Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


TEORI CALISTA ROY, BETTY NEWMAN,LEINEGER,MAJORY GORDON

Dosen Pengampu: Rehana, S.Pd, S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH :
NAMA : PITIONO
NIM : PO.71.20.1.19.071
TINGKAT : 1B

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2019

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi.....................................................................................................2
Pembahasan................................................................................................3
1. Teori Calista Roy
 Riwayat Calista Roy...........................................................3
 Teori Calista Roy...............................................................5
 Model Konseptual Adaptasi Roy.......................................7

2. Teori Betty Nauman


 Riwayat Betty Neuman......................................................11
 Sumber-sumber Teori Betty Nauman..............................12
 Penggunaan Bukti Empiris dari Teori Model.................12
 Konsep Utama dan Definisi Teori Model.........................13
 Asumsi Teori Model Nauman............................................14
 Pernyataan Teori Sistem Model Neuman.........................15
 Bentuk Logika Teori Model Neuman...............................15
 Model Neuman dalam Lingkungan Komunitas................15

3. Teori Leineger
 Riwayat Leineger................................................................17
 Teori dan Model Konsep Keperawatan Transkultural
 Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari
Leininger..............................................................................26

4. Teori Marjory Gordon


 Riwayat Marjory Gordon...................................................27
 Pola Teori Marjory Gordon................................................28

Penutup
Kesimpulan...................................................................................................34
Daftar Pustaka..............................................................................................35

2
PEMBAHASAN

2.1 TEORI CALISTA ROY

A. Riwayat Calista Roy

Calista Roy

Calista Roy adalah seorang perawat dari Saint Joseph of Carondelet. Ia


dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Pada tahun
1963 dia menerima Bachelor of Art Nursing dari Mount Saint Marys College dan
Magister Saint in Pediatric Nursing. Pada tahun 1966 di University of California
Los Angeles, Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada
tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam
sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.

Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja


adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya, Helsen mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di
butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus
yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.

3
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helsen dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep
tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari
manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain
dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966),
Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).

Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu


kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian.
Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar
kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat
itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek
juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy
dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan
spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.

Empat mode adaptasi mendukung integritas: fisiologis-fisik , identitas


kelompok konsep-diri , fungsi peran dan saling ketergantungan . Dalam
menerapkan model Roy, langkah-langkah berikut dapat membantu untuk
mengintegrasikannya dengan proses keperawatan tradisional: penilaian perilaku
klien; penilaian rangsangan; diagnosis keperawatan; penetapan tujuan; intervensi;
dan evaluasi.

4
B. Teori Calista Roy

Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi Roy


adalah:

1) Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,
proses, output, dan umpan balik.

2) Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat
berespon adaptif sendiri.

3) Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap
penurunan atau peningkatan kebutuhan.

4) Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara


langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah
presipitasi perubahan tingkah laku.

5) Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan


memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau
dirangsang oleh stimulus fokal.

6) Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan


konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di
validasi.

7) Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon


otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.

8) Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui


proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan
belajar.

5
9) Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri.

10) Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia


dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan.

11) Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan


bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit,
aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu,
sensasi, dan proses endokrin.

12) Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu
dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain
dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body
image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal
diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.

13) Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan


dengan tugasnya di lingkungan social.

14) Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting
dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara
memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

6
C. Model Konseptual Adaptasi Roy

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan


adalah :
(1) manusia
(2) Lingkungan
(3) kesehatan
(4) keperawatan.

Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.

1. Manusia

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.


Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu
kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik.

Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan


cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam
empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu


sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat
dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan
dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang
saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat
digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri.
Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan
baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang
mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang
dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme


koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem
kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam
hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi.

7
 MANUSIA

Manusia didefinisikan sebagai penerima asuhan keperawatan. Manusia


sebagai sistem hidup yang berada dalam interaksi yang konstan dengan
lingkungan ditandai oleh perubahan-perubahan internal maupun
eksternal.Perubahan-perubahan tersebut mengharuskan manusia mempertahankan
integritasnya, yaitu adaptasi terus menerus.Roy mengidentifikasikan unit sebagai
stimulus. Stimulus adalah unit dari informasi materi atau energi dari lingkungan
atau dirinya sebagai respon.seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi adalah
jangkauan stimulus manusia yang dapat mengadaptasi responnya dengan usaha
yang wajar. Tingkat adaptasi dan sistem manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan
individu dan pemakaian dari mekanisme koping Roy mengkategorikan hasil
sistem sebagai respon adaptif dan inefektif Respon adaptif adalah semua yang
mengacu pada integritas manusia yaitu semua tingkah laku yang tampak ketika
manusia dapat mengerti tentang tujuan hidup, tumbuh, produksi dan kekuasaan
Respon inefektif tidak mendukung tujuan tersebut.

8
Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses
pengendalian manusia sebagai sistem adaptasi Diagram respon adaptasi .

Efektor dijelaskan oleh Roy sebagai berikut:

i. Model adaptasi fisiologi Model adaptasi fisiologi terdiri dari:

a. Oksigenasi
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktifitas dan istirahat
e. Sensori
f. Cairan dan elektrolit
g. Integritas kulit
h. Fungsi saraf
i. Fungsi endokrin

ii. Konsep diri Merujuk pada nilai, kepercayaan, emosi, cita-cita serta
perhatian yang diberikan untuk mengatasi keadaan fisik tersebut.

iii. Fungsi peran Menggambarkan hubungan interaksi perorangan


dengan orang lain yang tercermin pada peran pertama, kedua dan
seterusnya.

9
iv. Model ketergantungan Mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan
keseriusan. Proses ini terjadi dalam hubungan manusia dengan individu
dan kelompok.

 KEPERAWATAN

Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai peningkatan dari


proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik fokal,
konstektual maupun residual. Aktivitas perawatan direncanakan model sebagai
peningkatan respon adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah
pendekatan yang merupakan aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal,
konstektual dan residual yang menyimpang pada manusia.

Rangsang fokal dapat diubah dan perawat dapat meningkatkan respon adaptasi
dengan memanipulasi rangsangan konstektual dan residual. Perawat dapat
mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada rangsang
yang sama pada keadaan tertentu.

Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan


memperkuat regulator kognator dan mekanisme koping.

 KESEHATAN

Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang digabungkan


dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan,
hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan memimpin.

 LINGKUNGAN
Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu semua
keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta
tingkah laku individu dan kelompok.

10
2.2 Teori Betty Neuman

a) Riwayat Betty Neuman

Betty Neuman lahir di Ohio tahun 1924, dia anak kedua dari 3 bersaudara
dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Ketika berumur 11 tahun bapaknya
meninggal setelah 6 tahun dirawat karena gagal ginjal kronis. Pujian bapaknya
terhadap perawat mempengaruhi pandangan Betty Neuman tentang perawat dan
komitmennya menjadi perawat terbaik yang selalu dekat dengan pasien. Pekerjaan
ibunya sebagai bidan di desa juga sangat mempengaruhi secara signifikan. Setelah
lulus SMA Neuman tidak dapat melanjutkan pendidikan keperawatan.

Betty Neuman

Dia bekerja sebagai teknisi pada perusahaan pesawat terbang dan sebagai
juru masak di Ohio dalam rangka menabung untuk pendidikannya dan membantu
ibu serta adiknya. Adanya program wajib militer di keperawatan mempercepat
masuknya Neuman ke sekolah keperawatan. Neuman lulus program diploma RS
Rakyat (sekarang RSUP Akron Ohio) tahun 1947. Neuman menerima gelar BS
pada keperawatan Kesehatan Masyarakat tahun 1957 dan MS Kesehatan
Masyarakat serta Konsultan Keperawatan Jiwa tahun 1966 dari Universitas
California LA.

11
Tahun 1985 Neuman menyelesaikan PHD dalam bidang Clinical
Psychology dari Universitas Pasific Western. Dia mempraktekkan bed side
nursing sebagai staf kepala dan Private Duty Nurse di berbagai RS. Pekerjaannya
di komunitas termasuk di sekolah-sekolah, perawatan di perusahaan dan sebagai
kepala perawatan di klinik obstetric suaminya dan konseling intervensi krisis di
keperawatan jiwa di komunitas.

Tahun 1967, enam bulan setelah mendapat gelar MS dia menjadi kepala
fakultas dari program dimana ia lulus dan memulai kontribusinya sebagai guru,
dosen, penulis dan konsultan dalam berbagai disiplin ilmu kesehatan. Tahun 1973,
Neuman dan keluarga kembali ke Ohio, sejak itu dia sebagai konsultan kesehatan
jiwa, menyediakan program pendidikan berkelanjutan dan melanjutkan
perkembangan dari modelnya, dia yang pertama kali mendapatkan California
Licensed Clinical Fellows of the American Association of Marriage & Family
Therapy dan tetap melakukan praktek konseling.

Model Neuman aslinya berkembang tahun 1970 ketika itu ada permintaan
lulusan Universitas of California LA untuk pembukaan kursus yang memberikan
wawasan tentang aspek fisiologi,psikologi,sosiokultural dan aspek pengembangan
dari kehidupan manusia (Neuman 1995). Model ini dikembangkan untuk
menyediakan struktur yang terintegrasi dari aspek-aspek diatas secara
holistic.Setelah dua tahun dievaluasi model tersebut dipublikasikan dalam 3 edisi
(1982, 1989, 1995).

b) SUMBER – SUMBER TEORI BETTY NEUMAN

Model mempunyai beberapa kesamaan dalam teori Gestalt. Teori Gestalt


mempertahankan bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara yang mana tubuh
mempertahankan keseimbangan dan sebagai akibat dari kesehatan mengubah
kondisi sehat atau sakit. Teori model Betty Neuman juga menerapkan ide dari
teori sistem umum tentang sifat dasar kehidupan sistem terbuka yang merupakan
gabungan semua elemen yang berinteraksi dalam struktur organisasi tubuh kita
yang kompleks. Neuman juga memilah konsep G. Kaplan tentang tingkatan
tindakan pemecahan.

c) PENGGUNAAN BUKTI EMPIRIS DARI TEORI MODEL

Betty Neuman mengemukakan teori berdasarkan penelitian yang ia


lakukan untuk mengetahui kondisi mental atau psikologi. Evaluasi yang ia
lakukan juga turut membantu dalam membangun suatu konsep tentang kombinasi
antara tindakan dan respon mental. Tetapi tidak selamanya hal diatas dapat
dijadikan evaluasi dan bukti statistik yang mendukung. Jadi empiris tidak terlalu
diutamakan dalam konsep ini.

12
d) KONSEP UTAMA DAN DEFENISI TEORI MODEL

Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan yang


termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah :

1. Tekanan Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan


Neuman tentang tekanan yaitu :
a. Intar Personal : Secara individu atau perorangan.
b. Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang lain lebih
dari satu.
c. Ekstra Personal: Di luar individu.

2. Struktur Pokok Sumber Energi Merupakan penggerak untuk melakukan


aktivitas.
3. Tingkat Ketahanan Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
4. Garis Normal Pertahanan Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk
menghadapi tekanan di batas normal.
5. Gangguan Pertahanan Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat
dari tekanan.
6. Tingkat Reaksi Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7. Intervensi Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.

8. Tingkat-Tingkat Pencegahan Dibagi menjadi :

a. Pencegahan primer : Sebelum terjadi tindakan


b. Pencegahan sekunder : Ketika terjadi tindakan
c. Pencegahan tersier : Adaptasi atau pengaruh kerusakan.

9. Penyesuain Kembali Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik
interpersonal. Intra personal dan ekstra personal. Faktor yang perlu di perhatikan
adalah :

a. Fisiologi individu.
b. Psikologi individu
c. Sosial kultural
d. Perkembangan individu

13
e) ASUMSI TEORI MODEL NEUMAN

Asumsi yang dikemukakan oleh Betty Neuman dalam memberikan respon


terhadap tekanan yaitu :

1. Manusia
Manusia merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

2. Lingkungan
Lingkungan yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau
pengaruh-pengaruh dari sekitar klien atau sistem klien.

3. Sehat
Sehat suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan
sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.

f) PERNYATAAN TEORI SISTEM MODEL NEUMAN

14
Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat terhadap
klien dengan tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh terhadap
respon klien akibat tekanan atau stress.Klien dalam hubungannya timbal balik
dengan lingkungan sekitarnya selalu membuat keputusan yang menyangkut hal
atau sesuatu yang akan berakibat kepadanya. Ada 4 faktor yang merupakan
konsep mental klien :

1. Individu atau pasien itu sendiri


2. Lingkungan sekitarnya
3. Kesehatan
4. Pelayanan

g) BENTUK LOGIKA TEORI MODEL NEUMAN

Bentuk Neuman menggunakan logika deduktif dan induktif dalam


mengembangkan teori modelnya yang telah dipertimbangkan terlebih dahulu.
Betty Neuman menemukan teori modelnya dari berbagai teori dan disiplin ilmu.
Teori ini juga merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman selama ia
bekerja dipusat kesehatan mental keperawatan.

h) MODEL NEUMAN DALAM LINGKUNGAN KOMUNITAS

Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan


stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut dengan terfokus pada empat intervensi
yaitu:

1. Intervensi yang bersifat promosi.


Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat
fleksibel yang berupa:
a. Pendidikan kesehatan.
b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang
dapat dilakukan klien dirumah atau komonitas yang bertujuan
meningkatkan kesehatan.
2. Intervensi yang bersifat prevensi
Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu :
a. Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi tumbuh
kembang balita, keluarga dll
b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu
misalnya : konseling pra nikah
3. Intervensi yang bersifat kuratif
Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
4. Intervensi yang bersifat rehabilitatif

15
Dilakukan pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten yang
terganggu. Komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua aktor
utama : komonitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan :

a. Pengkajian
b. Diagnosis keperawatan komonitas
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi

Sehat Adalah keadaan baik. Sehat adalah suatu titik yang bergerak pada
rentang negentrophy paling besar ke entrophy maksimum. Saat semua bagian
pada klien berada dalam keadaan harmonis atau seimbang ketika semua
dibutuhkan untuk bertemu, kesehatan optimal tercapai. kesehatan adalah juga
energi.

Manusia terdiri dari Fisiologi, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan


spiritual. Diwakili untuk struktur sentral, garis pertahanan dan garis
perlawanan.Klien adalah manusia yang diancam atau diserang oleh stressor
lingkungan. Lingkungan adalah semua faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi klien dan system klien. Tiga type lingkungan yang telah
diidentifikasi ; internal, eksternal dan , lingkungan yang diciptakan. Stressor
adalah bagian dari lingkungan, lingkungan internal berisi dalam batas system
klien. Lingkungan eksternal berisi kekuatan-kekuatan diluar system klien.
Lingkungan yang diciptakan merupakan mobilisasi yang tidak disadari klien
terdiri dari struktur komponen-komponen sebagai faktor energi, stabilitas dan
integritas.

16
2.3 TEORI LEINEGER

A. Riwayat Leineger

Leineger

Madeleine Leineger lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah


lahan pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudara. Tahun
1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil
program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga
mendorong dia menjadi seorang perawat di karenakan salah satu bibinya
menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan dalam
kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan.  Tahun 1948, menyelesaikan
diploma keperawatan.   

Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan
humaniora dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan
keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha
Nebraska.  Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari
University chatolik of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan
memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.Tahun antara 1954-1960,
menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca sarjana di Universitas
Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan psikiatrik, di sebut
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di seluruh
dunia.

17
  Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D
dalam antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau
mencari penyelesaian masalah tidak cukup adekuat intervensi kejiwaan tradisional
menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya yang berbeda-
beda.  Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di
University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di
perkenalakan di dunia keperawatan  Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor
keperawatan dan dosen antropologi di University Of Washington school of
Nursing.Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University
dan membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural
keperawatan. Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di
Wayne State University.

Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :

a. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.


b. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
c. Gershenson’s Research Fellowship Award.
d. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh
California State University.

   Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan


teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan
menciptakan istilah “culturally congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori
ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya perawatan dan universal.
Mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan
dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New
Guinea tentang perawatan transkultural.

B. Teori dan Model Konsep Keperawatan Transkultural

1. Pengertian teori Transkultural

Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai
kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini
akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

18
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.

 Konsep dalam Transkultural Nursing

a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan 
mengambil keputusan.

b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih


diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu
danmelandasi tindakan dan keputusan.

c. Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk


yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

d. Etnosentris, diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah


persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah
yang terbaik.

e. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada


mendiskreditkan asal muasal manusia.

19
g. Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar
observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan
timbal balik diantara keduanya.

h. Care, adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,


dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

i. Caring, adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk


membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok
pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan manusia.

j. Cultural Care, berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui


nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

k. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan


untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok
lain.

 Paradigma Transkultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai


cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep
sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu :

a) Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki


nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap
saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

20
b) Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam


mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

c) Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang


mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu : fisik, sosial dan simbolik.

Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh


manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan
iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena
tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.

Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang


berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke
dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu
harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut.

Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol


yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik,
seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

d) Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :

21
 Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak


bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan
status kesehatannya, misalnya budaya Berolah raga setiap pagi.
 Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan


untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih
dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang
berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani.

 Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki


merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.

 Proses keperawatan Transkultural.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan


asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew
andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a) Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :

22
 Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat
kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah:
o agama yang dianut
o status pernikahan
o cara pandang klien terhadap penyebab penyakit
o cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.

 Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor :


namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
danhubungan klien dengan kepala keluarga.

 Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan


ditetapkanoleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-
norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.

 Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah


segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu,
cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

23
 Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber


material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.

 Faktor pendidikan (educational factors)

Tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.
b) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang


budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu :

 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,


 Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
 Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

c) Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural


adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan
adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :

24
 Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan,
 Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan
 Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.

d) Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap


keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

25
A. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger

I. Kelebihan :

1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat


memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan
latar belakang budaya yang berbeda.

2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk


memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King,
Roy, dll).

3. Penggunakan teori ini  dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan


berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.

4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat


keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.

5. Teori ini banyak  digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan


pengembangan praktek keperawatan .

II. Kelemahan

1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga  tidak bisa berdiri


sendiri dan  hanya  digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam
konseptual model lainnya.

2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam


mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model
teori lainnya.

26
3.3. Teori Manjory Gordon

a. Riwayat Manjory Gordon

Marjory Gordon lahir di Cleveland pada tanggal 10 November 1931.


Marjory Gordon adalah ahli teori keperawatan dan profesor yang menciptakan
teori penilaian keperawatan yang dikenal sebagai pola kesehatan fungsional
Gordon . Gordon menjabat pada tahun 1973 sebagai presiden pertama Asosiasi
Diagnosis Keperawatan Amerika Utara hingga 1988. Ia telah menjadi Anggota
Akademi Keperawatan Amerika sejak tahun 1977 dan ditetapkan sebagai Legenda
Hidup oleh organisasi yang sama pada tahun 2009.

Marjory Gordon memulai karir keperawatannya di New York di Sekolah


Perawat Rumah Sakit Mount Sinai. Dia memperoleh gelar sarjana dan magister
dari Hunter College di City University of New York dan PhD dari Boston
College. Gordon adalah seorang profesorkeperawatanemeritus di Boston College
di Chestnut Hill , Massachusetts . Dia adalah penulis empat buku, termasuk
Manual of Nursing Diagnosis , sekarang dalam edisi ketiga belas. Buku-bukunya
muncul dalam sepuluh bahasa yang berbeda, di empat puluh delapan negara dan
enam benua.

27
Dia telah berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan bahasa
keperawatan standar. Pekerjaan Dr. Gordon dalam bidang ini memiliki implikasi
untuk penelitian, pendidikan, evaluasi kompetensi, dan pembentukan inti
pengetahuan keperawatan berdasarkan bukti. Bahasa ini juga akan membentuk
dasar komponen keperawatan dari catatan medis elektronik. Marjory Gordon
meninggal di Massachusetts pada 29 April 2015.

b. Pola Teori Marjory Gordon

Pola/konsep di definisikan seperti pembentukan tingkah laku yang terjadi


secara berangkai.(Gordon,1994,p.70).“Pola Fungsional Kesehatan (cara Hidup)
klien, apakah pribadi, keluarga atau masyarakat, berkembang dari interaksi klien-
lingkungan. Masing-masing pola adalah penjabaran dari gabungan biopsikososial.
Tidak satupun pola yang dapat dimengerti tanpa mengetahui pola yang lain. Pola
fungsional kesehatan dipengaruhi oleh factor biologi, perkembangan, budaya,
social dan spiritual” (Gordon.1994. p318).

Pola Fungsional Kesehatan dapat dikaji perkembangannya sejalan dengan


perubahan waktu.pola fungsional kesehatan termasuk Persepsi kesehatan-
managemen Kesehatan, Nutrisi-metabolisme, eliminasi, aktivitas latihan, istirahat-
tidur. Persepsi kognitif, konsep diri-persepsi diri,Hubungan peran, seksual-
reproduksi,Pola pertahanan diri toleransi, keyakinan dan nilai.
(Gordon,194, p.70).

28
Contoh aplikasi teori dalam keperawatan:

1. Perubahan sensori/ perceptual (penglihatan) yang berhubungan dengan:

a. Kaji ketajaman visual klien


b. kaji orientasi dan memori klien akhir-akhir ini
c. obesrvasi perilaku klien
d. kaji ulang catatan medis dari kunjungan klinik.

2. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan)

a. Timbang berat badan klien


b. tanyakan klien tentang perubahan berat badan yang
direncanakan atau tidak direncanakan,
c. tanyakan klien tentang makanan yang disukai maupun tidak
disukai
d. inspeksi mukosa mulut klien
e. palpasi abdomen.

c. Model Konsep & Tipologi Pola Kesehatan Fungsional Menurut


Gordon:

1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan

Menggambarkan Persepsi, pemeliharaan dan penanganan


kesehatan.

o Persepsi terhadap arti kesehatan


o penatalaksanaan kesehatan
o kemampuan menyusun tujuan
o pengetahuan tentang praktek kesehatan

29
2. Pola Nurtisi –Metabolik

Menggambarkan Masukan Nutrisi, balance cairan dan


elektrolit.

o Nafsu makan
o pola makan
o diet
o fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir
o kesulitan menelan
o Mual/muntah
o Kebutuhan jumlah zat gizi
o masalah /penyembuhan kulit
o Makanan kesukaan.

3. PolaEliminasi

Menjelaskan pola Fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit

o Kebiasaan defekasi
o ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi
o Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran
kemih, masalah bau badan, perspirasi berlebih, dll.

4. Pola Latihan Aktivitas

o Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan


sirkulasi.
o Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit,gerak
tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain
o Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan:
 0: mandiri,
 1: dengan alat bantu,
 2: dibantu orang lain,
 3: dibantu orang dan alat
 4: tergantung dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan
Range Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama
dan kedalam nafas,bunyi nafas riwayat penyakit paru.

30
5. Pola Kognitif Perseptual

Menjelaskan Persepsi sensorik dan kognitif.

o Polapersepsi sensorik meliputi pengkajian fungsi penglihatan,


pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh.
o pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien
terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan
orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain).
o
Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri,
kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeris kala 0-10, pemakaian alat
bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat
kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan, pendengaran,
persepsi sensorik (nyeri), penciuman dll.

6. Pola Istirahat Tidur

Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energy.


Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia
atau mimpi buruk, penggunaa nobat, mengeluh letih.

7. Pola Konsep Diri persepsi Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap


kemampuan.Kemampuan konsep diri antara lain :

 gambaran diri,
 harga diri,
 peran,
 identitas
 ide diri sendiri.

Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian


manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai

31
system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk biopsikososioal cultural
spriritual dan dalam pandangan secara holistic :

 Adanya kecemasan
 ketakutan atau penilaian terhadap diri.,
 dampak sakit terhadap diri,
 kontak mata,
 asetifatau passive,
 isyarat non verbal,
 ekspresi wajah,
 merasa tak berdaya, gugup/relaks

8. Pola Perandan Hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien


terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien
Pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang
passive/agresif terhadap orang lain,masalah keuangan dll.

9. Pola Reproduksi/Seksual

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan


dengan seksualitas Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,
pemeriksaan mamae sendiri, riwaya tpenyakit hub sex, pemeriksaan
genital.

10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres)

Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan


penggunaan system pendukung Penggunaan obat untuk menangani stress,
interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata,metode koping
yang biasa digunakan, efek penyaki tterhadap tingkat stress.

11. Pola Keyakinan Dan Nilai

32
 Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.
 Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang
dipeluk dan konsekuensinya.
 Agama,
 kegiatan keagamaan dan budaya,
 berbagi dengan orang lain,
 bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan,
 mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit.

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

33
Dari keempat teori yang sudah dijelaskan kami menyimpulkan
bahwa:

1. Calista Roy, Teori Calista Roy menyampaikan bahwa


secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah
untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif.
Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan
dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan
kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya
tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi
terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

2. Madeleine Leineger ,Teori Madeleine Leininger


menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh
elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti
tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial,
nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-
faktor ekonomi dan faktor-faktor pendidikan.

3. Betty Neuman, Teori model Neuman menggambarkan


partisipasi aktif perawat terhadap klien dengan tingkatan
yang menyangkut bermacam macam pengaruh terhadap
respon klien akibat tekanan atau stress.

4. Marjory Gordon, Pola/konsep di definisikan seperti


pembentukan tingkah laku yang terjadi secara berangkai.
(Gordon,1994,p.70).
“Pola Fungsional Kesehatan (cara Hidup) klien, apakah
pribadi, keluarga atau masyarakat, berkembang dari
interaksi klien lingkungan. Masing-masing pola adalah
penjabaran dari gabungan biopsikososial. Tidak satupun
pola yang dapat dimengerti tanpa mengetahui pola yang
lain. Pola fungsiona lkesehatan dipengaruhi oleh factor
biologi, perkembangan, budaya, social dan spiritual”
(Gordon.1994. p318).

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, AA.2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

34
Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan:

Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan/Nursalam.Jakarta:


Salemba Medika

Ferry,Efendi.2007.Model Konsep Adaptasi Roy.http://www.blogspot.co.id.


diakses tanggal 27 Oktober 2012

Abi, Muhlis.2007. Model Adaptasi Roy.http://www.blogspot.co.id. diakses


tanggal 27 Oktober 2012.

Alimul Hidayat, A. Azis. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.  Jakarta :


Salemba Medika.

http://7afainfo.blogspot.com/2009/04/betty-neuman.html

http://akperppni.ac.id/tag/betty-newman

https://en.wikipedia.org/wiki/Marjory_Gordon

35

Anda mungkin juga menyukai