Belanda II
Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Zaman Belanda I dan Belanda II
A. Pengertian
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan maupun
memilukan. Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi mendatang yang ditulis sekadar untuk
dihafalkan. Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik yang bersifat individual,
komunal, maupun nasional. Sama halnya dengan sejarah perjuangan bangsa. Kemerdekaan yang
diraih bukan hanya melibatkan tentara, tetapi juga seluruh elemen bangsa. Mulai dari pemimpin
sampai rakyat jelata, orang tua sampai anak-anak. Semuanya bahu-membahu berjuang dengan
semangat patriotisme.
Seperti hal perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya, perkembangan di
Indonesia juga di pengaruhi kondisi sosial dan ekonomi khususnya penjajahan pemerintah kolonial
Belanda.
B. Keperawatan di Masa Penjajahan Belanda
Setelah keperawaatan masa kuno, barulah memasuki perkembangan keperawatan pada
masa penjajahan bangsa-bangsa, salah satunya adalah bangsa belanda. Sejarah perkembangan
keperawatan pada zaman belanda dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Keperawatan pada Zaman VOC (1602-1799) dan Zaman Penjajahan Belanda
I (1799-1811)
Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemajuan.
Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep keperawatan dari Negeri
Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah Belanda yang mendirikan dinas kesehatan
khusus tentara (saat itu disebut MGD/Militaire Gezondsheids Dients) dan dinas kesehatan rakyat
(saat itu disebut BGD/(Burgrlijke Gezondsheids Dients). Melalui kedua dinas tersebut pemerintah
Belanda merekrut perawat dari penduduk pribumi.
Perawat yang dalam bahasa Belanda disebut Velpleegermenjalankan tugasnya sebagai
perawat dengan dibantu oleh penjaga orang sakit yang disebut Zieken Opposer. Tugas penjaga
orang sakit meliputi kegiatan domestik, seperti membersihkan bangsal dan memasak, mengontrol
pasien, mencegah agar pasien tidak melarikan diri, dan menjaga pasien yang mengalami gangguan
jiwa. Perawat pada masa ini bukan merupakan suatu pekerjaan yang bersifat sukarela atau yang
memilki kemampuan intelektual, melainkan dianggap sebagai pekerjaan yang hanya pantas
dilakukan oleh individu yang memiliki derajat sosial rendah, sedangkan tugas pelayanan kesehatan
sendiri dilakukan oleh seorang dokter bedah dan pelayanan ini hanya diberikan kepada awak kapal,
pegawai, dan orang-orang Belanda.
Para perawat dan penjaga orang sakit ini difasilitasi untuk membentuk organisasi profesi.
Organisasi profesi perawat pertama dibentuk di Surabaya pada tahun 1799, organisasi tersebut
bernama Perkoempoelan Zieken Velpleeger / Velpleester Boemi Poetra (disingkat PZVB Boemi
Poetra). Para perawat ini bekerja di Binnen Hospital di Surabaya untuk merawat staf dan tentara
Belanda.
Untuk meningkatkan kemampuan para perawat ini agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang profesional, maka para perawat ini melalui organisasinya diberikan semacam
pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah Belanda. Ilmu keperawatan pada masa Belanda disebut
Verpleegkunde. Sejak saat itu banyak sekali istilah-istilah keperawatan Indonesia yang
mengadopsi bahasa Belanda. Sampai sekarang masih sering kita dengar istilah Belanda tersebut,
misalnya nierbeken (bengkok), laken (sprei), bovenlaken(kain penutup), warm-water zak (buli-
buli hangat), Iiskap (buli-buli dingin), scheren (gunting/cukur), dan lain-lain.
Usaha lain dari pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan pada masa ini antara lain
: membentuk Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary
Gezondherdes Diesnt dan Dinas Kesehatan Rakyat atau Burgerlijke Gezondherds
Diesnt.Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Semarang dan Surabaya, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi keperwatan yang berarti
karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda.
2. Keperawatan di Masa Penjajahan Belanda II
Setelah pemerintah kolonial Belanda kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha peningkatan
kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta, tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit.
Salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadverband berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada
tahun 1919 rumah sakit ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto
Mangkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi rumah sakit pusat rujukan nasional dan
pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit
swasta miliki misionaris katolik dan zending protestan. Misalnya : RS Persatuan Gereja Indonesia
(PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS St.Carolus Selemba-Jakarta Pusat, RS St. Bromeus di Bandung dan
RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakit di atas, didirikan sekolah
perawat. RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru perawat tahun 1912.
Ketika kekuasaan beralih ke masa Pemerintahan Jepang (1942-1945), keperawatan
Indonesiamengalami masa kegelapan. Bila renaisance berakibat buruk pada perkembangan
keperawatan di Inggris sehingga disebut zaman kegelapan dunia keperawatan di Inggris, maka
penjajahan Jepang merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Pekerjaan
perawat yang pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang telah dididik,
maka pada masa Jepang tugas perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik untuk menjadi
perawat. Demikian pula pimpinan rumah sakit yang sebelumnya orang-orang Belanda kemudian
di ambil alih oleh orang-orang Jepang. Wabah penyakit menyebar di mana-mana, jumlah orang
sakit meningkat, sementara bahan-bahan yang dibutuhkan seperti balutan dan obat-obatan dalam
kondisi kekurangan. Bahkan, daun pisang dan pelepah pisang digunakan sebagai bahan balutan.
Pendidikan keperawatan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhenti. Banyak
perawat yang berhenti bekerja sebagai perawat dikarenakan ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya
tidak ada catatan perkembangan sampai akhirnya Indonesiamendapatkan kemerdekaan.
C. Dampak Sejarah Keperawatan Terhadap Profil Perawat Indonesia
Sejarah akan mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di masa sekarang dipengaruhi oleh
sejarah pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang dalam hidupnya merupakan
hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa lalu. Contohnya adalah negara Jepang.
Negara tersebut menjadi salah satu negara yang pesat perekonomiannya. Keberhasilan ini salah
satunya dipengaruhi oleh semangat bangsa ini untuk terus maju dan meningkatkan
produktivitasnya. Teori yang sama berlaku pula di negara kita. Keterpurukan yang dialami bangsa
Indonesia di hampir segala bidang disebabkan oleh perilaku korup yang telah mendarah daging di
negara ini sejak dulu.
Sistem hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia telah
memberi dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi perawat. Posisi
Indonesiasebagai negara yang terjajah (subaltern) menyebabkan kita selalu berada pada kondisi
yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung menuruti apa saja yang menjadi keinginan
penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam kurun waktu yang lama sehingga terbentuk suatu formasi
kultural. Kultur di dalamnya mencakup pola perilaku, pola pikir, dan pola bertindak. Formasi
kultural ini terus terpelihara dari generasi ke generasi sehingga menjadi sesuatu yang superorganic.
Kali ini, penulis mencoba menganalisis mengapa masyarakat menganggap perawat sebagai
pembantu profesi kesehatan lain, dalam hal ini profesidokter. Ini ada kaitannya dengan konsep
hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut dari Boemi Putera yang tidak lain
adalah kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan dari negara Belanda—sebab pada saat itu di
Indonesia belum ada sekolah kedokteran. Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi perawat di sini
adalah sebagai subaltern yang terus-menerus berada dalam cengkeraman kekuasaan dokter
Belanda (penjajah). Kondisi ini menyebabkan perawat berada pada posisi yang termarjinalkan.
Keadaan ini berlangsung selama berabad-abad sampai akhirnya terbentuk formasi kultural pada
tubuh perawat.
Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan penjajah
lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya, muncul stigma di
masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter. Karena stigma tersebut, peran dan
posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan. Kondisi semacam ini telah membentuk
karakter dalam diri perawat yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi keperawatan secara
umum. Perawat menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai kejelasan wewenang atau
ruang lingkup. Orientasi tugas perawat dalam hal ini bukan untuk membantu klien mencapai
derajat kesehatan yang optimal, melainkan membantu pekerjaan dokter.
Perawat tidak diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan di bidang kesehatan yang
aktivitasnya bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas perintah/instruksi dokter—sebuah rutinitas
belaka. Pada akhirnya, timbul sikap ma-nut perawat terhadap dokter. Dampak lain yang tidak kalah
penting adalah berkembangnya perilaku profesional yang keliru dari diri perawat. Ada sebagian
perawat yang menjalankan praktik pengobatan yang sebenarnya merupakan kewenangan dokter.
Realitas seperti ini sering kita temui di masyarakat. Uniknya, sebutan untuk perawat pun beragam.
Perawat laki-laki biasa disebut mantri, sedangkan perawat perempuan disebut suster. Ketimpangan
ini terjadi karena perawat sering kali diposisikan sebagai pembantu dokter. Akibatnya, perawat
terbiasa bekerja layaknya seorang dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.
Tidak menutup kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung hingga kini. Hal ini
tentunya akan menghambat upaya pengembangan keperawatan menjadi profesi kesehatan yang
profesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah terinternalisasi akan sulit untuk diubah.
Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita antar-perawat serta kemauan profesi lain
untuk menerima dan mengakui perawat sebagai sebuah profesi kesehatan yang
profesional.Tentunya kita berharap pengakuan ini bukan sekedar wacana, tetapi harus
terealisasikan dalam kehidupan profesional.Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi
ini adalah pandangan bahwa perawat merupakan bagian dari dokter. Dengan demikian, dokter
berhak “mengendalikan” aktivitas perawat terhadap klien. Perawat menjadi perpanjangan tangan
dokter dan berada pada posisi submisif. Kondisi seperti ini sering kali temui dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Salah satu penyebabnya adalah masih belum berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter
dan perawat dengan benar. Jika kita cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebaliknya. Dokter
seharusnya merupakan bagian dari perawatan klien. Seperti kita ketahui, perawat merupakan
tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan klien. Asuhan
keperawatan yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-sakit. Dengan demikian, perawat adalah
pihak yang paling mengetahui perkembangan kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan
bertanggung jawab atas klien. Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain meminta “izin”
terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi dengan klien. Hal yang sama juga berlaku
untuk keputusan memulangkan klien. Klien baru boleh pulang setelah perawat menyatakan
kondisinya memungkinkan. Walaupun program terapi sudah dianggap selesai, program perawatan
masih terus berlanjut karena lingkup keperawatan bukan hanya pada saat klien sakit, tetapi juga
setelah kondisi klien sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. .Konsep Dasar Keperawatan.EGC: Jakarta
Simamora, Raymond H. .Buku Ajar Pendidikan dan Keperawatan.EGC: Jakarta
http://mustikadwiagustin.blogspot.com/2010/11/sejarah-keperawatan.html
Anak Menanga
I Putu Juniartha Semara Putra
Tentang iklan-iklan ini
b. Periode 1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada tahun 1972
tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju dalam perkembangan
keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam
pembenahan keperawatan melalui kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai
pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperawatan di dunia dapat diawali pertama, sejak zaman manusia itu
diciptakan (manusia itu ada). Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri
(tercermin pada seorang ibu). Naluri yang sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini
adalah menyusui anaknya sehingga pada harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah
perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian
bergeser ke zaman purba dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan
mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama
Animisme, dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh
kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jiwa jahat akan menimbulkan kesakitan dan jiwa
sehat akan menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai
ibu yang merawat keluarganya yang sakit dengan memberikan perawatan fisik serta
mengobatipenyakit dengan menghilangakan pengaruh jahat. Mereka meyakini bahwa sakitnya
seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar
dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan
sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut dengan
bantuan priest physician. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya
Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam
merawat orang sakit serta anggota kasih saying yang anggotanya menjauhkan diri dari keramaian
dunia dan hidupnya ditujukan pada perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah
rumah-rumah perawatan dan akhirnya mulailah awal perkembangan ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat
ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien
karena ada anggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu
perawat dianggap sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin
agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu
banyak terbentuk Diakones (deaconesses) yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk
mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk
mengubur bagi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti
Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan sebagai tempat perawatan orang sakit,
orang cacat, miskin, dan yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia, khususnya di Timur
Tengah, perkembangan keperawatan mulai maju seiring dengan perkembangan agama Islam.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diikuti dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan, dan obat-
obatan. Sebagaimana dalam Al-Qur’an dituliskan pentingnya menjaga kebersihan diri,makanan,
lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yang
dikenal dengan nama Rufaidah.
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah
ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan
adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga
perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat
bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari
orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas
rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat
dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama
dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini
adalah Genevieve Bouquet.
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai
dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris
untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi
Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence
dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
6. Zaman Sebelum Perang Dunia Kedua
Zaman sebelum perang dunia kedua,pada masa perang dunia ke dua ini timbul prinsip rasa
cinta sesama manusia dimana saling membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa
sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari
adanya pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence Nightingale mempunyai
pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu disiapkan pendidikan bagi perawat,
ketentuan jam kerja perawat, dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah
dengan menetapkan struktur dasar dipendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat,
menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki oleh
calon perawat. Florence dalam merintis keperawatan diawali dengan membantu para korban akibat
perang krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang dirawat disebuah barak rumah sakit Thomas
di London dan juga mendirikan sekolah perawatan dengan nama Nightingale Nursing School.
Selama masa perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi
akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat
mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam
Masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang akibat
perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin
pesat. Sebagai contoh di Amerika, perkembangan keperawatan pada masa itu diawali kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang relative tinggi sehingga
menimbulkan masalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang
mempengaruhi pola tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk member
penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan seperti pelayanan
kuratif, preventif, dan promotif, dan juga terdapat kebijakan Negara tentang peraturan sekolah
perawat. Pada masa itu perkembangan perawat dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula
bersifat individu bergeser kea rah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1948, perawat diakui
sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi perhatian dalam pemberian penghargaan pada
perawat atas tanggung jawabnya dalam tugas.
Pada masa ini, Negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari
Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang
sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta
pada tahun 1799 yang bertugas untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda,sehingga
akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara ddan dinas kesehatan rakyat.
Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti
perkembangan tentang keperawatan.
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah
diadakan saha dalam memelihara kesehatan diantaranya, usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan memperbaiki kesehatan pada
para tawanan.
Orang-orang yang menaruh perhatian terhadap tanda-tanda penyakit orang "ahli" dalam
mengambil tindakan pengobatan terhadap orang sakit. Orang ahli tersebut kemudiajn
disebut ahli obat-obatan/dukun, dalam pengobatan, dukun memperhatikan aturan-aturan
sebagai berikut :
A. Ajaran Alam
Suatu kepercayaan yang menganjurkan bahwa alam sendiri memberikan petunjuk-
petunjuk tentang obat yang akan dipakai misalnya Luka yang berdarah di beri balutan
atau kain yang berwarna merah/daun merah. Apabila sakit kuning di beri obat minum dari
akar-akaran atau kulit tumbuhan berwarna kuning.
B. Ajaran Transmigrasi
Suatu ajaran yang mempercayai akan adanya kekeuatanm daya pemindahan. Misal :
Pada waktu seorang wanita akan melahirkan, diberi air rendaman daun dan membuka
lebar-lebar semua pintu
A. Mesir
Bangsa mesir pada zaman purba telah menyembah banyak dewa. Dewa yang terkenal
antara lain Isis. Mereka beranggapan bahwa dewa ini menaruh minat terhadap orang
sakit dan memberikan pertolongan pada waktu si sakit sedang tidur. Didirikanlah kuil
yang merupakan rumah sakit pertama di mesir Ketabiban Ilmu ketabiban terutama ilmu
bedah telah dikenal oleh bangsa mesir zaman purba (± 4800 SM). Dalam menjalankan
tugasnya sebagai tabib ia menggunakan bidai (spalk), alat-alat pembalut, ia mempunyai
pengetahuan tentang anatomi, Hygienr umum serta tentang obat-obatan. Didalam buku-
buku tertulis dalam kitab Papyrus didalamnya memuat kurang lebih 700 macam resep
obat-obatan dari Mesir
C. Yahudi kuno
Ilmu pengetahuan bangsa Yahudi banyak di peroleh dari bangsa Mesir. Misalnya : cara-
cara memberi pengobatan orang yang terkenal adalah Musa. Ia juga dikenal sebagai
seorang ahli hygiene. Dibawah pimpinannya bangsa Yahgudi memajukan minatnya yang
besar terhadap kebersihan umum dan kebersihan diri.
Undang-undang kesehatan bangsa Yahudi menjadi dasar bagi hygiene modern dimana
cara-cara dan peraturannya sesuai dengan bakteriologi zaman sekarang, misalnya :
1. Pemeriksaan dan peminilah bahan makanan yang akan di makan
2. Mengadakan cara pembuangan kotoran manusia
3. Pelarangan makan daging babi karena dapat menimbulkan suatu penyakit
4. Memberitahukan kepada yang berwajib bila ada penyakit yang berbahaya,
sehingga dapat diambil tindakan
D. India
Bangsa India (Hindu) di zaman purba telah memeluk agama Brahmana, disamping
memuja dan meminta pertolongan kepada dewa (dikuil) untuk menyembuhkan orang
sakit. Di India telah terdapat RS khususnya di Utara saat pemerintahan Rasa Asoka, ± 8
RS dimana sebagian kemudian dijadikan sekolah-sekolah pengobatan dan perawatan
E. Tiongkok
Bangsa Tiongkok telah mengenal penyakit kelamin diantaranya gonorhoea dan syphilis.
Pencacaran juga telah dilakukan sejak 1000 SM ilmu urut dan psikoterapi.
Orang-orang yang terkenal dalam ketabiban :
Seng Lung, dikenal sebagai "Bapak Pengobatan, yang ahli penyakit dalam dan
telah menggunakan obat-obat dari tumbuh-tumbuhan dan mineral (garam-
garaman). Semboyannya yang terkenal adalah Lihat, Dengar, Tanya, Rasa
Chang Chung Ching ± 200 Sm telah mengerjakan lavement dengan menggunakan
bambo.
F. Yunani
Bangsa Yunani zaman purba memuja dan memuliakan banyak dewa (polytheisme) dewa
yang terkenal adalah dewa yang dianggap sebagai dewa pengobatan putri dan dewa
yang bernama hygiene sebagai Dewi kesehatan, maka timbullah perkataan higyene.
Untuk pemujaan terhadap para dewa didirikan kuil (1134 SM) yang juga berfungsi
sebagai pengobatan orang sakit dan perawatan dikerjakan oleh para budak-budak.
Orang-orang ternama dalam ketabiban antara lain:
G. Roma
Rumah sakit Roma zaman purba di sebut valentrumdinari Roma yang terdapat di swiss
ditemukan alat-alat perawatan ex. Peralatan untuk huknah pot-pot tempat selep. Juga
ditemukan instrument untuk keperluan pembedahan ex : pisau, pincet, klem arteri,
speculum. Tokoh terkenal Julius Caesar (101-44 SM). Seorang wali Negara yang
pertama-tama mengakui guru-guru hygiene dan menganjurkan tentang kesehatan dan
kebersihan
H. Irlandia
Pengetahuan tentang pengobatan telah diketahui lama SM. Tentang Rumah sakit,
Seorang putri raja bernama Macha (abad ke 3) mendirikan rumah sakit untuk orang-
orang miskin yang sakit. Nama RS tersebut Broin Beargh àtau rumah kesusahan
I. Amerika
Rumah sakit sederhana telah didirikan dikota besar oleh bangsa Asteken di Amerika
Utara, sedang RS yang baik dan merupakan RS pertama didirikan pada tahun 1521 oleh
cortez dari Mexico yaitu RS san Jesu Nazareno
Permulaan diakones
Diakones pembantu pendeta dalam gereja, memberi nasehat, mengobati orang sakit
serta mengunjungi tempat tawanan. Diakones menjadi satu lembaga wanita yang
pertama dari organisasi agama Kristen yang bekerja dan mengembangkan pekerjaan
perawatan perawat penunjang rumah yang pertama.
Philantrop
Philantrop laki-laki dan wanita yang menjauhkan diri dari keramaian dunia dan berkumpul
dalam satu tempat-monastic (laki-laki = monk; wanita = non)
Monastic hospital
Adalah gabungan antara hospital/xenodochoion dnegan monastery. Disini orang yang
sakit dirawat oleh non (wanita) dimana monastic hospital yang terkenal didirikan pada
tahun 559, mempunyai kurang lebih 200 non. Bentuk dari monastic hospital :
C. Perang
Adanya perang berdampak positif bagi keperawatan oleh karena banyaknya
korban perang maka kebutuhan tenaga perawat sangat tinggi.
Perang salib Banyaknya sukarelawan dijadikan perawat yang terdiri orde-orde
agama, para wanita yang mengikuti suami ke medan perang. Pengaruh perang
salib terhadap keperawtan adalah mulai dikenal konsep P3K. keberadaan perawat
mulai dibutuhkan dalam ketentraman dan timbul peluang kerja bagi perawat
dibidang sosial.
1. Hotel Dieu Di Lion, perawat diambil dari mantan wanita jalanan atau wanita yang telah
bertaubat
2. Hotel Dieu di Paris, perawat diambil dari orde-orde agama sesudah revolusi perancis
orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat digantikan oleh orang-orang bebas yang
tidak terikat pada agama. Pelopor perawat yang terkenal di rumah sakit ini adalah
GENEVIEVE BOUZUET
3. ST. Thomas Hospital, didirikan pada tahun 1123 M, dirumah sakit inilah FLORENCE
NIGHTINGALE memulai karirnya memperbaharui keperawatan.Pada awal abad XIX
reformasi sosial masyarakat merubah peran perawat dan wanita secara umum. Perawat
mulai dipercaya banyak orang. Contohnya adalah FLORENCE Nightingale yang menjadi
pelopor keperawatan dunia.
Florencen Nightingale Lahir tahun 1820 dari keluarga kaya raya dan terhormat meniti
karirnya dirumah skait ST. Thomas Hospital ditentang keras oleh keluarganya. Ia diterima
mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Ditunjuk oleh pemerintahan
inggris untuk menata asuhan keperawatan rumah sakit militer di turki memberi peluang
baginya untuk meraih prestasi (Taylor. C, 1989) Sesudah perang krim Florence
nightingale kembali ke Inggris mempelopori berdirinya sekolah-sekolah perawat modern
tahun 1840 Kontribusi Florence Nightingale:
4. Tahun 1962-sekarang
Keperawatan mulai berkembang dengan pesat Tahun 1962 mulai banyak berdiri akademi
keperawatan (AKPER) tahun 1985 program studi ilmu keperawatan (PSIK)
diselenggarakan oleh fakultas kedokteran universitas Indonesia lulusan I tahun 1988
Dampak : Meningkatkan pelayanan keperawatan, pendekatan proses keperawatan dan
meningkatkan peran dan fungsi perawat.
Zaman Kuno
Seperti juga di Negara-negara lainnya keperawatan diserahkan kepada perempuan yang
merawat keluarganya Penyakit dianggap perbuatan setan yaitu dukun, cara pengobatan
dengan menggunakan daun-daunan
Pada tahun 1724-1744) di luar kota didirikan rumah sakit yang kedua yang diberi nama :
Buiten Hospital mengantikan Binnen Hospital yang di tutup pada tahun1808. Karena VOC
dibubarkan 1799 maka oleh pemerintahan Belanda menyerahkan kepada pemerintah
Indonesia yang kemuudian membentuk Organisasi Negara " Hindia Belanda". Pada
tahun zaman penjajahan belanda I ( 1799-1811 ) tidak ada usaha kesehatan yang boleh
dikatakan menonjol pada umumnya merupakan usaha lanjutan dari apa yang telah ada.
Pengaruh kententaraan pada keperawatan mulai ada usaha-usaha dibidang kesehatan
yang antara lain
Pada waktu pemerintahan Daendels yang terkenal dengan pembuatan jalan Merak
Banyuwangi, perlu lebih meningkatkan kesehatan tentaranya. Dibuatlah beberapa
Rumah sakit Garnizoen, yaitu di Semarang dan Surabaya. Pelayanannya hanya
memperhatikan dinas kesehatan tentara saja.
Zaman Penjajahan Inggris Tahun 1811-1816
Gubernur Jenderal Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Usaha-usaha di
bidang kesehatan tersebut dinyatakan dalam kata-katanya "kesehatan adalah milik
manusia". Usaha-usahanya:
Dr. W. de bosch yang sangat menaruh perhatian terhadap kesehatan mendirikan sekolah
dokter jawa (1852), yang kemudian berkembang menjadi STOVIA (1898) dan akhirnya
GHS (1927). Ia juga mengadakan persiapan pendidikan kebidanan pada tahun 1852.
Tahun 1875 pendidikan kebidanan ini ditutup kembali.Rumah-rumah sakit
partikelir(swasta) diadakan oleh Zending.
Muhammadiyah, bala keselamatan. Salah satu yang terkenal adalah rumah sakit di Gang
Paal yang sekarang menjadi Rumah Sakit Cikini, didirikan pada tahun 1879. rumah skit
yang lain ialah: RS St Carolus di Jakarta, RS St Borromeus di Bandung dan RS Elizabeth
di Semarang. Pendidikan perawatan telah ada yang dimulai di RS cikini pada tahun 1900.
Pendidikan juru rawat dimulai pada tahun 1906 di RS Glodok pad tahun 1912.
Rumah-rumah sakit jiwa baru didirikan pada tahun 1875 di Cilendek,Bogor yang
merupakan rumah sakit jiwa yang pertama di Indonesia dengan kapasitas 400. Rumah
sakit jiwa yang kedua ialah rumah sakit jiwa di Lawang didirikan pada tahun 1894 yang
sekarang terdiri dari sumber porong,Pasuruan,Sumpyuh,sehingga merupakan rumah
sakit jiwa yang terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 3300. Rumah sakit jiwa ke 3
ialah yang berada di magelang,didirikan pada tahun 1923 dengan kapasitas 1400.Yang
lainnya didirikan di Grogol, Jakarta.Padang, Palembang, Banjarmasing, Menado, yang
masing-masing dngan kapasitas 1.k.60 Perawatan dikerjakan oleh juru rawat-juru rawat
dan penjaga orang sakit dibawah pengawasan perawat jiwa bangsa Indonesia.
Pendidikan perawat jiwa baru dibuka pada bulan September 1940 di Cilendek,Bogor.
Pendidikan ini berupa "Kursus".Pada mulanya yang diterima hanya orang-orang Belanda
dan Indo Belanda;pada tahun 1951 dibuka kursus untuk perawat-perawat bangsa
Indonesia.Yang mengikuti banyak yang berasal dari luar Jawa,misalnya :
Sumatra,Kalimantan da sebagainya.
Saat ini perawatan penyakit jiwa dikerjakan secara modern dan tidak lagi ditempatkan
dalam kamar tertutup,akan tetapi dibangsal-bangsal bebas.Mereka mendapat
kebebasan,dihibur dan dapat bergaul dengan sopan sehingga akhirnya insyaf dan sadar.
KESIMPULAN
Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan
manusia perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakin maju peradaban
manusia maka semakin berkembang keperawatan. dan pengobatan zaman purba orang-
orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan primitive, namun demikian mereka
sudah mampu sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati.
SARAN
Untuk menjadi perawat yang profesional kita harus tahu tentang sejarah perkembangan
keperawatan, karena dengan mengetahui sejarah perkembangankeperawatan kita dapat
mengetahui sampai dimana perkembangan keperawatan pada masa dahulu dan dimana
letak kekurangan dan kelebihan keperawatan pada masa dahulu sehingga kita bisa
memperbaiki kekurangan tersebut hingga menjadi lebih baik .