Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak memiliki saluran
sendiri.Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau
kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut
homeostasis, yang berarti seimbang.
Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu
hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad
(ovarium atau testis).
Ovarium mempunyai fungsi gamettogenik penting yang diintegrasikan dengan aktifitas
hormonalnya. Pada wanita , gonad relatif tenang selama masa pertumbuhan dan maturasi
yang cepat.pada pubertas, ovarium memulai suatu periode 30-40 tahun fungsi siklus yang di
sebut siklus haid karena masa perdarahan teratur yang merupakan manifestasinya yang jelas.
Ovarium ni kemudian gagal memberikan respon terhkkadap gonadotropin yang disekresikan
oleh kelenjar hipofise, dan berhentinya perdarahan siklik yang terjadi ini di sebut
“Menopause”.
Mekanismenya yang bertanggung jawab bagi mulai kerja fungsi ovarium pada masa
puberitas dianggap bsrasal dari saraf, karena gonad yang tidak matang dapaat dirangsang
oleh gonadotropin yang sudah ada didalam hipotalamus dan karena hipofise berespon
terhadap hormon penglepas gonadotropin hipotalamus, pusat maturasi seperti amgadala,
didalam otak, melepaskan penghambat sel eminensia mendiana hipotalamus, yang
memungkinkan untuk menghasilkan hormon penglepas gonadotropin (gonadotropin –
releasing hormone, GnRH) Pada pulsasi dengan frekuensi dan amplitudo yang tepat, yang
merangsang pelepasan hormon penglepasan hormon perangsang folikel (follicle-stimulating
hormone, FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Sintesis dan sekresi hormon hipofisis anterior selain dikontrol oleh
hipotalamus,dipengaruhi oleh banyak faktor obat yaitu hormon alamiah,analog dan
disekantagonis hormon.hubungan antara hipofisis anterior dengan jaringan ferifer yang

1
dipengaruhi merupakan contoh sempurnah mekanisme umpan balik.hormon hipofisis antrior
mengatur sintesis dan sekresi hormon dan zat-zat kimia di sel target;sebaliknya hormon yang
disekresi tersebut mengatur juga sekresi hipotalamus dan /atau hipofisis.konsep ini
mendasari penggunaan hormon untuk diagnosi dan terapi kelainan endokrin diklinik.interaksi
berbagai hormon ini menjelaskan mekanisme terjadinya efek samping beberapa jenis obat.
Hormon hippofisis anterior sangat esensial untuk pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, metabolisme dan respon terhadap stress.Hormon-hormon yang di
hasilkan oleh hipofisis anterior dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok. Kelopmpok
pertama berupa hormon somatropika yang meliputi hormon pertumbuhan (GH=
Samatotoprin), prolaktin (PRL),Laktogen plasenta (PL). Kelompok ke dua berbentuk
glikoprotein yaitu pirotropin (TSH): Lutinizing Hormon (LH,) hormon folikel (FSH,
Gonadotropin) berperan dalam pertumbuhan

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hormon dan sumber hormon dalam Farmakologi?
2. Jelaskan klasifikasihormon dalam Farmakologi
3. Apa saja obat yang terbuat dari hormon (uraian obat)?
4. Bagaimana meknisme/cara kerja obat dalam hormone?
5. Bagaimana kelainan pada orang yang kelebihan dan kekurangan hormone?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan sumber hormon dalam farmakologi
2. Mengetahui klasifikasi hormon dalam famakologi
3. Mengetahui uraian obat yang terbuat dari hormon
4. Mengetahui mekanisme/cara kerjaobat
5. Mengetahui kelainan pada orang yang kelebihan dan kekurangan hormone

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hormon
Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami. Begitu dikeluarkan,
hormon akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek
tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam
peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik.
(UI.FK.FARMAKOLOGI DAN TERAPI.1995.JAKARTA) Jaringan yang dipengaruhi
umumnya terletak jauh dari empat hormon tersebut dihasilkan, misalnya hormon pemacu
folikel (FSH, follicle stimimulati ormone ) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior
hanya merangsang jaringan tertentu di ovarium. Dalam hal hormon pertumbuahn lebih dari
satu organ menjadi terget sebab hormon pertumbuahan mempengaruhi sebagai jenis jaringan
dalam badan. Jaringan target suatu hormon sangat spesifik karena sel-selnya mempunyai
reseptor untuk hormon tersebut.
Contoh efek hormon pada tubuh manusia:
1. Perubahan Fisik yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah tertentu dan bentuk
tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara membesar, lekuk tubuh feminin pada
wanita dan bentuk tubuh maskulin pada pria).
2. Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas, mood/suasana hati.
3. Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi organ seksual
(estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).

B. Klasifikasi Pada Hormon


1. Hormon androgen dan sintetisnya /testoteron
2. Hormon estrogen dan progesteron
3. Hormon kortikosteroid
4. Hormon tropik dan sintetiknya
5. Obat anabolic
6. Hormon lainnya

3
A. Hormon Androgen
1. Pengertian Androgen
Androgen adalah hormon steroid yang rumus kimianya yang berciri 19 atom C dengan
inti steroid. Di samping antrogen terdapat pula prekursor androgen yang di sebut juga
proan drogen.kadar testosteron dalam plasma relatif tinggi pada masa 3 kefidupan laki-
laki, yaitu pada tahap enbrio ketika sedang deferensiasi fenotif, mulai usia 6 bulan
sampai pubertas kadarnya < 50 ng/ Dl
2. Faal dan Farmakodinamik
Fungsi antrogen tergantung periode kehidupan laki-laki. Pada masa embrional (12-18
minggu) fungsinya ialah pembentukan penotif laki laki pada masa noenatus di duga
fungsinya ialah organisasi dan penandaan susunan saraf pusat dalam hal tingkah laku dan
fungsi seksual laki laki pada pubertas fungsinya adalah menggubah laki-laki menjadi
dewasa baik dalam pertumbuhan dan perkembangan tulang dan rangka.
3. Mekanisme Kerja
Testosteron bebas dari plasm ayang masuk ke sel target dengan cara difusi, tergantung
jaringan dan fungsi sel yang di masukan testosteron yang dapat di masiukan langsung
sebagai endrogen melalui ikatan dengan reseptor androgenatau berubah dahulu menjadi
DHT kemudian akan berikatan dengan reseptor androgen yang sama dengan anfinitas
yang lebih tinggi.
4. Farmakokinetik
Testosteron dalam pelarutan minyak yang di suntikan diabsorsi lebih cepat sehingga
efeknya lemah, testosteron dalam bentuk ester kurang polar di bandingkam betuk
bebasnya sehingga dalam larutan miyak suntikan intramuskular akan di absorsi lebih
lambat dan masa kerjanya akanlebih panjang.
5. Sediaan Dan Indikasi
Sediaan androgen yang di gunakan dalam klinik untuk efek androgen dapat di lihat di
tabel sedangkan pada tabel 30-2 dapat diliat sedianya untuk efek anaboliknya dan di
sebut anaroid anabolik, efek anabolik dari efek androgen ternyata tidak berhasil pada
manusia efek samping androgen ternyata tetap meyertai efek anabolik yang di tuju

4
6. Terapisubtitusi
Dosis yang di perlukan paling sedikit setara 10 mg testosteron ini bisa didapat misalnya
pemberian testosteron propionat 25 mg tiga kali seminggu bentuk ester kerja panjang
spionat atau anatat dapat diberikan tiap 2-3 minggu sebesar 200mg
7. Edema Angionneurotik Herediter
Steroid 17 allkil efektif untuk penggobatan edema , aktivitas hal ini sama dengan untuk
perempuan dan laki laki steroid 17 alkil meningkatkan kadar plasma glikoprotein yang di
sentesi di hepar termasuk beberapa faktor pembekuan dan inhibitor implemen
8. Efek Samping
Steroid 17 alkil terhadap fungsi hepar steroid bersifat androgen lemah misalnya danazol
tidak kalah kuatnya di bamdimh androgen
9. Osteoporosis
Androgen hanya bermangfaat untuk osteoporosis yang di sebabkan oleh defisiensi
androgen kegunaan pada osteoporosis jenis lain belum tebukti pada perempuan kegunaan
di kalahkan oleh estrogen sebab androgen terbukti tidak bermangfaat dari pada entrogen
sedangkan efek masulinisasi menggangu
10. Infertilitas
Pada infertilitas akibat hipogonadisme sekunder di perlukan gonadotropin untuk
merangsang dan mempertahankan spermatogenesis testosteron di gunaskan untuk terapi
infertilitas yang di sebabkan oleh oligossperma idiopatik sediaan depot (testosteron
enantat atau sipionat 200 mg) di suntikan IM sekali seminggu selama 12-20 minggu.
Keberhasilan bervariasi tetapi tidak melebihi 40% beberama kelemahan terapi ini ialah :
(1) masa terapi panjang dan hasilnya baru terlihat 3-4 bulan setelah yterapi di hentikan;
(2) perbaikan produksi sperma hanya bertahan selama 2-3 bulan; dan (3) ada
kemungkinan terjadi depresi spermatogenesis yang menetap
11. Kelainan Ginekologis
Androgen dahulu di gunakan untuk kelainan ginekologis misalnya pendarahan uterus,
dismenore dan menopause, tetapi saat ini pilihan jatuh pada estrogen dan atau progestin
androgen tidak di anjurkan untuk menghentikan pendarahan uterus yang di sebabkan oleh
pemberian estrogen.

5
12. Efek Samping Dan Interaksi Obat
1) Maskulinisasi pada perempuan
Semua sediaan androgen berefek maskulinisasi gejala dini ialah pertumbuhan kumis
,akne,merendahnya nada suara gangguan menstruasi akan terjadi bila sekresi
gonadotropin terhambat.gejala-gejala ini dapat hilang bila penggunaan androgen
segera dihentikan.
2) Feminisasi efek samping ginekomastia
Cenderung terjadi pada laki- laki ,terutama yang ada gangguan hepar hal ini mungkin
berhubungan dengan aromatisasi androgen menjadi estrogen ,sebab pemberian esters
testosteren meningkatkan kadar estrogen plasma pada laki–laki diketahui bahwa
enzim aromatisasi efek samping ini tidak terjadi pada penggunaan steroid yang di
reduksi pada posisi 5 misalnya oksandrolon
3) Penghambatan Spermatogenesis
Androgen di perlukan untuk spermatogenesis, tetapi penggunaan androgen dosis
rendah jangka panjang justru dapat menghambat spermatogenesis androgen dosis
tersebut cukup untuk menghambat sekresi LH,FSH dan testosteron endogen sehingga
kadar testosrteron di dalam testis tidak cukup untuk berlangsungnya spermatogenesis
normal hal ini terjadi karena aromatisasi testosteron menjadi estrogen, penghambat
kuat sekresi gonatropin androgen dosis tinggi juga menghambat sekresi testosteron
endogen tetapi kadar plasma yang di capai jauh di atas normal ( dengan segala
konsekuensi efek samping), jadi kadar testosteron dalam testis cukup untuk
spermatogenesis.
4) Hiperplasia Postat
Pada laki-laki usia lanjut androgen dapat merangsang pembesaran prostat karena
hiper plasia hal ini meyebabkan obstruksi. Juga kemungkinan munculnya kanker
prostat yang mungkin yang tadinya tida terdeteksi karena itu perlu perhatian khusus
bila di gunakan pada laki-laki usia lanjut.
5) Gangguan Pertumbuhan hati
Hati memberikan androgen pada anak prapubertas, sebab dapat terjadi pubertas
prekoks . jangan memberikan anabolik steroid untuk merangsang pertuumbuhan anak
yang meskipun berbadan kecil tetapi normal dan sehat. Pemberian untuk gangguan

6
pertumbuhan tertentu harus di lakukan ioleh hormon anak karena biasanya bukan
hanya androgen yang di perlukan androgen mempercepat penutupan epifisis
sehingga mungkin anak tiodak akan mencapai tinggi badan yang seharusnya beratnya
efeksamping ini tergantung dari usia tulang, obat uang di pakai, dosis dan lama
terapi. Efek samping ini dapat bertahan kurang lebih 6 bulan meskipun pemberian
androgen telah di hentikan. Pada laki-laki dengan hopogonadisme, terapi androgen
pada awalnya dapat menimbulkan priappusmus, efeksamping ini akan hilang
walaupun terapi di teruskan.
6) Edema
Pada dosis terapi untuk hipogonadisme retensi cairan biasanya tidak sampai
menimbulkan edema. Pemberian androgen dodis besar misalnya pada penggobatan
neoplasma menimbulkan edema yang di sebabkan oleh retensi Air dan elktrolit. Hal
ini harus di pertimbangkan sewaktu memberikan androgen pada pasien gaqgal
jatung, penyakit ginjal, sirosis hepatis dan hipoprotenemia.
7) Ikterus metil testosteron merupakan androgen yang pertama di ketahuai dapat
menimbulkan hepatitis kolestatik. Ikterus jarang terjadi dan reversibel bila obat
dihentikan .bila timbul ikterus hal itu disebabkan stasis empedu dalam kapiler bilier
tanpa kerusakan sel .kemudian oleh 17-alkil steroid. Testosteron dan ester testosteron
tidak menimbulkan efek samping ini, karena itu ester testosteron lebih sering
digunakan dalam klinik. Efek samping ikterus berhubungan dengan dosis dan
muncul 2-5 bulan setelah muali teraphy.karena itu steroid 17-alkil dipakai hanya
untuk jangka pendek 3-4 minggu,disusul masa istirahat yang sama lamanya.
8) Hiperkalsemia
Hiperkalsemia dapat timbul pada perempuan pasien karsinoma payudara yang
diobati dengan androgen .pada keadaan ini terapi androgen harus dihentikan dan
diberi cairan yang cukup ( hidrasi ) serta diberi pengobatan terhadap hiperkalsemia.
9) Interaksi Obat
17-alkil androgen meningkatkan efek anti koagulan oral (kumarin dan indandion)
sehingga perlu penurunan dosis antikoagulan untuk mencegah terjadinya pendarahan
.metandrostenolon menurunkan metabolisme oksifenbutason sehingga efeknya
menjadi lebih panjang ,lebih kuat, dan sulit diduga.karena itu dianjurkan untuk tidak

7
memakai kedua obat ini bersamaan .metandrostenolon juga meningkatkan efektivitas
dan efek toksi kortikosteroid.anabolik steroid dapat menurunkan kadar gula darah
pasien diabetes melitus, sehingga kebutuhan akan obat antidiabetik menurun .lagi pula
anabolik steroid menghambat metabolisme antidiabetik oral. Androgen menurunkan
tiroksin binding globulin (TBG) plasma, sedangkan tiroid hormon bebas (T3 & T4)
tetap normal.

B. Antiandogen
Antriandogen ialah zat yang menghambat sintesis ,sekresi atau kerja androgen.tujuan
peneliyian tentang obat yang bersifat antiandrogen pertama-tama untuk pengobatan
karsinoma prostat atau keadaan lain yang berhubungan dengan kadar testosteren yang
berlebihan baik pada laki-laki maupun perempuan dan anak-anak.Estrogen merupakan
antiandrogen alami.efek estrogen pada jaringan target berlawanan dengan efek androgen
.selain itu estrogen juga merupakan penghambat sekresi testosteren. Progesteron
merupakan antiandrogen lemah beberapa derivat progesteron dengan gugus 1,2-metilene
misalnya siproteron asetan yang merupakan antiandrogen yang paling kuat. siproteron
asetat juga memiliki sifat progestogenik dan menghambat sekresi gonadotropin.obat ini
merupakan penghambatkompetitif androgen di samping menghambat produksi testosteron
.pemberian 200 mg siproteron asetat selama 10-14 hari pada laki-laki menurunkan libido
yang berlebihan.efeknya terhadap libido ini menyebabkan siproteron asetat tidak mungkin
digunakan sebagai kontrasepsi laki-laki .selain itu hasil penelitian menunjukan bahwa
efektivitas siproteron sebagai kontresepsi laki-laki tidak konsisten .efek lain yang
mengganggu ialah ginekomastia . siproteron efektif untuk terapi pubertas prekoks ,tetapi
ternyata efek samping sampingnya berat yaitu menghambat efek anabolik androgen dan
pertumbuhan anak .siproteron juga efektif untuk hirsutisme berat dikombinasikan dengan
estrogen.flutamid ialah suatu abtiandrogen yang bukan steroid sehingga tidak
memperlihatkan aktivitas hormon.kerjanya mungkin melalui perubahan invivo menjadi 2-
hiroksiflutamid dan mengakibatkan regresi organ-organ yang dipengaruhi testosteron
misalnya fosfat dan vesikula seminalis.karena mekanisme umpan balik testoteron plasma
,kenaikan testosteron plasma ini dapat menjadi pembatas efek flutamid paling bermanfaat
untuk menghambat androgen andrenal pasien yang dapat.

8
C. Hormon Katrikosteroid
a) Pengertian hormone kartilogen
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian
korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH)
yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini berperan
pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan
sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat,
pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitas biologis yang
menonjol darinya, yakni:
1) Glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara
menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja
eosinofil.
2) Mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang berfungsi mengatur kadar
elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal.

b) Farmakokinetik Kortikosteroid
Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorpsi cukup
baik. Untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh, ester kortisol
dan derivate sintetiknya diberikan secara IV. Untuk mendapatkan efek yang lama
kortisol dan ester diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama kerja karena juga
mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein.
Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang
synovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat
menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal.
Pada kejadian normal, 90% kortisol terikat pada dua jenis protein plasma yaitu
globulin pengikat kortikosteroid dan albumin. Afinitas globulin tinggi tetapi
kapasitas ikatnya rendah, sebaliknya afinitas albumin rendah tetapi kafasitas
ikatnya relative tinggi. Karena itu pada kadar rendah atau normal, sebagian besar

9
kortikosteroid terikat globulin. Bila kadar kortikosteroid meningkat jumlah
hormone yang terikat albumin dan bebas juga meningkat, sedangkan yang terikat
globulin sedikit mengalami perubahan. Kortikosteroid berkompetisi sesamanya
untuk berikatan denga globulin pengikat kortikosteroi; kortisol mempunyai
afinitas tinggi sedangkan metabolit yang terkonyugasi dengan asam glukuronad
dan aldosteron afinitasnya rendah.
Kehamilan atau penggunaan estrogen dapat meningkatkan kadar globulin
pengikat kortikosteroid, kortisol plasma total dan kortisol bebas sampai beberapa
kali. Telah diketahui bahwa hal ini tidak terlalu bermakna terhadap fungsi tubuh.

c) Farmakodinamik Kortikosteroid
Pada waktu memasuki jaringan, glukokortikoid berdifusi atau ditranspor
menembus sel membran dan terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik
glukokortikoid heat-shock protein kompleks. Heat shock protein dilepaskan dan
kemudian kompleks hormon reseptor ditranspor ke dalam inti, dimana akan
berinteraksi dengan respon unsur respon glukokortikoid pada berbagai gen dan
protein pengatur yang lain dan merangsang atau menghambat ekspresinya. Pada
keadaan tanpa adanya hormon, protein reseptor dihambat dari ikatannya dengan
DNA; jadi hormon ini tidak menghambat kerja reseptor pada DNA. Perbedaan
kerja glukokortikoid pada berbagai jaringan dianggap dipengaruhi oleh protein
spesifik jaringan lain yang juga harus terikat pada gen untuk menimbulkan
ekspresi unsur respons glukokortikoid utama.
Selain itu, glukokortikoid mempunyai beberapa efek penghambatan umpan balik
yang terjadi terlalu cepat untuk dijelaskan oleh ekspresi gen. Efek ini mungkin
diperantarai oleh mekanisme nontranskripsi.

d) Biotransformasi Kortikosteroid
Biotransformasi steroid terjadi didalam dan diluar hati. Metabolitnya
merupakan senyawa inaktif atau berpotensi rendah. Semua kortikosteroid yang
aktif memiliki ikatan rangkap pada atom C4,5 dan gugus keton pada atom C3.
Reduksi ikatan rangkap C4,5 terjadi di dalam hati dan jaringan ekstrahepatik

10
serta menghasilkan senyawa inaktif. Perubahan gugus keton menjadi gugus
hidroksil hanya terjadi di hati. Sebagian besar hasil reduksi gugus keton pada
atom C3 melalui gugus hidroksinya secara enzimatik bergabung dengan asam
sulfat atau asam glukuronad membentuk ester yang mudah larut dan kemudian
diekskresi. Reaksi ini terutama terjadi di hepar dan sebagian kecil di ginjal.
Oksidasi gugus 11- hidroksil yang reversible terjadi secara cepat di hepar dan
secara lambat di jaringan ekstrahepetik. Untuk aktifitas biologiknya
kortikosteroid dengan gugus keton pada atom C11 harus direduksi menjadi
senyawa 11-hidroksil; sedangkan reduksi gugus keton pada atom C20 hanya
memberikan senyawa dengan aktifitas biologik yang lemah.
Kortikosteroid dengan gugus hidroksil pada atom C17 akan dioksidasi menjadi
17-ketosteroid yang tidak mempunyai aktifitas kortikosteroid tetapi bersifat
androgenik. Adanya sekresi 17-ketosteroid dalam urin dapat dipakai sebagai
ukuran aktifitas hormone kortikosteroid dalam tubuh.
e) Ekskresi
Setelah penyuntikan IV steroid radioaktif sebagian besar dalam waktu
72 jam di ekskresi dalam urin, sedangkan di feses dan empedu hampir tidak
ada. Diperkirakan paling sedikit 70% kortisol yang di ekskresi mengalami
metabolism di hepar. Masa paruh eliminasi kortisol sekitsr 1,5 jam. Adanya
ikatan rangkap dan atom C1-2 atau subtitusi atom flour memperlambat proses
metabolism dan karenanya dapat memperpanjang masa paruh eliminasi.
f) Indikasi
a) Terapi Substitusi
Pemberian kortikosteroid disini bertujuan memperbaiki kekurangan akibat
insufisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur
adrenal sendiri (insufisiensi primer) atau hipofisis (insufisiensi sekunder).
1) Insufisiensi adrenal akut
Keadaan ini umunya disebabkan oleh kelainan pada adrenal atau oleh
penghentian pengobatan kortikosteroid dosis besar secara tiba-tiba.

11
2) Insufisiensi adrenal kronik
Kelainan akibat operasi atau lesi korteks adrenal ini dapat diatasai dengan
pemberian 20-30 mg perhari dalam dosis terbagi (20 mg pada pagi hari
dan 10 mg pada sore hari). Banyak pasien memerlukan juga
mineralokortikoid fluorokortison asetat denga dosis 0,1 -0,2 mg perhari;
atau cukup dengan kortison dan diet tinggi gara. Terapi tergantung dari
keadaan pasien dalam rasa kesegaran badannya ( well being), nafsu
makan, berat badan, kekuatan otot, timbulnya pigmentasi, tekanan darah
dan tidak adanya hipotensi ortostatik.
3) Hiperplasia adrenal kongenital
Pada penyakit turunan ini terjadi defisiensi aktifitas salah satu atau lebih
enzim yang diperlukan untuk biosintesis kortikosteroid. Karena produksi
kortisol dan atau aldosteron berkurang dan tidak terjadi reaksi umpan
balik negative, maka produksi hormon steroid lain bertambah. Dalam hal
ini gejala klinik yang timbul, hasil pemeriksaan laboratorium dan
terapinya, tergantung dari jenis enzim yang terganggu.
4) Insufisiensi adrenal sekunder akibat insufisiensi adenohipofisis
Gejala utama insufisiensi adrenal ini adalah hipoglikemia, sedangkan
keseimbangan air dan elektrolit normal karena sekresi aldosteron tetap
normal. Terapi subsitusi dengan kortisol, pagi hari 20mg dan sore 10 mg,
disesuaikan dengan siklus diumal sekresi adrenal. Sesudah insufisiensi
adrenal terkendali, dapat ditambahkan tiroid. Sebab bila langsung
diberikan tiroid tanpa kortisol mungkin terjadi insufisiensi adrenal akut.

b) Terapi Non Endokrin


Di bawah ini dibahas beberapa penyakit yang bukan merupakan kelainan
adrenal atau hipofisis, tetapi diobati dengan glukokortikoid. Dasar pemakaian
kortikosteroid disisni adalah efek anti-inflamasinya dan kemampuan menekan
reaksi imun. Pada penyakit yang dasarnya respon imun, obat ini bermanfaat.
Pada keadaan yang perlu penanganan reaksi radang atau reaksi imun untuk
mencegah kerusakn jaringan yang parah dan menimbulakn kecacatan,

12
pengguanaan kortikosteroid mungkin berbahaa sehingga perlu disertai dengan
penanganan tepat bagi penyebabnya. Yang dipakai adalah preparat kerja
singkat dan kerja sedang misalnya prednisone atau prednisolone dengan dosis
serendah mungkin. Kemungkinan efek samping harus terus dimonitor.
1) Fungsi paru pada Fetus
Penyempurnaan fungsi paru fetus dipengaruhi sekresi kortisol pada fetus.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi kepada ibu hamil akan membantu
pematangan fungsi paru pada fetus yang akan dilahirkan premature
sehingga resiko terjadi respiratory distress syndrome, perdarahan
intraventrikular dan kematian berkurang. Betamethasone atau
Dexamethasone selama 2 hari diberiakan pada minggu ke 27 sampai 34
kehamilan. Dosis telalu banyak akan menganggu berat badan dan
perkembangan kelenjar adrenal fetus.
2) Artritis
Kortikosteroid hanya diberikan pada pasien atritis rheumatoid yang
sifatnya progresif, dengan pembengkakan dan nyeri sendi yang hebat
sehingga pasien tidak dapat bekerja, meskipun telah diberikan istirahat,
terapi fisik dan obat golongan anti inflamasi nonsteroid.
3) Karditis Reumatik
Karena belum ada bukti kortikosteroid lebih baik salisilat, sedangakan
resiko penggunaan kortikosteroid lebih besar, maka pengobatan karditis
reumatik dimulai dengan salisilat. Kortikosteroid hanya digunakan pada
keadaan akut, pada pasien yang tidak menunjukkan perbaikan dengan
salisilat saja, atau sebagai terapi permulaan pada pasien dalam keadaan
sakit keras dengan demam, payah jantung akut, aritmia dan perikardithis.
4) Penyakit Ginjal
Kortikosteroid dapat bermanfaat pada sindrom nefrotik yang disebabkan
lupus eritematosus sistemik atau penyakit ginjal primer, kecuali
amiloidosis.

13
5) Penyakit Kalogen
Pemberian dosis besar (prednisone 1-2 mg/kg atau sediaan lain yang
ekuivalen ) bermanfaat untuk eksaserbasi akut; sedangakn terapi jangka
panjang hasilnya bervariasi. Glukokortikoid dapat menurunkan mordibitas
dan memperpanjang masa hidup pasien poliartritis nodosa dan
granulomatosis Wegener.
6) Asma Bronkial dan Penyakit Saluran Napas lainnya
Respon asama terhadap farmakoterapi bervariasi antar individu, sehingga
dapat ditemuka pasien yang resisten terhadap steroi meskipun jarang dan
tidak menunjukkan hasil baik dengan inhalasi steroid. Kortikosteroid saat
ini diberikan segera pada serangan akut pasien asam bronchial akut
maupun kronik untuk mengatasi secara cepat radang yang ternyata selalul
terjadi pada saat serangan asma.
7) Penyakit Alergi
Gejala penyakit alergi yang hanya berlangsung dalam waktu tertentu,
dapat diatasi dengan glukokortikoid sebagai obat tambahan disamping obat
primernya; misalnya pada penyakit serum, urtikaria, dermatitis kontak,
reaksi obat, edema angioneurotik. Pada reaksi yang gawat, misalnya
anafilaksis dan edema angioneurotikglotis, diperlukan pemberian adrenalin
dengan segera. Pada keadaan yang mengancam jiwa pasien, kortikosteroid
dapat diberikan IV.
8) Penyakit Mata
Kortikosteroid dapat mengatasi gejala inflamasi mata bagian luar maupun
pada segmen anterior.
9) Penyakit Kulit
Bermacam-macam kelainan kulit dapat diobati dengan sediaan steroid
topical. Yang harus diperhatikan ialah kadar kandungan steroidnya.
10) Penyakit Hepar
Uji klinis menunjukkan bahwa glukokortikoid dapat memperpanjang masa
hidup pasien nekrosis hepar subakut dan hepatitis kronik aktif, hepatitis
alkoholik dan sirosis non alkoholik pada wanita.

14
11) Keganasan
Leukemia limfositik akut dan limfoma dapat diatasi dengan glukokortikoid
karena efek antilimfositiknya. Prednisone biasanya digunakan bersama
alkilator, antimetbolit dan alkaloid vinka. Selam pengobatan selain
evaluasi klinik perlu dilakukan pemeriksaan darah dan sumsum tulang.
12) Gangguan Hematologik Lain
Anemia hemolitik autoimun yang idiopatik maupun yang acquired
member respon yang baik terhadap terapi steroid. Obat ini tidak akn
mengurangi hemolisis pada reaksi transfuse, meski mungkin dapat
mengurangi hemolisis yang diinduksi oleh obat (drug-induced hemolisis).
13) Syok
Kortikosteroid sering digunakan untuk mengatasi syok. Pada syok
anafilaktik mungkin manfaatnya adalah melalui efek permisif yaitu
membuat adrenalin bekerja lebih baik mengatasi syok tersebut, adrenalin
tetap meripakn obat utama yang harus diberikan. Untuk syok septic,
sampai sekarang masih banyak pertentangan pendapat.
14) Edema Serebral
Glukokortikoid sangat efektif untuk mencegah atau mengobati edema
serebral Karena parsit atau tumor otak, terutama pada kasus metastasis.
15) Trauma Sumsum Tulang Belakang
Uji klinik multisentra membuktikan manfaat metilprednisolone dosis besar
(30 mg/kgBB dilanjutkan infuse 5,4 mg/kgBB perjam selama 23 jam),
sebelum 8 jam setelah trauma akan mengurangi gejala neurologis.

g) Kontra Indikasi
Sebenarnya sampai sekarang tidak ada kontraindikasi absolute kortikosteroid. Pemberian dosis
tunggal besar bila diperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan yang mungkin dapat merupakan
kontraindikasi relative dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jiwa pasien.
Bila obat akan diberikan untuk beberapa hari atau beberapa minggu, kontraindikasi relative yaitu
diabetes mellitus, tukak peptik/duodenum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan sistem

15
kardiovaskular lain patut diperhatikan. Dalam hal yang terakhir ini dibutuhkan pertimbangan
matang antara resiko dan keuntungan sebelum obat diberikan.

h) Dosis
Kecuali untuk terapi subtitusi pada defisiensi, penggunaan kortikosteroid pada awalnya lebih
banyak bersifat empiris. Dari pengalaman klinis dapat diajukan minimal 6 prinsip terapi yang
perlu diperhatikan sebelum obat ini digunakan: (1) Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis
efektif harus ditetapkan dengan trial and error, dan harus dievaluasi dari waktu kewaktu sesuai
dengan perubahan penyakit; (2) Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umunya tidak
berbahaya; (3) Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi
spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis sangat besar; (4) Bila pengobatan
diperpanjang sampai 2 minggu atau lebih hingga dosis melabihi dosis subsitusi, insiden efek
samping dan efek letal potensial akan bertambah; dosis ekivalen hidrokortisol 100 mg/hari lebih
dari 2 minggu hampir selalu menimbulkan iatrogenic cushing syndrome. Bila terpaksa pasien
harus juga diberi diet tinggi protein dan kalium. Awasi dan sadari resiko pengaruhnya terhadap
metabolisme, terutama bila gejala terkait telah muncul misalnya diabetes yang resisten insulin,
osteoporosis, lambatanya penyembuhan luka; (5) Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan
kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat paliatif
karena efek anti inflamasinya; (6) Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang
dengan dosis besar, mempunyai resiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat mengancam
jiwa pasien.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa bila kortikosteroid akan digunakan untuk jangka panjang,
harus diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif. Dosis ini ditentukan secara rial and
error. Pada keadaan yang tidak mengancam jiwa pasien, misalnya untuk mengurangi nyeri pada
arthritis rheumatoid, dosis awal harus kecil kemudian secara bertahap ditingkatkan sampai
keadaan tersebut mereda dan dapat ditoleransi pasien. Kemudian dalam periode singkat dosis
harus diturunkan bertahap sampai tercapai dosis minimal dimana gejala semula timbul kembali.
Bila penggunaan bertujuan mengatasi keadaan yang dapat mengancam pasien, misalnya
pemfigus maka dosis awal haruslah cukup besar. Bila dalam beberapa hari belum terlihat
efeknya, dosis dapat dilipat gandakan. Dalam hal ini, sebelum mengambil keputusan, dokter
harus dapat mempertimbangkan antara bahaya pengobatan dan bahaya akibat penyakit sendiri.

16
Untuk keadaan yang tidak mengancam jiwa pasien, kortikosteroid dosis besar dapat diberikan
untuk waktu singkat selama tidak ada kontraindikasi spesifik.
Besarnya dosis glukokortikoid yang dapat menyebabkan supresi hipofisis dan korteks adrenal
ternyata sangat bervariasi dan belum dapat dipastikan dengan tepat. Umumnya, makin besar
dosis dan maikn lama waktu pengobatan, makin besar kemungkinan terjadinya supresi tersebut.
Untuk mengurangi resiko supresi hipofisis adrenal ini, dapat dilakukan modifikasi cara
pemberian obat, misalnya dosis tunggal selang 1 atau 2 hari tetapi cara ini tidak dapat diterapkan
untuk semua penyakit. Sediaan yang masa kerjanya panjang juga tidak dapat diberikan menurut
cara ini.

i) Efek Samping Obat


Sampai saat ini ratusan produk kortikosteroid tersedia di pasaran. Layaknya obat lainnya,
kortikosteroid juga beresiko menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan, bahkan beberapa
efek sampingnya dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup serius. Berikut efek
samping kortikosteroid, yaitu:

Efek samping jangka pendek


· Peningkatan tekanan cairan di mata (glaukoma)
· Retensi cairan, menyebabkan pembengkakan di tungkai.
· Peningkatan tekanan darah
· Peningkatan deposit lemak di perut, wajah dan leher bagian belakang.

Efek samping jangka panjang.


· Katarak
· Penurunan kalsium tulang yang menyebabkan osteoporosis dan tulang rapuh sehingga
mudah patah.
· Menurunkan produksi hormon oleh kelenjar adrenal
· Menstruasi tidak teratur
· Mudah terinfeksi
· Penyembuhan luka yang lama

17
j) Klasifikasi dan Contoh Obat
Klasifikasi :
1. Hidrokortison.
2. Prednison: prednison, metilprednisolon, budesonida.
3. Derivat 9-alfa-flour: triamsinolon, deksametason, betametason, halsinonida.
4. Derivat 6-alfa-flour: fluokortolon, flunisolida
5. Derivat diflour: fluosinonida, flumetason, diflukortolon, flutikason
6. Derivat klor: beklometason, mometason.
7. Derivat klor-flour: klobetasol, klobetason, fluklorolon, halometason.

D. Hormone estrogen dan progesterone


Estrogen dan progestin merupakan hormone steroid kelamin endogen yang diproduksi
oleh ovarium, kortek adrenal, testis dan plasenta pada masa kehamilan. Kedua jenis hormon
ini dan derivate sintetiknya mempunyai peranan penting pada wanita dalam perkembangan
tubuh, proses ovulasi, fertilisasi, implantasi, dan dapat mempengaruhi metabolism lipid,
karbohidrat, protein dan mineral juga berperan penting dalam pertumbuhan tulang,
spermatogenesis dan behavior.
Sekarang telah diketahui biosintesis hormone ini di masing-masing organ, mekanisme
kerja di reseptornya pada tingkat seluler dan molecular kecuali itu, dari hasil banyak uji
klinik ,hamil, yang dikenal sebagai conjugated equine estrogen, makin banyak digunakan
terutama untuk wanita pasca menopause. Telah di perkenalkan beberapa preparat yang dapat
berefek agonis atau antagonis pada reseptor estrogen, tergantung dari jaringan dimana
hormone ini bekerja, disebut sebagai selective estrogen reseptor modulator ( SERM ) dan
digunakan untuk osteoporosis pasca menopause. Antagonis reseptor progesteron dan
beberapa derivat progesterone, misalnya megestrol asetat, juga mulai banyak digunakan dan
berguna untuk kanker kelenjar mamae. Juga tanaman yang mengandung fitoestrogen
diperkenalkan meski masih memerlukan lebih banyak uji klinik.

 ESTROGEN

18
Banyak senyawa steroid dan non steroid baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
aktivitas estrogenic. Selain struktur intinya juga terdapat perbedaan dalam halpotensi
estrogeniknya dan lama kerjanya Dietilstilbestrol ( DES ), estrogen non steroid sintetik
pertama dengan potensi estrogenic sama dengan estradiol,dapat diberikan oral dan masa kerja
lebih panjang dari estrogen alami. Senyawa non steroid lain yang berefek estrogenic atau anti
estrogenik umumnya berasal dari tumbuhan flavonoid, isoflavon ( mis.genistein ) dan
kumenstan dapat ditemukan di berbagai tanaman. Golongan terakhir ini dikenal sebagai
fitoestrogen. Menurut laporan genistein bersifat relative selektif terhadap reseptor estrogen-ß
( ERß ), penelitian melalui ini masih berlangsung.
1. Biosintesis
Estrogen di sintesis dari androstenedion dan testosterone secara langsung, dengan
bantuan enzim aromatase atau CYP19 melalui 3 langkah proses aromatisasi cincin A.
aktivitas ini dilakukan oleh glikoprotein transmembran ( cyto chrome P450 family of
monooxygenases ) yang berada reticulum endoplasmik berbagai sel dan diindukasi oleh
gonadotropin. Sel-sel tersebut di granulose ovarium, sel sertoli dan leidig kelenjar testis, sel
stroma jaringan adipose, sinsitiotrofoblas plasenta, tulang dan beberapa tempat di otak.

Meski estrogen disintetis diberbagai tempat sumber utama estrogen di sirkulasi adalah
ovarium. Organ ini mengandung 17ß-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 1 yang
memproduksi testosteron dan estradiol dari androstenedion dan estron, keduanya merupakan
reaksi timbale balik.di hepar terdapat enzim dehidrogenase tipe II yang mengoksidasi
estradiol di sirkulasi estrogen ini terkonyugasi dengan glukoronid dan sulfat sebelum di
eksresi di urin.
Pada wanita pasca menopause, sumber estrogen utama adalah jaringan adipose dan
organ selain ovarium, sedangkan estron di sintesis dari dehidroepiandrosteron dari korteks
adrenal. Pada pria, estrogen di produksi oleh testis dan di luar gonad dari aromatisasi C19
steroid di sirkulasi, andostenedion dan dehidroepiandrosteron yang merupakan precursor
androgen.
Meski efek estrogenik umumnya berasal dari estrogen yang berada di sirkulasi, pada
keadaan patologis, missal pada tumor mamae, estrogen berasal dari aromatisasi androgen
atau hidrolisis estrogen yang terkonyugasi, karena ternyata pada tumor mamae banyak di

19
temukan enzim aromatase dan hidrolitik ini.di plasenta, estron berasal dari
dehidroepiandrosteron fetus, estriol dan derivate 16ɑ-hidroksil nya, urin wanita hamil
merupakan sumber estrogen untuk wanita pasca menopause.
2. Fisiologi dan Khasiat Farmakologi Pertumbuhan
Estrogen sangat penting perannya pada perubahan bentuk dan fungsi tubuh masa pubertas
anak perempuan menjadi bentuk tubuhyang karakteristik untuk wanita dewasa fungsi sek
sekunder, efeknya langsung pada pertumbuhan dan perkembangan vagina, uterus dan tuba
falopi.bersama hormone lain merangsang pertumbuhan duktuli, stroma dan akumulasi lemak
kelenjar mamae.
3. Regulasi Nonendokrin Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi wanita diatur oleh sistem neuro endokrin hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Suatu osilator neuronal di hipotalamus secara periodic akan menginduksi
pengeluaran gonadotropin-releasing hormone (GnRH, hormone pemicu gonadotropin ) ke
pembuluh pontral hipotalamus-hipofisis yang akan merangsang gonadotrop dan
mengsekresikanluteinizing hormone ( LH ) dan follicle stimulatinghormone ( FSH ) dari
hipofisis anterior. Kedua hormon ini menyebabkan pertumbuhan dan pematangan folikel
graff ovarium, dan juga produksi estrogen dan progesteron. Bila kedua hormone terakhir ini
kadarnya meningkat, akan menghambat sekresi hormone hipotalamus hipofisis ( reaksi
umpan balik negatif ).
4. Reseptor dan Mekanisme Kerja
Estrogen mempunyai 2 jenis reseptor, ERɑ dan ERß yang berasal dari gen berbeda dan
berada dan berada di inti sel. ERɑ terdapat banyak di saluran reproduksi wanita, uterus,
vagina, ovarium dan juga di kelenjar mamae, hipotalamus, sel-sel endotel, dan otot polos
vascular. ERß letaknya menyebar,terbanyak di prostat dan ovarium dan dalam jumlah lebih
sedikit di paru, otak, dan pembuluh darah. Sekitar 40% sekuens asam amino kedua jenis
reseptor ini identik serta mempunyai strutur domain yang umum dimiliki oleh jenis reseptor
steroid lain. Fungsi biologik reseptor ini nampaknya berlainan dan dapat memberikan respon
berlainan terhadap berbagai senyawa estrogenik,missal:ERɑ dan ERß mengikat 17-ß
estradiol dengan kekuatan yang sama sekitar 0.3 nM, sedangkan fitoestrogen genistein terikat
ERß dengan afinitas 5 kali lebih tinggi dari ikatannya pada ERɑ.

20
Kedua ER merupakan ligand-activated transcription factors yang dapat meningkatkan
atau menurunkan sintesis mRNA dari gen target. Setelah masuk sel melalui difusi pasif
membran plasma, hormone akan terikat ER di inti sel. ER yang semula merupakan monomer
akan mengalami perubahan konformasi, terjadi dimerisasi sehingga afinitas dan kecepatan
target.senyawa yang bersifat antagonis juga akan menyebabkan dimerisasi dan terikat DNA,
tetapi konformasi ER yang terjadi disini berlainan dari reseptor yang di duduki oleh agonis.
5. Farmakokinetik
Berbagai jenis estrogen dapat di berikan oral, parental, transdermal ataupun topical.
Karena sifatlipofiliknya absorpsi per oral baik. Ester estradiol dapat di berikan IM, bervariasi
mulai dari beberapa hari sekali sampai satu bulan sekali. Pemberian transmedal yang diganti
setiap 1-2 kali seminggu umumnya berisi estradiol yang absorpsinya terjadi secara kontinu
melalui kulit.
Umumnya etinilestradiol, conjugated estrogen, ester estron, dietilstilbestrol, diberikan
oral. Estradiol oral, absorpsi, cepat dan lengkap, mengalami metabolism lintas-pertama di
hevar yang ekstensif, substitusi etinil pada atom C17 dapat menghambat proses tersebut.
Preparat oral lain, conjugated equine estrogen ( ester sulfat dari estron ), equilin, senyawa
alami lain dihidrolisis oleh enzim di intestin bagian bawah hingga gugus sulfat terlepas dan
estrogen diabsorpsi di intensin. Karena adanya perbedaan dalam metabolisme menyebabkan
perbedaan potensi estrogeniknya, misalnya, etinilestradiol lebih poten dari conjugated
estrogen. Beberapa jenis bahan makanan dan produk asal tanaman, misalnya kacang kedelai
yang mengandung flavonoid genistein, dan kumestan diduga mempunyai efek estogenik,
tetapi hal ini membutuhkan pembuktian klinik.
Transdermal estradiol patch. Penglepasan hormon berlangsung lambat, kontinu, distribusi
sistemik, kadar dalam darah lebih konstant daripada per oral. Cara pemberian ini juga tidak
menyebabkan kadar tinggi dalam darah yang dapat mencapaisirkulasi portal, mungkin inilah
yang menyebabkan efeknya pada profil lipid berbeda.
Absorpsi estradiol valerat atau estradiol sipionat setelah pemberian dosistunggal IM, berjalan
lambat sampai beberapa minggu, karenanya pemberiannya 1-4 minggu sekali.Di dalam darah
umumnya estrogen alami terikat globulin pengikat hormon kelamin steroid dan sedikit terikat
albumin. Sebaiknya etinilestradiol terikat albumin dan tidak terikat SSBG. Karena ukuran
molekul dan sifat lipofiliknya, estrogen yang bebas akan mudah keluar dari plasma dan akan

21
didistribusi secara ekstensif ke kompartemen jaringan. Jenis hormone ini mengalami
metabolism cepat dan ekstensif, masa paruh plasma hanya beberapa menit.
a. Indikasi
Sebagai kontrasepsi. Sebagai ERT atau HRT ( hormone replacement therapy ) pada
wanita pasca menopause. Tidak semua wanita pasca menopause membutuhkan ERT/HRT.
Berkurangnya sekresi estrogen dari ovarium berlangsu lambat dan bergradasi yang
berlangsung kontinu sampai beberapa tahun setelah haid berhenti. Umumnya hal ini terjadi
pada menopause primer ( akibat usia lanjut ), tetapi bila menopause terjadi akibat
oovorektomi ( menopause sekunder ) maka menurunnya estrogen terjadi tiba-tiba.
Menopause menyebabkan gejala dini. Rasa panas dimuka ( gejala vasomotor, hotflushes ),
insomnia bahkan mungkin gelisah. Bila gejala ini hebat hingga mengganggu aktivitas sehari-
sehari, dapat diberi ERT. Penggunaan ERT dari awal menopause memang dapat mencegah
gejala yang lebih serius. Gangguan klasifikasi tulang, osteoporosis yang beresiko terjadinya
fraktur meski hanya dengan trauma ringan. Tetapi penggunaan estrogen saja jangka lama ( >
5 tahun ) berisiko timbulnya proliferasi endometrium berlebihan dan mungkin kanker
endometrium. Karenanya diberikan bersama progesteron atau progestin untuk mencegah
proliferasi berlebihan pada mereka yang masih mempunyai uterus. Perlu diingat penggunaan
ERT + progestin jangka waktu lebih dari 4-5 tahun dapat berisiko timbulnya kanker mamae.
Defisiensi estrogen akibat defisiensi fungsi hipofisis, hipotalamus, dan gonad, yang
bukan di sebabkan memopause, seperti pada sindroma tunner, akibat disgenesia ovarium
dandwarfism, akan menyebabkan gangguan pertumbuhan genital, kelenjar mamae, rambut
pubis, dan aksila.
b. Sediaan dan Dosis
Estriol, tablet 1 dan 2 mg, masa-kerja singkat karena ikatannya pada sel target singkat,
afinitas terhadap protein plasma rendah, cepat dieliminasi dari tubuh, dosis 2-4 tablet sehari,
estradiol valerat tab 2 mg, dosis 1 tab sehari 17ß estradiol patch 100 μg/hari, Etinilestradiol
tab 50 μg, masa kerja lebih panjang, dosis ½-1 tablet sehari, estropipat (Na-estron sulfat )
0.625 mg, dosis 1 a 2 tab sehari. Semua ini digunakan pada defisiensi estrogen, osteoporosis
pascamenopause.
Untuk kontrasepsi, lihat preparat kontrasepsi hormonal.
c. Efek samping

22
Reaksi yang sering timbul, gangguan siklus haid, mual atau bahkan muntah, rasa
kembung, edema, berat badan bertambah. Yang lebih serius pusing, migren, kloasma
terutama pada kulit muka, peningkatan tekanan darah, thrombosis, proliferasi endometrium
atau varises. Estrogen dapat meningkatan kadar globulin peningkatan tiroid. Pasien dengan
fungsi tiroid normal dapat mengkompensasi keadaan ini dengan membentuk lebih banyak
hormone tiroid hingga kadar T3 dan T4 serum normal. Tetapi pasien dengan thyroid
hormone replacement therapy bila menggunakan estrogen akan membutuhkan dosis tiroid
lebih tinggi. Kadar tiroid bebas pada pasien ini harus dimonitor agar kadarnya berada dalam
kisaran yang normal.
Penggunaan estrogen atau estrogen + prostin pernah dihubungkan dengan
meningkatnya risiko kejadian infrak miokard dan stroke, thrombosis vena dan emboli paru.
Bila timbul gejala atau ada suspek penyakit tersebut penggunaanya harus segera di hentikan.

d. Kontraindikasi
Wanita hamil atau menyusui, gangguan fungsi hepar, riwayat thrombosis atau emboli,
hipertensi, penyakit jantung, perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya, adenoma
mamae atau adanya tumor pada alat reproduksi.
e. Interaksi
Estradiol sebagian dimetabolisme oleh isozim CYP3A4. Penggunaan bersama obat
yang dapat merangsang isozim tersebut, missal fenobarbital, karbamazepin, ripamfisin dapat
mempercepat metabolism sehingga dapat menurunkan efek terapinya atau mempengaruhi
propel siklus haid yang normal. Inhibitor isozim 3A4, seperti eritrosim, klaritromisin,
ketokonazol, itrakonazol dan jus anggur dapat meningkatkan kadar estrogen darah dan dapat
menyebabkan timbulnya efek samping.
ANTI ESTROGEN
klomifen
Klomifen, suatu trifeniletilen derivate 7ɑ-alkilamide estradiol, bersifat antagonis murni
estrogen pada semua jaringan. Pada jaringan klomifen terikat pada ligand-binding pocket dari
ERɑ dan ERß, akan menghambat aktivitas P-glioprotein, gene expression of aromatase, IGF-

23
1 dan insulin receptor substrate-1. Pada ERɑ klomifen meningkatkan degradasi proteolik
intraseluler sedangkan pada ERß berefek terhadap degrasi.
Dari beberapa penilitian telah terbukti bahwa klomifen dapat meningkatkan amplitido sekresi
LH dan FSH tanpa mempengaruhi frekuensi sekresinya yang umumnya bersifat pulfasif. Ini
menandakan bahwa klomifen bekerja di hipofisis anterior untuk menghambat umpan-balik
negative estrogen terhadap sekresi gonadotropin dan menambahkan pulsasi sekresi GnRH
dari hipotalamus sehingga dapat merangsang ovulasi. Karenanya prepapat ini diindikasikan
untuk infertilitas wanita akibat siklus haid anovulatoar, tetapi dengan syarat tidak mempunyai
kelainan organic pada sumbu hipotalamus-hipofisis-ovariumnya. Pada pria pernah digunakan
juga untuk merangsang gonadotropin dan menambah spermatogenesis, dan dibutuhkan waktu
yang lebih lama ( 40-90 hari ) daripada untuk wanita penggunaan klinis untuk infertilitas pria
masih membutuhkan lebih banyak uji klinik. Cochreane subfertility review
groupmengevaluasi uji klinik klomifen untuk pria subfertil akibat oligo atau asterno sperma
idiopotik.
Selective estrogen receptor ( serm )
Dengan kemajuan di bidang teknologi genetic telah memungkinkan pengembangan obat
yang kerjanya unik, di satu organ sebagai agonis dan organ lain antagonis estrogen.
Golongan ini di kenal sebagai SERM.senyawa ini bertujuan untuk mendapatkan efek
estrogenic yang menguntungkan tanpa efek yang merugikan di jaringan lain seperti mamae.
Tamoksifen
Preparat ini merupakan golongan trifeniletilen yang berasal dari initi stilben seperti
dietilstilbestrol. Tamoksifen berefek anti estrogenic di kelenjar mamae dan agonis estrogen di
tulang dan endometrium. Pada wanita pasca menopause. Preperat ini menguranginbone
turnover dan bone loss, sedangkan data untuk mencegah fraktur masih kurang.
Efek samping hot-flushed, mual, thrombosis pernah di laporkan karena berefek agonis
estrogen di endometrium penggunaan jangka panjang tamoksifen dapat meningkatkan risiko
kanker endometrium.
Rolaksifen
Rolaksifen merupakan hormone nonsteroid, bekerja pada ERɑ dan ERß, sebagai agonis dan
antagonis. Variasi efek di duga karena adanya variasi reseptor estrogen dan jumlahnya
berbeda di jaringan yang berbeda. Missal ER lebih banyak dari ERɑ di tulaang, prostat,

24
hipokampus. Bersifat agonis estrogen di tulang, lipid darah, endotel vascular, di duga karena
mempunyai inti benzotiofen.

 PROGESTERON
Progesterone merupakan hormone steroid kelamin alamiah yang di produksi di tempat
yang sama dengan estrogen. Direvat sintetiknya golongan progestin, merupakan hasil
modifikasi stuktur testosterone tanpa atom C19 atau derivate 19-nontestosteron.
1. Sintesis Dan Sekresi
Progesterone di sekresi oleh ovariumbterutama dari korpus luteum selama fase
pertengahan kedua siklus menstruasi. Sekresi di mulai tempat sebelum ovulasi kecuali
ovarium, hormone ini juga sintetis di testis, kortek adrenal dan placenta. Kecepatan
sekresinya mulai dari beberapa mg sehari selama fase folikuler dan meningkatbsampai 10-20
mg pada fase luteal, mencapai beberapa ratus mg pda masa akhir kehamilan.
2. Fisiologi Dan Khasiat Farmakologi
SALURAN REPRODUKSI. Progesterone pada fase luteal akan mengendalikan efek plolifirasi
estrogen pada endometrium dan terjadi fase sekretoris. Hormone ini menyebabkan secret
kelenjar endoserviks lebih kental dan lebih sedikit hal ini dapat mempersulit penetrasi
sperma. Kecuali pematangan vagina akan berubah seperti pada kehamilan dan keadaan ini
dapat di ketahui dengan pemeriksaan sitologi hapus vagina.
KELENJAR MAMAE. Selama fase kehamila dan fase luteal siklus haid, progesterone dan
estrogen menyebabkan plorifirasi asini kelenjar mamae. Pada fase folikuler aktivitas mitosis
efitel kelenjar berlangsung sangat lambat dan mencapai puncak fase luteal.
SUSUNAN SARAF PUSAT. Suhu tubuh wanita selama suatu siklus haid akan meningkat 10F
pada pertengahan siklus, hal ini di hubungkan di waktu dimana terjadi ovulasi. Kenaikan
suhu ini di sebabkan oleh progresteron dan berlangsung sampai terjadi perdarahan haid.
Progesteron menyebabkan rasa kantuk mungkin karena efek depresan dan hipnosis pada SSP.
3. EFEK METABOLIK.
Progesteron dapat meningkatkan insulin bersal atau setelah makan karbohidrat, tetapi
tidak menyebabkan perubahan toleransi glukosa, kecuali penggunaan jangka panjang
progestin yang poten. Hormon ini dapat merangsang aktivitas enzim lipoprotein lifase
dan nampaknya menambah deposit lemak.

25
4. MEKANISME KERJA.
Di dalam gen progesteron hanya mempunyai reseptor tunggal ( PR ) yang memproduksi dua
isofrom, PR-A dan PR-B. keduanya mempunyai ligand-binding domain yang identik, tidak
berbeda seperti yang dimiliki isofrom ER. Pada keadaan tanpa ligand, PR berbeda di inti
dalam bentuk monomerik terikat inaktif dengan heat-s hock protein, apabila telah terikat
progesteron terlepas dan reseptor meprofolifase dan kemudian membentuk dimer yang terikat
dengan selektif tinggi PREs pada gen target.

5. FARMAKOKINETIK
Progesteron oral akan mengalami metebolisme lintas pertama di hepar, karenanya
bioavailabilitas oralnya rendah dan lebih banyak di gunakan IM atau suppositoria vaginal
atau diberikan bersama alat kontrasepsi dalam rahim. Derivat progestin asetat dapat diberikan
oral karena metabolisme hepar lebih sedikit dari progesteron alami, masa kerja lebih panjang,
7-24 jam karenanya cukup diberikan 1 x sehari.
a. INDIKASI
Kontrasepsi lihat di sub kontrasepsi, wanita pascamenopause, kombinasi dengan
estrogen, abortus iminens, ancaman lahir prematur, kanker endometrium, pendarahan
fungsional endometrium. Derivat progestin lebih digunakan untuk terapi paliatif karsinima
endometrium yang telah bermetatasis, megestrol asetat sebagai terapi ini kedua untuk
karsinoma mamae.
b. PREPARAT
Jenis preparat untuk kontrasepsi hormonal tablet noretisteron 5 mg. MPA 5 mg.
allilestenol 5 mg.
c. ANTIPROGESTIN
Antiprogestin baru dikenal sekitar 1981an, yang sebelumnya dikenal sebagai
antagonis glukokortikoid / RU486. Preparat ini berbeda di beberapa Negara dengan indikasi
terminasi kehamilan dan pada tahun 2000 FDA menyetujui penggunaan di USA.

6. KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi adalah tindakan untuk mencegah konsepsi atau mencegah kehamilan.
Dikenal berbagai cara yang dapat mencegah konsepsi, penggunaan kondom pada pria atau

26
alat kontrasepsi dalam rahim, tindakan sterilisasi, atau penggunaan kontrasepsi hormonal.
Cara terakhir.
JENIS KONTRASEPSI HORMONAL
Sampai sekarang baru dikenal kontrasepsi hormonal ( KH ) wanita. Untuk pria belum
ada yang dapat diterima oleh pria. Dalam hal KH, kecuali harus efektif dan relative aman,
juga harus mudah digunakan dan di terimabaik oleh pria maupun wanita.
Dikenal 3 cara pemberian KH wanita:
1. Oral.
2. Suntikan.
3. Implant subkutan.s

4. Hormone tropic dan sintetik

Hormon tropik adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar anterior pituitary yang
mengatur berbagai aktivitas tubuh.

Sediaan hormon tropik yang banyak digunakan dalam medis adalah hormon yang
mempengaruhi fertilitas (kesuburan) yaitu Clomiphene citrate. Clomifene adalah
selective estrogen receptor modulator (SERM), dengan indikasi sebagai berikut :
•Infertilitas (ketidaksuburan/kemandulan) pada pasien wanita dengan amenore (tidak
haid), sindroma Stein-Leventhal, dan perdarahan rahim abnormal dimana terjadi
gangguan ovulasi.
•Meningkatkan spermatogenesis pada pasien pria dengan oligospermia (jumlah sel mani
dalam air mani kurang).
Clomifene bekerja dengan menghambat aksi Estrogen pada sel Gonadotrope di kelenjar
anterior pituitary. Dengan rendahnya kadar Estrogen, pelepasan hormon FSH (follicle-
stimulating hormone) ditingkatkan, yang mempengaruhi laju ovulasi yang lebih tinggi
dan kehamilan.
Clomifene dapat mengakibatkan ovulasi multi, dan berhubungan dengan peningkatan

27
kesempatan untuk menghasilkan anak kembar
Dibandingkan dengan FSH murni, kemungkinan sindrom hiperstimulasi ovarium lebih
rendah. Yang dapat mengakibatkan peningkatan resiko kanker ovarium dan penambahan
berat badan.
Cetrorelix acetate
Sediaan hormon tropik lainnya adalah Cetrorelix acetate untuk injeksi adalah dekapeptida
sintetik dengan aktivitas antagonis terhadap hormon GnRH (gonadotropin-releasing
hormone).
Cetrorelix acetate menghambat efek yang disebabkan oleh hormon GnRH. GnRH
mengontrol pelepasan hormon lainnya, yaitu hormon LH (luteinizing hormone), yang
menginduksi ovulasi (pelepasan telur dari ovarium) pada siklus menstruasi.
Pada pengobatan hormon untuk stimulasi ovarium, ovulasi prematur mungkin terjadi
pada sel telur yang tidak cocok dengan kesuburan. Cetrorelix acetate menghambat
prematur ovulasi yang tidak diinginkan.
Cetrorelix acetate digunakan untuk mencegah ovulasi prematur sepanjang terapi stimulasi
ovulasi terkontrol.
Bromokriptin
Bromocriptine mengurangi kadar prolaktin. Prolactin adalah hormon yang penting untuk
memproduksi ASI dan tingkat kesuburan normal pada wanita. Bromocriptine juga
mempengaruhi senyawa kimia yang disebut Dopamin yang diproduksi secara alami oleh
tubuh.
Bromocriptine diindikasi untuk mengobati amenorrhea, ketidaksuburan pada wanita;
pengeluaran ASI yang tidak normal; hypogonadisme; penyakit Parkinson; dan
acromegaly, kondisi dimana terlalu banyak hormon pertumbuhan pada tubuh.
Ada dua cara bagaimana terapi Bromokriptin mempengaruhi prolactinomas. Pertama
mereduksi level serum dari prolaktin, sehingga mengurangi efek fisiologisnya (seperti
amenorrhea, galactorrhea, ketidaksuburan dan kehilangan libido).
Kedua mengurangi ukuran pituitary adenomas yang mengeluarkan prolaktin. Meskipun
hampir semua respon prolactinomas terhadap terapi Bromokritin dengan mengurangi
ukuran dan pengeluaran prolaktin, kedua aspek respon dari terapi tersebut terkadang
saling mempengaruhi.

28
Kurangnya respon terapi pada ukuran atau tidak mampunya menurunkan kadar prolaktin
ke kadar normal biasanya diindikasikan untuk melakukan operasi.
Somatropin
Somatropin adalah hormon alami pertumbuhan pada manusia. Hormon pertumbuhan
manusia sangat penting pada tubuh untuk pertumbuhan tulang dan otot.
Somatropin digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan
pertumbuhan karena kekurangan hormon pertumbuhan, gagal ginjal kronis, sindrom
Turner, dan beberapa kasus kekerdilan yang tidak diketahui penyebabnya.

HCG
Human Chorionic Gonadatrophin (hCG) adalah hormon yang bekerja mirip LH
(luteinising hormone) yang secara normal diproduksi oleh kelenjar pituitari. Pada anak
laki-laki LH dan juga hCG memberitahu testis untuk memproduksi hormon sex laki-laki
(testosterone).
Pada anak perempuan, hCG memberitahu ovarium untuk memproduksi progesteron tetapi
hal ini terjadi hanya pada masa kehamilan. sehingga hCG lebih bemanfaat bagi anak laki-
laki dibanding anak perempuan.
Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah hormon peptida yang diproduksi pada masa
kehamilan, yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan selanjutnya oleh
syncytiotrophoblast (bagian dari plasenta).
HCG mengatur untuk mencegah perpecahan dari corpus luteum pada ovarium dan juga
mempertahankan produksi progesteron yang penting pada kehamilan pada manusia. HCG
mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai contoh diperkirakan HCG mempengaruhi
toleransi imunitas pada kehamilan.
FSH
Follicle stimulating hormone (FSH) adalah hormon yang disintesa dan disekresikan oleh
gonadotropes di kelenjar anterior pituitary. Di ovarium FSH menstimulasi pertumbuhan
Graafian follicles yang belum matang agar menjadi matang. Bersamaan dengan
perkembangan follicle, melepas inhibin, yang menghentikan produksi FSH. Pada pria,
FSH berkaitan dengan produksi dari androgen-binding protein oleh sel Sertoli pada testes
dan hal ini penting untuk spermatogenesis. FSH dan LH bekerja secara sinergi pada

29
reproduksi.
Pada wanita yang sedang mengalami mestruasi, kelenjar pituitari di dalam otak dapat
mendeteki apakah ovarium memproduksi estrogen dengan jumlah yang tepat. Jika wanita
belum mendapatkan periodenya dan tidak ada estrogen yang dibuat, kelenjar pituatari di
otak akan melepas hormon FSH (follicle-stimulating hormone). FSH mengirimkan sinyal
ke ovarium untuk mulai membuat estrogen.
Ovarium anda akan merespon pada sinyal ini dan mulai melepas estrogen. Bila estrogen
telah dilepaskan, kelenjar pituatari akanmenghentikan pelepasan FSH sehingg FSH di
dalam tubuh akan menurun

5. Obat anabolic
Pengertian Anabolik (Gambaran Umum)
Anabolik adalah suatu fase dimana tubuh memperbaiki dan mengembangkan sel-
sel sebagai bagian dari proses metabolisme
Anabolic steroid itu sendiri adalah dibuat manusia sebagai steroid endocrines membantu
dalam meningkatkan pertumbuhan sel dan pembedahan. Hal ini juga membantu dalam
pengembangan jaringan otot, pertumbuhan tulang, nafsu makan dan pubertas.
Anabolic steroid muncul menjadi ada pada awal tahun 1930-an, dan sejak saat ini
telah digunakan untuk berbagai tujuan medis. Anabolik Steroid juga disebut-androgenik
anabolik steroid, yang memiliki kombinasi yang berbeda dari sifat androgenik dan
anabolik. Anabolik menyebabkan tubuh untuk meningkatkan jumlah jaringan dan untuk
metabolisme lemak tubuh. Dengan demikian, ”pembangun otot” menggunakan obat-obat
ini untuk keuntungan mereka.
Steroid anabolik adalah kelas dari hormon alami atau sintetik yang
meningkatkan pertumbuhan dan pembelahan sel, yang ada di beberapa jenis jaringan,
khususnya otot dan tulang.
Anabolika yang banyak digunakan adalah:
Derivat-testosteron: (Metandrostenolon, metonolon (Primobolan),Oksimetolon
(Zenalosyn) dan stanozol (Stromba).
Derivat Nandrolon : nandrolon dan estilestrenol.

30
2.2 Mekanisme Kerja
Telah kita bahas sedikit diatas, bahwa Anabolik menyebabkan tubuh untuk
meningkatkan jumlah jaringan dan untuk metabolisme lemak tubuh. Steroid Anabol adalah
derivat-derivat testosteron (dan Progesteron) sintetis telah dikembangkan guna memperoleh
daya kerja anabol besar denga efek virilisasi seringan mungkin. Anabolika Derivat-
testosteron dan Nandrolon digunakan untuk penanganan simtomatis anemia aplatis,
osteoporosis parah yang resisten terhadap obat-obat lain dan kanker mammae pada wanita
postmenopausa yang sudah menyebar. Salah satu steroid anabolik adalah Nandrolon, dimana
mekanisme kerjanya adalah mempengaruhi pertumbuhan otot, menstimulasi nafsu makan
dan meningkatkan produksi sel darah merah dan densitas/kepadatan tulang.

Fungsi Mengkonsumsi anabolic


1. Anabolik steroid diketahui dapat meningkatkan massa otot dan kekuatan
seseorang. Hal ini dilakukan dengan cara merangsang sel-sel dalam tubuh untuk
membangun sel protein baru.
2. membantu dalam meningkatkan pertumbuhan sel dan pembedahan.
3. membantu dalam pengembangan jaringan otot, pertumbuhan tulang, nafsu makan
dan pubertas.
4. Hormon ini sering disebut dengan hormon stres karena dikeluarkan oleh tubuh
sebagai respons terhadap suatu keadaan stres di dalam tubuh.
5. Hormon ini mempunyai sifat menyembuhkan luka dan anti-inflamasi.
6. Anabolik Steroid juga disebut-androgenik anabolik steroid, yang memiliki
kombinasi yang berbeda dari sifat androgenik dan anabolik. Anabolik menyebabkan
tubuh untuk meningkatkan jumlah jaringan dan untuk metabolisme lemak tubuh. Dan
masih banyak lagi sebenarnya, bila digunakan secara tepat dan sesuai.
Ada berbagai jenis anabolik steroid yang tersedia di pasar, seperti Accutane,
Clenbuterol, Cytomel, HCG, Clomid, nolvadex, Proviron, arimidex, Caverject, Viagra,
Silagra, Propecia , Testosteron Anadrol, Anavar, Deca Durabolin, imbang, Sustanon, dan
Winstrol.
Secara garis besar dibagi 2 yaitu::

31
Nandrolone (nandrolon dan etilestrenol)
Nandrolone adalah salah satu steroid anabolic dibuat secara alami oleh tubuh
(meskipun dalam jumlah sedikit), mekanisme kerjanya adalah memberikan efek yang
baik dari Nandrolone adalah pertumbuhan otot, menstimulasi nafsu makan dan
meningkatkan produksi sel darah merah dan densitas/kepadatan tulang.
A. Fungsi Nandrolone (seperti yang kami kutip dari medicastore.com)
1. Nandrolone decanoate digunakan untuk mengobati osteoporosis pada wanita post
menopause (meskipun sekarang tidak direkomendasikan) dengan dosis 50 mg
setiap tiga minggu dan mengobati kanker payudara jenis tertentu pada beberapa
wanita.
2. Nandrolone decanoate juga digunakan untuk anemia aplastik, membantu pasien
menambah berat badan setelah sakit parah, luka atau infeksi yang terus menerus.
3. Nandrolone decanoate juga digunakan pada pasien yang gagal menjaga berat
badan normalnya karena alasan medis yang tak jelas.
4. Nandrolone decanoate juga digunakan pada pasien yang gagal menjaga berat
badan normalnya karena alasan medis yang tak jelas.
Nandrolone adalah anabolika yang banyak digunakan , terutama dalam
penaganan simtomatis dan anemia apalatis,osteoporosis parah yang resisten terhadap
obat-obat lain dan kanker mammae pada wanita postmenopause yang sudah menyebar
disamping itu juga banyak disalahgunakan didunia olahraga sebagai doping (Tan Hoan
Tjay & K. Rahardja)
B. Dosis Penggunaan
Nandrolon (19-nortesteron, Deca/ Durabolin).
Dosis: i.m. Pada Anemia 50-100 mg dekanoat 1x seminggu.
Pada Osteoporosis parah 50 mg per 3 minggu.
Pada Kanker Mammae 50 mg setiap 2-3 minggu (-fenilpropionat)
Etilestrenol (orgabolin)
Dosis: Oral 1-4 dd 2 mg, maksimal 16 mg sehari
Derivat-Testosteron (Metandrostenolon, metenolon
(primobolan),oksimetolon (Zenalosyn) dan stanozol (stromba)
2.3 Efek Sampig

32
Anabolik steroid adalah obat kuat yang membantu membangun jaringan otot dan
meningkatkan massa tubuh dengan bertindak seperti hormon alami laki-laki yang disebut
dengan testosteron. Karenanya obat ini sering disalahgunakan oleh orang lain yang ingin
mengambil jalan pintas.
Jika anabolik steroid digunakan secara sembarangan dalam dosis tinggi, maka bisa
menimbulkan masalah dan perubahan yang terjadi di tubuh.
Efek pada laki-laki
Tubuh mulai memproduksi lebih sedikit testosteron yang dapat mengakibatkan testis mulai
menyusut.
Cenderung bisa kehilangan rambut yang ada di tubuh atau di kepala.
Mengurangi jumlah sperma.
Impotensi
Meningkatnya ukuran payudara dan puting.
Membesarnya prostat.
Efek pada perempuan
Mengurangi ukuran payudara.
Klitoris akan semakin membesar.
Meningkatkan jumlah rambut di wajah dan tubuh.
Suara akan semakin berat.
Adanya gangguan pada periode menstruasi.
Selain itu ada juga efek samping dari kelebihan anabolik steroid seperti depresi,
peningkatan fungsi hati, peningkatan tekanan darah dan kolesterol, kram perut, mimisan,
ketidakpekaan terhadap insulin, diare, mual, muntah, sembelit dan diduga dapat
memungkinkan percepatan pertumbuhan tumor.
2.4 Penyalahgunaan Anabolik
Penggunaan Anabolik banyak disalahgunakan khususnya didunia olahraga
sebagai doping. (Doping adalah pemberian atau pemakaian suatu zat asing bagi tubuh dalam
jumlah tertentu dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan atau performa tubuh),
bertujuaan mengembangkan dan memperkuat otot (misal cabor angkat besi, atletik juga
binaraga). Efeknya adalah kekuatan dan volume otot bertamabah karena peningkatan sintesa
protein di otot kerangka, berate badan naik, antara lain karena retensi air. Dan ini memberika

33
pengaruh nyata tentunya dengan penggunaan zat anabol dilakaukan latihan intensif, rutin
disertai diet kaya protein dan kalori.
o Efek Samping Penggunaan Doping
Karena dosis tinggi diperlukan untuk hasil baik, tentunya menimbulkan efek sampung yang tidak
ringan. Efek samping buruknya adalah:
Gangguan fungsi hati, dan tumor hati
Penggunaan anabolik steroid dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan
jantung melebihi apa yang dikira peneliti selama ini. Mereka yang mengasup doping
jenis ini lebih mudah terkena penyakit jantung dan menuntun pada kematian
(www.go4healthylife.com) .
Dapat menyebabkan efek samping yang serius, termasuk menimbulkan kanker hati dan
penyakit ginjal, Para ahli asal Swedia menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
penggunaan steroid anabolik dan kebiasaan antisosial, penelitian tersebut terdapat
dalam Archives of General Psychiatry, awal November 2006
(www.kalbe.co.id). Paraahli tersebut mendapatkan bahwa mereka yang hasil tesnya
positif terhadap steroid, ternyata sekitar dua kali menjadi narapidana karena tindakan
kekerasan dengan senjata tajam dan satu setengah kali menjadi narapidana karena
kasus pencurian.
Pria yang menggunakan steroid anabolik dapat mengalami penyusutan testis, rendahnya
jumlah sperma, meningkatnya risiko terkena kanker prostat, infertility dan kebotakan.
Sedangkan pada wanita dapat menyebabkan pertumbuhan rambut berlebihan di wajah,
kebotakan seperti pria, masalah menstruasi dan perubahan suara menjadi dalam.
Steroid dapat juga menghambat pertumbuhan pada masa remaja
Dibawah contoh kasus penyalahgunaan anabolic sebagai
doping,pemakaian doping yang belum lama dilakukan oleh para atlet mancanegara pada
tahun 2009 sampai 2010 terangkum sebagai berikut (kami sadur dari http://karya-
ilmiah.um.ac.id)

7. Hormon lainnya
Kelenjar dan Hormon lainnya

34
. HORMON ADENOHIPOFISIS
Sintesis dan sekresi hormon hipofisis anterior selain dikontrol oleh hipotalamus,
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain oleh obat yaitu hormon alamiah, analog dan
hormon. Hormon hipofisis anterior mengatur sintesis dan sekresi hormon dan zat – zat
kimia di sel target; sebaliknya hormon yang disekresi tersebut juga sekresi hipotalamus.
Intraksi berbagai hormon ini juga menjelaskan mekanisme terjadinya efek samping
beberapa jenis obat.
Hormon hipofisis anterior sangat esensial untuk pengatauran pertumbuhan dan
perkembanagan, reproduksi, metabolisme dan respon terhadap setres. Hormon – hormon
yang dihasilkan oleh hipofisis anterior dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
1. Hormon somatropik yang meliputi hormone pertumbuhan (GH = somatotropin),
prolaktin (PRL), laktogen plasenta (PL).
2. Glikoprotein yaitu tirotropin (TSH);luteinizing hormone (LH),hormone pemacu
folikel (FSH), dan gonadotropin plasenta manusia (HCG). Hormon glikoprotein terdiri
dari 2 subnit yaitu α dan β, yang masing – masing mempunyai gugus karbohidrat dan
asam sialat.
3. Kortikotropin (ACTH), melanotropin (MSH), lipotropin (LPH) dan hormon – hormon
lain.
Pada umumnya hormon hipofisis spesifik untuk tiap sepesies, sehingga di masa
lalusumber untuk penggunaan klinis yang memenuhi syrat hanya mungkin didapat dari
ekstrak hipofisis manusia post-mortem. Hormon manusia ini menimbulkan masalah
karena terkontaminasi penyebab penyakit creutzfled-jacob dan kini tidak lagi
digunakan.saat ini telah ditemukan cara rekayasa ginetik untuk memproduksi hormon
pertumbuhan dengan relatife besar disertai kemungkinan untuk melakukan modifikasi
kimiawi.
a. HORMON PERTUMBUHAN (GH = SOMATOTROPIN)
Hormon pertumbuhan berupa polipeptida dengan berat molekul besar yaitu 22.000.
hormone ini merupakan 10% dari berat kelenjar hipopfisis kering.
PERTUMBUHAN
Fungsi hormone pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap pertumbuhan.
Kekurangan hormone ini menyebabkan kekerdilan (dwarfisme),sedang kelibihan

35
hormone ini menyebabkan gigantisme pada anak dan akromegali pada orang
dewasa.beberapa hormone lain juga dalam berperan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan normal yaitu hormone tiroid, insulin, androgen, dan estrogen.
EFEK TERHADAP METABOLISME
Hormone pertumbuhan terutama mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan lemak,
dengan mekanisme belum jelas. Hormone lain yaitu insulin, glukokortikoid,katekolamin
dan glucagon juga berpengarauh terhadap pengaturan zat-zat ini. Pengaruh hormone ini
pada metabilisme karbohidrat saling berkaitan sehinggga sukar dirinci satu persatu.
Hormone pertumbuhan memperlihatkan efek antiinsulin yaitu meningkatkan kadar gula
darah, tetapi disamping itu juga berefek seperti insulin yaitu mengambat pengelepasan
asam lemak dan merangsang ambilan asam amino dalam sel. Efek ini sebagian besar
mungkin diperantai oleh somatomedin c atau didisebut juga IGF – 1 (insulin like growth
factor 1) dan sebagian kecil oleh insulin like growth factor 2 (IGF – 2).
Hormone pertumbuhan terbukti berpengaruh pada penyakit diabetes militus. Pasien
diabetes sangat sensitive terhadap terjadinya hiperglikemia oleh hormone pertumbuhan.
Pada pasien bukan diabetes militus hormone ini dapat diberikan dengan dosis besar
tanpa menyebabkan hiperglikimia, bahkan sebaliknya dapat menyebabkan hipoglikimia
pada pemberian akut karna mempermudah glikoginesis.
Hormone pertumbuhan memperlihatkan keseimbangan positif untuk N, P NA, K, Ca dan
Cl, unsure – unsure terpenting untuk membangun jaringn baru. Nitrogen terutama
terdapat pada asam amino ; dibawah pengaruh hormone pertumbuhan jumlah asam amino
yang dibawa ke dalam jaringan untuk membentuk protein meningkat, sehingga kadar N
dalam darah (urea) menurun, sesuai dengan efek anaboliknya.
Efek GH terhadap pertumbuhan terutama terjadi melalui peningkatan produksi IGF –
1 , terutama dibentuk dalam hepar. Selain itu juga GH merangsang produksi IGF – 1 di
tulang, tulang rawan, otot dan ginjal.GH merangsang pertumbuhan longitudinal tulang
samping epifisis menutup, hamper saat akhir pubertas.
Baik pada anak – anak maupun dewasa GH mempunyai efek anaboli pada otot dan
katabolik pada sel – sel lemak sehingga terjadi peningkatan massa otot dan pengaruh
jaringan lemak terutama didaerah pinggang. Terhadap metaolisme karbohidrat , GH dan
IGF – 1 mempunyai efek berlawanan pada sensitivitas terhadap insulin.

36
PENGATURAN
Sekresi hormone pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh hipotalamus.
Hipotalamus menghasilkan factor pengelepas hormone pertumbuhan (GHRF = growth
hormone releasing factor) yang merangsang sekresi hormone pertumbuhan. Selain itu
dalam hipotalamus juga dijumpai somatostatin (GH-RIH =growth hormone releasing
inhibitory hormone) yang menghambat sekresi.demikian hipotalamus memegang peran
dwifungsi dalam pengaturan hormone ini.
Pada waktu istirahat sebelum makan pagi kadar hormone pertumbuhan 1-2
ng/mL,sedangkan pada keadaan puasa sampai 60 jam, meningkat perlahan mencapai 8
ng/mL.kadar ini selalau meningkat setelah seseorang tertidur lelap.pada orang dewasa
kadar hormone pertumbuhan meningkat terutama pada waktu tidur; sedangkan pada
remaja meningkat pada waktu bangun.kadar anak dan remaja lebih tinggi dibandingkan
kadar pada dewasa dan kadar puncak terjadi pada saat remaja, kadar hormone
pertumbuhan dapat mencapai 50 ng/mL.
Beberapa obat dan neutransmiter dapat mempengaruhi sekresi hormone
pertumbuhan, sekresi hormone pertumbuhan dapat ditekan dengan pemberian agonis
dopamin. Dopamine diketahui dapat merangsang sekresi hormone pertumbuhan pada
orang normal.bromoktripin,suatu agonis dopamin derovat ergot, dipakai untuk menekan
sekresi hormone pertumbuhan pada pasien tumor hipofisis. Efek bromoktripin tidak
segera terlihat, penurunan kadar hormone dalam darah terjadi setelah pengobatan dalam
jangka panjang . sekresi hormon pertumbuhan kembali meningkat setelah pemberian
bromokriptin dihentikan. Bimokriptin juga menekan sekresi prolaktin yang berlebihan
yang terjadi pada tumor hipofisis.
Antagonis serotonin (5-HT) misalnya siproheptadin dan metergolin,antagonis
adrenergic misalnya fentolamin, juga dapat menghambat sekresi hormon pertumbuhan,
tetapi efeknya lemah dan tidak konsisten. Somastostatin meskipun dapat menghambat
sekresi hormon pertumbuhan, tidak digunakan untuk pengobatan akromegali terutama
karena menghambat sekresi hormone-hormon lain.

INDIKASI.

37
Selama ini indikasi hormone pertumbuhan hanya dibatasi untuk mengatasi
akibathipopituitarisme. Perlu pertimbangan manfaat resiko yang lebih luas yaitu bukan
hanya mempertimbangkan resiko efek samping serius misalnya akromegali, gangguan
kadiovaskuler, gangguan metabolisme glukosa yang terjadi pada kelebihan hormone
endogen; tetapi juga resiko kejiwaan pada kegagalan terapi (perubahan persepsi pendek
normal menjadi abnormal).
Pada mencit justru GH dan IGF-1 analog secara konsisten memperpendek umur.
Terapi hormone GH telah di setujui di USA untuk pasien kekurangan berat
(wasting)karena AIDS, terapi ini bermanfaat untuk sebagian pasien tersebut.
Hormone pertumbuhan harus diberikan 3 kali seminggu selama masa pertumbuhan.
Pada saat pubertas perlu ditambahkan pemberian hormone kelamin agar terjadi
pematangan organ kelamin yang sejalan dengan pertumbuhan tubuh.
SEDIAAN
Hormone pertumbuhan yang digunakan dalam klinik saat ini adalah hasil rekayasa
ginetik.penggunaan hormone hasil rekayasa ginetik memperkecil kemungkinan efek
samping yang ditimbulkan leh bahan protein manisia yang belum tentu bebas penyakit.
Hal ini menjadi masalah setelah ditemukannya khasus penyakit Creutzfeld-jacob, yaitu
degenerasi susunan saraf yang disebabkan oleh virus Creutzfeld-jacob yang sulit
dideteksi,sehingga kontaminasinyadalam sari hipofisis manusia tidak dapat dihindari.
khasus yang sangat jarang ini ditemukan pada pasien yang mendapat sediasan hormone
pertumbuhan ekstraksi hipofisis manusia.
Ada 2 GH rekombinan (rhGH) yang saat ini digunakan yaitu somatropin yang
identik dengan GH manusia yang alamiah dan somatrem yang memiliki tambahan residu
metionin. Keduanya memiliki potensi yamg sama.
1. Somatrem
Hormon pertumbuhan yang dihasilkan dengan cara rekayasa ginetik ini memiliki 1
gugus metionin tambahan pada terminal-N. Hal ini mungkin menjadi penyebab
timbulnya antibody dalam kadar rendah terhadap sediaan ini pada ± 30% pasien,efek
biologisnya sama dengan somatropin. Satu milligram somatrem setara dengan 2.6 IU
hormone partumbuhan.

38
KEGUNAAN KLINIK. Diindikasikan untuk defisiensi hormone pertumbuhan pada
anak. Suntikan lepas lambat yang melepas obat perlahan-lahan dapat diberikan subkutan
sebulan sekali. Ada pula yang diberikan 3-6 kali per minggu. Kadar puncak dicapai
dalam 2-4 jam dan kadar terapi bertahan 36 jam. Bila terapi tidak berhasil pengobatan
harus dihentikan.
Dosisnya harus disesuaikan dengan kebutuhan perorangan, dan diberikan oleh
spesialis. Dosis total seminggu dapat juga dibagi 6-7 kali pemberian, beberapa penelitian
menunjukan bahwa respon lebih baik bila obat diberikan setiap hari. Pengobatan
diteruskan sampai terjadinya penutupan epifisis atau bila tidak ada lagi respons.
EFEK SAMPING. Hiperglekimia dan ketosis (diabetoginetik) bisa terjadi dengan pasien
dengan riwayat diabetes mellitus.
2. Somatropin.
Secara kimia identik dengan hormone pertumbuhan manusia, tetapi dibuat dengan
rekayasa ginetik. Efek biologic sama tetapi tidak ada resiko kontaminasi virus penyebab
penyakit Creutzfeldt-jacob. Satu milligram obat ini setara 2,6 IU hormone pertumbuhan.
KEGUNAAN KLINIK. Sama dengan somatrem.
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT. Pembentukan antibodi hanya pada 2%
pasien, antebodi ini juga tidak menghambat efek perangsangan pertumbuhan.
Glukokortikoid diduga dapat menghambat perangsangan pertumbuhan oleh hormone ini.
CARA PEMBERIAN. IM dan SC seperti somatrem, begitu pula lama pengobatan.
Dosis maksimum dibagi tiga kali pemberian dalam seminggu, atau 6-7 kali pemberian
dalam seminggu. Ada juga pemberian dosis sama dengan somatrem. Suatu penelitian
menunjukan penaikan dosis pada saat respon menurun dapat kembali meningkatkan
respon, tampa efek samping pada metabolism karbohidrat maupun lipid. Penurunan
respon disebabkan oleh penutupa efipisis atau ada masalah lain, misal malnutrisi atau
hipotiroidisme. Saat penyuntikan mungkin mempengaruhi hasil. Penyuntikan malam hari
kurang mempengaruhi metabolisme (asam lemak rantai medium, serum alanin, laktat)
dibandingkan pada siang hari.
3. Somatomedin C (Igf-1).
Somatomedin adalah sekelompok mediator faktor pertumbuhan mula-mula
ditemukan dalam seru tikus normal. In vitro, somatomedin meningkat inkorporasi sulfat

39
kedalam jaringan tulang rawan, karna itu dulu zat ini disebut sulfation factor.Kemudian
ternyata banyak efek lain yang ditimbulkannya sehingga zat ini disebut somatomedin.
Somatomedin terdapat dalam serum manusia;zat ini bertambah pada akromegali dan
menghilang pada hipopituitarisme. In vitro, zat ini juga merangsang DNA, RNA dan
protein oleh kondrosit. Ternyata efek somatomedin sangat luas, mencakup bebagai efek
hormone pertumbuhan. Meskipun demikian, telah terbukti tidak semua efek hormone
pertumbuhan diperantai oleh somatomedin.
Somatomedin dibuat terutama di hepar,selain itu juga di ginjal dan otot. Zat-zat ini
disitesis sebagi respon terhadap hormone pertumbuhan dan tidak disimpan. Somatomedin
menghambat sekresi hormone pertumbuhan melalui mekanisme umoan balik. Sejumlah
kecil dengan gangguan pertumbuhan familia tak memiliki cakup somatomedin meskipun
kadr hormone pertumbuhan normal,dan pemberian hormone pertumbuhan pada pasien ini
tidak memperbaiki pertumbuhan.
4. Mekasermin
Diindikasikan untuk kasus defisiensi IGF-1 yang tidak responsive terhadap GH karna
terjadi mutasi pada reseptor dan terbentuknya antibody yang menetralisir GH.
Mekasermin adalah kompleks rhlGF-1 dan recombinant human IGF-binding protein
3 (rhlGFBP-3).
Efek sampingnya yang utama hipoglikimia, untuk mencegah efek samping ini harus
makan dulu 20 menit sebelum atau sesudah pemberian mekasermin subkutan.
Beberapa pasien menderita peningkatan tekanan intrktranial dan peningkatan enzim
hepar.

5. Antagonis Gh.
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gigantisme dan akromegali. Oktreotid adalah
analog somatostatin yang pontensinya 45 kali lebih besar dalam menghambat GH, tetapi
hanya 2 kali dalam penurunan insuilin. Bromokriptin menurunkan oroduksi GH.
Pegvisoman menghambat kerja GH di reseptor dan di paki untuk kasus akromegali.
TOKSITAS DAN KONTRAINDIKASI.

40
Anak-anak mempunyai toleransi yang tinggi terhadap terapi dengan GH. Jarang
terjadi peningkatan tekanan intrkranial dengan gejala sakit kepala, gangguan penglihatan,
mual, dan muntah. Pada anak akan timbul skoliosis pada saat percepatan pertubuhan.
Perlu pemeriksaan tiroid karna pengobatan pada GH dapat muncul hipotiroidisme,
pankreatitis, ginekomastia, dan pertumbuhan nepus.
Pasien dewasa lebih sering menderita gejala-gejala efek samping atau toksistas
missal edema, perifer, mialgia, artralgia tangan dan pergelang yang hilang dengan
pengurangan dosis. Dapat juga muncul Carpal Tunnel Syndrome. Sitokrom P450
mengkat aktifitasnya sehingga kadar obat yang dimetabolisme oleh enzim ini menurun.
Keganasan merupaka kotraindikasi, meskipun demikian tidak ada peningkatan
kejadian keganasan pada terpi GH. Terapi pada pasien pada sakit berat meningkatkan
mortalitas.
Suntikan somatropin lepas lambat yang bekerja long acting meninmbulkan nodul
ditempat suntikan yang bertahan 5-7 hari, edema, artralgia,transient fatigue, mual dan
sakit kepala
b. PROLAKTIN
Walaupun peranan prolaktin pada berbagai sepsis telah lama diketahui, baru
belakang terbuktinya terdapat prolaktin pada manusia. Kini telah diakui prolaktin pada
manusia berperan dalam fungsi fisiologik dan keadan patologik tertentu. Rumus kimia
prolaktin sangat mirip hormone pertumbuhan,sebagian rantai polipeptidanya identik
dengan hormone tersebut, begitu pula mirip laktogen plasenta. Prolaktin burung 80%
identik dengan prolaktin manusia yang juga sangat mirip dengan prolaktin biri-biri.

FAAL
Pada manusia, satu-satunya fungsi prolaktin yang jelas adalah dalam laktasi.
Prolaktin mempengaruhi fungsi kelenjar susu dalam mempersiapkan, melalui dan
mempertahankan laktasi. Fungsi laktasi ini juga dipengaruhi oleh kortikostiroid, tirod dan
hormone kelamin yang semuanya tergantung pada hormone tropic hipofisis.
In vitro prolaktin mengancarkan proliferasi dan deferensiasi saluran dan epitel alveolar
kelenjar susu, juga terjadi peningkatan sitensis RNA dan pernangsangan sintesis protein
susu serta enzim untuk sintesis laktosa.

41
Pengaruh prolakyin pada ovarium belum jelas, selama ini hasil penelitian sangat
berbeda, tergantung sepesies yang digunakan. Pada manusia prolaktin menghambat
sekresi gonadotropin dan kerjanya pada gonad. Hisapan bayi pada menyusui
(suckling)merupakan perangsang sekresi prolaktin selama masa menyusui. Meningginya
kadar prolaktin mengakibatkan hambatan terhdap gonadotropin yang selanjutnya
mempengaruhi fungsi ovarium. Hal tersebut menjelaskan infertitas sementara pada ibu
yang menyusui. Laktogen uri insan (human placental lactogen). Zat ini terdapat pada urin
serta memiliki efek laktogen dan aktivitas hormone pertumbuhan. Secara imunologik zat
ini mirip hormone pertumbuhan manusia. Nama lainnya ialah somatomamotropin korion.
Fungsinya pada manusia diduga berhubungan dengan nutrisi fetus, serta pertumbuhan
dan perkembangannya.
PENGATURAN
Pengaturan sekresi prolaktin berada dibawah pengaruh hipotalamus, uniknya factor
pengambat (Prolactin Relese Inhibitoring Hormon = PRIH) lebih beperan dari pada
factor perangsang (Prolacting ReleasingFactor = PRF). Diduga hambatan tersebut
diprantarai oleh zat dopaninergrik.
Obat yang mempengaruhi kadar prolaktin dalam darah ialah reserpin, haloperidol,
imipramin, klorpromazin, dan amitriptilin, yang sebagian merupakan antagonis dopamin.
Peningkatan kadar prolaktin oleh obat ini dapat disertai galaktore, sedangka derivate
ergot dan I-dopa menghambat sekresi prolaktin.
Kadar normal prolaktin dalam darah 5-10 ng/mL,pada pria sedikit lebih rendah.
Kadarnya meningkat pada masa hamil dan mencapai puncak pada saat partus (200
ng/mL), juga pada setres fisik dan mental, hipoglikimia dan fluktusi kadar estrogrn.

IMPLIKASI KLINIK
Berdasarkan terdapatnya kadar prolaktin pada keadaan patologik tertentu, maka
diharapkan penurunan kadar prolaktin pada keadaan tersebut dapat memperbaiki
keadaan. Pengedalian prolaktin dapat dilakukan dengan pemberian I-dopa atau
bromokripin.bromokripin lebih efektif untuk tujuan ini dan dapat mengatasi glaktore,
amenore sekunder dan hambatan ovulasi pada pasien tumor hipofisis anterior. Beberapa

42
tumor penghasil prolaktin mengecil pada pengobatan dengan brokriptin. Bila pengobatan
dihentikan tumor akan tumbuh kembali.
Menghentikan laktasi pasca persalinan. Setelah melahirkan, kadar prolaktin masih
tinggi selama 2-3 minggu. Bila oleh suatu sebab laktasi harus segera dihentikan,
bromoktripin diberikan selama 14 hari pascapersalinan.
c. GONADOTROPIN
Hipofisis menghasilkan 2 jenis hormone gonodatropin yang mengatur fungsi alat
reproduksi, yaitu hormone pemacu folikel (FSH = follicle stimulating hormone ) dan
luteinizing hormone (LH). Pada sepesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan,
sedangkan pada umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis. Dalam kehamiln
plsenta dapat mengeluarkan hormone chorionic gonadotropin (HCG) yang mempunyai
efek pada alat reproduksi juga.
Gonadotropin hipofisis maupun plasenta adalah hormone glikoprotein (peptida) dan
hanya efektif bila di berikan dalam bentuk suntikan. Kadar gonadotropin dalam urin
dapat diukur dengan radioimmunoassay berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus
yang membeda-bedakan masing-masing hormone hipofisis.
Selain FSH dan LH, akan disinggung juga gonadotropin releasing hormone (GnRH)
yang mengatur sekresinya.
KIMIA
FSH, LH, HCH dan TSH (thyroid stimulasing hormone) merupaka kelompok
hormone peptide yang berbentuk glikoprotein. Hormone ini terdiri atas subnit α FSH
hamper sama dengan subnit α LH dan TSH; sedangkan subnit β sepesifik untuk masing-
masing hormone. Aktifitas hormone terletak pada subnit β. Subnit β terdiri dari asam
amino yang mirip terhadap 1 hormon dengan yang lain tetapi gugus karbohidratnya
berbeda. LH yang pada pria disebut juga interstitial call stimulation hormone (ICSH),
sifat kimianya sangat mirip FSH.
FAAL
FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel frimer menjadi Graaf.
Dibawah pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan
progestron. LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum

43
untuk mengsekresi estrogen dan progestron. Proses trakhir sering dikenal sebagai
aktifitaslaktogenik,yang pada beberapa spesies dibawah pwngaruh prolaktin.
FSH pada pria berfungsi menjamin terjadinya spermatoginesis dalam testis, antara lain
dengan mempertahankan fungsi tubulus seminiferus. LH merangsang sel leydig
mensekresi testosterone.testosteron dibutuhkan dalam spermatoginesis di testis.
PENGATURAN
Sintesis dan sekresi gonadotropin hipofisis diatur oleh hipotalamus melluai hormone
penglepas (relasing hormone) dan oleh hormone seks stroid melalui mekanisme umpan
balik. Hormone penglepas dapat dimurnikan, diidentifikasi struktur kimianya, dan
disitesis. Zat itumerupakam suatu dekapeptida yang tidak bersifat spesifikuntuk spesies.
GnRH alam cepat terhidrolisis denagn plsma dalam paruh 4 menit. GnRH sintetik
sangat efektif, pemberian 10-100 µg IV menyebabkan peninggian kadar gonadotropin
plasma dengan cepat. Hormone ini dapat merangsang ovulasi dan spermatoginesis baik
pada hewan percobaan maupun manusia. Keuntungan penggunaan hormone GnRH untuk
merangsang ovulasi dan kehamilan pada wanita amenore adalah tidak timbulnya efek
samping ovulsi ganda dengan akibat kehamilan ganda seperti pada perangsangan ovulasi
dengan gegnodatropin.GnRH telah digunakan untuk maksud diatas, baik secara tunggal
maupun dikombinasikan dengan HMG (human menopausalgonadotropin).
Dengan cara subtitusi komponen asam amino rantai peptida, dapat dibentuk analog
dengan potensi 10-60 kali LHRH serta masa kerja yang panjang. Dari penelitian klinis
ternyata bahwa, LHRH dan analognya berguna untuk terapi kiptrokisme maupun indikasi
pubertas ovulasi pada pasien dengan definisi LHRH. Sebaliknya pengguna jangka
panjang menghambat sekresi gondotropin dan hormone steroid seks, sehingga dapat
dimanfatkan untuk terapi pubertas prekoks dan kelainan serupa. Beberapa analog
digunakan secara oral, intranasal atau rektal.

INDIKASI
1. Infetilitas. Gonadotropin berguna untuk menginduksi ovulasi pada wanita yang
kekurangan gonadotropin. Ovulasi terjadi pada 90% pasien yang diobati dengan
menotropin dan CG, dan 50% diantaranya menjadi hamil; 30% berupa kehamilan ganda;
20%-30% dari yang hamil mengalami keguguran. Komplikasi utama adalah pembesaran

44
ovarium karna pematangan ganda denganakibat kehamilan ganda. Perlu penelitian lanjut
kapan diperlikan klomifen (satu antiestrogen) atau GnRH sebagai perangsang ovulasi,
sebab keduanya memberikan hasil yang sama.
Gonadotropin juga memberikan kesuburan pada pria yang mandul akibat
hipopituitarisme. Efaluasi untuk efek ini baru terliat setelah 12 minggu.
Untuk vetilisasi in vitro hormon-hormon ini dipakai sama dengan perinsip diatas.
2. Kriptorkisme. Diberikan dosis 500-4.000 IU gonadotropin, 2-3 kali seminggu dengan
pengobatan dihentikan setelah efek terapi tercapai. Bila terapi obat tidak sukses perlu
tindakan operasi sebab insidens tumor testis tinggi pada kriptorkisme.
SEDIAAN
Menotropin (pergonal) ialah sediaan gonadotropin yang berasal dari urin wanita mati
haid/menopause (HMG), mengandung aktifitas FSH dan LH sama banyak. Untuk
indikasi ovulasi harus dibrikan brsama HCG yaitu masing-masing sebanyak 75 IU IM per
hari selama 9-12 hari diikuti dengan 10.000 IU. HCG bila belum berhasil bias diulang
dalam beberapa siklus. Mungkin pula diperlukan dosis lebih besar.
Suntikan genotropin korion (HCG pregnyl) berasal dari wanita hamil, mengandung 1500
unit/mg. dosisnya 500-4.000 IU 2-3 kai seminggu selama beberapa minggu untuk
kriktropkisme atau hipogonadism pada pria. Untuk merangsang ovulasi diberikan 5.000-
10.000 IU suatu hari setelah pemberian menotropin.
Gonadotropin serum kuda hamil (serum gonadotropin) mengandung kurng-
kurangnya 100 unit/mg.
Urofollitropin untuk injeksi adalah suatu preparat menotropin yang telah dihilangkan
komponen LHnya, jadi hanya menagandung FSH 75 IU.

A. HORMON TIROID
1. Biosintesis
Kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid, yang akan disimpan sebagai residu asam
amino dari tiroglobulin. Triglobulin merupakan glikoprotein yang menempati sebagian
besar folikel koloid kelenjar tiroid.

45
Secara garis besar, sintesis, penyimpanan, sekresi, dan konversi hormone terdiri dari
beberapa tahapan :
Ambilan yodida. Yodium dari makanan mencapai sirkulasi dalam bentuk yodida. Pada
keadaan normal kadarnya dalam darah sangat rendah (0,2-0,4 µg/dL), tetapi kelenjar
tiroid mampu menyerap yodida cukup kuat, hingga yodida dalam kelenjar mencapai 20-
50 kali. Mekanisme transpor yodida ke kelenjar dihambat beberapa ion (tiosinat dan
perklorat). System transfor yodida di picu hormone titropin dari adenohipofisis (thyroid-
stimulating hormone, TSH).
Oksidasi dan yodinasi. Oksidasi yodinasi menjadi aktif diperantarai tiroid peroksidase.
Enzim ini berada di membrane sel dan terkonsentrasi di permukaan paling atas dari
kelenjar. Reaksi ini menghasilkan residu monoyodotirosil (MT) dan diyodotirosil (DIT)
dalam tiroglobulin. Reaksi tersebut dirangsang TSH.
Pembentukan tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3) dari yodotirosin. Reaksi ini
dikatalisasi oleh enzim tiroid peroksidase dimana kecepatannya dipengaruhi oleh kadar
TSH dan yodida. Penurunan jumlah yodium hanya akan berpengaruh terhadap jumlah
hormone tiroid yang keluar dari kelenjar.
Resorpsi, Proteolisis koloid, dan sekresi hormone tiroid. Proses proteolisis dimulai
dari endositosis koloid dari lumen folikel pada permukaan sel, dengan bantuan reseptor
tiroglobulin (megalin). Tiroglobulin dipecah menjadi gugus-gugus asam amino yang
dipicu oleh hormone tirotropin, agar hormone tiroid dapat dilepaskan yang dibantu oleh
TSH.
Konversi tiroksin menjadi triyodotironin dijaringan perifer. Sebagian besar konvensi
tiroksin menjadi triyodotironin diluar kelenjar, yakni di hati. Pada keadaan normal sekitar
41% tiroksin akan dikonversi menjadi triyodotironin, 38% menjadi reverse triyodotironin
yang tidak aktif, dan 21% dimetabolisme melalui koojugasi dihati dan diekskresikan
melalui empedu.
2. Farmakokinetik
Transfor Tiroid. Pada keadaan normal yodium di sirkulasi dalam 95% sebagai
yodium organic dalam bentuk tiroksin dan 5 % sebagai yodida berada di triyodotironin.
Dalam darah hormone tiroid terikat kuat pada berbagai protein plasma, dalam bentuk
ikatan non kovalen. Adanya ikatan hormone tiroid dengan protein plasma, menyebabkan

46
tidak mudahnya hormone ini di metabolisme dan diekskresi sehingga masa paruhnya
cukup panjang. Hanya sekitar 0,03%tiroksin dan 0,3% triyodotironin dari total hormone
tersebut berada dalam keadaan bebas. Aktifitas metabolic hormone tiroid hanya dapat
dilakukan oleh hormone yang bebas.
Biotransformasi Dan Ekskresi. Tiroksin lambat sekali dieliminasi dari tubuh, dengan
masa paruh 6-8 hari. Pada hipertiroidisme masa paruhnya memendek 3-4 hari, dan pada
hipotirodisme memanjang 9-10 hari. Perubahan ini dapat menggambarkan adanya
perubahan dalam kecepatan metabolismenya. Bila pengikatnya dengan TBG meningkat
maka klirensnya akan terganggu, hal ini terjadi karena estrogen dapat menginduksi
peningkatan asam sialat dalam TBG yang terbentuk, dan menyebabkan klirensnya
menurun. Keadaan sebaliknya akan terjadi bila ikatannya dengan protein menurun atau
terjadi hambatan pengikatan oleh beberapa obat. T3yang ikatannya dengan protein tidak
terlalu kuat, masa paruhnya hanya sekitar 1 jam.
3. Regulasi Fungsi Tiroid
TSH disekresikan secara pulsatif dan bersifat sirkadian, kadarnya dalam sirkulasi
paling tinggi pada saat tidur malam hari. Sekresinya dipengaruhi olehthyrotropin-
releasing hormone (TRH) dari hipotalamus dan kadar hormone tiroid yang bebas dalam
sirkulasi. Bila kecepatan sekresi hormone tiroid dari kelenjar tiroid menurun, akan terjadi
peningkatan sekresi TSH agar dapat merangsang kelenjar tiroid untuk mengsekresikan
lebih banyak hormone tiroid. Efek hormone tiroid pada TSH ialah terjadinya penurunan
sekresi TRH dari hipotalamus dan berkurangnya jumlah reseptor TRH di sel-sel
adenohipofisis.
Hormone Pemicu Tirotropin (Thyrotropin-Releasing Hormone = TRH). TRH
disintesis di hipotalamus, dan disekresikan ke sirkulasi portal hipotalamo-hipofisis,
kemudian bekerja pada reseptor tirotropin. Rangsangan reseptor ini menyebabkan sekresi
TSH dari granul sekretorisnya dan juga merangsang sintesis subunit α dan β dari TSH.
Stimulasi TRH oleh TSH dapat dihambat oleh somatotropin, dopamine, dan
glukokortikoid.
Pemberian TRH pada hewan percobaan dapat mempengaruhi perilaku, termoregilasi,
tonus autonom, dan fungsi kardivaskular, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.

47
Efek TSH Pada Kelenjar Tiroid. TSH dapat merangsang semua fase biosintesis dan
proses sekresi hormone tiroid, mulai dari uptake yodida dan organifikasinya sintesis
hormone tiroid, endositosis dan akhirnya proteolisis koloid. Vaskularisasi kelenjar akan
meningkat, dan akan terjadi hipertrofi dan hyperplasia dari sel-sel kelenjar.
Hubungan Yodium Dan Fungsi Tiroid. Untuk pembentukan hormone tiroid yang
normal, tubuh membutuhkan jumlah yodium yang cukup. Bila yodium kurang, hormone
ini tidak dapat diproduksi dalam jumlah cukup, sedangkan TSH terus disekresikan
sehingga kelenjar tiroid mengalami hyperplasia dan hipertrofi. Kelenjar yang membesar
dan terus terangsang ini dapat mengekstraksi residu yodida yang masih berada di
ssirkulasi. Pada defisiensi yodium yang ringan sampai sedang, umumnya kelenjar tiroid
dapat memproduksi hormone dalam jumlah cukup, terutama T3. Tetapi bila defisiensi
tersebut tergolong berat, akan terjadi hipotiroidisme (pada orang dewasa) dan mungkin
timbul kretinisme.
4. Efek Hormone Tiroid
Mekanisme Kerja Hormone Tiroid. Hormone tiroid bekerja melalui reseptornya di
inti sel yang berikatan dengan afinitas yang tinggi, kemudian terikat pada sekuen DNA
yang spesifik (thyroid hormone response element, TREs) pada gen target. Disini T3
memodulasi transkripsi gen, dan terjadi sintesis protein.
Pertumbuhan Dan Perkembangan. Hormone tiroid mempunyai peran yang sangat
penting pada pertumbuhan otak. Apabila hormone tiroid tidak ada pada usia 0-6 bulan
pasca persalinan dapat terjadi retardasi mental yang ireversibel (kretinisme)dan akan
diikuti oleh gangguan morfologik multipel pada otak. Pemberian hormone tiroid dalam
masa 2 minggu pasca melahirkan dapat mencegah berkembangnya gangguan morfologik
tersebut.
Kretinisme dibedakan menjadi 2 yaitu, endemic yang terjadi akibat sangat
kekurangan yodium dan sporadic terjadi akibat tidak berkembangnya kelenjar tiroid atau
terganggunya sintesis hormone tiroid.
Efek Kalorigenik. Tiroksin meningkatkan penggunaan O2 hampir pada semua
jaringan yang aktif dalam proses metabolisme.

48
Dengan meningkatnya metabolisme oleh tiroksin, maka kebutuhan tubuh akan semua
zat makanan juga bertambah. Apabila kebutuhan ini tidak mencukupi, maka protein dan
lemak endogen serta persediaan zat makanan lain dalam tubuh akan dimobilisasi.
Tiroksin berperan penting dalam termogenesis (pengaturan suhu badan) yaitu pada
suhu dingin sekresi tirosin akan bertambah, pembentukan kalori bertambah, terjadi
vasodilatasi perifer dan curah jantung bertambah.
Efek Metabolic. Hormone tiroid merangsang metabolisme kolesterol menjadi asam
empedu, dan hiperkolesterolemia merupakan keadaan karakteristik pada hipotiroidisme.
Hormone ini dapat meningkatkan pengikatan LDL (low density lipoprotein) di sel-sel
hati, pada hipotiroidisme akan terjadi penurunan jumlah reseptor LDL di hati.
Hormone tiroid mengatur kemampuan hormone lain untuk menambah akumulasi
siklik AMP dengan jalan mengurangi aktitas fosfodiestarase mikrosom yang dapat
menghidrolisis siklik AMP.
Pada hipotiroidisme terjadi penurunan absorpsi glukosa si usus, sekresi insulin
menurun, kecepatan uptake glukosa diperifer berkurang, tetapi penggunaan glukosa di
otak tidak dipengaruhi.
5. Gangguan Fungsi
a. Hipofungsi tiroid. Hipotiroidisme disebabkan karena difisiansi yodium pada daerah
non-endemik dimana yodium cukup tersedia, yang ditandai dengan tingginya antibody
terhadap peroksidase tiroid di sirkulasi dan kadar tiroglobulin, macam-macam
hipotiroidisme.
b. Hipotiroidisme primer terjadi akibat kegagalan kelenjar tiroid untuk memproduksi
hormone tiroid yang cukup.
c. Hipotiroidisme sekunder terjadi akibat efek stimulasi dari TSH yang kurang akibat
gangguan pada adenohipofisis.
d. Hipotiroidisme tersier terjadi akibat gangguan hipotalamus
e. Hipotiroidisme Congenital terjadi pada bayi yang baru lahir, dan timbulnya retardasi
mental
f. Hipotiroidisme non-goiter umumnya berhubungan dengan degenerasi dan atrofi
kelenjar atau terjadi setelah oprasi tiroid atau destruksi akibat yodium radioaktif

49
g. Hipotiroidisme dengan goiter terjadi bila ada gangguan hormone tiroid yang hebat.
Denagn ciri-ciri muka sangat ekspresif, bengkak, pucat. Kulit dingin dan kering, pada
wanita dapat timbul gangguan haid.
Hiperfungsi Tiroid
a. Tirotoksikosis adalah keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya hormone tiroid
bebas dalam darah
b. Hipertiroidisme adalah keadaan dimana produksi dan sekresi hormone meningkat
akibat hiperfungsi kelenjar tiroid.
c. Subclinical hyperthyroidisme adalah keadaan apabila ada beberapa gejala
hiperteriodisme dengan kada TSH plasma yang rendah denagn kadar T3 dan T4 yang
normal
Tes Fungsi Tiroid. Dengan radioimmunoassay, chemiluminescent, dan enzyme-linked
immunoassay, sekarang dapat dilakukan pengukuran kadar T4, T3, dan TSH darah, dan
diagnosis laboratorium gangguan fungsi tiroid menjadi lebih baik. Sekarangtelah
tersedia recombinant human TSH (thyrotropin alpha, tirogen), dalam bentuk preparat
suntikan yang digunakan untuk mengetahui kapasitas jaringan tiroid dalam mengambil
yodium radioaktif dan melepaskan tiroglobulin, pada keadaan normal atau pada
keganasan.
6. Indikasi
Thyroid Hormone Replacement Therapy
Tiroksin merupakan obat pilihan utama untuk replacement therapy pada hipotiroidisme
atau kretinisme, karena potensinya konsisten dan lam kerjanya panjang (7 hari),
absorpsinya di usus halus bervariasi dan tidak lengkap. Tujuan terapi ini untuk mencapai
kisaran kadar TSH normal (0,5-5,0 µIU/mL), bila terapi berlebihan akan terjadi suspense
TSH sampai subnormal dan dapat menyebabkan osteoporosis dan disfungsi jantung.
Hipotiroidisme subklinis.
Merupakan suatu hipotiroidisme dengan sedikit gejala klinis yang disertai peningkatan
TSH plasma. Terapi dilakukan dengan levotiroksin untuk menormalkan TSH, dan
hasilnya sangat bervariasi. Hipotiroidisme pada masa kehamilan dapat menyebabkan
gangguan mental dan fisik fetus. Karenanya sangat dianjurkan untuk pemeriksaan TSH
pada kehamilan dini, terutama pada para ibu yang tinggal di daerah endemic.

50
Koma Miksedema. Sindroma ini jaranga terjadi, dan disebabkan oleh hipotioridisme
yang hebat dan berlangsung lama. Keadaan ini termasuk sangat berbahaya, yang
meskipun segera diobati, mortalitasnya 60%. Dosis tiroksin yang digunakan harus
disesuaikan dengan keadaan stabilitas hemodinamik, adanya gangguan jantung, dan
keadaan keseimbangan elektrolit pasien. Tetapi yang berlebihan justru dapat bersifat
fatal.
Nodul Dan Kanker Tiroid. Nodul dan kanker tiroid lebih sering terjadi pada wanita.
Persentasi kejadian sekitar 0,1% pertahun dan akan meningkat 20 kali lebih banyak dari
pasien yang mengalami radiasi ionisasi. Dari jumlah pasien nodul tersebut 8-10%
mempunyai kanker tiroid. Tindakan utama untuk kanker tiroid adalah operasi diikuti
terapi dengan levotiroksin.
Pemberian levotiroksin pada nodul soliter dapat mensupresi TSH serum, diharapkan
nodul tidak akan membesar lagi atau ukurannya berkurang. Keberhasilan terapi ini sangat
bervariasi dan keberhasilannya dapat dilihat dengan pemeriksaan kadar TSH serum
dan radioisotope scanning.
Kretinisme. Keberhasilan terapi kretinisme sangat tergantung pada saat dimulainya
terapi, jika terapi di mulai sejak bayi lahir umumnya gangguan perkembangan fisik dan
mental dapat dicegah.
Kadar tiroksin bebas harus dipertahankan pada nilai di atas normal. Hormone-
replacement I ini harus disertai monitoring pertumbuhan, perkembangan motorik,
meturasi tulang, dan keamjuan perkembangan si bayi.
7. Antitiroid dan penghambat tiroid lainnya
Ada 4 golongan penghambat sintesis hormone tiroid, yaitu
a. Antitiroid, yang menghambat sistesis hormone secara langsung.
Mekanisme kerja. Antitiroid golongan tionamida (ex. Propiltiourasil ) menghambat
proses inkoporasi yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin, dan juga menghambat
penggabungan residu yodotirosil ini untuk membentuk yodotironin. Kerjanya dengan
menghambat enzim peroksidase sehingga oksidasi ion yodida dan gugus yodotirosil
terganggu.
Farmakokinetik. Tiourasil didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dan diekskresikan
melalui urin dan air susu ibu, tetapi tidak melalui tinja.

51
Farmakokinetik antitiroid
Farmakokinetik Propiotiourasil Metimazol
Ikatan protein plasma 75% -
T½ 75 menit 4-6 jam
Volume distribusi 20 L 40 L
Metabolisme pada gangguan hati Normal Menurun
Metabolisme pada gangguan ginjal Normal Normal
Dosis 1-4 kali/hari 1-2
Daya tembus sawar plasenta Rendah kali/hari
Jumlah yang disekresikan dalam sedikit Rendah
ASI Sedikit

Efek samping. Untuk metimazol, agranulositosis bersifat tergantung dosis (dose-


dependent). sedang untuk propiltiourasil, agranulositosis tidak tergantung dosis. Reaksi
yang paling sering timbul antara lain purpura dan popular rash yang kadang-kadang
hilang sendiri , nyeri dan kaku sendi terutama pada tangan dan pergelangan.
Indikasi. Antitiroid dapat digunakan untuk hipertiroidisme, untuk mengatasi gejala klinik
sambil menunggu remisi spontan, dan sebagai persiapan operasi. Juga dapat digunakan
dalam kombinasi dengan yodium radioaktif untuk mempercepat perbaikan klinis
sementara menunggu efek terapi yodium radioaktif.
Antitiroid dapat digunakan untuk hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran
kelenjar tiroid bentuk difus maupun noduler. Efek terapi umumnya tampak setelah 3-6
minggu terapi. Besarnya efek hambatan fungsi tiroid tergantung dari berat ringannya
gangguan fungsi sebelum pemberian obat, jumlah hormone yang tersedia dan besarnya
dosis yangn diberikan. Dosis terapi biasanya tidak sampai menghambat fungsi tiroid
secara total. Waktu yang diperlukan untuk menyembuhkan setiap pasien juga berlainan.
Sebagian pasien denagn hipertiroidisme dapat mengalami remisi spontan setelah
menjalani terapi antitiroid selama 1 tahun.
b. Penghambat Tranfor Ion Yodida
Penghambat ion yodida adalah obat yang dapat menghambat tranfor aktif ion yodida
ke dalam kelenjar tiroid. Obat tersebut berupa ionin movalen yang bentuk

52
hidratnyamempunyai ukuran hamper sebesar hidrat ion yodida, misalnya tiosianat,
perklorat, dan fluoborat. Obat golongan ini dapat menghambat fungsi tiroid dan
menimbulkan goiter.
Mekanisme kerja obat ini, denagn menghambat secara kompetitif sodium-iodide
symporter (natrium-iodide symporter=NIS) yang dapat menghambat masuknya yodium.
Perklorat kekuatannya kira-kira 10kali kekuatan tiosianat. Tiosianat tidak ditimbun dalam
tiroid, tidak dimetabolisme dalam kelenjar tersebut dan diekskresikan dalam bentuk utuh.
Tapi sekarang obat ini jarang digunakan karena obat ini dapat menimbulkan anemia
aplastik, demam, kelainan kulit, iritasi usus, dan agranulositosis.
c. Yodida
Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme
sebelum ditemukan berbagai macam antitiroid. Meskipun yodida diperlukan dalam
jumlah kecil untuk biosintesis hormone tiroid, dalam jumlah yang berlebihan yodida
dapat menyebabkan goiter dan hipotitoidisme pada orang sehat.
Dalam hal ini yodida menekan fungsi tiroid artinya yodida memperbaiki fungsi tiroid.
Peran yodida dalam tiroid antara lain :
1. Yodium diperlukan untuk biosintesis hormone tiroid
2. Yodida menghambat proses transfor aktifnya sendiri kedalam tiroid
3. Bila yodium didalam tiroid terdapat dalam jumlah cukup banyak terjadi hambatan
sintesis yodotironin dan yodotirosin (wolf-chaikoff effect)
4. Yodida terutama digunakan untuk persiapan operasi tiroid pada hipertiroidisme.
Biasanya yodida tidak diberikan tersendiri, tetapi diberikan setelah gejala hipertiroidisme
diatasi dengan antitiroid, yaitu biasanya diberikan selama 10 hari sebelum operasi
dilakukan. Dengan cara demikian diperoleh keadaan yang optimal untuk tindakan
operasi.
5. Yodida sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi tunggal karena terapi yodida saja tidak
dapat sepenuhnya mengendalikan gejala hipertiroidisme. Hambatan pada kelenjar tiroid
akan hilang dalam waktu 2-8 minggu, dan bila terapi yodida dihentikan, gejala
hipertiroidisme dapat terjadi lagi, bahkan memberat.
6. Yodida sebaiknya juga tidak diberikan pada wanita hamil karena dapat menembus
sawar darah plasenta dan menyebabkan goiter pada fetus.

53
Efek samping. Yodisme ditandai dengan rasa logam dan terbakar dalam mulut dan
faring serta rangsangan selaput lender. Dapat juga terjadi radang faring, laring dan tonsil
serta kelainan kulit ringan sampai akneform berat atau kadang-kadang erupsi fatal disebut
yoderma. Sedangkan gejala saluran cerna biasanya berupa iritasi yang dapat disertai
dengan pendarahan.
d. Yodium radioaktif
Pada proses radiasi oleh suatu unsure radioaktif dipancarkan sinar-sinar α (inti
helium), sinar β (elektron). Umumnya sinar-sinar tersebut dapat menimbulkan kerusakan
sel-sel tubuh, karena terjadinya perubahan molekul di dalam sel oleh sinar yang berenergi
tinggi. Dalam jaringan yang dilewati sinar radioaktif terjadi ionisasi, electron dilepaskan
oleh molekul yang terkena radiasi, sehingga terbentuk ion positif dan partikel ion
negative, oleh sebab itu proses radiasi tersebut dinamaio radiasi ionisasi.
Sinar α dan β daya tembusnya kecil, ionisasi terjadi pada daerah yang terbatas dan
ion yang terbentuk didaerah itu banyak sekali, sehingga efeknya dapat dibatasi pada satu
organ saja.
Sifat kimia dan fisika. Daya tembus sinar β maksimal hanya 2mm tetapi kira-kira 90%
destruksi sel setempat disebabkan oleh sinar tersebut.
Distribusi dan ekskresi. Distribusi radioisotope I dalam jumlah tubuh sama dengan
distribusi I nonradioaktif. Jumlah radioisotope yang diserap oleh tiroid dipengaruhi oleh
jumlah I dalam diet, demikian juga ekskresinya. Jumlah radioisotope I yang diekskresi
dalam urin berbanding terbalik dengan jumlah radioisotope I yang diserap/ditahan oleh
tiroid.
Efek terhadap tiroid. Sinar yang dipancarkan mempengaruhi jaringan parenkim
sekeliling folikel. Pada umumnya jaringan diluar tiroid tidak terpebgaruh oleh sinar yang
dipancarkan. Pada dosis rendah sekali radioisotope tidak menimbulkan ganguan fungsi
tiroid yang nyata hanya merusak bagian sentral saja sedangkan bagian perifer tetap
berfungsi.
Indikasi. Radioisotope terutama digunakan pada pasien :
1. Hipertiroidisme usia lanjut atau dengan penyakit jantung
2. Penyakit grave yang menetap atau kambuh setelah tiroidektomi subtotal atau setelah
memakai obat antitiroid dalam jangka waktu yang lama.

54
3. Goiter nodula toksik
4. Goiter multinodular non-toksik yang disertai gejala kompresi
5. Karsinoma tipoid
6. Sebagai alat dignostik fungsi tiroid
7. Kontradiksi. Bahan radioaktif tidak boleh diberikan selama kehamilan dan pada anak-
anak. Yodium radioaktif sebaiknya diberikan untuk pasien yang berusia lebih dari 25 atau
30 tahun.
e. Pemilihan sediaan. Tujuan penggunaan penghambat tiroid adalah untuk mengurangi
aktivitas kelenjar tiroid pada pasien hipertiroid, untuk radiasi dan pembedahan, untuk
terapi hipertoroidisme tergantung dari pasien dan fasilitas yang tersedia.

C. HORMON PARATIROID
Hormone paratiroid (HPT) berasal dari anak kelenjar paratiroid ,merupakan hormone
polipeptida rantai tunggal yang terdiri dari 84 asam amino .tiga puluh empat asam amino
pertama merupakan bagian terpenting yang dapat menentukan aktivitas biologiknya
.aktivitas biologic HPT manusia, sapi dan babi hampir sama tetapi secara imunologik
ketiganya dapat di bedakan meskipun ketiganya dapat mengadakan reaksi silang dengan
satu macam anti bodi.
Tahun 1948 ditemukan antara beberapa kelainan klinik dengan hiperfungsiparatiroid
,misal perubahan skelet pada pasien osteitis fibrosa sistika dengan tumor paratiroid.
Kecuali pada ca2+ plasma, HPT juga mempengaruhi fospat dan metabolism vitamin
D.gambar 28-1 memperlihatkan hubungan antara HPT hemeostastis ca2+ plasma serta
derivate vitamin D
Pada hiper paratirodisme jumlah radio isotop l yang diserap oleh tiroid sangat
meningkat, sedangkan pada pasien hipotiroidisme jumlah tersebut berkurang, jumlah
radio isotop lyang di ekresi dalam urin berbanding terbalik dengan jumlah radio isotop l
yang diserap /ditahan oleh tiroid. Pada normotiroid kira-kira 65% dari jumlah yang
diberikann telah di ekresi dalam 24 jam padda hipotoroid 85-90% dan pada hipertiroid
5%.
EPEK TERHADAP TIROID.

55
Radioisotope –l yang diberikan pada seorang pasien ikut terpakai dalam biosintesis
hormone tiroid dan terkumpul dalam koloid seperti halnya l-non radioaktip. Sinar yang
dipancarkan mempengaruhi jaringan parenkrim sekeliling polikel.pada umumnya
jaringan diluar tiroid tidak sampai terpengaruhi oleh radiasi tersebut. Pada dosis yang
rendah sekali radio isotop 131l tidak menimbulkan gangguan fungsi tiroid yang nyata,
tetapi pada dosis yang cukup besar epek sitotoksin sinar tersebut nyata sekali. Pada
gambar histology tampak piknosis dan nekrosis sel polikel, di ikuti dengan hilangnya
koloid dan terjadinya pibrosa kelenjar. Dosis rendah umumnya hanya merusak bagian
sentral saja, sedangkan bagianperiper tetap berfungsi.
INDIKASI
Radioisotope 131l terutama digunakan pada pasien:(1) hipertirodisme usia lanjut
atau penyakit jantung; (2) penyakit grave yang menetap atau kkambuh setellah
triodektomi subtotal atau setelah minum obat anti tiroid dalam jangka waktu lama; (3)
goiter nodular toksik;(4) goiter multi nodular non-toksik yang di sertai gejala
kompresi;(5) karsinomia tiroid; dan (6) sebagai alatdiagnostik fungsi tiroid
.
KONTRADIKSI
Bahan radioaktip tidak diberikan selama kehamilan dan pada anak-anak. Yodium
radioaktip sebaiknya diberikan untuk pasien yang berusia lebih dari 25 atau 30 tahun.
SEDIAAN
Larutan natrium yodida 131l dapat diberikan oral dan lv sedangkan kapsul natrium
yodida 131l tersedia untuk pemberianoral. Pada setiap sediaan biasanya disebutkan
jumlah dan macam campuran dalam larutan, dosis terapi dan sebagainya.
PEMILIHAN SEDIAAN
Tujuan pengguanaan penghambat tiroid ialah untuk mengurangi aktivitas kelenjar
tiroid pada pasien hipertiroid. Cara lain yang dapat di tempuh untuk tujuan yang sama
adalah radiasi dan pembedahan. Dalam klinik, pemilihan cara dan obat apa yang akan
digunakan untuk terapi hipertiroidisme tergantung dari pasien dan pasilitas yang tersedia.
Di Amerika Serikat natrium yodida 131I lebih sering digunakan dari pada
pembedahan. Antitiroid digunakan untuk persiapan pasien dengan yang akan dioprasi
terapi krisis tirotoksikosis, terapi hipertiroidisme dengan gangguan mata, dan sebagai

56
terapi tambahan sebelum atau setelah terapi yodium radioaktif. Efek penghambatan tiroid
oleh yodium biasanya tidak lama bertahan dan tidak sempurna. Antitiroid digunakan bila
dikehendaki penurunan fungsi tiroid dalam waktu singkat. Efek penghambatan tiroid dari
yodium radioaktif tidak timbul segera, tetapi perlu waktu beberapa hari.
GANGGUAN FUNGSI PARATIROID
HIPOPARATIRPOIDISME
Pengangkatan atau hipofungsi kelenjar paratiroid yang tidak diketahui sebabnya(
hipoparatiroidisme idiopatik) dapat menyebabkan suatu sindroma akibat langsung
hipokalsemia atau akibat penurunan ambang rangsang membrane yang terpolarisasi.
Gejala klinik hipoparatiroidisme akibat hipokalsemia al. titani, parestesia, spasme laring,
spasme otot dan konpulsi. Keadaan ini disebabkan karena depisiensi Ca dan vitamin D,
misalnya akibat gangguan absorpsi atau jumlahnya tidak cukup dalam diet. Keadaan ini
jarang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar sendiri (hipoparatiroidisme idiopatik), atau
karena kelainan genetic dimana target organnya tidak memberikan reaksi terhadap HPT
(pseudohipoparatiroidisme).
Gejala paling dini hipokalsemia al. parestesia ekstremitas pada pemeriksaan fisik
terdapat rangsangan mekanik saraf periper yang menyebabkan kontraksi otot rangka yang
bersangkutan, kemudian dapat diikuti tetani, dimana terjadi spasme otot, terutama otot
daerah karpopedal dan laring, dan konpulsi umum serta gejala lain dari susunan saraf
pusat. Diduga otot polos juga dipengaruhi terlihat dari terjadinya spasme otot siliaris, iris,
esophagus, intestinal, kandung kemih dan bronkus. Perubahan EKG dan timbulnya
takikardia menunjukkan bahwa jantung juga dipengaruhi. Pada hipoparatiroidisme
kronik, terjadi perubahan okstrodermal yang mengakibatkan rontoknya rambut; pada
kulit jari terlihat cekung dan kuku mudah patah, kerusakan email gigi dan katarak,
mungkin terjadi gangguan psikis, berupa labilitas emosi, kegelisahan, depresi, delusi, dan
abnormalitas EEG hipoparatiroidisme dapat diatasi dengan vitamin D bila perlu dapat
juga ditambahkan Ca pada dietnya.
HIPERPARATIROIDISME
Hiperparatiroidisme primer, dapat di sebabkan hiper sekresi kelenjar paratiroid
(hyperplasia,adenoma atau karsinoma) atau karna sekresi polipeptida yang menyerupai

57
HPT yang berasal dari suatu tumor. Kadang-kadang polipeptida ini dapat dibedakan dari
HPT dengan teknik imunologik.
Hiperparatiroidisma sekunder terhadap menurunya Ca2+ plasma dapat merangsang
sekresi HPT .keadaan ini dapat terjadi pada gangguan absorpsi Ca2+ atau gangguan
pungsi ginjal. Hiper sekresi HPT,apapun penyebabnya, dapat menyebabkan gangguan
tulang seperti osteitis pibrosa generalisata atau penyakit von reckling hausen. Umumnya
haya 1/3 pasien hiperparatiroidisma mengalami perubahan tulang yang hebat, 1/3 lainya
hanya memperlihatkan dekalsipikasii ringan, dan pada pasien lainya tidak ditemukan
resorpesi tulang yang aktip pada keadaan yang terakhir ini mungkin asupan Ca2+ cukup
untuk mempertahankan keseimbangan Ca2+ . gejala ini diklasipikasi al. rasa nyeri sakit
pada tulang dan persendian.
Hipsrparatiroidosme primer tanpa konplikasi , biasanya berhubungan dengan
hiperkalsiuria, hiperpospaturia, kadang-kadang disertai poliuria dan polidipsia .kadar
Ca2+ plasma mungkin normal, tetapi biassnya meningkat dan pospat menurun. Ekresi
Ca2+ dan PO4 yang menigkat, sering menyebabkan batu ginjal. Komplikasi berat lainya
al.nefrokalsinosis dipus ,dan akhirnya insufisiensi ginjal, atau sebagai gejala sisa
urolitiasis, dapat juga terjadi gambaran perubahan kimia darah, seolah-olah terjadi
hiperparatiroidisme ,yakni hiperpopaturia , hiperkalsimia dan hipopospatemia
.hiperkalsimea dapat merupakan penyebab gejala hiperparatiroidisme, al.hipotoni otot,
kelemahan otot yang umum dan gangguan pungsi otot polos seperti konstipasi, platulens,
anoreksia, mual dan muntah, akhirnya mungkin terjadi gangguan jantung.persentasi
timbulnya ulkus peptikum dan pancreatitis, lebih tinggi pada pasien ini daripada orang
normal, dan kadang-kadang mengalami gangguan neuropsikiatri. Pemeriksaan
laboraturium yang spesipik aadalah dengan menentukan kadarHPT plasma, tetapi
hasilnya biassanya tergantung dari anti bodi yang di pakai.
Terapi hiperparatiroidismeprimer dilakukan dengan reseksi kelenjar yang hiperplastik
atau ardenoma. Pembedahan ini akan mengembalikan pasien ke keadaan euparatiroid dan
mencegah keruksakan ginjal dan disolusi tulang lebih lanjut. Biasanya terjadi
tipoparatiroidisme ;dan diperlukan vitaminD dan diet yang mengandung Ca. bila pada
seorang pasien tidak dapat dilakukan pembedahan, dapat diberkan pospat secara oral, diet
rendah Cadan sejumlah csiran unntuk menurunkan kadar Ca plasma.

58
FARMAKOLOGI HORMON PARATIROID
HPT hanya dapat diberikan secara parenteral, pemberian oral akan dirusak enzim
saluran cerna. Masa paruhnya sekitar 20 manit, degradasinya terjadi di hepar dan
ginjal.dalam darah, sebagaiHPT terikat praksi alpa globulin plasma, ekpresinya melalui
urin kurang dari 1%
INDIKASI.
Dahulu HPT digunakan untuk meningkatkan kadar Ca2+ plasma, akan tetapi kini
hipokal semia diatasi dengan pemberian Ca2+ dan/ atau dengan vitaminD sutikan HPT
hanya digunakan untuk diagnosis pseudohipoparatiroidisme. Pada pasien ini terdapat
resistensi target organ terhadap HPT sehingga pemberian hormone ini tidak akan
menyebabkan peningkatan Ca2+ plasma dan ekresi pospat dan siklik AMP.

C. Kelainan – Kelainan Akibat Kelebihan atau Kekurangan Hormon


No. Kelenjar Hormon yang Gangguan / Ciri – cirri
dihasilkan kelainan
1 Hipofisis Kekurangan Dwarfisme Penderita tampak bertubuh pendek (hanya sekitar
hormon satu meter atau bahkan kurang) tapi tetap
(hiposekresi) memiliki proporsi tubuh yang normal
hormon
pertumbuhan(gro
wth hormone)
Kelebihan Gigantisme(gian Terjadi pada masa kanak – kanak, dimana terjadi
hormon tism) pertumbuhan berlebihan bahkan dapat sampai

59
(hipersekresi)hor mencapai 8 kaki
mon Akromegali Terjadi pada saat dewasa, penderita mengalami
pertumbuhan pembesaran tulang rahang dan wajah. Kulit
(growth bertambah tebal, diikuti gangguan akibat
hormone) penekanan saraf oleh massa tulang yang
bertambah
2. Tiroid Hipersekresi Grave’s disease/ Penderita ini mengalami metabolisme yang amat
hormone tiroksin morbus basedow meningkat; penderita cenderung bertambah kurus
(Hipertiroidisme) walaupun disaat yang sama penderita memiliki
nafsu makan yang meningkat . Keringat
berlebihan, denyut nadi yang cepat, tidak tahan
panas dan kelemahan badan. Dapat juga
ditemukan penonjolan bola mata (exophtalmus)
Hiposekresi Kretinisme Terjadi pada masa kanak – kanak, cirinya
hormon tiroid (Kerdil) penderita tidak dapat mencapai pertumbuhan fisik
(Hipotiroidisme) dan mental yang normal
Mix Oedema Terjadi pada orang dewasa, cirinya laju
(Miksedema) metabolisme rendah, berat badan berlebihan,
bentuk badan menjadi kasar, dan rambut rontok
3 Paratiroid Hipersekresi Hiperparathorm Kelainan pada tulang seperti tulang rapuh, bentuk
hormon on abnormal dan mudah patah. Kelebihan kalsium
paratiroid yang diekskresikan dalam air seni bersama ion
fosfat dapat menyebabkan batu ginjal
Hiposekresi Hipoparathormo Terjadi gejala kekejangan otot (tetani)
hormon n
paratiroid
4 Pankreas Hiposekresi Diabetes tipe I Penyakit ini sepenuhnya bergantung dengan
hormon insulin insulin, penyakit ini sering didapatkan pada anak-
anak atau dewasa muda. Pengobatan dengan
mengganti insulin sesuai dengan jumlah yang

60
diperlukan
Diabetes tipe 2 pada penyakit ini insulin diproduksi dalam
jumlah memadai tetapi terdapat gangguan dalam
kualitas dan mekanisme kerjanya. Faktor resiko
penyakit ini seperti riwayat keluarga dengan
Diabetes Mellitus dan obesitas
5 Korteks Hipersekresi Cushing’s penderita mengalami peningkatan tekanan darah,
Adrenal hormon kelenjar syndrome gula darah akibat pengeluaran hormon kortisol
adrenal yang berlebihan.
Hiposekresi Addison’s Gejala berupa
hormon kelenjar disease · Hipoglikemia (kadar gula dalam darah
adrenal menurun),
· Gangguanpembentukan glukosa oleh jaring
(glukoneogenesis)
· Penurunan kadar glikogen di liver yang menjadi
cadangan glukosa dalam tubuh
· Gangguan akibat kekurangan aldosteron seperti
pengeluaran natrium dan cairan yang
berlebihan di ginjal.
· Dehidrasi,
· Penurunan tekanan darah
· Shock yang dapat menimbulkan kematian,
terutama bila tidak ditangani secara cepat.
6 Kelenjar Hiposekresi - dapat mengakibatkan gangguan terutama dalam
gonad hormon kelenjar proses reproduksi manusia.
gonad

61
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hormon ialah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam
peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik. Adapun klasifikasi
pada hormon yaitu :Hormon adenohiposis, Hormon tiroid dan anti tiroid dan Estrogen dan
progestin.
Klasifikasi Pada Hormon:

B. Saran

62
DAFTAR PUSTAKA

Gan Gunawan, Sulistia.2009. Farmakologi dan Terapi.Jakarta : FKUI


http://dhanwaode.wordpress.com/2011/03/01/farmakologi-hormon-23
http://geklasong.blogspot.com/2012/06/farmakologi-gangguan-tiroid-dan.html
http://rinafitriasari.blogspot.com/
http://farma-farmakologi.blogspot.com/p/hormon.html

63

Anda mungkin juga menyukai