Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

INTERVENSI, IPMLEMENTASI, EVALUASI


DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KOMUNITAS

Disusun oleh:

Kelompok 6:

 Konstansia FlorentinaNena
 Kresensia D.Seiju

Kelas : AlihJenjang

Semester: 1

Prodi : S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang tepat pada .Makalah yang yang berjudul “Program Keperawatan Komunitas
intervensi,implementasi,evaluasi”di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep Keperawatan Komunitas Tahun Akademik 2022/2023.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Askep keperawatan komunitas. Kami
juga menyadari bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,saran dan
usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna,dengan kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan masukan,saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………11

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..111

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ………………………………………………………………………..1

1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………………………..2

1.3.Tujuan Penulisan………………………………………………………………………2

BAB 2.PEMBAHASAN

2.1. Intervensi Keperawatan………………………………………………………………3

2.1.1.Tujuan intervensi keperawatan………………………………………………………3

2.1.2.Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan…………………………………………4

2.1.3.Komponen Luaran Keperawatan…………………………………………………….5

2.1.4.Contoh intervensi keperawatan………………………………………………………8

2.1.5.Tahap Perumusan Perencanaan Keperawatan ………………………………………11

2.1.6.Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga…………………………………………..14

2.1.7.Metode Merumuskan rencana tindakan keperawatan ……………………………..17

2.1.8.Tingkat Pencegahan Intervensi Keperawatan………………………………………19

3.1. Implementasi Keperawatan

3.1.1.Pengertian implementasi keperawatan…………………………………………… 21

3.1.2.Tahap tindakan keperawatan keluarga……………………………………………22

3.1.3.Kategori Tindakan Keperawatan………………………………………………….23


4.1.Evaluasi Keperawatan

4.1. Pengertian evaluasi keperawatan……………………………………………..24

4.1.1.Tujuan Evaluasi……………………………………………………………..26

4.1.2..Proses Evaluasi………………………………………………………………27
4.1.3.Metode Dan Sumber Data Evaluasi…………………………………………..28

5.1.Proses Belajar Mengajar di Komunitas

5.1.1.Proses Belajar………………………………………………………………..30

5.1.2..MetodePendidikanKesehatanMasyarakat……………………………………34

5.1.3.Media(AlatPeraga)PendidikanKesehatanMasyarakat……………………….36

BAB 3. PENUTUP

3.1.Kesimpulan…………………………………………………………………….40

3.2.Saran……………………………………………………………………………40
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan
kesehatan masyarakat yang ditunjukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan
kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,
kelompok khusus atau masyarakat dan pelayanan tersebut mencakup spektrum pelayanan
kesehatan untuk masyarakat (Deden Dermawan, 2012, hal. 9)

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan


antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan
utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat


alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010; Irnanda,
2013).

Perencanaaan keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses


keperawatan Sebagai pedoman untuk mengarahkan Tindakan keperawatan dalam usaha
membantu,meringankan ,memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.Suatu
perencanaan yang tertulis dengan baik akan memberi petunjuk dan arti pada asuhan keperawatan
karena perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan
keperawatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang di lakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi,ke status kesehatan
yang baik.Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah realisasi dari perencanaan
keperawatan.Tujuan dari tahap ini adalah aktivitas keperawatan,untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada klien.
Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau tahap terakhir dari proses
keperawatan. Tahap evaluasi ini akan menilai keberhasilan dari tindakan yang telah
dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah kriteria hasil yang telah ditulis pada tujuan
ketika perawat menyusun perencanaan tindakan keperawatan. Evaluasi dikatakan berhasil
apabila tujuan tercapai.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksudkan dengan proses keperawatan komunitas?


2. Apa yang di maksudkan dengan intervensi keperawatan?
3. Apa yang di maksudkan dengan implementasi keperawatan?
4. Apa yang dimaksudkan dengan evaluasi keperawatan?
5. Apa tahapan dan metode dalam perumusan intervensi,implementasi dan evaluasi
keperawatan.

1.3.Tujuan Penulisan

1. Meningkatkan Pemahaman apa itu proses keperawatan komunitas


2. Perawat mampu melaksanakan intervensi keperawatan dengan baik
3. Perawat mampu melaksananakan implementasi
4. Perawat mampu melaksanakan evaluais keperawatan dengan baik
5. Perawat dapat memahamai apa tahapan dan metode dalam perumusan
intervensi,implementasi,dan evaluasi keperawatan.
BAB 111

PEMBAHASAN

2.1. Intervensi Keperawatan

2.1.1 Pengertian intervensi keperawatan

Perencanaaan keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses


keperawatan Sebagai pedoman untuk mengarahkan Tindakan keperawatan dalam usaha
membantu,meringankan ,memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.Suatu
perencanaan yang tertulis dengan baik akan memberi petunjuk dan arti pada asuhan keperawatan
karena perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan
keperawatan.

Perawat Menyusun perencanaan keperawatan berdasarkan rumusan diagnose keperawatan


yang merupakan petunjuk dalam membuat tujuan dan intervensi keperawatan untuk
mencegah,menurunkan atau mengeliminasi masalah Kesehatan klien.Perawat merencanakan
suatu Tindakan keperawatan agar dalam melakukan perawatan terhadap pasien efektif dan
efisien.Rencana asuhan keperawatan merupakan petunjuk yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana Tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya,berdasarakan diagnosis keperawatan.

2.1.2.Tujuan Perencanaan keperawatan

Menurut Dermawan(2012) tujuan rencana tindakan dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1.Tujuan Administratif

1. Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok


2. Untuk membedakan tanggung jawab perawat dan profesi Kesehatan lain
3. Untuk menyediakan suatu kriteria,guna pengulangan dan evaluasi keperawatan
2.Tujuan Klinik
1. Menyediakan suatu pedoman penulisan
2. Mengkomunikasikan dengan staf perawat,apa yang di ajarkan,apa yang di
observasi dan apa yang dilaksanakan
3. Rencana Tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu,keluarga,dan
tenaga Kesehatan lainnya untuk melaksanakan Tindakan.
Organisasi Profesi (OP) PPNI telah mengeluarkan Standar Intrvensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) pada tahun 2018 yang saat ini sedang disosialisasikan dan diterapkan dalam praktik
pelayanan keperawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.

Dalam sistem klasifikasi SIKI terdiri atas 5 kategori dan 14 subkategori. Pengklasifikasian
intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan analisis kesetaraan (similarity analysis) dan
penilaian klinis (clinical judgement).

2.1.3.Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Fisiologis Psikologis Perilaku Relasional Lingkungan


Respirasi Interaksi Sosial Keamanan &
Nyeri dan Kebersihan Diri Proteksi
Kenyamanan
Sirkulasi
Penyuluhan &
Integritas Ego Pembelajaran
Nutrisi dan
Cairan
Pertumbuhan &
Eliminasi Perkembangan

Aktivitas dan
Istirahat
Diadaptasi dari:
Neurosensori Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Reproduksi dan Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
Seksualitas (Doenges et al, 2013).

A.5 Kategori sistem Klasifikasi Lanjutan:

1. Fisiologis: InterevensiKeperawatan untuk mendukung fungsi fisik dan regulasi


homeostatik
2. Psikologis:Intervensi Keperawatan Untuk mendukung fungsi mental,proses mental dan
perilaku
3. Perilaku:Intervensi Keperawatan untuk mendukungperubahan perilaku atau gaya hidup
4. Relasisional:Intervensi Keperawatan Untuk mendukung hubungan interpersonal atau
Interaksi sosial
5. Lingkungan:Intervensi keperawatan untuk mendukung keamanan lingkungan dan
menurunkan risiko gangguankesehatan.
B.14 sub kategori sistem Klasifikasi
1. Respirasi :Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenas
2. Sirkulasi:Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi jantung dan pembuluh darah
3. Nutrisi dan Cairan:Kelompok Intervensi yang memulihkan fungsi
gastrointestinal,metabolisme dan regulasi cairan/elektrolit
4. Eliminasi:Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi eliminasi fekal dan urinaria
5. Aktifitas dan Istirahat:Kelompok intervensi yang memulihkan
muskuloskeletal,penggunaan energi serta istirahat/tidur.
6. Neurosensori:Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi dan saraf
7. Reproduksi dan Seksualita:Kelompok intervensi yang melibatkan fungsi reproduksi dan
seksualita.
8. Nyeri dan Nyaman:Kelompok intervensi yang memulihkan nyeri dan nyaman
9. Integritas EGo:Kelompok intervensi yang memulihkan kesejahteraan dengandiri sendiri
secara emosional
10. Pertumbuhan dan Perkembangan:Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi
pertumbuhan dan perkembangan.
11. Kebersihan Diri:Kelompok intervensi yang memulihkan perilaku sehat dan merawat diri.
12. .Penyuluhan dan Pembelajaran:Kelompok intervensi yang memulihkan peningkatan
pengetahuan dan perubahan perilaku.
13. .Interaksi Sosial:Kelompok intervensi yang memulihkan hubungan antar individu
danindividu dengan kelompok.
14. Keamanan dan Proteksi:Kelompok intervensi yang memulihkan keamanan dan
menurunkan risiko cedera akibat ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal.

Standar asuhan keperawatan memiliki 3 komponen utama yaitu :


1. Diagnosis Keperawatan
2. Intervensi Keperawatan
3. Luaran (outcome) keperawatan

2.1.4.Komponen Luaran Keperawatan:


1.Label
Komponen ini merupakan nama dari intervensi keperawatan yang merupakan kata kunci untuk
memperoleh informasi terkait intervensi keperawatan tersebut.
2. Ekspetasi
Ekspetasi merupakan penilaian terhadap hasil yang di harapkan tercapai.Ekspetasi
menggambarkan seperti apa kondisi,perilaku,atau persepsi pasien akan berubah setelah di
berikan intervensi keperawatan.Terdapat tiga kemungkinan ekspetasi yang di harapkan perawat
yaitu:
No Ekspetasi Defenisi Contoh Luaran

1 Meningkat Bertambah baik dalam ukuran, Pemeliharaan


jumlah maupun derajat atau kesehatan
tingkatan Manajemen Kesehatan
Tingkat p engetahuan
Tingkat k epatuhan
Status kesehatan
komunitas
Ketahanan komunitas
Proses informasi
2 Menurun Berkurang baik dalam ukuran, Tingkat ansietas
jumlah maupun derajat atau Tingkat Berduka
tingkatan Tingkat infeksi
3 Membaik Menimbulkan efek y ang lebih Eliminasi Fekal
baik, Fungsi seksual
adekuat, atau efektif. Identitas diri

Ekspetasi menurun digunakan pada Luaran negatif seperti


1. Tingkat keletihan
2. Tingkat ansietas
3. Tingkat berduka
4. Tingkat infeksi
5. Tingkat perdarahan
6. Respon alergi lokal
Ekspetasi Meningkat digunakan pada Luaran positif seperti:
1. Bersihan jalan napas
2. Curah jantung
3. Sirkulasi spontan
4. Perfusi perifer
5. Perawatan diri
6. Tingkat pengetahuan
7. Status kenyamanan
Ekspetasi membaik digunakan pada luaran yang tidak dapat diekspetasikan menurun atau
meningkat seperti:
1. Eliminasi fekal
2. Fungsi seksual
3. Identitas Diri
4. Motilitas Gastrointestinal
5. Penampilan Peran
6. Proses Pengasuhan
3.Kriteria Hasil
Kriteria hasil merupakan karakteristik pasien yang dapat di amati atau diukur oleh perawat
dan dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi
keperawatan.Berdasarkan metode pendokumentasian,maka penulisan kriteria hasil dapat
dilakukan dengan 2 metode.jika menggunakan metode pendokumentasian
manual/tulisan ,maka setiap kriteria hasil perlu dituliskan angka atau nilai yang diharapkan
untuk dicapai sedangkan jika menggunakan metode pendokumentasian berbasis
komputer,maka setiap kriteria hasil di tetapkan dalam bentuk skor dengan skala 1-5.Terdapat
3 variasi skala pemberian skor kriteria hasil:
1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Memburuk Membaik
1 2 3 4 5

Menurun Cukup Menurun Sedang Cukup Meningkat Meningkat


1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Menurun


Meningkat

Contoh metode Dokumentasi Manual / Tertulis


Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 bulan maka status kesehatan
komunitas meningkat dengan kriteria hasil:
1. Ketersediaan program promosi kesehatan meningkat
2. Partisipasi dalam kesehatan komunitas meningkat

Metode Dokumentasi Berbasis Komputer

Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 bulan maka status
kesehatan komunitas meningkat dengan kriteria hasil:
1. Ketersediaan program promosi kesehatan 5
2. Partisipasi dalam kesehatan komunitas 5
Contoh intervensi keperawatan:

Dagnosa keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria intervensi
D.0110 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengembangan kesehatan
Defisit Kesehatan Komunitas 3x24 jam diharapkan kesehatan komunitas masyarakat
Pengertian : meningkat. Observasi:
Terdapat masalah kesehatan atau  Identifikasi masalah atau
factor risiko yang dapat Kriteria Hasil: isu kesehatan dan
mengganggu kesejahteraan pada Seda Cukup mening prioritasnya
satu kelompok Menuru Cukup ng Menin kat  Identifikasi potensi atau
Luaran utama: n menur gkat asset dalam masyarakat
Status kesehatan komunitas un terkait isu yang dihadapi
Luaran tambahan:  Identifikasi kekuatan dan
Ketahanan komunitas patner dalam
Status koping komunitas 1 2 3 4 5 pengembangan
kesehatan
 Identifikasi
1. Ketersediaan program promosi kesehatan pemimpin/tokoh dalam
2. ketersediaan program proteksi kesehatan masyarakat
3. Partisipasi dalam program kesehatan komunitas Terapeutik:
4. Keikutsertaan asuransi/jaminan kesehatan  Berikan kesempatan
5. Kepatuhan terhadap standar kesehatan kepada setiap anggota
lingkungan masyarakat untuk
6. System survelensi kesehatan berpartisipasi sesuai
7. Pemantauan standar kesehatan komunitas asset yang dimiliki
Meni Cukup sedan Cukup menu  Libatkan anggota
ngkat mening g menur run masyarakat untuk
kat un meningkatkan
1 2 3 4 5 kesadaran terhadap isu
dan masalah kesehatan
8. Angka mortalitas yang dihadapi
9. Angka mortadibilitas  Libatkan masyarakat
10. Angka gangguan kesehatan mental dalam musyawarah
11. Prevalensi penyakit untuk mendefinisikan isu
12 Angka penyalahgunaan zat kesehatan dan
13. Angka penyalahgunaan alcohol mengembangkan
14. Angka kebiasaan merokok rencana kerja
15. Angka penyakit menular seksual  Libatkan masyarakat
16.Angka kelahiran preterm dalam proses
17. Angka berat badan lahir rendah perencanaan dan
18. Angka kejadian cedera implementasi serta
19. Angka kriminalitas revisinya
 Identifikasi
pemimpin/tokoh dalam
masyarakat
 Libatkan anggota
masyarakat dalam
mengembangkan
jaringan kesehatan
 Bangun komitmen antar
anggota masyarakat
 kembangkan mekanisme
keterlibatan tatanan
local, regional bahkan
nasional terkait isu
Pertahankan komunikasi
yang terbuka dengan
anggota masyarakat dan
pihak-pihak yang terlibat
 Perkuat komunikasi
anatara individu dan
kelompok untuyk
bermusyawarah terkait
daya tarik yang sama
 Fasilitasi struktur
organisasi untuk
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi dan
bernegoisasi
 Kembangkan strategi
dalam manajemen
konflik
 Persatukan anggota
masyarakat dengan
kesehatan komunitas
Promosi perilaku upaya
kesehatan
Observasi:
 Identifikasi perilaku
upaya kesehatan yang
dapat digunakan
 Terapeutik:
 Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan
 Orientasi pelayanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan

Edukasi
 Anjurkan persalinan
ditolong oleh tenaga
kesehatan
 Anjurkan memberi ASI
eksklusif
 Anjurkan menimbang
balita setiap bulan
 Anjurkan menggunkan
air bersih
 Anjurkan mencuci
tangan dengan air bersih
dan sabun

 Anjurkan menggunkan
jamban sehat
 Anjurkan memberantas
jentik dirumah seminggu
sekali
 Anjurkan makan sayur
dan buah setiap hari
 Anjurkan melakukan
aktivitas fisik setiap hari
 Anjurkan tidak merokok
didalam rumah.

2.1.5..Tahap Perumusan Perencanaan Keperawatan adalah sebagai berikut:

1.Menetapkan Prioritas Masalah


Penetapan prioritas adalah penyusunan urutan diagnosis keperawatan atau masalah
klien,dengan menggunakan tingkat urgensi atau kepentingan untuk mendapatkan
intervensi keperawatan yang dibutuhkan(Hendri dan Walker,2004).
a. Penentuan Prioritas Diagnosis
1.Berdasarkan Kepentingannya
prioritas akhir /rendah Berdasarkan kepentingannya,prioritas dapat di
kategorikan menjadi prioritas awal/tinggi,prioritas sedang,dan prioritas
akhir/rendah
 Prioritas Awal atau tinggi
tinggi mencerminkan situasi yang mengancam nyawa,sehingga perlu
Tindakan terlebih dahulu.contoh:gangguan pertukaran gas,penurunan
curah jantung.

 Prioritas Sedang
Merupakan prioritas yang menggambarkan situasi atau kebutuhan yang
non darurat,yang tidak gawat,dan tidak mengancam nyawa pasien.

 Prioritas Rendah
Merupakan prioritas yang menggambarkan tidak selaluberhubungan
langsung penyakit atau prognosis ,namun dapat mempengaruhi
kesejahteraan klien di masa depan.

b. Berdasarkan Prioritas Waktu


Perencanaan asukan keperawatan berdasarakan prioritas waktu terjadi dalam 3 fase

1.Perencanan Awal

Meliputi penyusunan pendahuluan setelah dilakukan setelah


dilakukan pengkajian,saat klien masuk dan seleksi awal diagnosa
keperawatan

2.Perencana Yang Sedang Berlangsung


Meliputi pembaruan rencana asuhan keperawatan klien secara
berkelanjutan
3.Perencanaan Pemulangan
fase terakhir yakni meliputi antisipasi dan persiapan untuk
memenuhi kebutuhan klien setelah di pulangkan.

c.Berdasarkan Kebutuhan Maslow


Maslow menentukan prognosis diagnosis yang akan di rencanakan berdasarkan
hierarki kebutuhan Maslow berikut ini:
 KebutuhanFisiologis,meliputimasalahrespirasi,sirkulasi,suhu,nyeri,cairan,perawat
an kulit ,mobilitas,eliminasi
 Keselamatan dan keamanan meliputi masalah
lingkungan,perlindungan,pakaian,bebas infeksi dan rasa takut
 Mencintai dan memiliki meliputi kasih saying,seksualitas,afiliasi dalam
kelompok,hubungan antar manusia
 Harga diri,masalah respek keluarga,perasaan menghargai diri sendiri
 Aktualisasi diri meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.
2.Menetapkan tujuan dan kriteria Hasil yang di harapkan
Tujuan dapat memberikan fokus yang jelas untuk tindakan yang dilakukan atau dibutuhkan
klien.
a) Tujuan adalah perubahan kondisi atau perilaku klien yang diharapkan oleh perawat setelah
diberikan tindakan keperawatan. harus bersifat realistis dan didasarkan pada kebutuhan dan
sumber daya klien. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat mengarahkan aktivitas
asuhan keperawatan, yaitu mengandung unsur subjek, predikat, dan kriteria
b) Kriteria Tujuan yang diharapkan harus memenuhi standar intelektual yang ditetapkan, yaitu;
spesifik, tunggal, dapata diukur , dapat diobservasi dan memiliki batas waktu
c) Rumusan Tujuan
Adapun beberapa rumusan tujuan yang sering digunakan adalah:

1) Rumusan tujuan SMART


S: Spesifik, berfokus pada pasien, singkat dan jelas
M: Measureable dapat diukur
A : Achievable, realistik
R : Reasonable, ditentukan oleh perawat dan
T : Time, ada batas waktunya
2) Rumusan tujuan SPHKT
S : subyek, siapa yang mencapai
P : predikat, kata kerja yang dapat diukur, tulis sebelum kata kerja kata “mampu”
H : hasil, respon fisiologis dan gaya hidup yang diharapkan dari
K : kriteria, mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil
T : time, target waktu, periode tertentu untuk mencapai kriteria
3) Rumusan tujuan SPK
S : subjek/ perilaku klien yang diamati
P : predikat merupakan perilaku pasien yang akan dicapai / kondisi yang
melengkapi pasien
K : kondisi pencapaian tujuan
Tujuan memiliki batasan waktu, batasan ini tergantung pada sifat masalah,
etiologi, kondisi keseluruhan klien dan lingkungan
Ada 2 batasan waktu yang dapat dgunakan yaiitu
a) tujuan jangka pendek
perilaku atau respon klien yang diharapkan perawat dalam jangka pendek
b) tujuan jangka panjang
perilaku atau respon klien yang diharapkan perawat dalam jangka waktu lebih
lama. jangka panjang dicapai melalui tujuan jangka pendek.

Contoh:
Tujuan jangka panjang. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam
waktu 4 minggu, jalan nafas anak S dari keluarga Bapak X, efektif kembali. Tujuan
jangka pendek dibuat berdasarkan tugas keluarga yang bermasalah. Setelah
pertemuan 3 x 45 menit, keluarga dapat mengenal masalah pneumonia dengan
menjelaskan kembali pengertian ISPA, penyebab, dan tanda serta gejalanya.
3.Menetapkan kriteria hasil
Kriteria hasil merupakan batasan karakteristik atau indikator keberhasilan dari tujuan yang
telah ditetapkan. Kriteria hasil berorientasi pada masalah dan kemungkinan
penyebab/etiologi serta merujuk pada symptom.
Kriteria hasil harus memenuhi 3 komponen yaitu;
a. Aspek pertama kognitif
yaitu perubahan pengetahuan klien dari tidak tahu menjadi tahu dan memiliki
konsep yang baru. Contoh kriteria hasil pencapaian kognitif adalah: - Klien mampu
menyebutkan penanganan hipoglikemia - Klien mampu mengidentifikasikan cara –
cara penularan TB Paru
b. Aspek afektif
yaitu perubahan sikap dan status emosional dari sikap yang pasien yang tadinya
menolak, pengingkaran, marah menjadi asertif menjadi sikap asertif dan kooperatif.
contoh kriteria hasil pencapaian afektif; - Pasien mampu menyampaikan perasaannya
- Pasien mampu bercerita tentang penyebab kecemasannya
c. Aspek psikomotor
yaitu bentuk perilakuaktif yang dapat diamati oleh perawat atau perubahan tindakan
klien secara nyata yang dapat dilihat. Contoh pencapaian hasil psikomotor; - Klien
tampak mulai belajar berjalan - Klien mampu mendemonstrasikan teknik penyuntikan
insulin secara benar.

2.1.6.Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan


menggunakan skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga adalah
kriteria, bobot, dan pembenaran.
Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini.
1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat
katagori diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah, diagnosis
keperawatan potensial skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan
diagnosis keperawatan aktual dengan skor 3.
2. Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini dapat ditentukan
dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga, sumber daya perawatan
yang tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk
diubah ini skornya terdiri atas, mudah dengan skor 2, sebagian dengan skor 1,
dan tidak dapat dengan skor nol.
3. Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat ditentukan
dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan tindakan yang
sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri atas, tinggi dengan skor 3, cukup
dengan skor 2, dan rendah dengan skor 1.
4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat ditentukan
berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah. Penilaian dari kriteria ini
terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu segera skornya 1, dan tidak
dirasakan dengan skor nol 0.

Cara perhitungannya sebagai berikut.


1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah keperawatan yang
terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian dikalikan
bobot dari masing-masing kriteria. Bobot merupakan nilai konstanta dari tiap
kriteria dan tidak bisa diubah (Skor/angka tertinggi x bobot).

2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis keperawatan keluarga.
3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang prioritas.

Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan pembenaran sebagai


justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi yang diberikan
berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga.
Contoh skoring prioritas masalah pada penderita diabetes mellitus (DM). Risiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ibu P yang merupakan
keluarga Bapak J, berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Hal tersebut dapat kita lihat pada
matriks di bawah ini

Skoring Prioritas Masalah Pada Penderita Diabetes Mellitus


Krite Sko Bobo Skoring Pembenar
ria r t an

a. Sifat masalah: Masalah nutrisi kurang dari


Risiko 2 1 2/3x1=2/3 kebutuhan tubuh memang belum
terjadi, tapi pada Ibu P rata-rata
asupan kalori kurang dari
kebutuhan tubuh, yaitu 920 kalori.
Ibu P merasa makanan yang telah
dikonsumsi sudah cukup untuk
b. Kemungkinan
dirinya, meskipun Ibu P
masalah dapat 1 2 1/2x2= 1
mempunyai keinginan untuk
diubah:
sembuh dan ada perawat yang
sebagian
memberikan informasi tentang
diet untuk penyakit kencing
manis.
c. Potensial masalah Masalah lebih lanjut belum
untuk dicegah: 3 1 3/3x1=1 terjadi, adanya keinginan Ibu P
tinggi untuk sembuh serta adanya
dukungan dari keluarga
d. Menonjolnya 0 1 0/2x1=0 Keluarga tidak merasakan sebagai
masalah: masalah
Masalah tidak
dirasakan
Total skor 2 2/3
Berdasarkan matriks di atas, skor yang didapat adalah 2 2/3. Skoring dilakukan untuk semua
diagnosis keperawatan keluarga.

2.1.7. Metode Merumuskan rencana tindakan keperawatan

Karakteristik rencana tindakan keperawatan berdasarkan standar V asuhan keperawatan


antara lain; berdasarkan tujuan, merupakan alternatif tindakan terbaik, melibatkan pasien dan
keluarga, mempertimbangkan latarbelakang budaya, mempertimbangkan kebijakan dan
peraturan yang berlaku, fasilitas, lingkungan, sumberdaya, aman dan nyaman untuk pasien,
berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
rencana tindakan keperawatan terdiri atas;
a. Penyuluhan/health education
Rencana tindakan keperawatan yang berupa pendidikan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan kemampuan pasien dalam
perawatan diri dan atau penyelesaian masalah kesehatan pasien dengan
penekanan kepada kemandirian pasien melakukan perawatan diri atau
penyelesaian masalah kesehatan terutama di rumah. Contoh rencana tindakan
health education adalah: - Jelaskan kepada pasien penyebab dan cara mengatasi
nyeri - Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang diet diabetes mellitus
b. Terapeutik/ nursing treatment
Rencana tindakan keperawatan terapeutik adalah rencana tindakan yang
ditetapkan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan masalah.
Rencana tindakan ini berupa intervensi mandiri perawat yang brasal dari ilmu,
kiat dan seni keperawatan. contoh rencana tindakan mandi - Berikan counter
pressure pada sakral saat his - Lakukan perawatan luka 1x/hari - Lakukan
fisioterapi dada 2x/hari
c. Observasi
Rencana tindakan observasi adalah rencana tindakan untuk mengkaji atau
mengobservasi kemajuan klien dengan pemantauan langsung yang dilakukan
perawat secara kontinu. Contoh rencana tindakan kolaboratif adalah: - Observasi
TTV tiap 3 jam - Lakukan monitoring in take out put tiap 6 jam - Observasi
tingkat kesadaran pasien
d. Kolaborasi/ medical treatment
Rencana tindakan kolaborasi adalah tindakan medis yang dilimpahkan kepada
perawat. Penerapan rencana tindakan kolaboratif hendaknya dapat diinstruksikan
dengan jelas supaya tidak menjadi kesalahan dalam pelaksanaannya. Contoh
rencana tindkan kolaboratif adalah: - Lakukan injeksi insulin 3x 5 u /sc - Pasang
infus RL:Dextrose 5% ( 3:1) /24 jam 5.
e. Kolaborasi/ medical treatment
f. Rasional rencana tindakan keperawatan adalah dasar pemikiran atau alasan
ilmiahyang mendasar ditetapkkannya rencana tindakan keperawatan. kegiatan ini
umumnya digunakan untuk proses pembelajaran, dengan harapan mahasiswa terbiasa
menerapkan pola pikir ilmiah sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menetapkan
rencana keperawatan.

2.1.8.Tingkat Pencegahan Intervensi Keperawatan meliputi:


1. Prevensi primer
ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum
menderita tetapi berpotensi untuk menderita Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk
menghilangkan faktor-faktor tersebut Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan
pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat,
menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.

2. Prevensi sekunder
bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya peyulit dengan tindakan deteksi dini dan
memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit alam mengelola sejak awal sudah harus
diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun Penyuluhan
mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien Sistem rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer
yang merupakan ujung tombak pengelolaan.
3. Prevensi tersier
Apabila sudah muncul penyuli tmenahun , maka perawat komunitas harus berusaha mencegah
terjadinya kecacatan komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin,sebelum
kecacatan tersebut menetap Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upya rekonstitusi,
yaitu: mendorong untuk patuh mengikuti program PKP , pendidikan kesehatan kepada dan
keluarga untuk mencegah hipoglikemi.
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS
Pada buku ini, hanya akan diberikan contoh luaran dan intervensi pada diagnosis prioritas
pertama. Perlu diingat bahwa, dalam keperawatan komunitas, IPKKI (2017) telah mengadopsi
pendekatan 3 level prevensi (prevensi primer, prevensi sekunder dan prevensi tersier) dalam
menentukan luaran dan intervensi. Oleh karena itu, 3 level prevensi tersebut harus ada dalam
luaran dan intervensi untuk setiap diagnosis keperawatan komunitas.
Kode Diagnosis Kode SLKI Kode SIKI
keperawatan
D. Perilaku L Prevensi I. Prevensi
0099 kesehatan 12107 primer 13495 Primer
cenderung Setelah Edukasi
berisiko dilakukan kesehatan
b.d. intervensi Observasi
kurang keperawatan, qIdentifikasi
terpaparnya komunitas kesiapan
informasi, mampu dan
ketidakadekuatan melakukan kemampuan
dukungan sosial, Perilaku menerima
gaya hidup tidak kesehatan informasi
sehat dengan kriteria qIdentifikasi
d.d. hasil: faktor
menunjukkan qKemampuan faktor yang
penolakan melakukan dapat
terhadap tindakan meningkatkan
perubahan status pencegahan dan
kesehatan COVID-19 menurunkan
komunitas, gagal membaik motivasi
melakukan qPencapaian PHBS
tindakan pengendalian Terapeutik
pencegahan COVID-19 qSediakan
COVID-19, Membaik materi dan
menunjukkan media
upaya pendidikan
peningkatan kesehatan
status kesehatan q
yang menimal Jadwalkan
dan pendidikan
gagal kesehatan
mengendalikan sesuai
COVID-19, kesepakatan
banyak qBerikan
masyarakat kesempatan
keluar untuk
rumah tidak bertanya
memakai Edukasi
masker, qJelaskan
masyarakat tidak faktor
mencuci tangan risiko yang
dap
at
memengaruhi
kesehatan
ajarkan
PHBSajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
PHBS

Prevensi
L.141 Sekunder Prevensi
28 Kontrol risiko I. sekunder
qKemampuan 14539 Pencegahan
mencari infeksi
informasi Observasi
tentang faktor qMonitor
risiko tandan dan
meningkat gejala infeksi
qKemampuan Edukasi
mengidentifika qJelaskan
si faktor risiko tanda dan
meningkat gejala infeksi
qKemampuan q Ajarkan
melakukan cara
strategi kontrol mencuci
tangan
risiko dengan benar
meningkat q Ajarkan
etika batuk
q Ajarkan
penggunaan
masker
Identifikasi
I. risiko
14502 Observasi
qObservasi
risiko
biologis,
lingkungan
dan
perilaku
Terapeutik
qTentukan
metode
pengelolaan
risiko
q Lakukan
pengelolaan
risiko

Prevensi Prevensi
Tersier Tersier
Pemeliharaan Promosi
kesehatan perilaku
I. upaya
L.121 qMenunjukkan 13495
perilaku adaptif kesehatan
06 Observasi
meningkat
qMenunjukkan qIdentifikasi
pemahaman perilaku
perilaku sehat upaya
meningkat kesehatan
qKemampuan yang dapat
menjalankan ditingkatkan
perilaku sehat Terapeutik
meningkat q Orientasi
qPerilaku pelayanan
mencari kesehatan
bantuan yang
meningkat dapat
Manajemen dimanfaatkan
kesehatan Edukasi
qMenerapkan qAnjurkan
program menggunakan
perawatan air
Prevensi bersih
Tersier qAnjurkan
L. Promosi cuci
12104 perilaku upaya tangan
kesehatan dengan air
Observasi bersih dan
I. qIdentifikasi sabun
13495 perilaku qAnjurkan
upaya makan
kesehatan sayur dan
yang dapat buah
ditingkatkan setiap hari
Terapeutik qAnjurkan
qOrientasi melakukan
pelayanan aktivitas
kesehatan yang fisik setiap
dapat hari
dimanfaatkan qAnjurkan
Edukasi tidak
qAnjurkan merokok di
menggunakan dalam
air rumah
bersih qAnjurkan
qAnjurkan untuk
cuci menggunakan
tangan dengan masker bila
air bepergia
bersih dan
sabun
qAnjurkan
makan
sayur dan buah
setiap hari
qAnjurkan
melakukan
aktivitas
meningkat
qAktivitas
sehari-hari
efektif
memenuhi
tujuan
kesehatan
meningkat
2.2.Implementasi Keperawatan
2.2.1.Pengertian
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang di lakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi,ke status
kesehatan yang baik.Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah realisasi dari perencanaan
keperawatan.Tujuan dari tahap ini adalah aktivitas keperawatan,untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada klien.
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang
memerlukan ilmu, teknik, dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien/ keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan
berhubungan. Antara lain yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Tahap tersebut berintegrasi dalam mendefinisikan suatu tindakan perawatan.
satunya adalah implementasi atau pelaksanaan.

Proses keperawatan menyediakan bagian praktis dengan penggunaan pengetahuan


dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk mengekspresikankebutuhan perawatan
(human caring). Keperawatan digunakan secara terus-menerus ketika merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan pasien sebagai figur central
dalam merencanakan asuhan dengan mengobservasi respons pasien terhadap setiap tindakan
sebagai penatalaksanaan dalam suatu asuhankeperawatan.Pada saat implementasi perawat
harus melaksanakan hasil dari rencana keperawatan yang di lihat dari diagnosa keperawatan.
Pada saat implementasi perawat harus melaksanakan hasil dari rencana keperawatan yang di
lihat dari diagnosa keperawatan. Di mana perawat membantu klien dari masalah status
kesehatan yang ke status kesehatan yang kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi merupakan inisiatif dari
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu kepentingan klien,
keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, emosional,
psikososial, serta budaya dan lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan
keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping.
Dalam tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-
bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien, serta pemahaman tingkat
perkembangan pasien.
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan adalah dengan
menerapkan teknik komunikasi terapeutik. Dalam melaksanakan tindakan perlu
melibatkan seluruh anggota keluarga dan selama tindakan, perawat perlu memantau
respon verbal dan nonverbal pihak keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
a. memberikan informasi;
b. memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan


cara:
a. mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
b. mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
c. mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,


dengan cara:
a. mendemonstrasikan cara perawatan;
b. menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;
c. mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan


menjadi sehat, yaitu dengan cara:
a. menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
b. melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara:
a. mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga;
b. membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Selama melakukan tindakan, Anda diharapkan tetap mengumpulkan data baru,


seperti respon klien terhadap tindakan atau situasi yang berganti, dan perubahan-
perubahan situasi. Yang harus menjadi perhatian adalah pada keadaan ini, perawat
harus fleksibel dalam menerapkan tindakan. Beberapa kendala yang sering terjadi
dalam implementasi adalah ide yang tidak mungkin, pandangan negatif terhadap
keluarga, kurang perhatian terhadap kekuatan dan sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, serta penyalahgunaan budaya atau gender.
2.2.2.Tahap tindakan keperawatan keluarga
Dalam pelaksanaannya, ada tiga tahapan dalam tindakan keperawatan sebagai
berikut.

1. Tahap Persiapan
Pada tahap awal ini, Anda sebagai perawat harus menyiapkan segala
sesuatu yang akan diperlukan dalam tindakan.
Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini.
a. Review tindakan keperawatan diidentifikasi pada tahap perencanaan. Perlu
dipahami bahwa pada dasarnya prinsip dari tindakan keperawatan disusun untuk
melakukan upaya promosi, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan
klien/keluarga.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan keluarga, antara lain:
1) konsisten sesuai dengan rencana tindakan;
2) berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah;
3) ditujukan kepada individu sesuai dengan kondisi klien;
4) digunakan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dan aman;
5) memberikan penyuluhan dan pendidikan kepada klien;
6) penggunaan sarana dan prasarana yang memadai.

b. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan.


Perawat harus mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan tipe keterampilan yang
diperlukan untuk tindakan keperawatan.

c. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul.


Prosedur tindakan keperawatan mungkin berakibat terjadinya resiko tinggi
kepada klien. Perawat harus menyadari kemungkinan timbulnya komplikasi
sehubungan dengan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan. Keadaan
yang demikian ini memungkinkan perawat untuk melakukan pencegahan dan
mengurangi resiko yang timbul.

d. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, harus


mempertimbang- kan beberapa hal sebagai berikut.
1) Waktu. Perawat harus dapat menentukan waktu secara selektif.
2) Tenaga. Perawat harus memperhatikan kuantitas dan kualitas tenaga yang
ada dalam melakukan tindakan keperawatan.
3) Alat. Perawat harus mengidentifikasi peralatan yang diperlukan pada tindakan.

e. Mempersiapkan lingkungan yang keperawatan sangat ditentukan oleh perasaan


klien yang aman dan nyaman. Lingkungan yang nyaman mencakup komponen
fisik dan psikologis.
f. Mengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dari potensial tindakan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus memperhatikan unsur-unsur hak dan
kewajiban klien, hak dan kewajiban perawat atau dokter, kode etik perawatan, dan
hukum keperawatan.

2.Tahap Perencanaan
Fokus pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung
jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktik
keperawatan.

Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tipe
dari aktivitas yang dilaksanakan perawat secara independen didefinisikan berdasarkan
diagnosa keperawatan. Tindakan tersebut merupakan suatu respon, karena perawat
mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan secara pasti
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.
Lingkup tindakan independen keperawatan adalah:
a. mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui status kesehatan klien;
b. merumuskan diagnosa keperawatan sesuai respon klien yang memerlukan
intervensi keperawatan;
c. mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau
memulihkan kesehatan;
d. melaksanakan rencana pengukuran untuk memotivasi, menunjukkan, mendukung,
dan mengajarkan kepada klien atau keluarga;
e. merujuk kepada tenaga kesehatan lain, ada indikasi dan diijinkan oleh tenaga
keperawatan klien;
f. mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dan medis;
g. partisipasi dengan konsumen atau tenaga kesehatan lain dalam meningkatkan
mutu pelayanan.

2.2.3Tindakan keperawatan dapat dikategorikan menjadi tiga (3) tipe sebagai


berikut.
a. Tindakan Independen

Tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu mengatasi masalah


kesehatan klien dan keluarga secara mandiri.
Tindakan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
1) Wawancara dengan klien untuk mendapatkan data, guna
mengidentifikasi perkembangan kondisi klien atau untuk mengidentifikasi
masalah baru yang muncul.
2) Observasi dan pemeriksaan fisik. Tindakan untuk mendapatkan data objektif
yang meliputi, observasi kesadaran, tanda–tanda vital, dan pemeriksaan fisik.
3) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana.
4) Tindakan terapetiku. Tindakan yang ditujukan untuk mengurangi, mencegah,
dan mengatasi masalah klien.
Misalnya:
Klien stroke yang tidak sadar dengan paralise, maka tindakan terapeutik yang
dilakukan perawat dalam mencegah terjadinya gangguan integritas kulit adalah
dengan melakukan mobilisasi dan memberikan bantal air, pada bagian tubuh
yang tertekan dan mengenali tanda-tanda terjadinya hipoglikemi dan cara
mengatasinya.
5) Tindakan edukatif (mengajarkan). Ditujukan untuk mengubah perilaku klien
melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien. Misalnya,
perawat mengajarkan kepada keluarga tentang pembuatan cairan oralit dan
senam kaki diabetik.
6) Tindakan merujuk. Tindakan ini lebih ditekankan pada kemampuan perawat
dalam mengambil suatu keputusan klinik tentang keadaan klien dan kemampuan
untuk melakukan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Misalnya, klien
pasca trauma kepala, ditemukan adanya tanda-tanda tekanan intrakranial yang
meningkat, maka perawat harus mengkonsultasikan atau merujuk klien kepada
dokter ahli saraf untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat dalam
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah.

b. Tindakan Interdependen
Tindakan keperawatan interdependen menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
Misalnya, tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi

c. Tindakan Dependen
Tindakan ini berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan
tersebut menandakan suatu cara bahwa tindakan medis atau tindakan profesi lain
dilaksanakan. Contoh, dokter menuliskan “perawatan colostomy“. Tindakan
keperawatan adalah melaksanakan perawatan colostomy berdasarkan kebutuhan
individu dari klien.
Tindakan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
1) Melakukan perawatan colostomy setiap 2 hari atau sewaktu-waktu bila kantong
faeses
bocor.
2) Mengganti kantong faeces.
3) Mencuci lokasi sekitar colostomy.
4) Mengkaji tanda dan gejala iritasi kulit dan stroma.

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap


dan akuarat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

2.3. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan keluarga merupakan tahap kelima atau tahap terakhir
dari proses keperawatan. Tahap evaluasi ini akan menilai keberhasilan dari tindakan
yang telah dilaksanakan. Indikator evaluasi keperawatan adalah kriteria hasil yang
telah ditulis pada tujuan ketika perawat menyusun perencanaan tindakan
keperawatan. Evaluasi dikatakan berhasil apabila tujuan tercapai.
Bahasan evaluasi keperawatan keluarga ini akan memelajari tentang materi
pengertian evaluasi keperawatan keluarga, tujuan evaluasi keperawatan keluarga,
proses dan jenis evaluasi keperawatan keluarga, metode dan sumber data evaluasi
keperawatan keluarga.
Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir
proses keperawatan. Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah
dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai.
Diagnosa keperawatan juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan
kelengkapannya. Tujuan keperawatan harus dievaluasi adalah untuk menentukan
apakah tujuan tersebut, dapat dicapai secara efektif.
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau tindakan yang
dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan
melihat respon keluarga dan hasil, bukan intervensi-intervensi yang
diimplementasikan.
Meskipun evaluasi dengan pendekatan terpusat pada klien paling relevan, sering
kali membuat frustrasi karena adanya kesulitan-kesulitan dalam membuat kriteria
objektif untuk hasil yang dikehendaki. Rencana perawatan mengandung kerangka
kerja evaluasi. Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali
seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan.

Evaluasi disusun menggunakan SOAP di mana :

S:Ungkapan perasaan atau keluhan yang di keluhkan secara subyektif oleh pasien atau keluarga
stelah di berikan implementasi keperawatan.
O:Keadaan objektif yang dapat di identifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yan
obyektif

A: Analisa perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif

P:Perencanaan selanjutnya setelah perawata melakukan analisa

Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,menginterpretasi data sesuai dengan kriteria
evaluasi,menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan
asuhan keperawatan(Nurhayati,2011)

3.2.2.Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan untuk:
1. mengakhiri rencana tindakan keperawatan(klien telah mencapai tujuan yang di
tetapkan)
2. memodifikasi rencana tindakan keperawatan(klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan)
3. melanjutkan rencana tindakan keperawatan(klien memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai tujuan)

3.2.3.Proses Evaluasi
Mengukur pencapaian tujuan klien. Dengan cara:
a. Kognitif (pengetahuan)
Untuk mengukur pemahaman klien dan keluarga setelah diajarkan teknik-
teknik perawatan tertentu. Metode evaluasi yang dilakukan, misalnya
dengan melakukan wawancara pada klien dan keluarga. Contoh, setelah
dilakukan pendidikan kesehatan tentang pencegahan TB Paru, klien dan
keluarga ditanya kembali tentang bagaimana cara pencegahan TB Paru.

b. Afektif (status emosional)

Cenderung kepenilaian subjektif yang sangat sulit diukur. Metode yang


dapat dilakukan adalah observasi respon verbal dan nonverbal dari klien
dan keluarga, serta mendapatkan masukan dari anggota keluarga lain.

c. Psikomotor (tindakan yang dilakukan)


Mengukur kemampuan klien dan keluarga dalam melakukan suatu
tindakan atau terjadinya perubahan perilaku pada klien dan keluarga.
Contoh, setelah perawat mengajarkan batuk efektif, klien diminta kembali
untuk mempraktikkan batuk efektif sesuai dengan yang telah dicontohkan.

3.2.4.Metode Dan Sumber Data Evaluasi

a. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku dari anggota keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan.

b. Memeriksa laporan atau dokumentasi keperawatan


Perawat perlu memeriksa kembali laporan atau catatan keperawatan yang
telah ditulis oleh tim keperawatan setelah melaksanakan intervensi
keperawatan.

c. Wawancara atau angket


Membuat daftar pertanyaan atau angket yang ditujukan pada keluarga
untuk mengetahui kemajuan kondisi kesehatannya. Pengambilan data
dilakukan dengan metode wawancara.

d. Latihan/simulasi/redemonstrasi
Perawat mengevaluasi kemampuan perawat dalam melakukan suatu
tindakan untuk merawat anggota keluarga yang sakit dengan meminta
keluarga untuk melakukan kembali tindakan keperawatan yang telah
diajarkan. Contoh, perawat telah mengajarkan senam kaki diabetik, klien
diminta mengulang kembali senam kaki diabetik, seperti yang telah
diajarkan.
Evaluasi disususun menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan
sumatif(dilakukan selama proses asuhan keperawatan )dan formatif yaitu dengan
proses dan evaluasi terakhir.
Evaluasi dapat di bagi dalam 2 jenis:

1. Proses (formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proseskeperawatan dan hasil pelayanan tindakan
keperawatan, Evaluasi proses harus dilakukan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membuat keefektifan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus menerus
dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam
evaluasi formatik terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan
kelompok, interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisan tahap evaluasi ini bisa menggunakan sistem SOAP atau metode dokumentasi lainnya.
2. Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan
perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel dan efisien. Adapun metode
penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview akhir pelayanan,
pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada
tahap ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa
menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan evaluasi tindakan yang yang telah di
lakukan.
4.1.Proses Belajar Mengajar di Komunitas
Proses belajar mengajar di komunitas merupakan suatu bentuk yangditunjukan
kepada individu keluarga, dan kelompok melalui upaya peningkatan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi, dan pelayanan keperawatan berkelanjutasebagai
suatu pendekatan yang komprehensif.
Dalam proses belajar mengajar di komunitas, diupayakan dekat dengan masyarakat, sehingga
strategi pelayanan kesehatan yang utama mampu memotivasi masyarakat di wilayah binaannya
dengan alat edukatif sederhanan yang tersedia di wilayah tersebut.
Proses belajar dan mengajar dikomunitas yang diberikan oleh perawat komunitas karena
ketidakmampuan, ketidaktahuan, ketidakmauan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan
kesehatan serta dengan menggunakan potensi lingkungan berusaha memandirikan masyarakat
dan meningkatkan kesehatannya berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian.
Dalam proses belajar mengajar memerlukan proses yang harus dilewati tahap demi tahap.
Dalam menunjang proses belajar mengajar harus menggunakan metode dan media. Metode yang
digunakan seperti ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, demonstrasi, sedangkan media
yang digunakan adalah leafleat, poster, lembar balik.

4.2. Proses Belajar


Ada 3 jenis Proses Belajar:
1) Latihan
Merupakan penyempurnaan potensi tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas
tersebut. Proses ini menghasilkan tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat. Dalam
kegiatan itu, tampak adanya gerakan berulang-ulang untuk mencapai kesempurnaaan
2) Menambah atau Memperoleh Tingkah Laku Baru
Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah
laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan
sendiri. Sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dulu
belum ada sekarang menjadi ada, yang belum diketahui menjadi diketahui.
3)Teori Belajar
Teori belajar atau konsep belajar adalah suatu konsep pemikiran yang dirumuskan
mengenai bagaimana proses belajar itu terjadi.
4)Teori Stimulus Respons
Menurut teori ini, belajar adalah mengambil dan menggabungkan tanggapan karena
rangsangan diberikan berulang – ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan,
respons yang diperoleh juga banyak.

4. Tipe – tipe Belajar


Menurut Lewitt, terdapat beberapa jenis perubahan dalam proses belajar.
1) Perubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan)
2) Perubahan motivasi (lebih suka atau tidak suka)
3) Perubahan group belongingness atau ideologi kelompok (sering menyangkut budaya)
4) Perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot tubuh (belajar berbicara atau
mengendalikan diri).

5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar


Menurut J. Guilbert seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut :
1. Faktor materi.Bahan pelajaran yang digunakan dalam proses belajar. Materi untuk
pengetahuan,sikap, dan keterampilan substansinya akan berbeda.
2.Faktor lingkungan.lingkungan fisik (suhu, cuaca, penerangan, kebisingan, dan kondisi tempat
belajar). Dan lingkungan sosial (manusia dengan segala interaksi dan statusnya).
3. Faktor instrumental.terdiri atas perangkat keras atau hardware (perlengkapan belajar dan alat
peraga), dan perangkat lunak atau software (kurikulum, pengajar dan metode belajar).
4.Faktor individu atau subjek belajar. kondisi individual subjek belajar yang terdiri atas kondisi
fisiologis (gizi, dan pancaindra terutama pendengaran dan penglihatan), dan kondisi psikologis
(intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan, motivasi, bakat, sikap, daya kreativitas, dan
persepsi).

4.3..MetodePendidikanKesehatanMasyarakat
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditunjukan dalam rangka promosi
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok,ataupun masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan
kesehatan, yang nantinya berpengaruh pada sikap dan perilaku sehat mereka.
Perubahan yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh peran perawat komunitas
dalam menyampaikan pesan kesehatan. Sasaran penerima pesan kesehatan yang dalam hal ini
adalah masyarakat, juga dipengaruhi oleh bagaimana pesan terebut sampai di masyarakat dengan
memerhatikan aspek waktu, kesesuaian metode atau media atau alat peraga yang digunakan,
ketersedian sarana dan fasilitas yang ada di masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan
kesehatan, besarnya kelompok masyarakat yang akan diberikan pesan kesehatan, dan
kemampuan masyarakat dalam menerima pesan kesehatan tersebut.
Metode pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan besarnya kelompok masyarakat, tingkat
pendidikan masyarakat, dan tujuan pendidikan kesehatan. Pada sasaran kelompok dan
masyarakat, perawat komunitas dapat menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok, curah
pendapat (brain storning), dan demonstrasi.

Ada beberapa metode pendidikan:

1. Ceramah
2. Diskusi Kelompok
3. Curah Pendapat
4. Demonstrasi

4.5.Media(AlatPeraga)PendidikanKesehatanMasyarakat

Media digunakan sebagai alat bantu penyampaian pesan pendidikan kesehatan dengan
menjelaskan fakta, prosedur, dan tindakan secara lebih sistematis. Semakin banyak indra yang
digunakan untuk menerima pesan, semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Media dapat
mempermudah penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat dapat menghindari kesalahan
persepsi dengan penampilan objek yang jelas sehingga mengoptimalkan pencapaian sasaran
belajar, sekaligus menumbuhkan minat terhadap kelompok sasaran, membuat kelompok sasaran
menyampaikan dan meneruskan pesan kepada orang lain yang ada disekitar mereka.
Penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan sasaran, apakah individu atau
kelompok/masyarakat, bahasa yang digunakan oleh sasaran, minat dan perhatian sasaran,
pengetahuan dan pengalaman sasaran menerima pesan yang disampaikan, adat istiadat dan
kebiasaan sasaran, serta karakteristik sasaran, seperti pendidikan, umur, dan pekerjaan. Dengan
demikian, pembuatan alat peraga hkondisi sasaran. Masing- masing alat peraga mempunyai
intensitas yang berbeda- beda di dalam memfasilitasi pembentukan presepsi masyarakat. Alat
peraga yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan di masyarakat antara lain leafleat,
poster, papan tulis, lembar balik, stiker dan majalah.

Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai alat peraga tersebut :


1.Leaflet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan tentang masalah kesehatan tertentu yang ingin
disampaikan, bertujuan menambah pengetahuan sasaran, dan dapat digunakan sebagai bahan
diskusi sehingga mencapai sasaran yang lebih luas.

2.Poster
Poster merupakan selembar kertas dalam bentuk gambar untuk mempengaruhi seseorang agar
tertarik pada pesan yang disampaikan.
3.PapanTulis
Papan tulis biasanya digunakan oleh perawat komunitas saat melakukan pendidikan kesehatan di
tatanan sekolah. Papan tulis dapat digunakan berulang kali, untuk mengungkapkan berbagai
macam informasi yang akan disampaikan.
4.LembarBalik
Lembar balik merupakan koleksi bagan yang disusun dalam urutan tertentu, dengan ukuran sama
dengan poster. Lembar balik dapat dibawah kemana- mana penulisan dan jumlah lembar balik
bergantung pada pesan yang ingin disampaikan dan waktu penyampaian. Urutan penyaji lembar
balik dapat diatur dengan tepat sesuai kebutuhan.

BAB 1V

PENUTUP
4.1.Kesimpulan

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah,
sistematis, dinamis, kontiniu dan berkesinambungan dalam rangkamemecahkan masalah
kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Perencanaan keperawatan yang baik membutuhkan kerja sama yang baik antar perawat dengan
pasien,keluarga pasien,konsultasi dengan anggota tim lainnya serta peninjauan kepustakaan
terkait.Perawat harus merencanakan suatu tindakan keperawatan agar dalam melakukan
perawatan terhadap pasien lebih efektif dan efisien.
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk mencapai klien mencapai

tujuan yang diharapkan (sembuh). Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikankepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yangmuncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi
keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.Evaluasi dilakukan dengan cara
membandingkan antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan.

4.2.Saran

Sebagai penyusun makalah ini, kami menyarankan kepada para pembaca khususnya kepada para
perawat agar lebih mendalami materi yang telah dipaparkan dalam makalah ini agar dapat
berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun saat berada di lapangan sehingga dapat
menerapkan proses keperawatan secara sistematis.

DAFTAR PUSTAKA

Jaji & Nurharlina. Buku panduan praktik profesi keperawatan komunitas, PSIK-FK Unsri tahun
2011.
Induniasih,S.Kp.,K.Kes.2021.Metodologi Keperawatan Yogyakarta Pustaka Baru Press
Mubarak, dkk., 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Ferri Efendi, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Borang Penilaian persentasi dan handout


Topik: Proses Keperawatan komunitas intervensi,
implementasi, evaluasi dan proses belajar
mengajar di komunitas.
Tanggal: 05/11/2022

Kelas: Alih Jenjang


Kelompok:
1.Konstansia Florentina Nena
2. Krensensia D. Selju
No Penampilan Keterampilan Bobot Nilai Keterangan
1. Penyajian mempersiapkan persentasi dengan baik. 5
2. Tujuan Presentasi dikemukakan (didefenisikan) 5
dengan jelas.
3. Handout: 25
 Ketepataan
gambar pemilihan desain, huruf dan
 Satu informasi dalam satu slide
 Isi sesuai dengan tujuan
4. Penyaji, Mc, dan penjawab menyimpulkan konsep 15
/ informasi yang telah disampaikan sebelum
menyajikan konsep yang baru
5. Penyaji dan Mc mendorong untuk diskusi dengan 15
baik
6. Pembagian Waktu diatur dengan baik 10

7. Memakai media dan metode presentasi digunakan 10


dengan tepat
8. Isu masalah selama persentasi didiskusikan, 15
direspon dan dijawab secara tepat
Jumlah 100

Tanda Tangan Fasilitator

Borang Penilaian Makalah


Topik: Proses Keperawatan komunitas intervensi,
implementasi, evaluasi dan proses belajar mengajar di
komunitas.
Tanggal: 05/11/2022
Kelas: Alih Jenjang
Kelompok:
1.Konstansia Florentina Nena
2. Krensensia D. Selju
No Komponen Bobot Nilai Komentar
1. Konten (Isi Makalah) 50

 Judul Makalah
 Introduction
 Jawaban Atas pertanyaan
tugas
 Menggunakan teori yang
tepat
2. Pengorganisasian 20

 Alur penulisan mudah


dipahami
 Keterkaitan antar tema
3. Format penulisan 20

 Ejaan, Kaidah penulisan


 Margin
 Spasi
4. Referensi 10

 Cara penulisan (apa style


 Jumlah referensi
 Jenis Referensi
Total 100

Tanda Tangan Fasilitator

Anda mungkin juga menyukai