Anda di halaman 1dari 23

2.1 Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister Calista Roy.

Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober
1939, Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan
tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit.
Teori adaptasi Suster Calista Roy (Roy dan Obloy, 1979,roy,1980,1984,1989)
memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan
dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan
interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang
untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Helsen (1964) seorang ahli fisiologis psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep
tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai Humanisme dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia.
Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970)
dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai
suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian.
Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar
kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Marys College. Sejak saat itu

Keperawatan Keluarga Page 1


lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek
juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada
tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy
dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi
keperawatan.
2.2 Konsep Adaptasi Roy.
1. Manusia Sebagai System Adaptive.
Sistem, adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan
keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari
beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk memeliki keseluruhan bagian-
bagian yang saling berhubungan, sistem juga memiliki input, out put, dan control,
serta proses feedback.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat
menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan
diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu
kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control dan Feedback Processes
dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang
dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia
didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri dengan
activifitas kognator dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan
Interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai
suatu sistim yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu

Keperawatan Keluarga Page 2


unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim yang dapat menyesuikan
diri manusia dapat digambarkan dalam karakteristik sistem, manusia dilihat
sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara unit unit fungsionil atau
beberapa unit fungsionil yang mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistim
manusia dapat juga dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback,
dan Output.

1) Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri: yaitu
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri
individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang
masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah
ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai
tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat
ditoleransi oleh manusia.

2) Mekanisme Koping.
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen; 1995). Manusia sebagai
suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping bawaan dan dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki,
umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran atau
pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan
berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus
yang dihadapi.
Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam
batasan yang sesuai dengan tujuan human system.

Keperawatan Keluarga Page 3


Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi
yang sesuai dengan tujuan human system.
Dua Mekanisme Coping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistim
Regulator dan Susbsistim Kognator. Regulator dan Kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau
cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi Phisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
Interdependensi. (Baca Poin 1.4: Sistem Regulator dan Kognator)

3) Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive adalah
espon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat
menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau
meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu
integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan
menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang berhubungan
dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif
berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona
maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi
(Nursalam; 2003).

4) Subsistem Regulator dan Kognator


Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan dengan
perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan Biologis, Psikhologis
dan social. Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan pada sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin.
Subsistim regulator merupakan mekanisme kerja utama yang berespon dan
beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistim Kognator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi,
termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat
alasan dan emosional.

Keperawatan Keluarga Page 4


Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses oleh
subsistim Regulator dan Cognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua
diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistim
adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
Interdependensi (Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).
Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:
a. Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar
adrenal bagian korteks mensekresikan kortisol atau
glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin dan
non epinefrin), sirkulasi dan oksigen.
b. Perubahan konsep diri
Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi,
perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi
pandangan dan persepsi terhadap dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.
c. Perubahan fungsi peran
Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.
Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.

d. Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing
komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
Contoh : kecemasan berpisah.

Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan


mengkatagorikan perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan hasil
dari aktivitas Kognator dan Regulator yang diobservasi.

Keperawatan Keluarga Page 5


Kebutuhan dasar untuk intergritas yang mencakup : Intergritas Fisik,
Psikhologis dan Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim
regulator maupun dalam subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses
yang menghubungkan dua subsistem tersebut. Input-input untuk regulator
diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses dari kognator dan respon-
respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah Feedback baik untuk kognator
maupun Regulator. Secara keseluruhan konsep manusia sebagai sistim
Adaptive dapat digambarkan dengan skema pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1: Skema Manusia Sebagai Sistem Adaptive

Input Proses Efektor Output


kontrol
Stimuli
internal dan Mekanisme Fs. Fisiologi
external koping Konsep Diri Respons :
Tkt. Adaptasi
Regulator Fs. Peran Adaptif
Fokal
Kontextual Kognator Interdependen
Maladaptif
Residual

Umpan Balik

Sumber : Tomey and Alligood. 2006. Nursing theoriest, utilization and application.
Mosby : Elsevier.

2.3 Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus
(stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan
diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). Stimuluis Internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan
emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang
berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi,

Keperawatan Keluarga Page 6


maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman(dikutip oleh
Nursalam;2003).

2.4 Tingkat Adaptasi


Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam
3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat
adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.
Stimulus merupakan masukan ( Input ) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif.
Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara
lain: 1) stimulus fokal, 2) stimulus kontektual, dan 3) stimulus residual.
1) Stimulus Fokal
yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab
terjadinya infeksi
2) Stimulus Kontektual.
yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi)
seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini,
misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.
3) Stimulus Residual
yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi
terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor Predisposisi,
sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi pasien tentang penyakit,
gaya hidup, dan fungsi peran.

2.5 Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)


Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan integrasi secara keseluruhan . Integritas atau keutuhan manusia
meyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu
mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari
pemenuhan potensi manusia. Jadi intergrasi adalah sehat sebaliknya kondisi
tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak
adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi baik. Dalam model adaptasi
Keperawatan Keluarga Page 7
keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang
tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan
manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Mengurangi dan tidak
menggunakan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi
kesehatan, ini adalah pembebasan energi yang dihubungkan dengan konsep
adaptasi dan kesehatan. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi
keperawatan didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem yang dapat
menyesuaikan diri . Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap
stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistik
untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas.
Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan dan dua
bagian proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam
lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon. Perubahan-
perubahan itu adalah stressor-strassor atau stimulus focal dan ditengahi oleh
faktor-faktor kontekstual dan residual. Bagian bagian stressor menghasilkan
interaksi yang biasanya disebut stress, bagian kedua dari stress adalah nekanisme
koping yang merangsang menghasilkan respon adaftif atau inefektif . Produk
adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi
yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan pengeuasaan yang disebut Intergritas. Kondisi akhir ini adalah
kondisi keseimbangan dinamik yang meliputi peningkatan dan penurunan respon
respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga
keseimbangan dinamik dari manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi.
Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia
sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat
yeng lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi kemudian disebut adalah
suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkatan adaptasi lebih spesifik,
fungsi yang lebih tinggi antara stimulus fokal dan sistim adaptasi.

2.6 Keperawatan.

Keperawatan Keluarga Page 8


Roy menggambarkan keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek .
Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi,mengklasifikasi dan
menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status
kesehatan (1983) Sebagai disiplin praktek keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan secara ilmiah untuk menyediakan pelayanan pada
orang-orang (1983) Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu
dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk tujuan mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Jadi model adaptasi keperawatan
menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek
keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan manusia
yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban terhadap stimulus
internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak
biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya
manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti
bahwa aktivitas tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit . Roy
menyetujui pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk
mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang tinggi . Keperawatan
terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan . Tujuan
keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi
peningkatan adaptasi dalam tiap 4 cara menyesuaikan diri : yaitu fungsi
fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan interdependensi. Harapan terhadap
peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia,
kualitas hidup dan kematian yang bermanfaat. Tujuan keperawatan diraih ketika
stimulus fokal berada didalam suatu area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika
stimulus fokal tersebut tidak ada dalam area , manusia dapat membuat suatu
penyesuaian diri atau respon efektif . Adaptasi tidak memerlukan energi dari
upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon

Keperawatan Keluarga Page 9


stimulus yang lain . Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan
dan kesehatan . Jadi , peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep
ini. Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan,
yang digunakan pada proses keperawatan meliputi pengkajian,diagnosa
keperawatan, intervensi,dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan ditetapkan
data apa yang dikumpulkan,bagaimana mengindentifikasi masalah dan tujuan
utama, pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas
proses keperawatan. Unit unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah
interaksi manusia dengan lingkungan . Proses pengkajian termasuk dalam dua
tingkat pengkajian . Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku
manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri . Data-data tersebut
dikumpulkan dari hasil observasi penilaian respon dan komunikasi dengan
individu. Dari data tersebut perawat membuat alas an sementara tentang apakah
perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian
adalah mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli.
Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.
Keterlibatan ini penting untuk menetapkan factor-faktor utama yang
mempengaruhi perilaku. Intervensi keperawatan dibawa dalam konteks proses
keperawatan dan meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus
focal,kontekstual dan residual. Manipulasi atau pengaturan stimulus ( baik
internal dan eksternal) bisa termasuk didalam penghilangan, peningkatan,
pengurangan , pemeliharaan atau merubah stimulus. Melalui pengelolaan factor-
faktor stimulus , pencetus tidak efektifnya perilaku diubah atau meningkatkan
kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Itu adalah memperlebar
penyesuaian diri. Jadi stimulus akan jatuh ke area yang dibangun oleh tingkat
penyesuaian diri manusia dan perilaku adaptif akan terjadi . Intervensi
keperawatan berikutnya , mengevaluasi hasil akhir perilaku dan memodifikasi
pendekatan-pendekatan keperawatan sesuai kebutuhan Ini harus dicatat bahwa
dalam model manusia dihormati sebagai individu yang berpartisipasi aktif dalam

Keperawatan Keluarga Page 10


perawatan dirinya. Tujuan disusun berdasarkan tujuan yang saling
menguntungkan.
Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan?. Jawabannya adalah:
Manusia sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit atau memilki
potensi sakit. Biasanya ketika mengalami stress atau kelemahan/kekurangan
mekanisme Coping, biasanya manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak
efektif. Menusia berusaha meminimalkan kondisi yang tidak efektif yang
memelihara yang adaptive. Dengan peningkatan adaptasi menusia terbebas dari
pemakaian energi dan enegi tersebut dapat digunakan untuk stimulus yang lain.

Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan.


Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan konsep-
konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia
sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal. Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area
adaptasi manusia dan subsistem regulator dan kognator digunakan untuk
mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan 4 cara penyesuaian diri. Saat
stimulus jatuh dalam area adaptasi manusia, respon adaptif akan terjadi dan
energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus lain. Dalam hal ini
meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi
melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan.
Hubungan antar komponen dasar dari model adaptasi keperawatan digambarkan
berikut ini:

Keperawatan Keluarga Page 11


Keperawatan

Menggunakan proses Keperawatan


untuk meningkatkan
Manusia Output Adaptasi Integriatas Kesehatan

Input
Interaksi
Respon
Lingkungan inefektif

Gambar 5: Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan. (sumber:


Craven, Ruth F, (2000). Fundamentals of Nursing: Human Health and
Function, 3rd ed, DLMN/DLC.

2.7 MENGIDENTIFIKASI PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN


PENDEKATAN TEORY MODEL ADAPTASI ROY

Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses


keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian
Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan Rumusan Tujuan, Intervensi
dan Evaluasi.
1. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi perawat
untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik
dikumpulkan oleh perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian
wawancara. Faktor yang yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic,
jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri,
fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social, mekanisme koping dan gaya
hidup, stress fifik dan emosi, budaya, lingkungan fisik (Martinez yang dikutip
oleh Nursalam, 2003)
1) Pengakajian Fisiologis.

Keperawatan Keluarga Page 12


Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis yang menjadi perhatian
pengkajian perawat yaitu;
a. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan
dengan respirasi dan sirkulasi.
b. Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki
kondidi tubuh dan perkembangan.
c. Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat
dan tidur.
e. Intergritas kulit: mengambarkan pola fisiologis kulit.
f. Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual berhubungan
dengan panca indra.
g. Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan
cairan dan elektrolit.
h. Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis,
pengaturan dan intelektual.
i. Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan
termasuk respon nstress dan system reproduksi.
2) Pengkajian Konsep diri.
Pengkajian Konsep diri: menggambarkan atau menidentifikasi tentang pola
nilai, kepercayaan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri. Perhatian
ditujukan pada keadaa diri sendiri tentang fisik, individual dan moral-etik.
3) Pengkajian Fungsi Peran.
Pengkajian Fungsi peran (sosial): menggambarkan atau mengidentifikasi
tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain akibat
dari peran ganda.
4) Pengkajian Interdpendensi.
Pengkajian Interdependensi: menggambarkan atau Mengidentifikasi pola nilai
menusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui
hubungan interoersonal terhadap individu maupun kelompok.

Keperawatan Keluarga Page 13


Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptive dilaksanakan dengan
pendekatan sistimatis dan holistic. Pengkajian itu diklarifikasikan, difocuskan
oleh perawat atau Team keperawatan sebagai data dasar untuk memberikan
asuhan keperawatan pada pasien. Secara ideal keseluruhan data pasien tersebut
saling berhubungan dan pengkajian keperawatan dicatat dalam format empat
model adaptive keperawatan. Dan dapat dimengerti sebagai masukan data bagi
tem asuhan keperawatan yang terlibat pada pasien. Dibutuhkan Keahlian dalam
praktek keperawatan kaitannya dengan skill pengkajian perilaku dan pengetahuan
membandingkan criteria evaluasi spesific respon perilaku manusia bahwa
adaptive atau inefefektive (maladaptive). Data dikelompokkan dalam: data
subjective, objective dan data pengukuran/peneriksaan fisik. Perilaku yang
ditemukan dapat bervariasi dari apa yang diharapkan, mewakili semua respon
baik efektive maupun maladaptive. Roy sudah menidentifikasikan sejumlah
respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim regulator dan Subsistem
Kognator yang tidak efektive, seperti pada table berikut :

Table 1: Indikasi Kesulitan Adaptasi


Gejala berat dari aktivitas Regulator : Gejala Inefektiv dari Kognator :
peningkatan deyut jantung dan Gangguan persepsi/ proses
tekanan darah. informasi.
Tegang. Pembelajaran inefektive.
Hilang nafsu makan. Tidak mampu membuat justifikasi.
Peningkatan kortisol serum Afektive tidak sesuai.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

2. Pengkajian Stimulus.
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul
ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk
menfidentifikasi respon-respon inefektive atau respon-respon adaptive yang perlu
didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektive atau
perilaku adaptive yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat
pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi

Keperawatan Keluarga Page 14


perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus
fokal, kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi
penyebab dari masalah dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor
presipitasi) dan residual (factor Predisposisi) yang berhubungan erat dengan
penyebab. Berikut ini stimulus yang berpengaruh yang telah diidentifikasi
(dikutip dari Julia B.George; 1995)
Budaya : Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim
kepercayaan.

Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga.

Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor


keturunan.

Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep


penyesuaian (modes diri, fungsi peran, interdependensi.
Adaptive)

Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill.

Pertimbangan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal,


lingkungan menajemen pengobatan, penggunaan obat-
obatan. Alkohol, dan merokok.

3. Diagnosa Keperawatan.
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E),
Sinthom/kharakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan
diagnosa keperawatan. (dikutip dari Julia B.George; 1995. Nursalam;2003)
adalah sebagai berikut:
1) Metode Pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4
(empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan
cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang
ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi (lihat tabel 2). Respon

Keperawatan Keluarga Page 15


tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya:
inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau
beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis.
Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu
defikasi, perubahan pola BAB. Kehilangan (masalah konsep diri) datanya:
diam, kadan-kadang menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).

2) Metode Kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi
respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang
sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari
satu cara penyesuaian diri, respom perilaku tersebut dinyatakan sebagai
statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang
stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya:
Nyeri dada yang disebabkan oleh kurannyag suplay oksigen ke otot jantung

3) Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien
mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah
atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini
disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran
berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja
melaksnakan perannya.

Tabel 2: Typologi Yang Biasanya Berkaitan Dengan Problem Adaptasi.


FISIOLOGIS MODE
1. Oksig 6. sensoris.
enasi. Nyeri akut.
Hipoksia/syoks. Nyeri kronis.
Gangguan Sensori overload.
ventilasi. Gangguan sensori
Inadekuat primer.
pertukaran gas. Potensial injuri.

Keperawatan Keluarga Page 16


Inadekuat Kehilangan
transport Gas kemampuan perawatan diri.
Gangguan Gangguan persepsi.
perfusi jaringan. Potensial injuri/ hilang
kemam-puan merawat diri.
2. nutrisi
. 7. cairan dan
Malnutrisi. elektriolit.
Mual,muntah. Dehidrasi.
Anoreksia. Retensi cairan intra
seluler.;
3. elimin Edema.
asi. Shok
Diare. hipo/hipervolemik.
Konstipasi. Hyper atau
Kembung. hipokalsemia.
Ketidakseimbangan
Retensi Urine.
asam basa.
Inkontinensia
urine.
8. Fungsi
Nerologis.
4. aktivit
Penurunan kesadaran.
as dan istirahat.
Defisit memori.
Inadekuat pola
aktivitas dan istirahat. Ketidakstabilan
Intolenransi perilaku dan mood.
aktivitas.
Immobilisasi. 9. Fungsi
Gangguan tidur. endokrin.
Inefektiv regulator
hormon.
5. interg
Inefektiv
ritas kulit.
pengembangan reproduksi.
Gatal-gatal.
Ketidakstabilan sikulus
Kekeringan.
ritme stress internal.
Infeksi.
Dekubitus
KONSEP DIRI

Pandangan terhadap fisik. Pandangan terhadap personal.


Penurunan konsep seksual. Cemas tidak berdaya.
Agresi. Harga diri rendah.

Keperawatan Keluarga Page 17


Kehilangan. Merasa bersalah.
Seksual disfungtion.

FUNGSI PERAN INTERDEPENDENSI

Transisi peran. Kecemasan.


Peran berbeda. Merasa.
Konflik peran. Ditinggalkan/isolasi.
Kegagalan peran.

Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

4. Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu
dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien.
Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku,
perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan
perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya
energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen
stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping
dari sub sistim regulator dan kognator.

5. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga
difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi,
begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk
beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap
gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan keperawatan menurut

Keperawatan Keluarga Page 18


teori adaptasi roy adalah seperti terlihat pada tabel 3. (dikutip oleh
Nursalam,2003)

Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,


dengan menggunakan koping yang konstruktif (Julia B.George; 1995). Intervensi
ditujukan pada peningktan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan
pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir.
Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).

Tabel 3: kriteria standar Intervensi Keperawatan Menurut teori Adaptasi Roy


STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen. Memenuhi kebutuihan aktivitas dan
Istirahat/tidur.
Kriteria:
Kriteria
1. menyiapkan tabung oksigen
dan flow meter. 1. melakukan latihan gerak pada
2. menyiapkan hemodifier berisi pasien tidak sadar.
air. 2. melakukan mobilisasi pad pasien
3. menyiapkan slang nasal dan pasca operasi.
masker. 3. mengatur posisi yg nyama pada
4. memberikan penjelasan pada pasien.
pasien. 4. menjaga kebersihan lingkungan.
5. mengatur posisi pasien. 5. Mengopservasi reaksi pasien.
6. memasang slang nsal dan
masker. Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit
7. memperhatikan reaksi pasien. (kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria
Memenuhi kebutuhan Nutrisi:
1. memandikna pasien yang tidak
Kriteria sadar/ kondisinya lemah.
1. menyiapkan peralatan 2. mengganti alat-alat tenun sesuai
dalam dressing car. kebutuhan/ kotor.
2. menyeiapkan cairan 3. Merapikan alat-alat pasien.
infus/makanan/darah.
3. memberikan penjelasan Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
pada pasien.
4. mencocokan jenis Kriteria

Keperawatan Keluarga Page 19


cairan/darah/diet makanan 1. Mengopservasi tanda-tanda vital
5. mengatur posisi pasien. sesuai kebutuhan.
6. melakukan pemasangan 2. melakukan tes alergi pada
infus/darah/makana pemberian obat baru.
3. mengobservasi reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Eliminasi
kriteria
1. menyiapkan alat pemberian
hukmah/gliserin, dulkolac &
peralatan pemasangan kateter
2. memperhatikan suhu
cairan/ukuran kateter
3. menutup dan memasang
selimut.
4. mengobservasi keadaan feses
dan uerine.
5. Mengobservasi rekasi pasien.

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI


Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.
Kriteria
1. Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.
2. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
4. memperhatikan setiap keluhan pasien.
5. memotivasi pasien untuk berdoa.
6. membantu pasien beribadah.
7. memperhatikan pesan-pesan pasien.

STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN

1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang
berguna bagi keluarga dan msayarakat.
2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan
dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri
pasien.
5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien

Keperawatan Keluarga Page 20


7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang
dilakukan secara benar dalam perawatan.
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap
yang negatif dari klein.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI

1. membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.


2. membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
3. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
4. membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

6. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi.
PerilakuTujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan,
dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan
suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil
yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi
ditetapkan.

3 APLIKASI TEORI ADAPTASI ROY DALAM KEPERAWATAN


KELUARGA
Model adaptasi Suster Calista Roy (1976) menjabarkan konsep individu
sebagai sistem adaptif yang berinteraksi dengan stimulus melalui empat cara
respons: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan. Menurut
Roy, asuhan keperawatan berfokus pada respons seorang terhadap interaksi dengan
lingkungan eksternal dan terhadap stimulus internal dan eksternal yang
mempengaruhi adaptasi. Dalam karya awal Roy (1976), keluarga dipandang sebagai
ruang lingkup individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981) mengubah penjabaran
konsep keluarga sebagai (konteks) ini menjadi keluarga sebagai suatu system
adaptif yang seperti individu, memiliki input, kendali interna dan proses umpan
balik, dan output (Whall & Fawcett, 1991a, hlm. 23). Roy menjelaskan bahwa
keluarga, individu, kelompok, organisasi social, dan komunitas, dapat menjadi unit
analisis dan fokus praktik keperawatan. McCubbin dan figley (1983) menyatakan

Keperawatan Keluarga Page 21


bahwa konsep koping dalam model Roy dapat dengan mudah diperluas menjadi
unit keluarga, yaitu pola koping keluarga yang tidak efektif menyebabkan masalah
fungsi keluarga. Selain itu, teori Roy menekankan promosi kesehatan dan
pentingnya membantu klien dalam memanipulasi lingkungan mereka, yang
konsisten dengan interaksi lingkungan keluarga yang ditekankan dalam
keperawatan keluarga.
Kegunaan dan kepopularitasan model Roy terbukti dalam Boston-Based
Research in Nursing Society (BBARNS), yang terbukti meningkatkan proyek
kemitraan dan kolaboratif diantara para peneliti keperawatan yang bekerja
menggunakan model Roy (Pollack, Frederickson, Carson, Mawssey, & Roy, 1994).
Contoh penelitian yang menggunakan Model adaptasi Roy termasuk studi yang
dilakukan Zhan (2000) tentang adaptasi kognitif dan konsistensi diri pada lansia
yang mengalami gangguan pendengaran dan studi yang dilakukan Badger (1991)
tentang citra tubuh interna dikalangan anak tunarungu dan yang dapat mendengar.
Baru-baru ini, Hanna dan Roy (2001) membahas kesinambungan pengembangan
model Roy terkait dengan keperawatan keluarga dan mencatat bahwa keluarga
dapat dijabarkan sebagai ruang lingkup individu atau keluarga dapat dijabarkan
sebagai orang atau kelompok yang saling terkait.

Keperawatan Keluarga Page 22


Keperawatan Keluarga Page 23

Anda mungkin juga menyukai