Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober
1939, Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan
tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit.
Teori adaptasi Suster Calista Roy (Roy dan Obloy, 1979,roy,1980,1984,1989)
memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan
dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan
interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang
untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Helsen (1964) seorang ahli fisiologis psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep
tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai Humanisme dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia.
Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970)
dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai
suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian.
Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar
kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Marys College. Sejak saat itu
1) Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri: yaitu
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri
individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang
masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah
ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai
tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat
ditoleransi oleh manusia.
2) Mekanisme Koping.
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen; 1995). Manusia sebagai
suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping bawaan dan dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki,
umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran atau
pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan
berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus
yang dihadapi.
Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam
batasan yang sesuai dengan tujuan human system.
3) Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive adalah
espon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat
menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau
meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu
integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan
menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang berhubungan
dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif
berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona
maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi
(Nursalam; 2003).
d. Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing
komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
Contoh : kecemasan berpisah.
Umpan Balik
Sumber : Tomey and Alligood. 2006. Nursing theoriest, utilization and application.
Mosby : Elsevier.
2.3 Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus
(stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan
diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). Stimuluis Internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan
emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang
berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi,
2.6 Keperawatan.
Input
Interaksi
Respon
Lingkungan inefektif
2. Pengkajian Stimulus.
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul
ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk
menfidentifikasi respon-respon inefektive atau respon-respon adaptive yang perlu
didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektive atau
perilaku adaptive yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat
pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi
3. Diagnosa Keperawatan.
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E),
Sinthom/kharakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan
diagnosa keperawatan. (dikutip dari Julia B.George; 1995. Nursalam;2003)
adalah sebagai berikut:
1) Metode Pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4
(empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan
cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang
ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi (lihat tabel 2). Respon
2) Metode Kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi
respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang
sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari
satu cara penyesuaian diri, respom perilaku tersebut dinyatakan sebagai
statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang
stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya:
Nyeri dada yang disebabkan oleh kurannyag suplay oksigen ke otot jantung
3) Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien
mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah
atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini
disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran
berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja
melaksnakan perannya.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
4. Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu
dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien.
Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku,
perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan
perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya
energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen
stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping
dari sub sistim regulator dan kognator.
5. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga
difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi,
begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk
beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap
gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan keperawatan menurut
1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang
berguna bagi keluarga dan msayarakat.
2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan
dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri
pasien.
5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
6. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi.
PerilakuTujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan,
dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan
suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil
yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi
ditetapkan.