Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tugas terpenting seorang perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan sebuah substansi yang di berikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan dan pengobatan, bahkan sebagai pencegahan terhadap
gangguan kesehatan yang menghasilkan efek therapiotik yang bermanfaat. Walaupun
obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita
memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.

Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan
efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat
dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya
dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

Pemberian obat pada pasien dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
oral, intrakutan, subkutan, intravena langsung, bolus, melalui selang intravena,
intramuscular, melalui rectum, melalui vagina, mata, kulit, telinga dan hidung.
Dengan menggunakan prinsip 6 benar yaitu:

1. Benar pasien.

2. Benar obat.

3. Benar dosis obat.

4. Benar cara pemberian obat.

5. Benar Waktu pemberian obat.

6. Benar dokumentasi .

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur tindakan tentang optalmik atau pemberian obat mata ?
2. Bagaimana prosedur tindakan tentang topical ?
3. Bagaimana prosedur tindakan tentang vaginal ?
4. Bagaimana prosedur tindakan tentang irigasi ( mata, telinga, vagina) ?
5. Bagaimana prosedur tindakan tentang inhalasi ?
6. Bagaimana prosedur tindakan tentang supositoria ?

1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan  tujuan agar mahasiswa, tenaga medis khususnya
kami dapat memahami dan mengaplikasikannya di dalam asuhan keperawatan
mengenai prosedur tindakan medikasi optalmik, topical, vaginal, irigasi ( mata,
telinga, vagina ), inhalasi, supositoria.

1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan
praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam prosedur tindakan
medikasi dalam keperawatan sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan klien.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Prosedur Tindakan Medikasi

Medikasi adalah suatu zat yang digunakan dalam diagnosis, pengobatan,


penyembuhan, pemulihan atau pencegahan gangguan kesehatan ( Novieastari Enie
dan Supartini Yupi, 2015 ).

Tindakan medikasi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dokter, perawat
atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan obat kepada pasien dengan
tujuannya adalah sebagai pengobatan, penyembuhan, pemulihan atau pencegahan
gangguan kesehatan. Medikasi dapat berupa resep, tanpa resep ( over-the-counter )
atau persiapan komplementer.

2.2 Pemberian Obat Melalui Optalmik

Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi
preparat yang dibeli bebas, misalnya air mata buatan dan vasokonstriktor
( misalnya visin dan murine ). Namun, banyak klien menerima resep obat-
obatan oftalmik untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi setelah
suatu prosedur, misalnya ekstraksi katarak. Presentasi besar klien yang
menerima obat mata adalah klien lanjut usia. Masalah yang berhubungan
dengan usia, termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan, dan kesulitan
dalam memegang atau menggunakan obat botol, mempengaruhi kemudahan
lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat memberikan
penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan
dalam pemberian obat.
Donnelly ( 1987 ) menganjurkan untuk memppaerlihatkan klien setiap
langkah prosedur pemberian tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien.

3
Terdapat beberapa prinsip yang dapat digunaka dalam pemberian obat
optalmik:

1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat


sensitif terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu,
perawat menghindari memasukkan bentuk obat mata apapun secara
langsung ke kornea.
2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sanggatlah tinggi.
Perawat menghindari menyentuh kelopak atau struktur mata yang lain
dengan alat tetes mata atau tube salep.

3. Perawat menggunakan obat mata hanya untuk mata yang terinfeksi.

4. Perawat yang tidak pernah boleh memberikan seseorang menggunakan


obat mata orang lain.

Beberapa obat diberikan secara intraokuler. Obat-obatan yang diberikan


dengan car ini menyerupai lensa kontak. Perawat menempatkan obat ke
kantong konjungtiva. Disini obat akan tetap di tempat selama satu minggu.
Dewasa ini, obat-obatan misalnya pilokarpin diberikan dengan cara ini. Klien
yang menerima obat dengan cara ini perlu diajarkan untuk memantau adanya
reaksi yang tidak menguntungkan terhadap penggunaan cakram ini. Klien juga
perlu diajarkan tentang cara menginsersi dan mengeluarkan cakram.

2.3 Pemberian Obat Melalui Topical

Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit
atau pada membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.

a) Pemberian Obat Topical Pada Area Kulit

4
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit
adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan
tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala
gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat mengandung
zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada
kulit dengan menggunakan kapas lidi steril. Bersihkan dan keringkan kulit
sebelum mengoleskan krim obat tersebut. Krim dengan antibiotic sering
digunakan pada luka bakar atau ulkus dekubitus. Sedangkan salep, dapat
digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi kulit akibat
kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal. Bersihkan dan
tepuk-tepuk  perlahan pada area yang diberikan salep.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit
untuk mendapatkan efek sistemik. Tersedia dalam bentuk lembaran.
Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran khusus yang membuat zat
obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus
mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 – 72 jam.
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat
tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh.
Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada:

 Umur.
 Pemilihan agen topikal yang tepat.

 Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit.

 Stadium penyakit.

 Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum.

 Metode aplikasi.

5
 Penentuan lama pemakaian obat.

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari pemberian obat secara topical


diantaranya sebagai berikut :

Kelebihannya :

 Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect sert


meminimalkan efek samping sistemik.
 Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui
intravena (zero-order).

Kerugiannya :

 Secara kosmetik kurang menarik.


 Absorbsinya tidak menentu.

b) Pemberian Obat Topical Pada Area Mata


Pemberian obat pada area mata dengan memberikan tetes mata
atau salep mata. Prosedur ini dapat digunakan untuk persiapan
pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil;
pengukuran refraksi dengan cara melemahkan otot lensa, juga
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata, dll.
c) Pemberian Obat Topical Pada Area Telinga
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk
cair. Bertujuan untuk memberikan efek terapi local (mengurangi
peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal
telinga eksternal), juga untuk menghilangkan nyeri. Obat tetes telinga
ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya
pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberika dapat berupa
antibiotic (tetes atau salep).
d) Pemberian Obat Topical Pada Area Hidung

6
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara
memberikan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseoraang
dengan peradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Efek samping sistemik hampir tidak ada, kecuali pada bayi
atau anak dan usia lanjut yang lebih peka terhadap efel sistemik.
Namun ada efek samping lain akibat vasokonstriksi lokal secara cepat
yaitu jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat terjadi
sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder ini dapat
menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan mengganggu bulu
hidung.
e) Pemberian Obat Topical Pada Area Vagina
Vagina merupakan kanal selaput berotot yang memanjang dari
bagian luar tubuh pada vulva sampai cervix utari. Dalam keadaan
sehat, vagina sedikit sekali mengandung panthogen tetapi banyak
mengandung organisme non-panthogen. Organisme non-panthogen
tersebut penting karena melindungi vagina dari serangan panthogen.
Penggunaan obat pada vagina bertujuan untuk mendapatkan
efek terapi serta mengobati saluran vagina dan serviks. Obat ini
tersedia dalam bentuk supositoria, sabun, jeli, atau krim.
Obat supositoria tersedia dalam bungkus satuan dan dikemas
dalam pembungkus timah. Penyimpanan di lemari es mencegah obat
sipositoria padat berbentuk oval meleleh. Obat sipositoria diberikan
dengan tangan yang dibungkus sarung tangan. Setelah obat sipositoria
di masukkan ke dalam rongga vagina, suhu tubuh akan membuat obat
meleleh, didistribusikan dan diabsorpsi.
Sabun, jeli dan krim diberikan dengan alat untuk memasukkan
obat ( inserter ) atau aplikator.
Klien sering kali memilih untuk memberikan sendiri obat
vaginanya, sehingga ia harus diberi privasi. Setelah memasukkan obat,
klien mungkin berharap untuk memakai pembalut perinium untuk

7
menampung drainase yang berlebihan. Karena obat vagina seringkali
diberikan untuk mengobati infeksi. Setiap rabas yang ke luar mungkin
berbau busuk. Teknik aseptik yang benar harus diikuti dan klien harus
sering ditawari kesempatan untuk mempertahankan higiene perineum.
f) Pemberian Obat Topical Pada Area Rectum
Pemberian obat pada area rectum adalah pemberian obat
melalui anus. Obat terctum dapat berbentuk obat supositoria rektal.
Supositorial rektal dengan supositorial vagina berbeda. Bentuk
supositorial rektal lebih tipis dan bulat.
Bentuk obat yang ujungnya bulat ( rounded end ) mencegah
trauma anal ketika obat dimasukkan. Obat supositoria rektal
mengandung obat yang memberikan efek lokal, misalnya
meningkatkan defekasi atau efek sistemik, misalnya mengurangi rasa
mual dan menurunkan suhu tubuh. Obat ini khususnya bermanfaat
ketika klien tidak dapaat menoleransi obat oral. Obat supositoria rektal
disimpan di dalam lemari es sebelum diberikan.
Selama memberikan obat perawat harus memasukkan obat
supositoria melewati sfingter anal dalam dan menyentuh mukosa
rektal. Kslau tidak demikian, obat supositoria dapat keluar sebelum
obat tersebut larut dan diabsorpsi mukosa. Dengan berlatih, perawat
belajar mengenali sensasi ketika sfingter berelaksasi mengelilingi jari.
Obat supositoria tidak boleh dipaksa masuk ke dalam massa atau
materi feses. Penting untuk membersihkan rektum dengan enema
pembersih kecil sebelum supositoria dapat dimasukkan.

2.4 Pemberian Obat Melalui Vagina


Vagina adalah saluran yang dindingnya dilapisi oleh membran mukosa dan
membentang dari serviks uteri hingga valua dinding vagina normalnya berwarna
merah mudah dan bebas dari rabas dan lesi. Tujuan pemberian obat pada vagina atau
vulva hygiene adalah sebagai berikut :

8
a) Untuk mengobati infeksi pada vagina.
b) Untuk menghilangkan nyeri,rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina.
c) Untuk mengurangi peradangan pada vagina.
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien
wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus
istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, section
caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang
dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat. Meskipun
ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan sehat, daerah-daerah yang tertekan
tetap memerlukan perhatian serta perawatan protektif.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya daerah
perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang
disediakan khusus untuk keperluan tersebut. Penggantian tampon harus sering
dilakukan, sedikitnya sesudah pencucian perineum dan setiap kali sehabis ke
belakang atau sehabis menggunakan pispot
Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan,
yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak
didepan simpisis pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang
membentuk vulva, labia minora, dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris,
sebuah jaringan eriktil yang serupa dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian
yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya


infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau
aborsi.Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

 Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu

9
pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton,
2002).
 Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk
memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala
bayi (Eisenberg, A., 1996). Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada
perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini
dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala
janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal,
kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat
dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai
keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini
dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Terdapat beberapa tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam
proses persalinan yaitu :
 Episiotomi medial.
 Episiotomi mediolateral.

2.5 Pemberian Obat Melalui Irigasi


Pmberian obat melalui irigasi adalah pemberian obat yang digunakan untuk
mengirigasi atau mencuci rongga tubuh dan diangkut melalui aliran larutan. Irigasi
paling sering dilakukan adalah adalah menggunakan air steril, salin atau larutan
antiseptik pada mata, telinga, tenggorokan, vagina dan saluran kemih. Apabila ada
luka pada kulit atau mukosa, perawat menggunakan teknik antiseptik untuki
melakukan irigasi. Apabila rongga yang akan diirigasi tidak steril, misalnya saluran
telinga, vagina atau mata, dapat digunakan teknik bersih.
Di lingkungan perawatan kesehatan, bagaimanapun, larutan steril digunakan.
Irigasi dapat digunakan untuk membersihkan suatu area atau untuk memberikan obat

10
atau kompres panas atau dingin ke jaringan yang cedera. Saat melakukan irigasi,
perawat mengikuti prinsip-prinsip berikut :
 Hindari cedera lebih lanjut pada jaringan.
 Mencegan penularan infeksi.
 Mempertahankan kenyamanan klien.
Pmberian obat melalui irigasi dibedakan menjadi 3 yaitu melalui mata, telinga dan
vagina.

a) Irigasi Mata
Irigasi mata adalah suatu cara untuk membersihkan dan atau
mengeluarkan benda asing dari mata. Irigasi mata diberikan untuk
mengaluarkan sekret atau kotoran dan benda asing dan zat kimia dari
mata.  Larutan garam fisiologis atau RL biasa dipergunakan karena
merupakan larutan isotonik yang tidak merubah komposisi elektrolit yang
diperlukan mata.  Bila hanya memerlukan sedikit cairan, kapas steril dapat
dipergunakan untuk meneteskan cairan kedalam mata.
Tujuan tindakan irigasi mata adalah sebagai berikut :
 Untuk membersihkan atau mengeluarkan sekret dari selaput
konjungtiva.
 Untuk memnggangkat benda asing atau mengirigasi bahan imia dari
mata.
 Untuk pemberian antispetik.
 Untuk memngurangi odema atau rasa tidak nyaman dengan
menggunakan
cairan hangat atau dingin.
 Untuk melembabkan permukaan mata pasien tidak sadar.
Indikasi dan kontraindikasi dari pemberian obat mata secara irigasi
adalah sebagai berikut :
 Cedera kimiawi pada mata .
 Masukknya benda asing dalam mata.

11
 Inflamasi mata kontraindikasi : Luka karena tusukan/perforasi mata.

Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi saat pemberian obat mata


secara irigasi adalah sebagai berikut :
 Kemungkinan terjadi cedera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan
dengan tidak hati-hati dan lembut.
 Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terjadi infeksi.
 Abrasi kornea atau kongjungtiva.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika pemberian obat mata secara
irigasi adalah sebagai berikut :
 Kemungkinan terjadi cidera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan
dengan tidak hati-hati dan lembut.
 Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terdapat infeksi.
 Cairan tidak boleh disemprotkan terlalu keras.
 Obat yang diberikan harus sesuai dengan program pengobatan.
b) Irigasi Telinga
Irigasi telinga adalah proses pembilasan saluran telinga eksternal
dengan air steril atau saline steril. Hal ini digunakan untuk mengobati pasien
yang mengeluh benda asing atau cerumen ( lilin telinga ) impakasi. Dengan
metode irigasi kotoran di dalam telinga dapat dibersihkan atau dikeluarkan
benda asingnya dalam telinga. Maka dari itu sikap kita harus waspada, teliti,
dan empati.
 Indikasi irigasi telinga adalah sebagai berikut :
 Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing
dari kanal audiotory eksternal.
 Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan
larutan antiseptic.
 Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory
eksternal.

12
 Kontra indikasi irigasi telinga adalah sebagai berikut :
 Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh ( injurie
sekunder, pembedahan, miringitomi ).
 Terjadi komplikasi sebelum irigasi.

 Termperatur yang ekstrim panas dapat menyebabkan


pusing, mual dan muntah.
 Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan
sayuran ( kacang ), jangan diirigasi karena bahan tersebut
mengembang dan sulit dikeluarkan.
 Komplikasi yang dapat terjadi pada pemberian obat irigasi telinga
adalah sebagai berikut :
 Reptur membran timpani.

 Kehilangan pendengaran.

 Trauma/injury kanal telinga dalam.

 Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur.


c) Irigasi vagina
Irigasi vagina adalah cara pemberian obat dengan memesukkan obat
melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan terapi obat dan mengobati
saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan
suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.
Tujuan Pemberian Obat Pervaginaan adalah sebagai berikut :
 Mengobati infeksi pada vagina.

 Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada


vagina.
 Mengurangi peradangan.
Indikasi dan Kontraindikasi dari pemberian obat vagina secara irigasi
adalah sebagai berikut :

13
 Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena
berbagai etiologi, ektropia dan parsio dan serviks. Servik sebagai
hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi
uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka
akibat penggunaan instrument ginekologi untuk mempercepat proses
penyembuhan setelah electron koagulasi.
 Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan
hipersensitif atau alergi.
Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Pervaginam adalah sebagai
berikut :
 Keuntungan
- Proses penyembuhan lebih cepat.
- Dapat mengobati infeksi pada vagina.
- Dapat mengurangi peradangan.
 Kerugiannya
- Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan
dalam
vagina berupa bau dan rasa tidak nyaman.
2.6 Pemberian Obat Melalui Inhalasi

Inhalasi merupakan alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup
agar dapat berlangsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Alat
ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernapasan yang
akut maupun kronis, misalnya pada penyakit asma.
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
kepada pasien yang sakit langsung melalui alat pernapasannya
( hidung, ke paru-paru ).

14
Terapi inhlasi merupakan teknik pemberian obat yang praktis dan langsung ke
targen organ. Terapi inhalasi menghantarkan obat dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Banyak alat ( devices ) dikembangkan dalam terapi inhaslasi.
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas
dari saluran napas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek yang hampir sama
cepatnya dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Cara
pemberian ini dilakukan untuk obat-obat berupa gas ( obat anastetik ) atau obat yang
dapat di dispersi dalam suatu eorosol.
Obat diberikan dengan inhalasi akan terdispersi melalui aerosol semprot, asap
atau bubuk sehingga dapat masuk ke saluran napas. Jaringan alverokapiler menyerap
obat dengan cepat. Inhaler dosis terukur (metered-dose-inhaler/MDI) dan inhaler
bubuk kering ( Dry Power Inhaler / DPIs ) biasanya memiliki efek lokal seperti dilate
bronkus. Namun, beberapa obat dapat menyebabkan efek sistemik yang serius.
Penerimaan obat memalui inhalasi biasanya memiliki penyakit pernapasan
kronis seperti asma kronis, emfisema atau bronchitis, masing-masing masalah
pernapasan memerlukan obat inhlasi yang berbeda-beda. Contohnya klien dengan
penyakit asma biasanya menerima obat antimfamasi karena asma merupakan
penyakit inflamasi. Sedangkan klien dengan penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK )
menerima brokokostriks.
Obat inhlasi juga sering disebut obat darurat atau perbaikan. Obat darurat
berupa obat dengan waktu keja cepat diberikan untuk mengatasi kesulitan pernapasan
akut. Sedangakn inhaler perbaikan digunakan sehari-hari untuk mencegah timbulnya
serangan akut. Efek dari inhaler perbaikan dimulai dalam hitungan jam dan bertahan
dalam waktu yang lama dibandingkan dengan efek inhaler darurat.
Tujuan dari pengobatan secara inhalasi adalah sebagai berikut :
 Bermanfaat pada keadaan segera dan untuk menghindari efek sistemik yang
ditimbulkan.
 Untuk mengatasi bronkospasme, mengencerkan sputum, menurunkan
hipersensitivitas bronkus dan mengatasi infeksi.

15
 Pada penyakit asma inhalasi digunakan untuk mengurangi efek samping yang
sering terjadi akibat pemberian obat secara parenteral atau oral, karena
dosisnya sangat kecil dibandingkan dengan yang lainnya.
Macam-macam inhalasi
1. Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer
Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan
mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal
ini mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini
berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm,
atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan
spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
Cara Penggunaan :
1.  Lepaskan penutup aerosol.
2. Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian kocok

seperti gambar.
3. Ekspirasi maksimal. Semakin banyak udara yang dihembuskan, semakin
dalam obat dapat dihirup.
4. Letakkan mouthpiece di antara kedua bibir, katupkan kedua bibir kuat-kuat
5. Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal inspirasi, tekan MDI seperti
pada gambar. Lanjutkan inspirasi anda   selambat dan sedalam mungkin.
6. Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat dapat bekerja
7. Keluarkan nafas secara perlahan
8. Kumur setelah pemakaian (mengurangi ES stomatitis)
2. Dry Powder Inhaler (DPI)
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan
hirupan yang cukup kuat.Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan.Pada
anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena
kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI.Deposisi (penyimpanan)

16
obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan.Sehingga
dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.
Cara Penggunaannya :
1.    Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak mungkin.
2.    Ambillah inhaler, kemudian kocok.
3.    Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak dibagian
bawah
4.    Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut
(jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut
inhaler).
5.   Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan
dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler
adalah waktu yang penting bagi obat untuk bekerja secara efektif)
6.   Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak
membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh).
7.   Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi
seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter
8.   Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek
samping yang mungkin terjadi.Pengobatan asma harus dilakukan secara
tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang timbul. Pengobatan asma
memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan dokternya. Oleh
karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lengkap
tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara
pakai dan efek samping yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga
menghindari faktor yang menjadi penyebab timbulnya asma. Selain itu,
pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma kemanapun dia

pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta mengecek tanggal


kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari
kualitas hidup pasien semakin meningkat.

17
3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga dalam prakteknya dikenal 2
jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer. Hasil
pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer
yang digunakan.           
Nebulizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada
juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita
melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak terbuang. Keuntungan terapi
inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit memerlukan
koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal, beberapa jenis obat
dapat dicampur (misalnya salbutamol dan natrium
kromoglikat).Kekurangannya adalah karena alat cukup besar, memerlukan
sumber tenaga listrik dan relatif mahal.
PROSEDUR PERAWATAN DENGAN NEBULIZER
1. Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk
beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .
2.   Sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan
subun kemudian keringkan.
3.   Hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan
perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
4.   Pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
5. Hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
6.    Nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
7.    Duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8.   Apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan
nyaman pada bagian wajah.
9.   Apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan
lidah.

18
10. Bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam

dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.


11. Lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).
12. Apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan
istirahat selama kurang lebih 5 menit.
Kelebihan dan kekurangan dari pemakaian inhalasi adalah sebagai berikut:
 Kelebihannya
 Efektif
 Kerjanya lebih cepat pada organ targetnya.
 Dosisnya lebih kecil.
 Efek sampingnya kecil.
 Kekurannya
 Obat relatif mahal.
 Penggunaan obat ini harus dalam pengawasan dokter karena jika tidak
akan menimbulkan iritasi mulut dan gangguan pernapasan.

2.7 Pemberian Obat Melalui Supositoria


Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk
dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina)
atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran
solid yang mengandung obat.
Suppositoria rektal akan hancur atau larut dalam suhu tubuh, dan akan
menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah (rektum), dimana disana ia akan
diserap oleh aliran darah.Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagia
alternatif dari obat-obat oral (misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi
obat melalui mulut). Obat ini mudah diserap di dalam rektum karena rektum kaya
akan pembuluh darah.
Terdapat beberapa bentuk suppositoria diantaranya sebagai berikut:
1. suppositoria vagina

19
Suppositoria vagina lebih bervariasi dalam bentuk dan biasanya globular
oval dan bentuk  kerucut dimodifikasi. Digambarkan dengan bobot sekitar 5 gr, tetapi
kebanyakan suppositoria vagina komersil menunjukkan berbagai bobot antara 3 dan 4
gram dan beberapa bobotnya sampai 8 gr. Suppositoria vagina digunakan terutama
untuk efek lokal, walaupun harus tetap diingat bahwa  permukaan epitel mukus dalam
saluran vagina terisi dengan sirkulasi jadi obat dapat diabsorpsi dan mempunyai efek
sistemik.
Suppositoria Vagina dimaksudkan disisipkan untuk efek lokal dan
umumnya sebagai kontrasepsi , antiseptik dalam kebersihan kewanitaan dan sebagai
bahan spesifik untuk menghadapi invasi patogen. Umumnya kebanyakan obat yang
digunakan adalah nonoxynol-9 untuk kontrapsi dan trichomonas vaginalis untuk
menghambat vaginitas karena trichomonas vaginalis,candida (monilia) albinalis.
suppositoria vagina dapat juga dibuat melalui proses seperti pembuatan tablet, dimana
memanfaatkan laktosa dalam jumlah banyak . Tablet ini dapat disisipkan secara
manual atau menggunakan alat penyisip plastik yang spesial. Pencelupan tablet
kedalam air memfasilitasi penyisipan. Seringkali serbuk kering seperti asam borat
didispersikan kedalam kapsul besar untuk penyisipan kedalam vagina.
Diantara bahan anti-infeksi ditemukan sediaan bahan komersial sediaan
vagina seperti nystatin , clotirmazole , butocona zole nitrat , terconazole dan
miconazole (anti fungi) dan triple sulfat (tri sulfat),sulfanilamid, povidone lodine ,
clindamycin fosfat, metronidazole dan ovyletracylcine (anti bakteri).
2. Suppositoria Uretra
Suppositoria uretra adalah bentuk yang paling sering digunakan ini adalah
batang silinder , berdiameter 3-6 mm, fleksibel cukup untuk dimasukkan. Untuk
uretra pria panjangnya 100-150 mm dan untuk wanita 60-75 mm.
Suppositoria Uretra banyak digunakan sebagai antibakteri dan sebagai
sediaan anastetik lokal untuk pemeriksaan uretra. Pelabelan dan pengemasan
suppositoria pada temperatur kamar tetapi menempatkan suppositoria dalam kulkas
untuk memastikan waktu yang cukup untuk penyisipan ini harus selalu dibasahkan.
3. Suppositoria Rectal

20
Suppositoria rektal biasanya panjangnya sekitar 32 mm (1½ inchi),
bentuk silinder dan salah satu atau keduanya runcing. Beberapa suppositoria
mempunyai bentuk seperti peluru, torpedo atau jari kecil. Bergantung pada kerapatan
dari basis dan zat obat yang ada dalam suppositoria, bobot suppositoria rektal dapat
bervariasi. Suppositoria dewasa berkisar antara 2 gr jika lemak coklat yang digunakan
sebagai basis suppositoria. Suppositoria rektal untuk balita dan anak-anak sekitar
setengah dari  bobot dan ukuran suppositoria dewasa dan lebih mirip bentuk pensil.
Suppositoria rektal digunakan untuk efek lokal banyak digunakan untuk
membesarkan dari sakit pada konstipasi, radiasi, gatal, dan agen inflamasi dengan
hemoroid atau dengan kondisi anorektal  lainnya. Suppositoria antihemoroid biasanya
mengandung komponen anastetik, vasokontriktor, astrigents, analgesik,dan agen
pencegah.
Keuntungan penggunaan suppositoria dibanding penggunaan obat per oral atau
melalui saluran pencernaan  adalah :
 Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung.
 Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
 Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat
memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
 Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Anief, 2004)
Tujuan penggunaan suppositoria yaitu :
 Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit
infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik
karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan
terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti pada
pasien yang mudah muntah atau pingsan.
 Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat
karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam
sirkulasi pembuluh darah.

21
 Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni,
2005).

22
BAB III

STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)


KONSEP TEORI TINDKAN MEDIKASI:

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OBAT


MELALUI OPTALMIK
Pengertian Suatu tindakan memberikan obat dengan cara meneteskan atau
mengoleskan obat pada mata.
Tujuan Melaksanakan tindakan pengobatan mata sesuai dengan program
pengoatan.
Ya Tidak
Procedure perawat Persiapan Alat dan Bahan :
1. Obat dalam tempatnya ( tetes steril ).
2. Kain kassa.
3. Kertas tissue.
4. Balutan.
5. Sarung tangan
Persiapan pasien
1. Memberi salam, perkenalan nama perawat dan
sapa nama klien
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan
prosedure dan tindakan yang akan didilakukan.
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan.
3. Miringkan kepala ke belakang denga
lembut, tekan jari anda pada kulit tepat di
bawah.
4. Tarik kelopak mata bawah untuk membuat
spasi.

23
5. Teteskan obat.
6. Lepaskan kelopak mata dengan lembut.
7. Anjurkan klien menutup mata beberapa
menit agar obat menyerap.
8. Lepaskan sarung tangan.
9. Cuci tangan.
10. Dokumentasi ( catat prosedur dan respon
klien ).
11. Untu menjaga obat bebas dari kuman,
jangan menyentuh ujung aplikator
permukaan obat dan jaga wadah tertutup
rapat.

24
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT
Pengertian Suatu tindakan memberikan obat secara lokal pada kulit.
Tujuan untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
Ya Tidak
Persiapan 1) Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol,
Alat bubuk, pray).
2) Buku obat.
3) Kassa kecil steril ( sesuai kebutuhan ).
4) Sarung tangan.
5) Lidi kapas / tongue spatel.
6) Baskom dengan air hangat, handuk, waslap, dan sabun
basah.
7) Kassa balutan, penutup plastik dan plester ( sesuai
kebutuhan ).

Persiapan 1) Memberikan salam, perkenalkan nama perawat dan sapa


Pasien nama klien.
2) Memberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur
tindakan pemberian obat pada kulit.

Prosedur 1) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya


Pelaksanan kerja dan tempat pemberian.
2) Cuci tangan kemudian memakai sarung tangan.
3) Atur peralatan disamping tempat tidur klien.
4) Tutup gorden atau pintu ruangan.
5) Identifikasi klien secara tepat.
6) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya
membuka area yang akan diberi obat.
7) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua

25
debris dan kerak pada kulit.
8) Keringkan atau biarkan area kering oleh udara.
9) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen
topical.
10) Gunakan sarung tangan bila ada indikasi.
11) Oleskan agen topical :
a. Krim, salep dan losion yang mengandung minyak.
- Letakkan satu sampai dua sendok teh obat ditelapak
tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut
diantara kedua tangan.
- Usapkan merata diatas permukaan kulit , lakukan
gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
- Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa
berminyak setelah pemberian
b. Lotion mengandung suspensi
- Kocok wadah dengan kuat
- Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau
balutan kecil
- Jelaskan pada klien area akan terasa dingin dan kering
c. Bubuk
- pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
meneyeluruh
- Rengangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti
diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
- Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
d. Spray aerosol
- Kocok wadah dengan keras
- Baca label untuk jarak yang di anjurkan untuk
memegang spray menjauhi area ( biasanya 15-30 cm )
- Bila leher atau bagian dada harus disemprot, minta

26
klien untuk memalingkan wajah dari arah spray
- Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian
yang sakit
- Rapihkan kembali alat – alat yang masih dipakai,
Buang peralatan yang sudah digunakan pada tempat
yang sesuai .
Unit Perawat
terkait b

27
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
TOPIKAL PADA MATA
Pengertian Suatu tinadakan memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep
Tujuan 1. Unutuk mengobati gangguan mata

2. Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata

3. Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi


mata

4. Untuk mencegah kekeringan pada mata

Procedure perawat Persiapan Alat dan Bahan:


1. Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube
(tergantung jenis sediaan obat )

2. Buku obat

3. Bola kapas kering steril (stuppers)

4. Bola kapas basah (normal salin) steril

5. Waskom cuci dengan air hangat

6. Penutup mata (bila perlu )

7. Sarung tangan

Persiapan pasien
1. Memberi salam, perkenalan nama perawat dan sapa
nama klien
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan procedure dan
tindakan yang akan didilakukan
Pelaksanaan :
1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya
kerja dan tempat pemberian

28
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan

3. Identifikasi klien secara tepat

4. Jelaskan procedure pengobatan dengan tepat

5. Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan


hiperektens leher

6. Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari


dalam keluar

7. Minta klien untuk melihat ke langit – langit

8. Oleskan agen topikal :

a. Obat tetes mata

 Dengan tangan anda dominan di dahi klien,


pegang penetes mata yang terisi obat kurang
lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inci) diatas sacus
konjungtiva. Sementara jari tangan non dominan
menarik kelopak mata kebawah

 Teteskan sejumlah obat yang diresepkan


kedalam sacus konjungtiva. Sacus konjungtiva
normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat
tetes ke dalam sacus memberikan penyebaran
obat yang merata di seluruh mata

 Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila


tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak mata,
ulangi prosedur

 Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk


menutup mata dengan perlahaan

29
 Berikan ekanan yang lembut pada duktus
nasolakrimal klien selama 30-60 detik

b. Salep mata

 Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak


mata, pencet tube sehingga memberikan aliran
tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah
pada konjungtiva

 Minta klien untuk melihat kebawah

 Membuka kelopak mata atas

 Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas


pada konjungtiva bagian dalam

9. Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok


kelopak mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler
menggunakan bola kapas

10. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan


perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus

11. Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup


mata yang bersih diatas pada mata yang sakit sehingga
seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa
memberikan penekanan pada mata

12. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang


peralatan yang sudah tidak terpakai

13. Dokumentasikan

(Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan


mata (kiri, kanan atau kedua duanya) yang menerima obat )

30
31
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
TOPIKAL TETES TELINGA
Pengertian Suatu tindakan memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal,
dalam bentuk cair
Tujuan 1. Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan,
membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga
eksternal)

2. Menghilangkan nyeri

3. Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil

Ya Tidak
Prosedur perawat Persiapan Alat dan Bahan :
1. Botol obat dengan penetes steril

2. Buku obat

3. Cotton bad

4. Normal salin

5. Sarung tangan

Persiapan pasien :
1. Memberi salam, perkenalan nama perawat
dan sapa nama klien
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan
procedure dan tindakan yang akan
didilakukan
Pelaksanaan :
1. Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah
dan dosis serta pada telinga bagian mana
obat harus diberikan

2. Sediakan asisten bila diperlukan, untuk


mencegah cidera pada bayi dan anak

32
kecil

3. Atur posisi klien miring kesamping (side


lying) dengan telinga yang akan diobati
pada bagian atas

4. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga

a. Gunakan sarung tangan bila dicurigai


ada infeksi

b. Dengan menggunakan cotton bud


yang dibasahi cairan, bersihkan daun
telinga dan meatus auditory

5. Hangatkan obat dengan tangan anda atau


rendam obat ke dalam air hangat dalam
waktu yang singkat

6. Tarik daun telinga keatas dan kebelakang


(untuk dewasa dan anak-anak diatas 3
tahun), tarik daun telinga kebawah dan
kebelakang (bayi)

7. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat


sepanjang sisi kanal telinga

8. Berikan penekanan yang lembut beberapa


kali pada tragus telinga

9. Minta klien untuk tetap berada pada


posisi miring selama 5 menit

10. Kaji respon klien


Kaji pada karakter dan jumlah
pengeluaran, adanya ketidaknyamanan

33
dan lain sebagainya. Lakukan segera
setelah obat dimasukkan dan ulangi pada
saat efek obat telah bekerja

11. Rapikan alat dan buang peralatan yang


sudah tidak dipakai

12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

13. Dokumentasikan

STANDAR OPERASIONAL PEMBERIAN OBAT TOPICAL


TETES HIDUNG
Pengertian Suatu tindakan Memberikan obat tetes melalui hidung
Tujuan 1. Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari

34
hidung

2. Untuk mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus


Ya Tidak
Procedure perawat Persiapan Alat dan Bahan :
1. Botol obat dengan penates steril

2. Buku obat

3. Sarung tangan

Pelaksanaan :
1. Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah
dan dosis serta pada telinga bagian mana
obat harus diberikan

2. Siapkan klien

 Identifikasi klien dengan tepat dan


tanyakan namanya

 Sediakan asisten bila diperlukan,


untuk mencegah cidera pada
bayi dan anak kecil

 Atur posisi klien berbaring


supinasi dengankepala
hiperekstensi diatas bantal
(untuk pengobatan sinus ethmoid
dan sphenoid) atau posisi
supinasi dengan kepala
hiperektensi dan miring
kesamping (untuk pengobatan
sinus maksilaris dan frontal)

35
3. Bersihkan lubang telinga

4. Gunakan sarung tangan bila dicurigai


ada infeksi

5. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat


pada bagian tengah konka superior
tulang etmoidalis

6. Minta klien untuk tetap berada pada


posisi ini selama 1 menit

7. Kaji respon klien


Kaji pada karakter dan jumlah
pengeluaran, adanya ketidaknyamanan
dan lain sebagainya. Lakukan segera
setelah obat dimasukkan dan ulangi
pada saat efek obat telah bekerja

8. Rapikan alat dan buang peralatan yang


sudah tidak dipakai

9. Dokumentasikan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMBERIAN OBAT TOPIKAL
MELALUI VAGINA
Pengertian Suatu tindakan memberikan sejumlah obat ke dalam vagina
Tujuan 1. Untuk mengobati infeksi pada vagina

36
2. Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan
ketidaknyamanan pada vagina

3. Untuk mengurangi peradangan


ya Tidak
Procedure perawat Persiapan Alat dan Bahan :
1. Obat sesuai yang diperlukan (cream, jelly,
foam, atau suppositoria)

2. Aplikator untuk krim vagina

3. Pelumas untuk suppositoria

4. Sarung tangan

5. Pembalut

6. Handuk

7. Korden /pembatas/sketsel

Pelaksanaan :
1. Cek kembali order pengobatan, mengenai
jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis

2. Siapkan klien

a. Identifikasi klien dengan tepat dan


tanyakan namanya

b. Jaga privasi, dan mintalah klien untuk


berkemih terlebih dahulu

c. Atur posisi klien berbaring supinasi


dengan kaki fleksi dan pinggul
supinasi eksterna

3. Tutup dengan selimut mandi dan ekspose

37
hanya pada area perineal saja

4. Pakai sarung tangan

5. Inpeksi orifisium vagina, catat adanya


pengeluaran, bau atau rasa yang tidak
nyaman

6. Lakukan tindakan perawatan perineum

a. Supositoria

1. Buka bungkus alumunium foil


supositoria dan oleskan
sejumlah pelumas yang larut
dalam air pada ujung
supositoria yang bulat dan
halus. Lumaskan jari telunjuk
yang telah dipasang sarung
tangan dari tangan dominan

2. Dengan tangan non dominan


yang sudah terpasang sarung
tangan, regangkan lipatan labia

3. Masukkan suppositoria sekitar


8-10 cm sepanjang dinding
vagina posterior.

4. Tarik jari tangan dan bersihkan


pelumas yang tersisa sekitar
orifisium dan labia

5. Mintalah klien untuk tetap


berada pada posisi tersebut
selama 5-10 menit setelah

38
insersi

b. Krim , vagina, jelly atau foam

1. Isi aplikator, ikuti petunjuk


yang tertera pada kemasan

2. Regangkan lipatan labia


secara perlahan dengan
tangan non dominan yang
memakai sarung tangan

3. Dengan tangan dominan


yang telah memakai sarung
tangan, masukkan aplikatot
ke dalam vagina sekitar 5
cm. Dorong penarik
aplikator untuk
mengeluarkan obat hingga
aplikator kosong.

4. Tarik aplikator dan letakkan


diatas handuk. Bersihkan
sisa kream pada labia dan
orifisium vagina

5. Buang aplikator atau


bersihkan kembali sesuai
dengan petunjuk
penggunaan dari pabriknya

6. Instruksikan klien untuk


tetap berada pada posisi
semula selama 5-10 menit

39
6. Lapaskan sarung tangan dan
buang ke tempat yang sesuai

7. Cuci tangan

8. Kaji respon

9. Dokumentasi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OBAT


MELALUI REKTUM
Pengertian Suatu tindakan memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
anus dan rektum, yang melewati spinkter ani eksterna.
Tujuan Untuk memberikan efek lokal dan sistemik ( melunakkan feses dan
memperlancar defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
Ya Tidak
Prosedur Persiapan Alat dan Bahan :
perawat 1. Obat sesuai ysngdiperlukan: suppositoria, krim,
jelly atau foam di tempatnya.

40
2. Aplikator ( untuk sediaan bukan suppositoria )
3. Pelumas / vaselin / jelly .
4. Sarung tangan
5. Kain kasa
6. Kertas tissue
7. Bak instrumen
8. Bengkok
9. Pengalas
Persiapan :
1. Mengidentifikasi klien dengan tepat ( nama klien,
obat, waktu, dosis dan cara ).
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.
3. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu.
4. Menjaga privasi klien: menutup jendela, korden
dan memasang sampiran atau sketsel apabila
diperlukan.
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan
untuk keluar ruangan.
6. Atur posisi klien berbaring, posisi sims dengan
tungkai bagian atas fleksi ke depan.
7. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose
hanya pada area parineal.
Prosedur tindakan :
1. Cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan.
3. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain
kasa ( apabila obat dalam bentuk selain
suppositoria, maka masukkan obat dalam
aplikator sesuai dosis ).
4. Oleskan ujung pada aplikator / obat suppositoria

41
dengan pelicin.
5. Minta klien untuk tarik napas dalam untuk
merelaksasikan sfingter ani.
6. Regangan glutea denfan tangan kiri, kemudian
masukkan aplikator /suppositoria dengan
perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan
mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada
orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan
daerah sekitar anal dengan tissue.
8. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang
atau miring selama kurang lebih 5 menit.
9. Jika suppositoria mengandung laktosit ( pelunak
feses ), maka siapkan pispot dan bantu ke kamar
mandi jika efek laksatifnya mulai bekerja.
10. Setelah selesai lepaskan sarung tangan.
11. Cuci tangan
12. Kaji respon klien.
13. Dokumentasikan ( catat obat, jumlah dosis, dan
cara pemberian ).

42
STANDAR OPERASIONAL IRIGASI MATA

Pengertian Tindakan membersihkan mata atau bola mata dengan air yang mengalir

Tujuan Untuk membersihkan / mengeluarkan benda asing dalam mata

Ya Tidak

Prosedur Persiapan Alat dan Bahan :


perawat 1. Handscon bersih
2. Anestasi topical (bila perlu)
3. Cairan irigasi steril (biasanya normal saline) dengan
kanula

4. Plester katun
5. Retractor desmares (bila ada)

43
6. Kasa secukupnya
7. Bengkok
8. Handuk atau laken untuk menutupi pakaian pasien
Pelaksanaan :
1. Siapkan peralatan
2. Identifikasi pasien
3. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien
4. Cuci tangan dan Pakai sarung tangan
5. Tutupi pasien dengan handuk atau laken
6. Miringkan pasien kea rah lateral mata yang akan di
irigasi, pasang bengkok

7. Bila perlu teteskan anastesi topical, gunakan retractor


desmares untuk membuka kelopak mata harus ditahan
agar tetap terbuka, gunakan kasa.

8. Untuk menahan kelopak mata tetap terbuka, berikan


tekanan pada tulang prominen pada alis dan pipi, tidak
pada bola mata

9. Arahkan jatuhnya aliran irigasi langsung diatas cela


kelopak mata bagian masal (kantus), dari dalam katus
keluar arah katus

10. Biasanya digunakan 1 liter cairan dengan cepat untuk


cidera mata karena asam

11. Biasanya digunakan 2 liter cairan untuk cidera karena


alkali pada mata

12. Keringkan bagian luar bagian mata dan daerah


sekitarnya setelah melakukan irigasi

13. Bersihkan / rapikan alat-alat


14. Buka sarung tangan dan cuci tangan
15. Dokumentasikan

44
STANDAR OPERASIONAL IRIGASI TELINGA
Pengertian Tindakan suatu untuk memasukan cairan (air hangat kuku) ke dalam
telinga
Tujuan untuk membersihkan telinga atau mengeluarkan benda asing dalam
telinga.
Ya Tidak
Prosedur perawat Persiapan Alat dan Bahan :
Baki berisi alat-alat yang steril :
1. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu
37oc

2. Semprot telinga
3. Pinset telinga
4. Corong telinga
5. Pemilin telinga

45
6. Pengail telinga

Baki berisi alat-alat tidak steril

1. Bengkok 1 buah
2. Perlak dan alasnya
3. Lampu spiritus
4. Lampu kepala
5. Kapas dan tempatnya
6. Ember kotoran
Pelaksanaan :

1. Dekatkan alat-alat pada klien


2. Jelaskan tindakan apa yang akan
dilakukan kepada klien

3. Posisikan klien duduk. bila klien adalah


anak kecil, harus dipangku sambil
dipegang kepalanya

4. Pasang perlak dan alasnya pada bahu


dibawah telinga yang akan dibersihkan

5. Pasang lampu kepala


6. Perawat mencuci tangan dan memakai
sarung tangan

7. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas,


memakai pemilin kapas yang telah di
flamber terlebih dahulu

8. Berikan bengkok kepada pasien dan


minta kerja sama pasien untuk memegang
bengkok dengan posisi dibawah telinga

9. Hisaplah cairan dengan menggunakan


semprotan dan keluarkan udara dari

46
semprotan

10. Tariklah daun telinga klien ke atas


kemudian kebelakang dan dengan tangan
yang lain perawat memancarkan cairan ke
dinding atas dari liang telinga
(penyemprotan cairan harus perlahan-
lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas
liang telinga)

11. Apabila sudah bersih, keringkan daun


telinga dengan kapas yang telah dipilin
dan di flamber

12. Lihat atau periksa kembali liang telinga


klien apakah sudah bersih atau belum
dengan menggunakan corong telinga

13. Bersihkan / rapikan alat-alat dan buang


alat yang sudah tidak terpakai

14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan


15. Dokumentasikan

47
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tindakan medikasi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dokter, perawat
atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan obat kepada pasien dengan
tujuannya adalah sebagai pengobatan, penyembuhan, pemulihan atau pencegahan
gangguan kesehatan.
Medikasi dapat berupa resep, tanpa resep ( over-the-counter ) atau persiapan
komplementer.
Pada tatanan pelayanan akut, perawat juga memastikan bahwa klien disiapkan
untuk melaksakan pemberian obat secara mandiri ketika keluar dari rumah sakit.
Selain itu, perawat mengajarkan klien tentang obat dan efek sampingnya, mendorong
klien untuk mematuhi pengobatan mereka dan mengawasi klien dalam pemberian

48
obat secara mandiri. Perawat juga mengkaji efek obat dalam memulihkan atau
mengembalikan kesehatannya.
Obat tersedia dalam berbagai sediaan seperti kapsul, elikser, supositoria,
salep, tampal transdermal, injeksi intramuskular dan subkutan. Bentuk dan sediaan
obat menentukan cara pemberian dan kecepatan penyerapan. Tanngung jawab dasar
perawat dalam proses pemberian obat yaitu memastikan bahwa obat tersebut
diberikan dalam bentuk sediaan yang sesuai dengan klien.

3.2 Saran

Agar pemberian medikasi dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu medikasi dengan sempurna dan pemberian medikasi ini harus
dilakukan sesuai kebutuhan klien dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Novieastari, Enie dan Supartini, Yupi. 2015. Keperawatan Dasar Manual


Keterampilan Klinis. Singapore : Elsevier.

Perry. AG & Potter, PA. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan


Praktik. Jakarta : EGC

Riyadi, Sujono, S.Kep.,M. Kes dan H. Harmoko, S.Kep., Ns. 2010. Standard
Operating Produre dalam Praktik Klinik KEPERAWATAN DASAR. Singapore :
Elsevier.

Prof. Dr. H. Ilyas Sidarta, SpM. 2004. ILMU PERAWATAN MATA. Jakarta : CV.
SAGUNG SETO.

Dr. Livoti Carol dan Topp Elizabeth. 2006. Menyingkap Takbir yang selama ini
Tersembunyi tentang VAGINA. Jakarta : PT INDEKS.

49
http://materikuliahkebidanankokom.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pemberian-obat-
melalui-inhalasi.html

https://carissaamelia.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pemberian-obat-melalui-
inhalasi.html

50

Anda mungkin juga menyukai