Anda di halaman 1dari 37

MODUL KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“ Teori Keperawatan Teori Florence Nightngale, Virginia Henderson


dan Dorothea E. Orem”

DOSENPENGAMPU : Rehana, S.Pd,S.Kep, M.Kes.


DISUSUNOLEH : Muthiara RinjanyAnantasyah Putri
TINGKAT : 1B
PRODI : DIII Keperawatan

POLITEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUNAJARAN2019–2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB II ISI...............................................................................................................3

A. Pengertian Teori Keperawatan................................................................4


B. Teori Florence Nightingale.......................................................................4
A. Pengertian Teori Florence Nightngale...................................................6
B. Biografi Florence Nightingale...............................................................6
C. Konsep Teori Florence Nightingale.......................................................14
D. Model Konseptual menurut Teori Florence Nightingale.......................16
E. Kelemahan Teori Florence Nightingale.................................................17
C. Teori Virginia Henderson.........................................................................17
A. Pengertian Teori Virginia Henderson....................................................17
B. Model Keperawatan menurut Virginia Henderson................................18
C. Konsep Utama Teori Virginia Henderson.............................................20
D. Tujuan Keperawatan menurut Virginia Henderson...............................22
E. Hubungan Perawat – Pasien – Dokter ..................................................22
F. Aplikasi Teori Henderson dalam Proses Keperawatan..........................23
G. Kekuatan dan Kelemahan Teori Virginia Henderson............................25
D. Teori Dorothea E. Orem...........................................................................25
A. Pengertian Teori Dorothea E. Orem.....................................................25
B. Biografi Dorothea E. Orem...................................................................26
C. Teori Sistem Keperawatan Orem..........................................................27
D. Keyakinan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan.............29
E. Tujuan Keperawatan Teori Orem.........................................................29
F. Teori Orem dalam Proses Keperawatan...............................................30
G. Kekuatan Dan Kelemahan Teori Orem.................................................31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32

2
BAB  II
Pembahasan

A. Pengertian Teori Keperawatan


Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau
definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala – gejala atau
fenomena – fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep –
konsep tersebut denga maksud untuk menguraikan, mengendalikan suatu
fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam
penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Stven (1984), sebagai usaha untuk
menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori
keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain
dan bertujuan untuk menggambarkan , menjelaskan, memperkirakan mengontrol
hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.

B. Teori Florence Nightingale


A. Pengertian Teori Florence Nightingale
Teori Nightingale adalah teori yang mengemukakan tentang
lingkungan. Florence Noghtingale sendiri adalah perawat yang pertama kali
ada di dunia dan beliau di kenal sebagai wanita yang pantang menyerah dalam
merawat pasien dan memiliki jiwa penolong serta sangat berperan penting
dalam perkembangan ilmu keperawatan.sebagai sesuatu yang mempunyai
potensi menjadi teori dan model konseptual dari keperawatan (Meleis 1985,
Torres 1986, Marriner-Toorey 1994, Chin and Jacobs 1995). Meleis (1985)
mencatat bahwa konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus
asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu memahami
seluruh proses penyakit dan itu merupakan proses awal untuk memisahkan
antara profesi keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang
perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan
pengobatan, tetapi lebih berorientrasi pada pemberian udara, lampu,

3
kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat
(Nightingale 1860, Torres 1986).
Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan
antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang
menimbulkan perbaikan kondisi hygiene dan sanitasi selama perang Crimean.
Torres (1986) mencatat bahwa Nightingale memberikan konsep dan penawaran
yang dapat divalidasi memberikan dan digunakan untuk menjalankan praktik
keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berfikir
tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan
lingkungan (Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisan tangannya menuntun
perawat untuk bekerja atas nama klien. Marriner-Tomey, (1994), prinsipnya
mencakup bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan . hal paling penting
adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan melingkupi praktik
keperawatan . Nightingale berfikir dan menggunakan proses keperawatan. Ia
mencatat bahwa observasi (pengkajian) bukan demi berbagai informasi/fakta
yang mencurigakan, tetapi demi menyelematkan hidup dan meningkatkan
kesehatan dan keamanan.
Florence Nightingale adalah salah satu perawat pertama untuk
mendokumentasikan dampak lingkungan yang dibangun terhadap pasien.
Selain menulis tentang sanitasi, tingkat infeksi, dan ventilasi, Nightingale
memahami bahwa aspek lingkungan seperti warna, suara, dan cahaya, bersama
dengan kehadiran perawat, memberikan kontribusi untuk mendapatkan
kesehatan Florence Nightingale, yang kita kenal sebagai perawat yang
membangun landasan teori bagi profesi keperawatan, mengembangkan dan
menerbitkan suatu filosofi dan suatu teori tentang hubungan antara kesehatan
dan keperawatan (Soemowinoto, 2008). Titik berat teori ini adalah pada aspek
lingkungan. Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat
penting untuk penanganan perawatan yang layak.

4
B. Biografi Florence Nightingale

Florence Nightingale
Florence
Nightingale  ( lahir
di Florence,  Italia, 12
Mei 1820 –  meninggal
di London, I nggris, 13
Agustus 191 0 pada umur
90 tahun) adalah
pelopor perawat
modern, penulis dan
ahli statistik. Ia
dikenal dengan nama
Bidadari Berlampu
(bahasa Lahir 12 Mei 1820 Inggris The
Lady With Firenze, Kadipaten Agung Toscana The Lamp)
atas jasanya yang tanpa
Meninggal 13 Agustus 1910 (umur 90)
kenal takut
Park Lane, London, Britania Raya

Dikenal atas Memelopori perawatan modern

Profesi Perawat dan statistikawan

Institusi Selimiye Barracks, Scutari

Spesialisasi Kebersihan dan sanitasi rumah sakit

Tanda tangan

mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.


Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit
dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap

5
keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail menggunakan statistik
sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang
keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12


Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari
kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota
kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan
keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale
memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan
Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah.
Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung
bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar
rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.

 Perjalanan ke Jerman
Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal
lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta
Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran
(Katolik).
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan
kepedulian yang dipraktikkan oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh
cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan
membawa angan-angan tersebut.

6
 Florence Nightingale sewaktu masih muda.
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan
sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran
untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa
"terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar
oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron
of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena pada tahun itu ia sudah
membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.
 Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini
dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan
sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil
dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah. Perawat pada masa itu
hina karena:
 Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga
tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi.
 Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam
keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan
wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak
berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh

7
 Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada
perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
 Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan


dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu
di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak
menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan
yang tidak hormat dari pasiennya.Walaupun ayahnya setuju bila Florence
membaktikan diri untuk kemanusiaan, tetapi ia tidak setuju bila Florence
menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya
bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi
berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi
ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati di
sana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah
tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari
seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit
yang Katoliksementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan. Selain
di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk
orang miskin di Prancis.

 Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan
mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for
the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak
di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga
bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤
25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat
hidup dengan nyaman dan meniti kariernya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena
mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Pada 1854 berkobarlah

8
peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama
tentara Prancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang
gugur dalam pertempuran, tetapi yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak
adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.Keadaan
memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi
ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana
prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa
diberi perawatan sama sekali dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki
wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan
kemanusiaan yang mulia ini?".Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan
tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada
menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence
adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-
prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, tetapi karena tidak
adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta
Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence
menyanggupi.
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit
pinggir pantai di Scutari. Saat tiba di sana kenyataan yang mereka hadapi
lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan. Beberapa gadis
sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena
cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka,
dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat
berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka
memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan
hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja di
luar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat
lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi
satu dan mengeluarkan bau tak sedap.Florence diajak mengelilingi neraka

9
tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan
menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur
tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun
tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia
mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di
bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.

Ilustrasi Rumah Sakit di Scutari

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;

 Perban diganti secara berkala.


 Obat diberikan pada waktunya.
 Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
 Meja kursi dibersihkan.
 Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari
penduduk setempat.

Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang


manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau
ditanam.Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali,
walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit
yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa
kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.

Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan


mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk
membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa

10
dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang
wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan
seksual.Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu
di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan
menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di
benua Eropa lainnya di mana profesi keperawatan dilakukan
oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada di bawah
pengawasan Biarawati Kepala.

Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri,


Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia
keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.Namun, kerja keras Florence
membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian
prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang
terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut.

Pada masa musim dingin pertama Florence berada di sana sejumlah


4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat
prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera,
dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang.
Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien
melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini
menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence


Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki
sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat
kematian menurun drastis.Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa
tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan
dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat
Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi
Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the
Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di

11
rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan
memprihatinkan.

Hal ini berpengaruh pada kariernya di kemudian hari di mana ia gigih


mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama.
Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada
saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya
disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

1. Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu,
seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah
pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.Florence menanti rombongan
pertama, tetapi ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut
apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa
korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur
gelap. Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke
bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa
diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban
tersebut bisa mati kehabisan darah.Saat bintara tersebut terlihat enggan,
Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor
Prince.Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran,
semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan
berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang
bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa
diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua
belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi
pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk
mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal
sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa
tertolong yang seharusnya sudah meninggal.Selama perang Krimea,
Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu". Pada
tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang

12
Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan
bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam
hari, sendirian, dengan membawa lampu.
2. Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada
tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan
apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan
menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal
setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya
di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly.
Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis ("demam
Krimea") yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu
dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan
meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale
memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan
Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita,
Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis
laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan
ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan
membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah
Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.
3. Karir selanjutnya
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah
perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-
perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan. Florence berargumen
bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi
lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengizinkan anak-anak
perempuannya untuk bersekolah di sana dan masyarakat akan lain sikapnya
menghadapi seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di
lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun
menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.

13
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari
kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di
Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang
perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah
diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru
dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan
Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence
Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari
Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan
sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara
mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut. Saat tiba
waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,
berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar,
padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian. Perawat lulusan
sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk
rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal
keluarganya. Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara
modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan
gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat
mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence
telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal
pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat
menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit
London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone
Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan
diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal
Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di
Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.

14
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping
mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian
dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence
Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini. Pada
tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes
on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan
pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku
ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan
eksemplar di seluruh dunia. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit
dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth
Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita. Pada tahun 1870-
an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi
dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali
ke Amerika Serikatdengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk
mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi
pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugerahkan medali Palang Merah
Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 pada
umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan
menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of
Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima
bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari
kota London.
Nightingale adalah seorang anggota Gereja Anglikan Inggris. Pada
tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 –
sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, "Tuhan berbicara
padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."
4. Meninggal dunia
Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13
Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster

15
Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East
Wellow, Hampshire, Inggris.

C. Konsep Teori Florence Nightingale


Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai
fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses
penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan
keperawatan/tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara,
lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang
adekuat (jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya
teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan
mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik
keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat
dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah
kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses perawatan
pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale,
pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari
lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial :
a) Lingkungan fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan
fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia
berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat
tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas
dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi
penempatan tempat tidur harus memberikan keleluasaan pasien untuk
beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh

16
dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur
sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.

b) Lingkungan psikologi (Psychology environment)


Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif
dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan
fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang cukup dan aktivitas
manual dapat merangsang semua faktor untuk dapat mempertahankan
emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks
lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara
terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya
sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan
diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh
memberikan harapan yang terlalu muluk muluk, menasehati yang berlebihan
tentang kondisi penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi
lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan
para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.

c) Lingkungan Sosial (Social environment)


Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan
spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan
keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan
demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi
(pengamatan) dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih
sekadar data-data yang ditunjukan pasien pada umumnya.Seperti juga
hubungan komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya selalu
dibicarakan dalam hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara
menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah
sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap
lingkungan secara khusus.

17
Florence Nightingale dalam bukunya What It Is and What It is Not,
menyatakan bahwa “ peran perawat adalah menjaga pasien mempertahankan
kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya”
(Priharjo, 2008). Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu
kesehatan dan menguraikan keperawatan sebagai pengarahan terhadap
peningkatan dan pengelolaan lingkungan fisik sehingga alam akan
menyembuhkan pasien. Pasien adalah seseorang dengan proses vital
penyembuhan yang berhadapan dengan penyakit dan pemulihkan kesehatan
tetapi pasif terhadap pengaruh dari usaha keperawatan lingkungan.
Walaupun lingkungan mempunyai kehidupan sosial, emosional, dan aspek
fisikal, Nightingale menekankan pada aspek fisiknya. Oleh karena itu,
kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan tentang kebersihan
di rumah tangga dan lingkungan untuk membantu wanita menciptakan atau
membuat lingkungan sehat bagi keluarganya dan komunitas yag pada
dasarnya bertujuan untuk mencegah penyakit. Florence berkeyakinan jika
lingkungan diperbaiki maka masa perawatan dapat dipersingkat (Efendi &
Makhfudli, 2009).Menurut Nightingale keadaan sehat dapat dicapai melalui
pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan. Nightingale mendefinisikan
kesehatan sebagai merasa sehat dan menggunakan semaksimal mungkin
setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses aditif, yaitu hasil
kombinasi dari faktor lingkungan, fisik, dan psikologis.

D. Model Konseptual menurut Teori Florence Nightingale


Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam merawat
pasien yang diterapkan dalam keperawatan saat ini, dalam hal ini ventilasi
menjadi pokok utama dalam menentukan penyembuhan pasien. Komponen
tersebut diantaranya :
1) Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-
menerus merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap
perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih, sebersih
udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan.

18
2) Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit
pada pasien. Oleh karena itu, perawat harus berusaha dengan baik agar air
tetap terjaga kebersihannya.
3) Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan
keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran
sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien.
4) Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien. Perawat
memerlukan kebersihan yang optimal agar mempercepat proses
penyembuhan. Focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada
kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh
tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
5) Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah
cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi manfaat
yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu membawa
klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak
terdapat kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).

E. Kelemahan Teori Florence Nightingale


Pada teori Florence Nightingale mempunyai kelemahan,diantaranya :
 Teori keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan kemampuannya
 Perawat pada saat itu dianggap pekerjaan remeh dan disepelekan oleh
banyak orang
 Kurangnya dukungan dari perawat lain dalam proses pelayanan dan
perkembangannya
 Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang.

C. Teori Keperawatan Virginia Henderson


A. Pengertian Teori Virginia Henderson

19
Virginia Henderson lahir di Kansas City, Missouri pada 1897. Ia tertarik
dengan keperawatan selama Perang Dunia I karena keinginannya untuk
membantu personel militer yang sakit atau terluka. Pada tahun 1918, ia belajar
keperawatan di Sekolah Perawat Militer di Washington, D.C. dan lulus pada
1921. Kemudian, ia meraih gelar B.S. dan M.A. di bidang pendidikan
keperawatan tahun 1926. Sejak 1953, ia menjadi asosiet riset di Yale University
School of Nursing. Ia menerima gelar Honorary Doctoral dari Catholic
University of America, Pace University, University of Rochester, University of
Western Ontario, dan Yale University. Bukunya yang di publikasikan antara
lain The Nature of Nursing (1960), Basic Principles of Nursing Care (1960),
dan The Principles and Practice of Nursing (1939).
Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi
keperawatan). Definisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikannya. Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan harus
menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh
persahabatan Henderson dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole.
Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah definisi keperawatan yang
ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu
individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya
melaksanakan berbagai aktifitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan
individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau
pengetahuan untuk itu. Di samping itu, Henderson juga mengembangkan
sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Actifities of
Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu
individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat
menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan
tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu
mengunjungi pasien.

B. Model Keperawatan Menurut Virginia Henderson

20
Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang telah memberi
pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Ia membuat
model konseptualnya pada awal 1960-an, ketika profesi keperawatan mulai
mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup
berbeda dari profesi lain dalam layanan kesehatan dalam hal kinerja. Pertanyaan
ini merupakan hal yang penting sampai 1950-an, perawat lebih sering
melakuakan instruksi dokter. Virginia Henderson adalah orang pertama yang
mencari fungsi unik dalam keperawatan. Pada saat ia menulis pada 1960-an ia
dipengaruhi oleh aspek negatif dan positif dari praktik keperawatan pada masa
itu. Hal tersebut mencakup:
 Autoritarian dan struktur hierarki di rumah sakit
 Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi
fisik semata
 Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien merupakan hal
yang tidak mungkin dilakukan pada masa itu
 Adanya keanekaragaman pengalaman yang ia miliki selama karier
keperawatannya di Amerika Serikat di berbagai bidang layanan kesehatan
Selain keinginan untuk menemukan fungsi unik dari kaperawatan,
perubahan sosial tidak diragukan lagi memainkan peranan besar dalam
perkembangan pandangan dan ide-idenya. Sebagai contoh, bukanlah suatu
kebetulan bahwa ilmu perilaku memiliki pengaruh besar pada pandangan dan
pendapat kita tentang masyarakat pada 1960-an. Oleh karena itu inisiatifnya
diarahkan pada memberikan perhatian lebih pada aspek-aspek psikososial dari
perawatan pasien. Virginia Henderson diminta untuk mempublikasikan model
konseptual oleh International Council of Nurses (ICN).
Henderson sangat dipengaruhi oleh Edward Thorndyke, yang banyak
melakukan penelitian dalam bidang kebutuhan manusia. Berdasarkan teori-
teori Thorndyke dan definisinya sendiri tentang keperawatan, Henderson
memberi tugas keperawatan menjadi empat belas jenis tugas yang berusaha
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembagian asuhan keperawatan menjadi
empat belas kebutuhan manusia ini menjadi pilar dari model keperawatannya.
Ia menyatakan bahwa :

21
 Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang
harus dipenuhI
 Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi pasien
sebanyak mungkin

Agar perawat dapat membantu pasien memenuhi kebutuhan-kebutuhan


tersebut, diperlukan asuhan keperawatan dasar. Oleh karena itu Henderson
menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada pada setiap situasi
keperawatan. Situasi tersebut sebagai contoh adalah : Rumah sakit umum,
Rumah sakit jiwa, Institusi untuk penderita cacat mental, Rumah perawatan,
Keperawatan distrik, dan Perawatan di rumah. Jadi menurut Henderson,
lapangan kerja perawat tidak terbatas hanya di rumah sakit umum. Henderson
juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan. Dalam modelnya ia
menggambarkan rencana keperawatan, metode skematik untuk pengawasan
asuhan. Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasi hal-hal berikut :
 Urutan aktifitas yang harus dilakukan
 Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
 Perubahan-perubahan yang harus dibuat

Kita dapat meringkas prinsip-prinsip dasar dari model Henderson sebagai


berikut :
 Fungsi unik dari keperawatan
 Upaya pasien ke arah kemandirian
 Asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar
 Perencanaan asuhan yang akan diberikan

Prinsip-prinsip dasar tersebut menandai era baru bagi keperawatan. Perawat


menyadari fungsi dan keunikannya, dan kesadaran ini menandai era baru ketika
profesi mulai menelaah sifat aktual dari kerja keperawatan secara lebih kritis
dari sebelumnya. Komitmen menuju kemandirian dan autonomi pada pasien
juga menandai era baru tersebut. Sebelumnya, terdapat kecenderungan bagi
perawat untuk mencoba melakukan semuanya bagi pasien. Penggunaan

22
kerangka kerja berdasarkan kebutuhan untuk membimbing pemberian asuhan
dan terutama penekanan pada kebutuhan untuk merencanakan asuhan
merupakan prinsip yang sama pentingnya, karena menandai mulainya perawat
berpikir secara konstruktif tentang pekerjaannya.Secara umum, aktifitas
keperawatan harus didukung atau ditentukan oleh tindakan terapeutik dari
dokter.

C. Konsep Utama Teori Virginia Henderson


1. Manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan
untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta
bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar
manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan
perawatan. Ke 14  kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

 Bernapas secara normal


 Makan dan minum dengan cukup.
 Membuang kotoran tubuh.
 Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
 Tidur dan istirahat.
 Memilih pakaian yang sesuai.
 Menjaga suhu tubuh tetab dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan.
 Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta serta melindungi
integumen.
 Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
 Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
 Beribadah sesuai dengan keyakinan.
 Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
 Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.

23
 Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia.

Ke empat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat di


klarifikasikan menjadi 4 kategori,yaitu komponen kebutuhan biologis,
psikologis, sosiologis, dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1 -9 termasuk
komponen kebutuhan biologis, poin 10 dan 14 termasuk komponen
kebutuhan psikologis, poin 11 termasuk kebutuhan spiritual, dan poin 12
dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis.

Menurut Henderson, keempat belas kebutuhan dasar yang harus


menjadi fokus asuhan keperawatan dipengaruhi oleh :

 Usia
 Kondisi emosional (mood dan temperamen)
 Latar belakang sosial dan budaya
 Kondisi fisik dan mental, termasuk : berat badan; kemampuan dan
ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan
lokomotif; status mental.

2. Keperawatan
Perawat mempunyai fungsi unik untuk membantu individu, baik
dalamkeadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat
mempunyai fungsiindependence di dalam penanganan perawatan
berdasarkan kebutuhan dasar manusia (14 komponen di atas). Untuk
menjalankan fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis
maupun sosial.
3. Kesehatan
Sehat adalah kualitas hidupyang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi
bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting daripada mengobati
penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling

24
ketergantungan. Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila
mereka memiliki kekuatan, kehendak, serta pengetahuan yang cukup.
4. Lingkungan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan:
5. Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun
kondisi sakit akan menghambat kemampuan tersebut.
6. Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
7. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan.
8. Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar
dalam memberikan resep.
9. Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-
saran tentang konstruksi bangunan dan pemeliharaannya.
10.Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan
untuk memperkirakan adanya bahaya.
11.
D. Tujuan Keperawatan menurut Virginia Henderson
Dari penjelasan tersebut. tujuan keperawatan yang dikemukakan oleh
Handerson adalah untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi
pelayanan kesehatan dan membantu klien untuk mendapatkan kembali
kemandiriannya secepat mungkin Dimana pasien merupakan mahluk sempurna
yang di pandang sebagai komponen bio, psiko, cultural, dan spiritual yang
mempunyai empat belas kebutuhan dasar. (Aplikasi model konseptual
keperawatan, Meidiana D). Menurut Handerson peran perawat adalah
menyempurnakan dan membantu mencapai kemampuan untuk
mempertahankan atau  memperoleh kemandirian dalam memenuhi empat belas
kebutuhan dasar pasien. Faktor menurunnya kekuatan, kemauan dan
pengetahuan adalah penyebab kesulitan pasien dalam memperoleh
kemandiriannya. Untuk itu diperlukan fokus intervensi yaitu mengurangi
penyebab dimana pola intervensinya adalah mengembalikan,
menyempurnakan, melengkapi, menambah, menguatkan kekuatan, kemauan,
dan pengetahuan.

25
E. Hubungan Perawat – Pasien – Dokter
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara
perawat dan klien. Menurut Henderson (dalam asmadi, 2008), hubungan
perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat
bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
12. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pannganti
(substitute) didalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik,
kemampuan, atau kemauan pasien yang berkurang. Disini perawat
berfungsi untuk melengkapi.
13. Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan,
perawat berperan sebagai penolong (helper) untuk menolong atau
membantu pasien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya.
Kemandirian ini bersifat relative, sebab tidak ada satupun manusia yang
tidak bergantung kepada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha
keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien.
14. Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien bersama-sama merumuskan
rencana perawatan bagi pasien.Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien
tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebuhan
dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan factor
lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status social atau budaya,
serta kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan dengan hubungan perawat-dokter, Henderson
berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah
dokter. Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang memperbolehkan
dokter memberi perintah kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Tugas perawat adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen
kesehatan ketika tidak ada tenaga dokter. Rencana perawatan yang
dirumuskan oleh perawat dan pasien harus dijalankan sedemikian rupa

26
sehinnga dapat memenuhi rencana pengobatan yang ditentukan oleh
dokter.

F. Aplikasi Teori Henderson dalam Proses Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Terdapat suatu masalah dalam proses perawatan. Penilaian nyata terhadap
proses perawatan tergantung pada pemahaman seseorang, interpretasi,
perpaduan, dan penggunaannya. Walaupun definisi dan penjelasan
Henderson mengenai keperawatan tidak secara langsung sesuai dengan
langkah – langkah dalam proses perawatan, tetapi terdapat hubungan antara
kedua hal tersebut. Menurut Henderson, perawat harus memiliki
pengetahuan mengenai apa yang disebut normal dalam kesehatan dan
adanya penyakit. Berdasarkan pengetahuan ilmiah ini, perawat dapat
mengambil kesimpulan dari data-data yang ada. Henderson menyatakan,
bahwa, keperawatan dibutuhkan oleh individu yang dipengaruhi oleh usia,
latar belakang budaya, keseimbangan emosional,dan kapasitas fisik, serta
intelektualnya. Semua ini akan dipertimbangkan dalam mengevaluasi hasil
perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Analisa data didasarkan pada faktor-faktor di atas, kemudian hasil analisa
tersebut dipergunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan.Henderson
tidak secara spesifik membahas mengenai diagnosa keperawatan ini, dia
lebih yakin dokterlah yang akan membuat diagnosa, dan perawat melakukan
tindakan-tindakan atas dasar diagnosa tersebut. Diagnosa Keperawatan
berhubungan dengan bagaimana mengidentifikasi kemampuan individu
untuk menentukan kebutuhannya dengan atau tanpa bantuan yang turut
memperhitungkan kemampuan, keinginan, dan pemgetahuan. Berdasarkan
pada data-data yang tersedia, dan analisa terhadap data tersebut, perawat
dapat mengidentifikasi secara actual berbagai masalah, seperti pernafasan
yang tidak normal. Sebagai tambahannya, juga masalah-masalah potensial
lainnya dapat teridentifikasi.
3. Perencanaan (intervensi) keperawatan

27
Setelah diagnosa keperawatan dibuat, maka selanjutnya perawat akan
menyusun rencana perawatan. Berdasarkan rencana perawatan ini,
Henderson menyatakan: dengan rencana perawatan ini, maka perawatan
yang efektif dapat direncanakan lebih baik.
Suatu rencana yang tertulis akan mendorong munculnya ide-ide tentang
kebutuhan individu, kecuali jika terdapat aturan-aturan lain yang harus
dilakukan oleh individu tersebut secara rutin.Tidak terlaksananya
perencanaan dapat dipengaruhi oleh anggota keluarga lainnya. Selanjutnya
suatu rencana perawatan membutuhkan modifikasi secara
berkesinambungan yang didasarkan pada kebutuhan individu. Henderson
menyarankan penulisan rencana perawatan dapat diikuti dengan kebutuhan
perawatan secara bertahap. Dia menekankan bahwa perawatan harus selalu
disusun sesuai dengan kebutuhan individu, dan rencana terapi dari dokter.
Henderson menggaris-bawahi tahap-tahap perencanaan sebagai jalan untuk
membuat rencana bagi pemenuhan kebutuhan individu. Perencanaan yang
selalu diperbaharui harus didasarkan pada kebutuhan individu tersebut, lebih
dispesifikan, dan dapat diimplementasikan, serta disesuaikan dengan adanya
terapi medis. Perencanaan perawatan yang ditulis, intinya adalah hasil dari
identifikasi kebutuhan perawatan dari individu. Walaupun Henderson tidak
menggunakan istilah-istilah seperti saat ini, tetapi intinya adalah sama.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi sesuai dengan perencanaan keperawatan yang dibuat. Bagi
Henderson, implementasi keperawatan harus tertuju pada bantuan terhadap
kebutuhan pasien sesuai dengan kebutuhan 14 komponen tersebut di atas.
Sebagai contoh: dalam membantu individu terhadap kebutuhan istirahat dan
tidur, perawat akan mencoba untuk lebih mengetahui metoda-metoda dalam
membujuk pasien untuk beristirahat dan tidur sebelum diberikan obat-
obatan. Henderson  juga menyatakan, bahwa fungsi utama dari perawat ini
tentu saja harus dilakukan untuk mendukung rencana terapi medis, sehingga
perawat perlu melakukan tidakan-tindakan yang disarankan medis dalam
perawatan. Aspek implementasi penting lainnya dalam pembahasan
Henderson adalah hubungan antara perawat dan pasien . Perawat harus

28
menjadi pihak luar yang memahami kebutuhan pasien dan memberikan
ukuran-ukuran bagi pemenuhan ukuran tersebut . Henderson juga berbicara
mengenai kualitas dari keperawatan, perawat yang berkompeten akan
menggunakan proses interpersonal dan prediksi-prediksi selama
memberikan perawatan .
5. Evaluasi
Henderson mendasarkan evaluasi terhadap setiap perawat didasarkan pada
kecepatan atau derajatnya dalam mendorong kegiatan pasien secara
independent kembali seperti hari-hari normal . Hal ini disebutkan dalam
definisi dan fungsi yang unik dari perawat. Untuk tujuan evaluasi,
perubahan pada level fungsi kebutuhan individu juga harus diamati dan
diperhitungkan. Sebuah data perbandingan mengenai kemampuan
fungsional individu dilakukan sebelum dan sesudah proses perawatan .
Semua perubahan akan dicatat untuk dievalusi.

G. Kekuatan dan Kelemahan Teori Virginia Henderson


1. Kekuatan
1) Henderson adalah ahli teori keperawatan yang memberi pengaruh besar
pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Henderson adalah
orang pertama yang mencari fungsi unik dari profesi perawat.
2) Teori Henderson didasari oleh keanekaragaman pengalaman yang ia
miliki selama karir keperawatannya, bukan teori / model yang abstrak
semata.
3) Henderson mendefinisikan profesi keperawatan: bahwa profesi
keperawatan adalah profesi yang mandiri yang tidak hanya tergantung
pada instruksi dokter.
4) Asumsi Henderson mempunyai validitas karena mempunyai keserasian
dengan riset ilmuan dibidang yang lain seperti konsep Maslow.
2. Kelemahan
1) Pandangan dan pendapatnya hanya berfokus pada satu pihak yaitu pada
penyembuhan fisik semata atau pada upaya memandirikan pasien.
2) Teori kurang pragmatis.

29
D. Teori Dorothea E. Orem
A. Pengertian Teori Dorothea E. Orem
Teori keperawatan didefiniskan sebagai konseptualisasi beberapa aspek
realitas keperawatan yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena,
menjelaskan hubungan- hubungan antar fenomena, memprediksi risiko-risiko
dan menetapkan asuhan keperawatan (Afaf Ibrahim Meleis, 1997).Di dunia
keperawatan banyak fenomena dan masalah yang terjadi yang sulit untuk
dijelaskan dan diselesaikan. Namun, keperawatan memiliki teori-teori
keperawatan yang bisa digunakan untuk menjelaskannya dan member solusi
yang tepat untuk menyelesaikannya. Para ahli teori keperawatan mengemukakan
berbagai solusi yang bisa diterapkan di berbagai lingkup keperawatan. Teori-
teori tersebut terus dikembangkan sehingga akan lebih meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan keperawatan.
Salah satu ahli teori yang cukup terkenal dan teorinya banyak digunakan
dalam tatanan pelayanan keperawatan adalah Dorothea Orem. Dalam teori self
care-nya ia menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan
membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya.
Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari perawat untuk
memperoleh kemandiriannya kembali.
Teori ini merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat
bekerja untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri
dan bukan menempatkan klien pada posisi bergantung karena self care
merupakan perilaku yang dapat dipelajari.Teori Dorothea Orem merupakan
teori yang cukup menarik untuk dikaji dan dibahas karena termasuk teori yang
cukup banyak digunakan dalam aplikasi praktik keperawatan dan penulis
tertarik untuk menelaah teori ini, dimana ia hanya berfokus pada lingkup
praktik keperawatan.
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem's adalah : "Suatu
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit " (Orem's,
1980).Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-

30
kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebtuhan
itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.

B. Biografi Dorothea E. Orem


Dorothea E. Orem pendidikan sekolah perawatan di rumah sakit
Providence di Washington DC. Lulus Sarjana Muda tahun 1930,lulus Master
tahun 1939 pendidikan keperawatan. Tahun 1945 bekerja di Universitas Katolik
di Amerika selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf perawat,
perawat tugas pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan sebagai konsultan
(1970).
Tahun 1958- 1959 sebagai konsultan di Departemen kesehatan pada
bagian pendidikan kesejahteraan dan berpartisipasi pada proyek pelatihan
keperawatan,Tahun 1959 konsep perawatan Orem dipublikasikan pertama
kali,Tahun 1965 bergabung dengan Universitas Katolik di Amerika membentuk
model teori keperawatan komunitas,Tahun 1968 membentuk kelompok
konferensi perkembangan keperawatan, yang menghasilkan kerja sama tentang
perawatan dan disiplin keperawatan,Tahun 1976 mendapat gelar Doktor Honoris
Causa,Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universitas Katolik
Amerika tentang teori keperawatan Selanjutnya Orem mengembangkan konsep
keperawatan tentang perawatan diri sendiri dan dipulikasikan dalam
keperawatan (Concept of Pratice tahun 1971).Pada Tahun 1980
mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi pertama diperluas pada
keluarga, kelompok dan masyarakat.Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua
yang berisi tentang tiga teori, yaitu ; Theory self care, theory self care deficit,
theory system keperawatan.

C. Teori Sistem Keperawatan Orem


Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan
menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self
Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori
yaitu :

31
1. Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The nepeutic
sesuai dengan kebutuhan,Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal
yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue
sesuai dengan keadaan dan keberadaannya , keadaan kesehatan dan
kesempurnaan.Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari
seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan
kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan penerima
self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori /
persyaratan self care yaitu :
1. Universal self care requisite : keperluan self care universal dan ada pada
setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses
kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal
requisite yang dimaksudkan adalah :
 Pemeliaharaan kecukupan intake udara
 Pemeliharaan kecukupan intake cairan
 Pemeliaharaan kecukupan makanan
 Pemeliaharaan keseimabnagn antara aktifitas dan istirahat
 Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan
kesejahteraan manusia
 Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi.
 Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan
seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal.
2. Developmental self care requisite : terjadi berhubungn dengan tingkat
perkembangn individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal
yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus
kehidupan.
3. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak
sehat dan merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena
sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam
perilaku self care.

32
2. Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem, yang
menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena perencanaan
keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan.Bila dewasa (pada kasus
ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu atau keterbatasan dalam
melakukan self care yang efektif.
Teori self care deficit diterapkan bila :
1. Anak belum dewasa
2. Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
3. Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa
yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan
peningkatan kebutuhan.
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat
dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan /
direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien
untuk menjalani aktifitas "Self Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
1. The Wholly compensatory system
Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu
mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap
rangsangan.
2. The Partly compensantory system
Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan
gerak karena sakit atau kecelakaan.
3. The supportive - Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya
untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.

Metode bantuan :
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima
metode bantuan yang meliputi :

33
1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
2. Mengajarkan klien
3. Mengarahkan klien
4. Mensupport klien
5. Keyakinan dan nilai – nilai

A. Keyakinan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan


 Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau
trauma atu koping dan efeknya.
 Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care
yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural
fungsi dan perkembangan.
 Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
 Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat
dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi
dan perkembangan.

B. Tujuan Keperawatan Teori Orem


Tujuan keperawatan pada model Orem"s secara umum adalah :
Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.Memungkinkan klien
meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care.
Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan
asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self care
deficit apapun dihilangkan.Jika ketiganya ditas tidak tercapai perawat secara
langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.

Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam praktek


keperawatan keluarga / komunitas adalah :

34
 Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik
 Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri
 Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompeten.

Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem's yang
diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah :
 Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga
 Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
 Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
 Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang
dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.

C. Teori Orem dalam Proses Keperawatan


Menurut Orem (1991), proses keperawatan adalah istilah yang digunakan oleh
perawat untuk menunjukkan proses profesional-teknologi dari tindakan
keperawatan beserta proses perencanaan dan evaluasi Perbandingan antara
proses keperawatan Orem dengan proses keperawatan.
Proses Keperawatan Orem diantaranya :
 Pengkajian
 Diagnosa keperawatan
 Perencanaan
 Implementasi
 Evaluasi

Orem (1991) menjelaskan tiga tahap proses keperawatan yaitu :

1) Diagnosa dan resep keperawatan


Tahap ini menjelaskan mengapa keperawatan diperlukan. Analisa dan
interprestasi membuat keputusan tentang perawatan dini, juga memberikan
manajemen kasus.

35
“Diagnosa keperawatan penting untuk pemeriksaan dan pengumpulan data
tentang kemampuan pasien dalam perawatan diri dan kebutuhan akan terapi
perawatan diri serta hubungan antara keduanya” (Orem, 1991, hal. 270)

2) Merancang system keperawatan dan merencanakan pelaksanaan perawatan


diri
Merancang system keperawatan yang efektif dan efisien menghasilkan data
yang valid tentang kondisi pasien. Rancangan ini termasuk peran dari perawat
dan pasien dalam hubungan melakukan self care, mengatur kebutuhan terapi
perawatan diri , melindungi pengembangan kemampuan perawatan diri.
( Orem, 1991)

3) Produksi dan manajemen sistem keperawatan (Planning and Controlling)


Pengaturan system keperawatan dihasilkan ketika berinteraksi dengan pasien
secara terus menerus untuk mencapai kemampuan terapi perawatan diri yang
telah ditentukan dan mengatur kemampuan untuk mengembangkan perawatan
diri. Di tahap ini, tindakan perawat adalah menghasilkan dan mengatur
system keperawatan. (Orem, 1991)

D. Kekuatan Dan Kelemahan Teori Orem


Teori Orem menyediakan dasar yang komprehensif untuk tindakan
keperawatan. Teori ini dapat digunakan dalam keperawatan profesional pada
area pendidikan, tindakan klinis, administrasi, riset, dan system informasi
keperawatan.Kekuatan umum yang dimiliki teori ini adalah aplikasinya untuk
pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pekerja klinik baru. Konsep self-care,
nursing system, dan self-care deficit mudah dipahami oleh mahasiswa
keperawatan dan dapat dikembangkan dengan ilmu pengetahuan dan penelitian.
Kelemahan dari model Orem adalah ia berpendapat bahwa kesehatan
bersifat statis, namun dalam kenyataannya kesehatan itu bersifat dinamis dan
selalu berubah.Kesan lain dari model konsep ini adalah untuk penempatan
pasien dalam system mencakup kapasitas individu untuk gerakan fisik.

36
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :


EGC.

Soemowinoto. 2008. Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Marriner Tomey, Ann ., Raile Alligood, Martha . 2002. Nursing Theorist and Their
Work. United State of America : Mosby Elsevier.

Goerge, B. Julia. 1995. Nursing Theories The base for Professional Nursing Practice.
Fourth Edition.

Baford, Lynn dan Slevin. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Si Torus dan Dr. Ratna. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.
Jakarta : EGC.

https://www.scribd.com/doc/120266748/Model-Dan-Konsep-Keperawatan-Florence-
Nigtinghale

https://www.scribd.com/document/279729718/Teori-Keperawatan-Florence-
Nightingale

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightngale

37

Anda mungkin juga menyukai