dokumentasi, keja sama pihak lain.
37
BAB 4
ADAPTASI FISIOLOGI
PADA IBU HAMIL TRIMESTER I,II,III
A. Sistem Reproduksi
38
membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan
bangkitan seksual, khususnya selama trimester dua kehamilan. Peningkatan
kongesti yang berat ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus dapat
menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises ini biasanya
membaik selama periode pasca partum.
Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran tidak lagi
cukup tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke rongga
abdomen. Pada trimester kedua ini,
kontraksi uterus dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang
tidak teratur dan biasanya tidak nyeri ini dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks,
muncul tiba-tiba secara sporadik dengan intensitas antara 5-25 mmHg.1 Pada usia
kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan menggantikan fungsi corpus
luteum gravidarum.
B. Payudara
1. Definisi Payudara
Payudara adalah jaringan yang ada pada dua sisi dada, berada di atas otot pektoral dan
melindungi ligamen serta jaringan ikat. Baik pria dan wanita memiliki payudara, yang
berkembang sebelum dilahirkan. Namun, jaringan payudara wanita lebih signifikan
39
daripada laki-laki karena perbedaan anatomi dan terus menerus terpapar dengan hormon
yang memicu pertumbuhannya terutama saat mengandung anak.
C. Sistem Endokrin
40
kortisol bebas dan total akan meningkat pad awal trimester kedua. Pola harian produksi
kortisol sangat terjaga selama kehamilan dan akan ditemukan leih tinggi pada pagi
dibandingkan pada malam hari. Kelenjar adrenal akan menjadi lebih responsif terhadap
adrenocorticotropic hormone selama kehamilan, ini disebabkan karena adanya
peningkatan yang besar terhadap konsentrasi kortisol untuk menunjang dosis pada
adrenocorticotropic hormone. Meskipun demikian, ekskresi cathecolamines,
vanillymandelic acid dan metanephrines pada urin tidak akan berubah.
41
trimester ke tiga dan 75 ng/L pada saat usia kehamilan aterm. Peningkatan inipun terlihat
meningkat secara perlahan dan akan mengalami puncaknya pada saat persalinan.
D. Sistem Kekebalan
Adaptasi yang terjadi pada imunologi dalam kehamilan terjadi sebagian antara ibu dan
janinnya sendiri, hal ini meliputi adanya mekanisme yang kompleks terjadi untuk
pertumbuhan fetus sementara juga mencegah ibu untuk menolak keberadaan janinnya.
Mekanisme ini disebabkan oleh faktor pada fetus sendiri seperti perubahan pada major
histocompatibility complex class I dan faktor pada ibu yaitu seperti uterine natural killer cell,
selanjutnya adanya perubahan pada T–helper tipe 1 yang dihubungkan dengan imunitas
selular menjadi tipe 2, hal inilah yang mungkin akan menjelaskan mengapa wanita hamil
akan rentan terkena infeksi virus.
42
E. Sistem Perkemihan
F. Sistem Pencernaan
1. Perubahan Pada Sistem Pencernaan Trimester I
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung
dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah. Produksi asam lambung menurun.
Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh human Chorionic Gonadotropin
(HCG), tonus otot-otot traktus digestivus juga berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur
berlebihan dari biasa. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang
mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa
mengurangirasa mual.
43
2. Perubahan Pada Sistem Pencernaan Trimester II
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser. Demikian juga
dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral.
Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada kehamilan trimester 3 dan 2.
G. Sistem Muskuloskeletal
44
H. Sistem Kardiovaskuler
45
3. Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler Trimester III
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran uterus juga
akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi terlentang ini akan
membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan dengan posisi miring. Terdapat
sedikit peningkatan tekanan darah sampai umur kehamilan 30 minggu Peningkatan
volume darah, bersamaan dengan distensi pada vena dan tekanan uterus menyebabkan
oedema pada kaki, vulva dan saluran anal, sehingga beresiko terjadi varises vena dan
sering hemoroid Curah jantung meningkat dari 30-50% pada minggu ke-32 kemudian
menurun sampai sekitar 20% pada minggu ke-40. peningkatan curah jantung disebabkan
oleh peningkatan volume sekuncup (stroke volume) yang merupakn respons terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen jaringan (normal: 5-5,5 liter/menit).
I. Sistem Integumen
1. Definisi Sistem Integumen
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi
terhadap lingkungan sekitarnya . Merupakan organ terbesar (16 % dari BB), yang
membungkus seluruh permukaan tubuh. membungkus seluruh permukaan tubuh.
46
2. Perubahan Pada Sistem Integumen Trimester 1
Perubahan keseimbangan hormon dan peregagangan mekanis menyebabkan
timbulnya beberapa perubahan dalam sistem integumen selama masa kehamilan.
Perubahan yang umum terjadi adalah peningkatan penebalan kulit dan lemak subdermal,
hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktifitas kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktifitas vasomotor. Jaringan elastis kulit
mudah pecah, menyebabkan strie-gravidarum, atau tanda regangan. Respon alegri kulit
meningkat.
J. Metabolisme
1. Definisi Metabolisme
Metabolisme adalah jumlah keseluruhan reaksi kimia dan fisik dan penggunaan energi
dalam tubuh yang menopang dan mempertahankan kehidupan. Metabolisme Yang
Terjadi Selama Kehamilan disebut Basal Metabolic rate Pada wanita hamil basal
metabolic rate (BMR) meninggi saat hamil.
Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
perkembangan organ kehamilan janin dan persiapan laktasi.
47
Perubahan metabolisme pada ibu hamil, yakni:
48
1. Perubahan Berat Badan Trimester I
Awal-awal kehamilan biasanya ibu hamil mengeluh mual dan muntah. Mual dan
muntah ini berkurang pada bulan keempat. Bahkan bila mual dan muntah terjadi
berlebihan dapat menyebabkan hiperemis gravidarum. Pada kehamilan trimester I,
biasanya terjadi peningkatan berat badan yang tak berarti yaitu sekitar 1-2 kg.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. WHO menganjurkan
penambahan energi 10 kkal untuk trimester I.
49
L. Darah dan Pembekuan Darah
1. Volume Darah
Volume darah dalam keadaan wanita yang tidak hamil, 70% dari berat badannya
adalah air. Dalam kehamilan cairan intraselular tidak berubah namun terjadi peningkatan
volume darah dan cairan interstitsiil.
4. Hemoglobin (Hb)
Komponen darah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh. Hemoglobin memberikan warna merah pada darah. 75% zat besi dalam
tubuh bertugas di sini. Kadar hemoglobin normalnya untuk wanita sekitar g per 100
mililiter sedang untuk pria sekitar g per 100 mililiter. Zat besi kebutuhan zat besi pada
paruh kedua kehamilan kira-kira 6-7 mgg/hari. Bila suplemen zat besi tidak tersedia,
janin akan menggunakan cadangan zat besi maternal.
50
6. Neutrofil
Nilai neutrofil meningkat pada trimester I dan terus naik sampai usia kehamilan 30
mgg. Limfosit Jumlahnya tidak berubah tetapi fungsi berkurang.
7. Trombosit
Trombosit meningkat pada trimester II dan trimester III dan kembali normal 12 mgg
postpartum.
M. Sistem Pernafasan
Adaptasi respirasi selama kehamilan dirancang untuk mengoptimal kan oksigenasi ibu dan
janin. Wanita hamil bernafas lebih dalam tetapi frekuensi nafas nya sedikit meningkat.
Perubahan sistem respirasi yang akan dialami ibu hamil dianaranya diafragma bergerak
semakin besar dikarenakan dorongan rahim. Sehingga ibu hamil terpaksa mengambil nafas
lebih dalam berkisar 20 sampai 25 persen dari kondisi normal. Menurunnya PCO2 darah atau
alkalosis respiratorik. Nafas ibu hamil akan semakin cepat dan merasa mudah kelelahan
karena beban kerja paru-paru dan jantung yang semakin berat.
1. Trimester I
kebutuhan oksigen ibu meningkat, sebagai respon terhadap laju metabolik dan
peningkatan kebutuhan. Wanita hamil bernafas lebih dalam tetapi frekuensi nafas nya
hanya sedikit meningkat.
51
2. Trimester II
Pada trimester II karena adanya penurunan penekanan O2 seorang wanita hamil sering
mengeluarkan sesak nafas. Sehingga meningkatkan usaha bernafas.
3. Trimester III
Pada Trimester III pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke 30, wanita hamil
bernafas lebih dalam dengan meningkatkan volume.
N. Sistem Persyarafan
1. Definisi Sistem Persyarafan
Persyarafan Adalah salah satu organ yang menyelenggarakan kerja sama yang rapi
dalam organisasi dan kordinasi kegiatan tubuh. Fungsinya yaitu untuk menerima,
mengkomunikasikan, mengolah informasi, mengantarkan jawaban secar cepat melalui
syaraf motorik , lalu dihantarkan ke organ tubuh sebagai kontrol tindakan dan
menyimpan memori.
52
BAB 5
PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGI
DALAM MASA KEHAMILAN
A. Trimester I
1. Perubahan Psikologis
a. Rasa mual, muntah, payudara membesar merasa tidak sehat benci kepada kehamilan,
kekecewaan, kesedihan, kecemasan, sering berharap tidak hamil.
b. Pada awal kehamilan sering mencari tanda yang meyakinkan dia hamil, perubahan
diamati dengan seksama, karena perut masih kecil sering disembunyikan
(dirahasiakan).
c. Hasrat untuk hubungan seks relative (gairah seks meninggi atau menurun)
Membutuhkan komunikasi dengan suami kebutuhan untuk dicintai meningkat tapi
tanpa sexs, libido dipengaruhi oleh : kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara,
keprihatinan dan kekhawatiran.
d. Reaksi suami bangga bahagia sangat memprihatikan istri hasrat sexs bertambah
namun takut menderai janinnya.
2. Adaptasi Psikologis
a. Bersikap ambivalen tentang kehamilannya akan berhenti TMI priode perubahan
terhadap kenyataan dia hamil (hal yang sangat penting) spontan bila ia telah
menerima kehamilannya.
b. Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir semester I dan dipermudah dengan
perasaan yang aman.
53
c. TMI waktu penungguan kehamilannya “mantap “ sering terjadi pada ibu yang
sebelum nya abortus tidak sabar menunggu akhir semester I setelah itu rileks dan
pecaya pada kehamilan.
d. Kebenaran bahwa dia hamil dilakukan berulang kali dengan mencermati perubahan
perubahan fisik seperti aminorhore.
3. Dukungan
a. Dapat diberikan oleh bidan,dan orang terdekatMendengarkan keluhan
b. Merasa prihatin
c. Menjelaskan perubahan Psikologis
d. Mengimformasikan hasil pemeriksaan
e. Konseling TMI
B. Trimester II
Trimester ke II sering disebut sebagai priode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat.
Ini disebabkan selama trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas dari
ketidak nyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih
tinggi dan rasa tidaknyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar
sehingga belum dirasakan sebagai beban. ibu sudah menerima kehamilanya dan mulai dapat
menggunakan energy dan fikiranya secara lebih konstruktif.
1. Perubahan Psikologis
a. Merasa sehat,rasa tidak nyaman berkurang
b. Terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi
c. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban
d. Ibu sudah menerima kehamilannya
e. Mulai menggukan energi dan pikiran untuk lebih konstruk tif
f. Mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai bahagian diluar dirinya
g. Kekecewaan,kekhewatiran berku
h. Do meningkat
2. Adaptasi Psikologis
a. Fas sehat,Pase batiniah
b. Mengembangkan indentitas keibuannya sendiri
54
c. Evolusi wanita dari menerima perawatan dari ibunya ke pemberi perawatan ( siap
menjadi ibu )
d. Mengalami konplik untuk menyayangi ibunya agar terlihat sebagai ibu yang baik
e. Pemecahan aktual terjadi setelah melahikan
f. Aktivitas dan minat berpusat pada kehamilannya,melahirkan dan persiapan menjadi
ibu,penyambutan dalam keluarga
g. Warna menjadi lebih erotik,lubrikasi vagina meningkat
h. Kecemasan dan ambivalen yang lalu berperan dalam meningkatkan kepuasan sexs
3. Dukungan
a. Ibu memerlukan informasi informasi tentang : Kehamilan,persalinan,persiapan
penerimaan keluarga yang baru
b. Ibu perlu rileks
c. Memberikan pujian kalu kehamilannya bagus dan memberikan semangat untuk
mengatasi masalah jika ada
C. Trimester III
Trimester ketiga sering disebut periode penantian. Pada periode ini wanita menanti
kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia semakain tidak sabar untuk segera melihat
bayinya. Ada peresaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya,
fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu
tanda-tanda dan gejalanya. Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran
dan kedudukan orang tua, seperti terpusatnya perhaian pada kehadiran bayi. Saat ini orang-
orang di sekelilingnya akan membuat rencana pada bayinya.
1. Perubahan Psikologis
a. Periode menunggu dan waspada untuk kelahiran bayi
b. Khawatir bayinya akan lahir sewaktu waktu
c. Meningkat kewaspadaan akan tanda- tanda akan bersalin
d. Khawatir bayinya lahir tidak normal
e. Khawatir dengan rasa sakit dan cedera melahirkan
f. Kecemasan muncul kembali
g. Merasa dirinya aneh dan jelek
h. Sedih berpisah dengan bayinya dan kehilangn perhatian khusus yang diterima
selama hamil
i. Persiapan aktif terhadap kelahiran termasuk memilih nama bayinya
j. Keluarga mulai meduga –duga anaknya lahir perempuan atau laki-laki
2. Adaptasi Psikologis
a. Priode dan waspada
b. Mempersiapkan diri untuk melahirkan,menerima anggota baru
c. Impian mereflesikan minatnya
55
3. Dukungan
a. Sering berkomunikasi
b. Penjelasan Fisiologi persalinan
c. Memperkenalkan tempat bersalin
d. Mempesiapkan tempat persalinan dan pendamping
e. Saling keterbukaan dengan suami
56
BAB 6
KONSEP UMUM
PERSALINAN
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Saifudin, 2010).
1. Faktor Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin lahir keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot- otot perut, kontraksi
diafragma, dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
a. His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos Rahim bekerja dengan baik dan
sempurna dengan sifat- sifat : kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti
relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot Rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong
amnion kerah bawah rahim dan serviks. Menurut Yanti(2010), dalam melakukan
observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan ibu bersalin adalah :
1). Frekuensi his : jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per 10
2). menit.
3). Intensitas his : kekuatan his (adekuat atau lemah)
4). Durasi lama his : lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan dengan detik,
5). misalnya 50 detik.
6). Interval his : jarak antara his satu dengan his berikutnya .
7). Misal his datang tiap 2-3 menit
8). Datangnya his : apakah sering / teratur atau tidak.
57
b. Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak
keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontrkasi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Tenaga ini serupa dengan
tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebi kuat lagi. Saat kepala
sampai pada dasar panggul timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup
glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya
kebawah. Tenaga mengejan ini hanya akan dapat berhasil, bila pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif suatu ada his (Yanti, 2010).
2. Jalan Lahir
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina
dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan
otot dasar panggul menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan
dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir
yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul haris ditentukan , sebelum
persalinan dimulai. (Sumarah 2008).
4. Psikis
Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses persalinan, ibu bersalin yang didampingi
suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang
58
lebih lancer dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami atau orang-
orang yang dicintainya. Ini menunjukan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi
keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan (Asrinah 2010).
Tingkat kecemasan ibu selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang
terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Ibu bersalin biasanya akan
mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Membantu ibu berpartisipasi sejauh yang
diinginkan dalam melahirkan. Memenuhi harapan ibu akan hasil akhir persalinannya,
membantu ibu menghemat tenaga, mengendalikan rasanyeri merupakan suatu upaya
dukungan dalam mengurangi kecemasan pasien.
Dukungan psikologi dari orangorang terdekat akan membantu memperlancar proses
persalinan yang sedang berlangsung. Kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi
analgesia jika diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien adalah dukungan
psikologi (Sumarah 2009). Faktor psikis ibu tidak kalah pentingnya untuk lancarnya
sebuah proses persalinan. Ibu yang dalam kondisi stress, otot-otot tubuhnya termasuk
otot rahim mengalami spasme yang dapat meningkatkan rasa nyeri persalinan sehingga
menghambat proses persalinan (Yanti, 2010). Rasa takut dan cemas akan meningkatkan
respon seseorang terhadap sakit. Rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui.
5. Penolong
Perubahan psikologis ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang, namun ibu
memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar dapat menerima
keadaan yang terjadi selama persalinan sehingga dapat beradaptasi terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan sehingga dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan
dalam melaksanakan tuganya sebagai pendamping atau penolong persalinan. Tidah
hanya itu, penolong yang sudah mendapat kepercayaan dari ibu yang akan bersalin harus
menunjukan keahlianya maupun ketrampilannya, sehingga disini ibu yang akan bersalin
merasa nyaman dan tenang dalam menghadapi proses persalinannya (Sumarah , 2008).
59
C. Tahapan Persalinan
Menurut Wiknojosastro (2008) tahap-tahap pada persalinan antara lain:
1). Kala I
Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida kala I berlangsung kira –kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira – kira 7 jam. Gejala pada kala I ini dimulai bila
timbulnya his dan mengeluarkan lender darah. Lendir darah tersebut berasal dari lender
kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluh–pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis serviks itu pecah
karena pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat
his dibagi dalam 2 fase yaitu :
1). Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lamban sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
2). Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a. Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pemukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waku 2 jam pembukaan berlangsung sampai
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm).
Fase– fase tersebut dijumpai pada primigravida, pada multigravida pun terjadi demikian,
akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebuh pendek. Menurut
Depkes RI 2008, kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
Kala I persalinan terdiri dari dua fase laten dan fase aktif.
1). Fase laten pada kala I persalinan :
a. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
b. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c. Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2). Fase aktif pada kala I persalinan :
a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dlam waktu 10 menit,
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
60
b. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2cm (multipara).
c. Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
2). Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Gejala dan
tanda kala II persalinan adalah: Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, Ibu merasakan adannya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina,
perineum menonjol, Vulva dan spingter ani membuka, meningkatkan pengeluaran lendir
bercampur darah. Sedangkan tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam
yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian kepala
bayi melalui introitus vagina.
4). Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
dilakukan dengan melakukan pemantauan pada kala IV yaitu lakukan rangsangan taktil
(masase) uterus untuk merangsang uterus baik dan kuat, evaluasi tinggi fundus uteri,
memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, periksa kemungkinan perdarahan
dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum, evaluasi keadaan ibu, dokumentasikan
semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di bagian belakang partograf,
segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
61
dengan asuhan kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Tanda-Tanda Persalinan
1. Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya menjadi
lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit
lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
2. Pollakisuaria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus
uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam
pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.
3. False Labor
Tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his pendahuluan
yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His
pendahuluan ini bersifat:
1). Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
2). Tidak teratur
3). Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila dibawa
jalan malah sering berkurang
4). Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
4. Perubahan Serviks
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa cervix yang
tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih lembut, dan
beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda
untuk masingmasing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun
pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
5. Energy Sport
62
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam sebelum
persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya
kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti
membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya
sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan
menjadi panjang dan sulit.
6. Gastrointestinal Upset
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan
muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.
63
BAB 7
ADAPTASI FISIOLOGI
DALAM PERSALINAN
64
2. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah menjadi
lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka.
a. Penipisan Serviks (effacement)
Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Seiring dengan
bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi lebih
tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan
sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas
antara segmen atas dan bawah rahim (retraction ring) mengikuti arah tarikan ke atas
sehingga seolah-olah batas ini letaknya bergeser ke atas. Panjangnya serviks pada
akhir kehamilan normal berubah-ubah (dari beberapa mm menjadi 3 cm) dengan
dimulainya persalinan, panjang serviks berkurang secara teratur sampai menjadi
pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sampai tipis ini disebut dengan “menipis
penuh”.
b. Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam kondisi
menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka
disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus
berkontraksi. Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan
intravaginal. Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi menjadi 2
fase, yaitu :
1). Fase laten, berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai diameter 3 cm.
2). Fase aktif, dibagi dalam 3 fase.
a). Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini menjadi 4 cm.
b). Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
65
c). Fase deselarasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam pembukaan dari
9 cm menjadi lengkap (10cm). Pembukaan lengkap berarti bibir serviks
dalam keadaan tak teraba dan diameter lubang seviks adalah 10cm.
Fase diatas dijumpai pada primigravida. Pada multigravida tahapannya sama namun
waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala I selesai apabila pembukaan serviks
telah lengkap. Pada primigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multigravida kira-kira 7 jam.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, kemudia ostium uteri eksternum membuka. Namun pada
multigravida, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam waktu yang sama.
Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan membran dari daerah ostium uteri
interna dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari sumbatan atau
operculum. Pengeluaran lendir dan darah ini disebut sebagai “bloody show” yang
mengindikasikan telah dimulainya proses persalinan.
3. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap.
Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban
telah pecah sebelum pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
4. Tekanan Darah
a. Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai peningkatan sistol rata-rata
15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-10 mmHg.
b. Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat
sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan
untuk melakukan cek tekanan darah selama interval kontraksi.
c. Dengan mengubah posisi pasien dari telenteang ke posisi miring, perubahan tekanan
darah selama persalinan dapat dihindari.
d. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
66
e. Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan kemungkinan
bahwa rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan pre-
eklampsia).
5. Metabolisme
a. Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat
dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kecemasan dan
aktivitas otot rangka.
b. Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
6. Suhu Tubuh
a. Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan.
b. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1 0C dianggap normal, nilai tersebut
mencerminkan peningkatan metabolisme persalinan.
c. Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan, namun bila
persalinan berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan
dehidrasi, sehingga parameter lain harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban
pecah dini, peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat
dianggap normal dalam keadaan ini.
7. Detak Jantung
a. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase
peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah
daripada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
b. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita
berada pada posisi miring bukan telentang.
c. Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi di banding selama
periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi selama persalinan.
d. Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan pengecekan
parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.
67
8. Pernapasan
a. Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama persalinan, hal
tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme. Meskipun sulit untuk
memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena snagat
dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan pengggunan teknik pernapasan.
b. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan
alkalosis. Amati pernapasan pasien dan bantu ia mengendalikannya untuk
menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang ditandai oleh rasa kesemutan pada
ekstremitas dan perasaan pusing.
9. Renal
a. Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan karena
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuri menjadi kurang
jelas pada kondisi telentang karena posisi ini membuat aliran urin berkurang selama
kehamilan.
b. Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya
distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat
kandung kemih yang penuh. Yang akan mencegah penurunan bagian presentasi
janin, dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan
menyebabkanhipotonia kandung kemih dan retensi urin selama periode
pascapersalinan.
c. Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah
ibu bersalin. Lebih sering terjadi pada primipara, pasien yang mengalami anemia,
atau yang persalinannya lama.
d. Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal. Hal ini
mengindikasikan pre-eklampsi.
10. Gastrointestinal
a. Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila
kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan
68
lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan
untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Makanan yang dimakan selama
periode menjelang persalinan atau fase prodromal atau fase laten persalinan
cenderung akan tetap berada di dalam lambung salama persalinan.
b. Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa transisi.
Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum
berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan
energi dan hidrasi.
c. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase
pertama persalinan. Pemebrian obat-obatan oral tidak efektif selama persalinan.
Perubahan saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu
kombinsi antara faktorfaktor seperti kontraksi uterus, nyeri, rasa takut, khwatir, obat
atau komplikasi.
11. Hematologi
a. Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan kembali ke kadar
sebelum persalinan pada hari pertama pascapersalinan jika tidak ada kehilangan
darah yang abnormal.
b. Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia. Tes darah yang
menunjukkan kadar darah berada dalam batas normal membuat kita terkecoh
sehingga mengabaikan peningkatan resiko pada pasien anemia selama masa
persalinan.
c. Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan
fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan
pascapersalinan pada pasien normal.
d. Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar kurang lebih
5 ribu/ul hinggaa jumlah rata-rata 15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap, tidak ada
peningkatan lebih lanjut setelah ini. Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu
mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya jauh di
atas nilai ini, cek parameter lain untuk mengetahui adanya proses infeksi.
e. Gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun drastis pada persalinan
yang alami dan sulit. Hal tersebut kemungknan besar terjadi akibat peningkatan
aktivitas otot uterus dan rangka. Penggunaan uji laboratorium untuk menapis
69
seorang pasien terhadap kemungkinan diabetes selama masa persalinan akan
menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. ( Sulistiyowati).
3. Vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa, sehingga
dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan, terutama pada dasar panggul
diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis oleh bagian depan anak.
Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.
5. Ekspulsi janin
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi, muka, dan dagu melewati perenium.
70
Setelah istirhatat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh
bayi. Pada primigravida, kala II berlangsung kira-kira satu setengah jam sedangkan pada
multigravida setengah jam.
6. Sistem Cardiovaskuler
a. Kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah darah dalam
sirkulasi ibu meningkat.
b. Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat.
c. Saat mengejan, cardiac output meningkat 40-50%.
d. Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat kontraksi. Upaya meneran
juga akan memengaruhi tekanan darah, dapat meningkatkan dan kemudian menurun
kemudian akhirnya kembali lagi sedikit di atas normal. Rata-rata normal
peningkatan tekanan darah selama kala II adalah 10 mmHg.
e. Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah
f. Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi dengan kadar
yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah serius.
7. Respirasi
a. Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler : konsumsi oksigen meningkat
b. Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed maturation of surfactant):
penekanan pada dada selama proses persalinan membersihkan paru-paru janin dari
cairan yang berlebihan
8. Pengaturan Suhu
a. Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu
b. Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan segera setelahnya,
peningkatan suhu normal adalah 0,5-10C.
c. Keseimbangan cairan : kehilangan cairan meningkat oleh karena
meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi yang menyebabkan restriksi
cairan.
9. Urinaria
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung kencing menurun.
71
10. Musculoskeletal
a. Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago di antara tulang
b. Fleksibilitas pubis meningkat
c. Nyeri punggung
d. Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi flexi maksimal
13. Metabolisme
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II persalinan. Upaya meneran
pasien menambah aktivita otot-otot rangka sehingga meningkatkan metabolisme.
72
Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding rahim,
setelah lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau kedalam vagina (Rukiah AT,
dkk, 2009).
2. Gemetar
Kadang dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar, hal ini normal
sepanjang suhu kurang dari 38oC dan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi lain. Gemetar
terjadi karena hilangnya ketegangan dan sejumlah energi selama melahirkan dan
merupakan respon fisiologis terhadap penurunan volume intrabdominal serta pergeseran
hematologik.
3. Sistem gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa mual sampai muntah,
atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan dapat mencegah terjadinya aspirasi
corpus aleanum ke saluran pernapasan dengan setengah duduk atau duduk di tempat
tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi sangat penting
diberikan untuk mencegah dehidrasi.
4. Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih dalam keadaan hipotonik
akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh
dan mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih dan
uretra selama persalinan. Kondisi ini dapat minimalisir dengan selalu mengusahakan
kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi
atoni. Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri.
5. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan
kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Pada persalinan per vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml
73
sedangkan pada persalinan SC pengeluaran dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume
darah dan kadar Hematokrit. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
Volume darah pasien relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban
pada jantung dan akan menimbulkan dekompensasio kaordis pada pasien dengan vitum
kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya
hemokonstrasi sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
6. Serviks
Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk serviks agak menganga
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitaman
karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka
serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks
yang berdilatasi sampai 10cm sewaktu persalinan akan menututp secara perlahan dan
bertahap. Setelah bayi lahir tangan bisa masuk ke dalam rongga rahim, setelah dua
jam hanya dapat dimasuki dua atau tiga jari.
7. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelunyateregang oleh
tekanan bayi yang bergerak maju.
9. Penegeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan Human Placenta Lacctogen
Hormon setelah plasenta lahir prolactin dapat berfungsi mebentuk ASI dan
74
mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai ductus kelenjar ASI. Isapan langsung
pada puting susu ibu menyebabkan reflex yang dapat mengeluarkan oksitosin dari
hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli dan ductus kelenjar ASI
berkontraksi dan mngelluarkan ASI ke dalam sinus yang disebut “letdown reflex”
75
BAB 8
PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGI
DALAM PERSALINAN
76
dukungan mental, sama sekali tidak akan bermanfaat dan mungkin justru akan sangat
mengganggunya. Kondisi ruangan yang tenang dan tidak banyak orang akan sedikit
mengurangi perasaan kesalnya. Secara singkat berikut perubahan psikologis pada ibu
bersalin kala I.
a. Perasaan tidak enak
b. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c. Sering memikirkan apakah persalinan berjalan normal
d. Menganggap persalinan sebagai percobaan
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
f. Apakah bayinya normal apa tidak
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya
h. Ibu merasa cemas
77
b. Cemas dan Takut
Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena
persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati. Cemas dan takut
karena pengalaman yang lalu. Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
78
BAB 9
KONSEP UMUM
BBL
79
C. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
1. Faktor Herediter
Faktor hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan anak.
Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai suatu totalitas karakteristik individu yang di
wariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan orang tua melalui gen – gen.
b. Sifat – sifat
Sifat – sifat merupakan hal yang di wariskan dari orang tua ataupun kakek dan
nenek. Misalnya adalah sifat boros , kikir , penyabar , hemat. Sifat sangat berbeda
dengan kebiasaan , sifat sangat sukar dirubah , sedangkankebiasaan dapat dirubah
jika ada suatu niat yang sungguh – sungguh. Bagi pendidik , jika mengetahui sifat
atau watak secara mendalam akan sangat membantu dalam kegiatan belajar
mengajar. Misalnya adalah anak yang minder perlu di bangkitkan semangatnya dan
kepercayaan dirinya agar jiwanya tak tertekan.
c. Intelegensi
Istilah intelegensi berasal dari kata latin Intelligence yang berarti menghubungkan
atau menyatukan satu sama lain (walgoti, 1997). Sehingga dapat diartikan pula ,
intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakanpenyesuaian
terhadap situuasi dan masalah. Intelegensi seseorang dapat di ketahuisecara tepat
dengan tes intelegensi. Ukuranintelegensi dinyatakandalam IQ (intelegensi Quotient)
d. .Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis
kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya adalah suatu
keterampilan, misalnya dalam bidang seni musik , seni rupa , seni tari , dsb. Jika
anak memiliki bakat dari orang tuanya atau kakeknya ataupun neneknya , tetapi anak
tersebut tidak dapat atau tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkannya
maka bakat tersebut tidak akan berkembang atau sering di sebut dengan bakat
terpendam. Pada umumnya anak memiliki bakat apa akan di ketahuin oleh orang
tuanya sejak kecil , karena anak tersebut akan senang melakukan hal tersebut . Nah ,
dalam pendidikan , jika anak mendapatkan nilai 9-10 pada suatu mata pelajaran ,
berarti dapt di simpulkan bahwa anak tersebut memilki bakat pada bidang ilmu
tersebut.
80
e. Penyakit
Ada penyakit yang merupakan pembawaan sejak lahir yang dapat memperlambat
perkembangan anak. Penyakit tersebut antara lain adalah penyakit kebutaan , syaraf ,
hemofilia. Penyakit – penyakit tersebut merupakan suatu penyakit keturunan.
2. Faktor Internal
a. Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhirproses
pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Perbedaan ras, etnik atau bangsa
Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa
lainnya, sehingga postur tubuh tiap bangsa berlainan
c. Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek
d. Umur
Masa pranatal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami
pertumbuhan cepat dibanding masa lainnya.
e. Jenis kelamin
Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibanding laki-laki.
f. Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya Down‟s sindroma
g. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat janin berumur 4 bulan
yang mana saat tersebut terjadi pertumbuhan cepat. Hormon yang berpengaruh
terutama hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna
untuk metabolisma, maturasi tulang, gigi dan otak.
3. Faktor Eksternal
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
pranatal, natal, dan pasca natal.
a. Faktor pra natal (selama kehamilan)
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per
kembangan janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :
1). Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama trimester
akhirkehamilan.
2). Mekanis.
Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan
kongenital misalnya club foot.
3). Toksin, zat kimia.
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain
obat antikanker, rokok, alkohol beserta logam berat lainnya.
4). Kelainan endokrin.
81
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah
somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida- peptida lainnya dengan
aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami
defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan
susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.
5). Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya,
sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan
pada anaknya.
6). Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang
sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya
yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio,
influenza dan lain-lain
7). Kelainan imunologi
8). Psikologis ibu
82
f. Pertumbuhan Fisik
83
BAB 10
ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI
PADA BBL
A. Adaptasi Kardiovaskuler
1. Adaptasi Fisiologi
Setelah bayi lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh guna menghantar oksigen kejaringan sehingga
harus terjadi dua hal, penutupan voramen ovale dan penutupan duktus arteriosus antara
arteri paru – paru serta aorta (Rukiah, 2012).
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah yakni pada saat
tali pusat di potong, registrasi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan rahim
menurun, tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri akan
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru – paru untuk
proses oksigenasi ulang. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan, oksigen pada pernafasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah dan paru – paru akan
menurunkan resistensi pembuluh darah paru – paru sehingga terjadi peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan menimbulkan penurunan tekanan pada atrium kiri
menyebabkan foramen ovale menutup(Rukiyah, 2012).
2. Adaptasi Psikologi
Sistem kardiovaskuler Detak jantung cepat tetapi tidak teratur, suara jantung keras dan
kuat, tali pusat masih berdenyut, warna kulit masih kebiru-biruan, yang diselingi warna
merah waktu menangis(Kritiyanasari, 2011).
B. Termoregulasi BBL
1. Adaptasi Fisiologi
Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi temperatur tubuh
sehingga apabila penanganan pencegahan kehilangan panas tubuh dan lingkungan sekitar
tidak disiapkan dengan baik, bayi tersebut dapat mengalami hipotermi yang dapat
mengakibatkan bayi menjadi sakit atau mengalami gangguan fatal. Evaporasi
(penguapan cairan pada permukaan tubuh bayi), konduksi (tubuh bayi bersentuhan
dengan permukaan yang termperaturnya lebih rendah), konveksi (tubuh bayi terpapar
udara atau lingkungan bertemperatur dingin), radiasi (pelepasan panas akibat adanya
benda yang lebih dingin di dekat tubuh bayi)(Rukiyah, 2012).
2. Adaptasi Psikologi
Suhu tubuh : suhu tubuh cepat turun
84
C. Adaptasi Pernapasan BBL
1. Adaptasi Fisiologi
a). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin)
yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan di mulai pada 20
minggu kehamilan, yang jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-
34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekan permukaan
paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernapasaan.Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat
akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu(Rukiah, 2012).
2. Adaptasi Psikologi
Traktur respiratorrus Pernafasan cepat dan dangkal, terdapat ronchi dalam paru, terlihat
nafas cuping hidung, merintih dan terlihat penarikan pada dinding thorax (Kritiyanasari,
2011).
85
BAB 11
KONSEP UMUM PASCA
PERSALINAN
86
C. Peran dan tanggungjawab Bidan Dalam Asuhan Masa Nifas
1. Memberikan dukungan yang terus-menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
persalinan dan nifas.
2. Sebagai promotor hubungan yang era tantara ibu dan bayi secara fisik dan psikologi.
3. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayainya dengan cara meningkatkan rasa
nyaman.
4. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
5. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
pendarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan hasil yang aman.
6. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama
periode nifas.
7. Memberikan asuhan secara professional
8. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mmpu melakukan kegiatan administrasi.
4. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama
bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.
87
E. Kebijakan Program Nasional Asuhan Masa Nifas
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 3 kali kunjungan
1. yang dilakukan, dengan tujuan :
2. Memelihara kondisi kesehatn ibu dan bayi
3. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
4. gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi
5. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
6. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
7. kesehatan ibu dan bayi.
88
BAB 12
ADAPTASI FISIOLOGI
PASCA PERSALINAN
Pada masa nifas, akan terjadi proses perubahan pada tubuh ibu dari kondisi hamil kembali
ke kondisi sebelum hamil, yang terjadi secara bertahap. Perubahan ini juga terjadi untuk
dapat mendukung perubahan lain yang terjadi dalam tubuh ibu karena kehamilan, salah
satunya adalah proses laktasi, agar bayinya dapat ternutrisi dengan nutrisi yang paling tepat
yaitu ASI.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses ini, misalnya tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, tenaga kesehatan dan asuhan yang diberikan, maupun
suami dan keluarga disekitar ibu nifas. Adapun perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi
pada masa nifas antara lain perubahan yang terjadi pada organ reproduksi, system
pencernaan, system perkemihan, system musculoskeletal, system endokrin dan lain
sebagainya yang akan dijelaskan berikut ini.
A. Sistem Reproduksi
Kondisi vagina setelah persalinan akan tetap terbuka lebar, ada kecenderungan vagina
mengalami bengkak dan memar serta nampak ada celah antara introitus vagina. Tonus
otot vagina akan kembali pada keadaan semula dengan tidak ada pembengkakan dan
celah vagina tidak lebar pada minggu 1-2 hari pertama postpartum. Pada minggu ketiga
posrpartum rugae vagina mulai pulih menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil.
Dinding vagina menjadi lebih lunak serta lebih besar dari biasanya sehingga ruang
vagina akan sedikit lebih besar dari keadaan sebelum melahirkan. Vagina yang bengkak
atau memar dapat juga diakibatkan oleh trauma karena proses keluarnya kepala bayi atau
trauma persalinan lainnya jika menggunakan instrument seperti vakum atau forceps.
Perineum pada saat proses persalinan ditekan oleh kepala janin, sehingga perineum
menjadi kendur dan teregang. Tonus otot perineum akan pulih pada hari kelima
postpartum mesipun masih kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil.
Meskipun perineum tetap intack/utuh tidak terjadi robekan saat melahirkan bayi, ibu
tetap merasa memar pada perineum dan vagina pada beberapa hari pertama persalinan.
89
Ibu mungkin merasa malu untuk membuka perineumnya untuk diperiksa oleh bidan,
kecuali jika ada indikasi klinis. Bidan harus memberikan asuhan dengan memperhatikan
teknik asepsis dan antisepsis, dan lakukan investigasi jika terdapat nyeri perineum yang
dialami. Perineum yang mengalami robekan atau di lakukan episiotomy dan dijahit perlu
di periksa keadaannya minimal satu minggu setelah persalinan.
90
Uterus akan mengecil menjadi separuh dalam satu minggu, dan kembali ke ukuran
normal pada minggu kedelapan postpartum dengan berat sekitar 30 gram. Jika segera
setelah persalinan TFU akan ditemukan berada setinggi umbilicus ibu, maka hal ini perlu
dikaji labih jauh, karena merupakan tanda dari atonia uteri disertai perdarahan atau
retensi bekual darah dan darah, serta distensi kandung kemih, tidak bisa berkemih.
Ukuran uterus dapat dievaluasi melalui pengukuran TFU yang dapat dilihat pada table
dan gambar berikut ini.
Sementara itu, tinggi fundus uteri dilaporkan menurun kira-kira 1 cm per hari, yang
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
91
Involusi uterus lebih lambat terjadi pada persalinan dengan tindakan seksio sesarea,
demikian juga akan terlambat pada kondisi retensio plasenta atau gumpalan darah (stoll cell)
yang tertinggal biasanya berhubungan dengan infeksi, sereta keadaan lain misalnya adanya
mioma uteri.
Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari pelepasan desidua uterus. Lokia berisi serum
dan darah serta lanugo, verniks kaseosa juga berbagai debris dari hasil produksi konsepsi.
Secara Mikroskopik lokia terdiri dari eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel dan bakteri.
Mikroorganime ditemukan pada lokia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar
kasus juga ditemukan bahkan jika keluaran /dischargediambil pada pada rongga uterus.
Jumlah total pengeluaran seluruh periode lokia rata-rata 240-270ml. Lokia bagi menjadi 4
klasifikasi karena terus terjadi perubahan hingga minggu ke 4-8 pasca persalinan yaitu:
a. Lokia Rubra (merah): hari pertama sampai hari ketiga /keempat mengandung cukup
banyak darah.
b. Lokia Sanguinalenta (merah kecoklatan): hari 4-7 postpartum, berwarna merah
kecoklatan dan berlendir.
c. Lokia Serosa (pink): hari 8-14, mengandung serum, lekosit dan robekan/laserasi
plasenta.
d. Lokia Alba (putih): hari 14 – minggu ke 6/8 postpartum, berwarna putih karena banyak
mengandung sel darah putih dan berkurangnya kandungan cairan.
Sumber lain mengatakan bahwa terdapat bermacam-macam variasi dari jumlah, warna dan
durasi pengeluaran lokia. Oleh karena itu, teori tersebut diatas belum tentu dialami oleh
semua ibu nifas secara tepat.
92
B. Sistem Pencernaan
Setelah mengalami proses persalinan, ibu akan mengalami rasa lapar dan haus akibat
banyak tenaga yang terkuras dan juga stress yang tinggi karena melahirkan bayinya. Tetapi
tidak jarang juga ditemui ibu yang tidak memiliki nafsu makan karena kelelahan melahirkan
bayinya. Jika ditemukan keadaan seperti itu, perlu menjadi perhatian bidan agar dapat
memotivasi ibu untuk makan dan minum pada beberapa jam pertama postpartum, juga kajian
lebih lanjut terhadap keadaan psikologis ibu.
Jika keadaan ini menjadi persisten selama beberapa jam setelah persalinan, waspada
terhadap masalah perdarahan, dan komplikasi lain termasuk gangguan psikologi pada masa
nifas. Demikian juga beberapa keyakinan maupun adat istiadat atau budaya setempat yang
masih diyakini oleh ibu untuk dijalani termasuk kebiasaan makan dan minum setelah
melahirkan bayinya.
Proses menyusui, serta pengaruh progesterone yang mengalami penurunan pada masa
nifas juga dapat menyebabkan ibu konstipasi. Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari
postpartum. Tonus otot polos secara bertahap meningkat pada seluruh tubuh, dan gejala
heartburn / panas di perut / mulas yang dialami wanita bisa hilang. Sembelit dapat tetap
menjadi masalah umum pada ibu nifas selama periode postnatal.
Kondisi perineum yang mengalami jahitan juga kadang menyebabkan ibu takut untuk
BAB. Oleh karena itu bidan perlu memberikan edukasi agar keadaan ini tidak menyebabkan
gangguan BAB pada ibu nifas dengan banyak minum air dan diet tinggi serat serta informasi
bahwa jahitan episiotomy tidak akan terlepas jika ibu BAB.
C. Sistem Perkemihan
Perubahan pada system perkemihan termasuk terjadinya diuresis setelah persalinan terjadi
pada hari 2-3 postpartum, tetapi seharusnya tidak terjadi dysuria. Hal ini dapat disebabkan
karena terjadinya penurunan volume darah yang tiba-tiba selama periode posrpoartum.
Diuresis juga dapat tejadi karena estrogen yang meingkat pada masa kehamilan yang
menyebabkan sifat retensi pada masa postpartum kemudian keluar kembali bersama urine.
Dilatasi pada saluran perkemihan terjadi karena peningkatan volume vascular menghilang,
dan organ ginjal secara bertahap kembali ke keadaan pregravida.
Segera setelah persalinan kandung kemih akan mengalami overdistensi pengosongan yang
tidak sempurna dan residu urine yang berlebihan akibat adanya pembengkakan kongesti dan
hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan hilang pada 24 jam pertama postpartum. Jika
Keadaan ini masih menetap maka dapat dicurigai adanya gangguan saluran kemih.
Bladder dan uretra dapat terjadi kerusakan selama proses persalinan, yang menyebabkan
kurangnya sensasi untuk mengeluarkan urine pada dua hari pertama. Hal ini dapat
menyebabkan retensi urin karena overflow, dan dapat meningkatkan nyeri perut bagian
bawah dan ketidaknyamanan, infeksi saluran kemih dan sub involusi uterus, yang menjadi
kasus primer dan sekunder dari perdarahan postpartum.
93
D. Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskelatal kembali secara bertahap pada keadaan sebelum hamil dalam
periode waktu selama 3 bulan setelah persalinan. Kembalinya tonus otot dasar panggung dan
abdomen pulih secara bersamaan. Pemulihan ini dapat dipercepat dengan latihan atau senam
nifas. Otot rectus abdominismungkin tetap terpisah (>2,5 cm) di garis tengah/umbilikus,
kondisi yang dikenal sebagai Diastasis Recti Abdominis (DRA), sebagai akibat linea alba dan
peregangan mekanis pada dinding abdomen yang berlebihan, juga karena pengaruh hormone
ibu.
94
menggunakan stagen, namun demikian exercise lebih signifikan pengaruhnya terhadap
pemulihan DRA.
Dampak dari diaktasis rekti ini dapat menyebabkan hernia epigastric dan umbilikalis. Oleh
karena itu pemeriksaan terhadap rektus abdominal perlu dilakukan pada ibu nifas, sehingga
dapat diberikan penanganan secara cepat dan tepat.
E. Sistem Endokrin
Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah perubahan kadar hormon
dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang mengalami perubahan pada ibu nifas adalah
hormone estrogen dan progesterone, hormone oksitosin dan prolactin. Hormon estrogen dan
progesterone menurun secara drastis, sehingga terjadi peningkatan kadar hormone prolactin
dan oksitosin.
Hormon oksitosin berperan dalam proses involusi uteri dan juga memancarkan ASI,
sedangkan hormone prolactin berfungsi untuk memproduksi ASI. Keadaan ini membuat
proses laktasi dapat berjalan dengan baik. Jadi semua ibu nifas seharusnya dapat menjalani
proses laktasi dengan baik dan sanggup memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Hormone lain yang mengalami perubahan adalah hormone plasenta. Hormone plasenta
menurun segera setelah plasenta lahir. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% pada 3 jam pertama hingga hari ke tujuh postpartum.
F. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi kehilangan darah sebanyak 200-500ml selama proses persalinan normal,
sedangkan pada persalinan seksio sesarea bisa mencapai 700-1000 cc, dan histerektomi 1000-
1500 cc (a/i atonia uteri). Kehilangan darah ini menyebabkan perubahan pada kerja jantung.
Peningkatan kerja jantung hingga 80% juga disebabkan oleh autotransfusi dari
uteroplacenter. Resistensi pembuluh darah perifer meningkat karena hilangnya proses
uteroplacenter dan kembali normal setelah 3 minggu.
Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari postpartum, akan terjadi diuresis secara cepat
karena pengaruh rendahnya estrogen (estrogen bersifat resistensi cairan) yang menyebabkan
volume plasma mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali normal pada minggu kedua
postpartum.
Ibu nifas dapat juga mengalami udem pada kaki dan pergelangan kaki/ankle, meskipun
tidak mengalami udem pada masa hamil. Pembengkakan ini harus terjadi secara bilateral dan
tidak menimbulkan rasa nyeri. Jika pembengkakan terjadi hanya pada salah satu kaki disertai
95
nyeri, dapat dicurigai adanya thrombosis. Ibu nifas harus menghindari berdiri terlalu lama
atau menggantungkan kaki pada posisi duduk yang lama saat menyusui untuk menghindari
udem pada kaki.
Ibu nifas juga tidak jarang ditemukan berkeringat dingin, yang merupakan mekanisme
tubuh untuk mereduksi banyaknya cairan yang bertahan selama kehamilan selain diuresis.
Pengeluaran cairan yang berlebihan dari tubuh dan sisa-sisa produk melalui kulit
menimbulkan banyak keringat. Keadaan ini disebut diaphoresisyang dialami pada masa early
postpartum pada malam hari, yang bukan merupakan masalah pada masa nifas.
Ibu bersalin juga sering ditemukan menggigil setelah melahirkan, hal ini dapat disebabkan
karena respon persarafan atau perubahan vasomotor. Jika tidak diikuti dengan demam,
menggigil, maka hal tersebut bukan masalah klinis, namun perlu diupayakan kenyamanan
ibu. Kondisi ketidaknyamanan ini dapat diatasi dengan cara menyelimuti ibu dan
memberikan teh manis hangat. Jika keadaan tersebut terus berlanjut, dapat dicurigai adanya
infeksi puerperalis.
G. Sistem Hemotologi
Terjadinya hemodilusi pada masa hamil, peningkatan volume cairan pada saat persalinan
mempengaruhi kadar hemoglobin (Hb), hematocrit (HT), dan kadar erisrosit pada awal
postpartum. Penurunan volume darah dan peningkatan sel darah pada masa hamil
berhubungan dengan peningkatan Hb dan HT pada hari ketiga – tujuh postpartum. Pada
minggu keempat – lima postpartum akan kembali normal.
Lekosit meningkat hingga 15.000 selama beberapa hari postpartum (25.000-30.000) tanpa
menjadi abnormal meski persalinan lama. Namun demikian perlu diobservai dan dilihat juga
tanda dan gejala lainnya yang mengarah ke infensi karena infeksi mudah terjadia pada masa
nifas.
H. Sistem Pernapasan
Terjadi perubahan tanda-tanda vital ibu nifas yakni:
1. Suhu : Normal range 36-37°C, dapat juga meningkat hingga 37,5°C karena
kelelahan dan pengeluaran cairan yang cukup banyak. Peningkatan
suhu tubuh hingga 38°C harus merupakan tanda adanya komplikasi
pada masa nifas seperti infeksi/sepsis puerperalis.
2. Nadi : Normal 65-80 dpm, peningkatan nadi menandakan adanya infeksi
3. Pernapasan : Normal 12-16 kali/menit. Jika suhu tubuh dan nadi meningkat, maka
96
akan meningkat pula frekuensi pernapasan ibu. Jika respirasi
meningkat hingga 30kali/menit merupakan tanda-tanda shock.
4. Tekanan darah : Sudah harus kembali normal dalam 24 jam pertama postpartum
(<140/90 mmHg). Jika terus meningkat, merupakan tanda adanya
preeklampsia. Monitor tekanan darah secara teratur perlu dilakukan
jika tekanan darah masih terus tinggi.
97
BAB 13
ADAPTASI PSIKOLOGIS
PASCA PERSALINAN
98
C. Letting Go Phase (Perilaku Interindependen)
Fase ini merupakan fase yang dapat menerima tanggung jawab sebagai ibu, biasanya
dimulai pada hari kesepuluh postpartum. Ibu sudah menyesuaikan diri terhadap
ketergantungan bayinya, adanya peningkatan keinginan untuk merawat bayi dan dirinya
dengan baik, serta terjadi penyesuaian hubungan keluarga dalam mengobservasi bayinya.
Hubungan dengan pasangan juga memerlukan penyesuaian dengan kehadiran bayi sebagai
anggota keluarga baru.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi Pertama.
Jakarta: Sagung Seto.
Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak Bab Penilaian Pertumbuhan dan
Perkembangan.
Tyastuti Siti, 2016. Modul Asuhan Kebidanan Kehamilan. Edisi Pertama.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Dartiwen, S.S.T.,M.Kes dan Yati nurhayati, S.S.T.,M.Keb.2019.Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan.Yogyakarta: Andi.
Saifudin, Abdul Bari,dkk.2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Saminem.2009.Asuhan KehamilanNormal.Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Sudarti,dkk.2010.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.Yogyakarta: Nuha
Medika
Sulistiyawati, Ari.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Yogyakarta: ANDI
Surasmi, Asrining,dkk.2013.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta:EGC
Tresnawati,Frisca.2012.Asuhan Kebidanan Jilid 1 Panduan Lengkap Menjadi Bidan
Profesional.Jakarta: Prestasi Pustakarya
Varney.2010.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.Jakarta:EGC Walyani,
Elisabeth Siwi. 2015.Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Nifas.Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dan Bayi Baru
Lahir.Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Weni,Kristiyanasari.2011.Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.Yogyakarta: Nuha
Medika
WHO.2014.Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan.Jakarta: Pusdiknakes
Widyatun,Diah.2012.Asuhan Bayi Baru Lahir Dan Neonatus Available At
100