1
DAFTAR ISI
Daftar isi……………………………………………….………………………..…2
PEMBAHASAN………………………………………………………………….3
A. Sejarah Keperawatan di Indonesia…………………………………………......3
1. Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia……………........3
2. Perkembangan Keperawatan di Indonesia……...………………...……..5
3. Perkembangan Keperawatan Terkini Terkait dengan Undang-Undang
Keperawatan No. 38 2014……………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................37
2
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN SEJARAH KEPERAWATAN DI INDONESIA
Pertama , masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu, negeri Indonesia masih
dalam penjajahan belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai
verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit,
perawat tersebut pertama kali berkerja di rumah sakit Binnen Hospital yang
terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan
staf dan tentara belanda. Akhirnya, pada masa belanda terbentuklah dinas
kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah
sakit hanya untuk kepentingan belanda maka tidak diikuti perkembangan dalam
keperawtan. Kemudian pada masa penjajahan inggris, yaitu raffles, mereka
memerhatikan kesehatan rakyat dengan motto kesehatan adalah milik manusia dan
pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan,
diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawat
pasien dengan gangguan jiwa dan memerhatikan kesehtan para tawanan. Bebrapa
rumah sakit di bangun khususnya di Jakarta, yaitu tahun 1819, didirikan rumah
sakit stadsverband, kemudian pada tahun 1919, rumah sakit tersebut pindah ke
salemba dan sekarang di kenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942
-1945, terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara jepang.
Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
3
1. Masa Penjajahan Belanda
Gubernur Jendral Inggris saat VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat Indonesia. Berangkat dari semboyan “kesehatan adalah milik
manusia”, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan
penduduk pribumi antara lain:
- Pencacaran Umum
4
4. Zaman Kemerdekaan
5
1. MASA SEBELUM KEMERDEKAAN
Pada tahun 1919 rumah sakit ini di pindahkan ke salemba yang sekarang
bernama Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo (RSCM).Saat ini rscm menjadi
rumah sakit pusat rujukan nasional dan pendidikann nasional. Pada kurun waktu
1816 sampai 1942 berdiri beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik
dan zending protestan antara lain rumah sakit PGI Cikini, rumah sakit St Carolus
Salemba, rumah sakit St.Goromeus Bandung dan rumah sakit Elisabeth semarang.
6
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara jepang tahun 1942
sampai 1945 menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran
karena pekerja perawat pada masa belanda dan Inggris sudah di kerjakan oleh
perawat yang telah di didik, pada masa jepang tugas perawat di lakukan oleh
mereka yang tidak di didik untuk menjadi perawat.
Baru pada tahun 1953 di buka sekolah pengatur rawat dengan tujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawataan yang lebih berkualitas.Namun, pendidikan
dasar umum tetap SMP yang setara dengan mulo dengan lama pendidikan 3
7
tahun.Pendidikan ini di buka di 3 tempat (yaitu di Jakarta, di Bandung, dan di
Surabaya), kecuali pendidikan perawat di Bandung, keduanya berada dalam
institusi rumah sakit.
Pada masa tahun 1963 hingga 1982 tidak terlalu banyak perkembangan di
bidang keperawatan, sekalipun sudah banyak perubahan dalam pelayanan, tempat
tenaga Lulusan Akademi Keperawatan banyak di minati oleh rumah sakit,
khususnya rumah sakit besar.
8
Hal ini sejalan dengan tuntutan UU No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan,terutama pada pasal 32 yang berbunyi:
9
• Tahun 1999 Program S1 kembali dibuka,yaitu program study ilmu
keperawatan (PSI) di Universitas Airlangga Surabaya, PSIK di Universitas
Brawijaya Malang, PSIK di Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, PSIk
Universitas Sumatra Utara, PSIK di Universitas Diponegoro Jawa Tengah, PSIK
di Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud no 129/D/0/1999 dibuka juga
sekolah tinggi ilmu keperawatan (STIK) di ST. Karolus Jakarta.
10
berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 diberbagai universitas di
Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.
Situasi ini terus berlanjut dalam kurun waktu yang lama sehingga
terbentuk suatu formasi kultural.Kultur di dalamnya mencakup pola perilaku, pola
pikir, dan pola bertindak.Formasi kultural ini terus terpelihara dari generasi ke
generasi sehingga menjadi sesuatu yang superorganik. Sejarah keperawatan di
Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh penjajahan bangsa asing. Mari kita coba
menganalisis mengapa masyarakat menganggap perawat sebagai pembantu
profesi kesehatan lain dalam hal ini profesi dokter. Ini ada kaitannya dengan
11
konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut dari
Boemi Putera yang tidak lain adalah kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan
dari negara Belanda. Sebab pada saat itu di Indonesia belum ada sekolah
kedokteran. Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi perawat di sini adalah sebagai
subaltern yang terus-menerus berada dalam
12
berlangsung hingga kini. Hal ini tentunya akan menghambat upaya
pengembangan keperawatan menjadi profesi kesehatan yang profesional. Seperti
kita ketahui, kultur yang sudah terinternalisasi akan sulit untuk diubah.
Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita antar-perawat serta kemauanprofesi
lain untuk menerima dan mengakui perawat sebagai sebuah profesi kesehatan
yang profesional. Tentunya kita berharap pengakuan ini bukan sekedar wacana,
tetapi harus terealisasikan dalam kehidupan profesional.Paradigma yang
kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan bahwa perawat
merupakan bagian dari dokter. Dengan demikian, dokter berhak “mengendalikan”
aktivitas perawat terhadap klien.
13
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP PPNI) melalui Gerakan
Nasional 12 Mei 2008 meminta pemerintah dan DPR agar mengundangkan RUU
Keperawatan paling lambat tahun 2009 melalui inisiatif DPR RI (PP PPNI, 2008).
14
sebagai profesi dalam kesehatan dimasa depan dan terwujudnya keperawatan
sebagai profesi dalam segala aspeknya.
15
meenjadi fakultas keperawatan, sikap dan kemampuan untuk melakuan berbagai
kegiatan ilmiah keperawatan, kususnya riset ilmiah.
16
2. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN
2. Kerangka Konsep
17
pendidikan professional disusun berdasarkan kerangka konsep yang kokoh yang
mencirikannya sebagai pendidikan akademi-profesional.Isi pendidikan dan
sebagai pengalaman belajar yang dikembangkan ditunjukan untuk berbagai
pengalaman belajar yang dikembangkan serta sikap dan kemampuan professional
sesuai yang dituntut oleh profesi keperawatan.
Sikap dan tingkah laku professional yang dituntut dari seorang perawat
dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan dan dalam kehidupan
keprofesiannya, harus ditumbuhkan dan dibina sejak awal proses pendidikan.
Penumbuhan dan pembinaan kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak
professional, merupakan suatu proses panjang dan berlanjut, terlaksana dalam
suatu lingkungan yang sarat dengan peran (role model).
18
6. Belajar aktif dan mandiri
19
sumber pendidikan (educational resources) dalam jumlah yang cukup dan kualitas
yang memadai.Staf akadeami yang merupakan komponen terpenting dalam
pengembangan dan pelaksanaan pendidikan tinggi keperawatan dari berbagai
disiplin ilmu harus tersedia dan dikembangkan secara terarah dan berlanjut.
20
2. Pendidikan Akademik, yaitu pendidikantinggi program sarjana dan
pasca sarjana yangdiarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
tertentu.
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (level Sarjana plus Profesi), lulusannya
mendapat sebutan Ners (Nurse),sebutan gelarnya (Ns);
21
Pendidikan Keperawatan profesional minimal harus melalui dua tahapan, yaitu:
tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar. Sarjana
Keperawatan (S.Kep.) dan dilanjutkan dengan tahap pendidikan profesi yang
lulusannya mendapat gelar Ners (Ns).Kedua tahapan tersebut wajib diikuti, karena
merupakan tahap pendidikan yang terintegrasi, sehingga tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya. Program Pendidikan Ners merupakan program
pendidikan akademik profesi yang bertujuan menghasilkan Ners yang memiliki
kemampuan sebagai perawat professional jenjang pertama (first professional
degree).Program magister keperawatan, merupakanprogram pendidikan akademik
pasca sarjana yangbertujuan menghasilkan magister yang memilikikemampuan
sebagai berikut:
22
Program doktor Keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki
kemampuan sebagai berikut:
23
menetapkan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian
Hasil Belajar Mahasiswa menyebutkan bahwa struktur kurikulum yang disusun
mengacu pada pembelajaran dengan konsep:
1) Learning to know,
2) Learning to do
24
Sehingga perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja secara
ilmiah, tidak hanya berdasarkan instruksi dokter saja. Secara konseptual pendirian
Program Studi Ilmu Keperawatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan sarjana
keperawatan sebagai perawat profesional memantapkan peran dan fungsi perawat
sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, peneliti di bidang keperawatan
profesional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan, terutama
Iptek di bidang kedokteran. PSIK tidak dapat dipisahkan dari peran Konsorsium
Ilmu Kesehatan.Melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Tahun 1995, PSIKFKUI telah berubah status sebagai fakultas mandiri
menjadi FIK-UI. Melengkapi FIK-UI, pada tahun 1994 di Universitas Padjadjaran
(Unpad) Bandung juga didirikan Program Studi Ilmu Keperawatan dan telah
berubah status menjadi FIK-Unpad. Pada tahun 1999, Direktorat Pendidikan
Tinggi mengeluarkan SK No.427/dikti/kep/1999, tentang landasan dibentuknya
pendidikan keperawatan di Indonesia berbasis S1 Keperawatan.SK ini didasarkan
karena keperawatan memiliki “body of knowladge” yang jelas dan dapat
dikembangkan setinggi-tingginya karena memiliki dasar pendidikan yang
kuat.Penerbitan SK tersebut direkomendasikan oleh Kemenkes dan PPNI. Dengan
demikian ada kolaborasi yang baik antar keduanya dalam memajukan dunia
keperawatan di Indonesia.
25
bisa langsung melanjutkan ke pendidikan strata dua (S2). Meskipun sudah ada
beberapa Program Studi Ilmu Keperawatan seperti PSIK Univesitas Sumatera
Utara (USU) dan PSIK Universitas Diponegoro (Undip), yang sudah
membubarkan dan menutup pendidikan D4 Keperawatan karena menghambat
perkembangan profesi keperawatan.
Banyaknya jenjang pendidikan dasar perawat seperti SPK, D3, D4, dan
S1, menyebabkan tidak adanya perbedaan antara tugas dan wewenang yang
dilakukan dalam memberikan pelayanan keperawatan.Dapat dikatakan bahwa
26
tidak ada pembedaan tugas pada tiap jenjang pendidikan perawat.Selain itu, masih
banyaknya juga sekolah menengah dengan kejuruan keperawatan, yang berpotensi
menimbulkan persepsi keliru di tengah masyarakat bahwa perawat lulusan sekolah
menengah kejuruan dapat bekerja sebagaimana perawat.Padahal untuk menjadi
perawat yang profesional yang dapat memberikan pelayanan harus mempunyai
kompetensi yang cukup yangdapat didapatkan dengan menempuh pendidikan
yang lebih tinggi.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat itu, dimana kualifikasi dosen
minimal satu tingkat di atasnya dan untuk memenuhi kebutuhan dosen khususnya
pada pendidikan D3 maka pada tahun 1998, telah dibuka Program Studi Perawat
Pendidik (jenjang D4) berdasarkan SK Dirjen Dikti No 395/Dikti/Kep/1997 di
lima Perguruan Tinggi Negeri yaitu Universitas Gajah Mada (UGM), Undip,
Universitas Airlangga (Unair), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan USU.
Pada tahun 2010, untuk mengatasi kebijakan ganda yang ada pada
penyelenggaraan pendidikan, keperawatan, diterbitkanlah Surat Keputusan
Bersama (SKB) tiga menteri yaitu: No. 07/XII/SKB/2010; No.
1962/MENKES/PB/XII/2010; dan No. 420/1072/2010 tentang Pengelolaan
Institusi Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan Milik Pemerintah Daerah
(Pemda)”, dan SKB dua menteri: No. 14/VIII/KB/2011;
27
1673/Menkes/SKB/VIII/2011 tentang Penyelenggaraan Poltekes yang
diselenggarakan oleh Kemenkes.
Khusus terkait dengan akreditasi program studi, pada saat ini pelaksanaan
akreditasi baru sebatas pada penyelenggaraan program pada tahap akademik dan
belum termasuk pada penyelenggaraan program profesi. Selain itu pelaksanaan
akreditasi program studi juga masih bersifat umum untuk semua jenis program
studi sehingga kekhasan atau kekhususan program studi keperawatan belum dapat
dinilai. Hal tersebut belum sesuai dengan kaidah pendidikan profesi
keperawatan.Selain itu, standar kompetensi keperawatan di Indonesia juga masih
belum diakui oleh dunia internasional.Kemampuan bahasa Inggris masih lemah
(TOEFL dan IELTS) dan keterampilan keperawatan juga masih rendah. Hal ini
dilihat dari hasil skoring The National Council Licensure Examination (NCLEX)
yang sekitar 40, padahal yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50-70 dan
AS antara 70-80 (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan/Pusdiknakes, 2007).
28
menghasilkan profesi perawat yang berkualitas saat ini dan di masa mendatang,
dihadapkan padaberbagai tantangan, antara lain: berkembangnya Iptek kesehatan,
tuntutan kebutuhan masyarakat akan layanan yang berkualitas, pengembangan
profesi keperawatan, meningkatnya kompleksitas penyakit dan respons pasien
terhadap penyakit, serta pengobatan dan lingkungan. Disamping itu dampak dan
tuntutan globalisasi dengan adanya:
3) Peluang kerja yang tersedia sampai tahun 2020 sebesar 1,5 juta tenaga
perawat terutama di USA, Eropa, dan Australia, belum termasuk di Timur
Tengah.
29
pelayanan asuhan keperawatan (Gilles, 2000).Untuk itu dengankarakteristik
pelayanan yang kontinu, sangat dekat dan lama dengan pasien serta cakupan
praktik yang luas tidak terbatas pada kondisi geografis dan social ekonomi,
pelayanan keperawatan yang diberikan harus berkualitas dan melindungi pasien.
Hal ini perlu dilakukan karena akan berpengaruh langsung terhadap pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya. Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan dan
sebagai mitra dokter dituntut untuk dapat bersikap profesional.Perawat sudah
seharusnya mampu memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan di
dukung oleh ilmu pengetahuan kesehatan, terutama ilmu keperawatan.Terlebih
lagi dengan kondisi klien dan keluarganya yang semakin kritis terhadap upaya
pelayanan kesehatan terutama bidang keperawatan.Selain itu, perawat sebagai
tenaga kerja professional yang bekerja di luar negeri juga merupakan salah satu
aset bangsa, yang dapat mendatangkan sumber devisa yang cukup menjanjikan.
Sebagai suatu profesi mandiri dalam rumpun profesi kesehatan, perawat
mempunyai kewenangan khusus, yakni melakukan asuhan keperawatan.
30
perawat sebagai profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain.
Pendidikan keperawatan juga dituntut sebagai media bagi perawat agar kelak
dapat mengembangkan dirinya berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari
masyarakat.Dengan demikian, pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
klien bertanggung jawab, akuntabel, berkualitas, aman, dan dilakukan oleh
perawat yang telah tersertifikasi, terdaftar, serta terlisensi.
5. Memiliki regulasi.
31
9. Fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan
lingkungan dan sumber daya yang ada.
10. Dinamis yaitu dapat senantiasa membaca dan memanfaatkan peluang yang
menguntungkan agar dapat survive.
32
pengukurannya melalui sistem uji kompetensi.Untuk itu diperlukan system
akreditasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan dan kekhususan profesi
keperawatan.Ini hanya dimungkinkan untuk dikembangkan, dengan membentuk
lembaga akreditasi mandiri yang sesuai dengan UU Sisdiknas.Lulusan dari
berbagai jenjang Pendidikan Keperawatan juga perlu diatur pendayagunaannya
secara benar dan baik, berasaskan keadilan dan pemerataan keterjangkauan.
Dengan memperhatikan aspek efisiensi dan mutu pelayanan, serta lingkungan
kehidupan kerja yang baik bagi tenaga kesehatan, khususnya bagi perawat.Upaya
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas lulusan, antara lain:
33
c. Tenaga Pendidik dan Kependidikan, dilakukanberdasarkan standar
Pendidik dan TenagaKependidikan, UU No. 14 Tahun 2005 tentangGuru dan
Dosen, dan Permendiknas No. 42Tahun 2007 tentang Sertifikasi Dosen
34
tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi
yang harus ditempuh adalah :
35
pendidikan, dan klinikal," kata Kepala RSCM Akmal Taher yang juga
hadir.Program ini, lanjut Dewi, diharapkan mampu menghasilkan lulusan
berkualitas unggul baik sebagai peneliti, ilmuwan, pendidik, dan pemimpin di
tengah masyarakat dengan kompetensi internasional dan mampu bersaing secara
global.
36
DAFTRA PUSTAKA
37