Anda di halaman 1dari 24

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika

Keperawatan

Disusun Oleh :

Hibatullah Rheka P (160614914401043 )


Ayu Sekar Rini (160614914401065 )

KELAS 1B

AKADEMI KEPERAWATAN 17 KARANGANYAR

2016/2017

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merawat orang sakit merupakan salah satu sifat kemanusiaan yang terdapat
dalam diri manusia. Politik, agama, serta keadaan masyarakat selama ini memainkan
peranan dalam timbulnya pekerjaan keperawatan dan pelayanan. Pada masa lalu, pasang
surut keperawatan selalu berkaitan dengan peperangan, serta kemakmuran.
Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu
pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada umumnya pelayanan
orang-orang sakit tersebut dipandang sebagai suatu tindakan amal.

B. Batasan Bahasan

1. Sejarah keperawatan di Indonesia


2. Masa sebelum kemerdekaan
3. Masa setelah kemerdekaan
4. Sejarah perkembangan PPNI
5. Pendidikan keperawatan di Indonesia
6. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan

C. Tujuan

Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah perkembangan keperawatan di


Indonesia dan Mengetahui sejarah keperawatan di Indonesia.

D. Manfaat

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah perkembangan di Indonesia


2. Meningkatkan kulaitas mahasiswa keperawatan dengan mengetahui sejarah
keperawatan agar dapat menasosiasikan terhadap ilmunya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan


tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992). Menurut Effendy (1995),
perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat
kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan. Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan
suatu kegiatan dalam ruang lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri,
menyangkut sesuatu yang lain dan menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu,
kita menginginkan hasil yang dicapai akan memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha
untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan
diperoleh.
Berbicara tentang sejarah keperawatan di Indonesia, maka perkembangan
keperawatan di Indonesia dapat dibagi dalam tiga masa yaitu:

A. Keperawatan di Masa Kuno


Masyarakat Indonesia di masa kuno beranggapan bahwa penyakit itu disebabkan
oleh perbuatan makhluk halus yang jahat. Kepercayaan ini begitu mengakar pada
masyarakat, sehingga ketika ada yang sakit maka mereka akan pergi ke dukun untuk
mendapatkan pengobatan. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
mantra-mantra dan bahan-bahan tertentu yang tidak terbukti khasiatnya. Dari segi
keperawatan, orang yang sakit hanya dirawat oleh kaum wanita yang berlandaskan
kepada naluri keibuan (mother instinc). Tidak ada catatan yang menyebutkan kaum pria
ikut serta melakukan perawatan dengan alasan kaum pria tidak mempunyai kasih
sayang yang cukup untuk merawat orang sakit. Pada masa kuno ini, tidak ada catatan
sejarah yang menyebutkan perkembangan yang berarti dalam bidang keperawatan.

3
Zaman Kuno Seperti juga di Negara-negara lainnya keperawatan diserahkan kepada
perempuan yang merawat keluarganya. Penyakit dianggap perbuatan setan yaitu dukun,
cara pengobatan dengan menggunakan daun-daunan.

B. Keperawatan di Masa Penjajahan


Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk
pribumi yang disebut Verpleger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang
sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan pada
tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah
Belanda pada masa itu antara lain membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas
Kesehatan Rakyat. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Deandels mendirikan
rumah sakit di Semarang dan Surabaya. Karena tujuannya hanya untuk kepentingan
tentara belanda, maka tidak diikuti perkembangan keperawatan. Sebaliknya, Gubernur
Jenderal Inggris, Raffless, sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Semboyannya
adalah kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain mengadakan pencacaran
umum, membenahi cara perawatan pasien gangguan jiwa serta memperhatikan
kesehatan dan perawatan para tahanan. Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan
Belanda, usaha-usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Pada
tahun 1819 di Jakarta didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah
Rumah Sakit Stadverband berlokasi di Glodok Salemba yang sekarang bernama Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi rumah sakit pusat
rujukan nasional dan pendidikan nasional. Pada kurun waktu 1816-1942 berdiri bebrapa
rumah sakit swasta milik Misionaris Katolik dan Zending Protestan antara lain Rumah
sakit PGI Cikini, Rumah Sakit St. Carolus Salemba, Rumah Sakit St. Boromeus
Bandung dan Rumah Sakit Elisabeth Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah
sakit diatas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan
pendidikan juru rawat, RSCM tahun 1912 ikut menyelenggarakan pendidikan juru
rawat. Itulah sekolah perawat pertama yang berdiri di Indonesia meskipun baru
pendidikan okupasional. Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang tahun
1942-1945 menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran karena
pekerja perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang

4
telah dididik, maka pada masa Jepang tugas perawat dilakukan oleh mereka yang tidak
dididik untuk menjadi perawat.
Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
kemajuan. Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep
keperawatan dari Negeri Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah
Belanda yang mendirikan dinas kesehatan khusus tentara (saat itu disebut MGD) dan
dinas kesehatan rakyat (saat itu disebut BGD). Melalui kedua dinas tersebut pemerintah
Belanda merekrut perawat dari penduduk pribumi.
Perawat yang dalam bahasa Belanda disebut Velpleeger menjalankan tugasnya
sebagai perawat dengan dibantu oleh penjaga orang sakit yang disebut Zieken Opposer.
Para perawat dan penjaga orang sakit ini difasilitasi untuk membentuk organisasi
profesi. Organisasi profesi perawat pertama dibentuk di Surabaya pada tahun 1799,
organisasi tersebut bernama Perkoempoelan Zieken Velpleeger / Velpleester Boemi
Poetra (disingkat PZVB Boemi Poetra). Para perawat ini bekerja di Binnen Hospital di
Surabaya untuk merawat staf dan tentara Belanda.
Untuk meningkatkan kemampuan para perawat ini agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang profesional, maka para perawat ini melalui organisasinya
diberikan semacam pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah Belanda. Ilmu
keperawatan pada masa Belanda disebut Verpleegkunde. Sejak saat itu banyak sekali
istilah-istilah keperawatan Indonesia yang mengadopsi bahasa Belanda. Sampai
sekarang masih sering kita dengar istilah Belanda tersebut, misalnya nierbeken
(bengkok), laken (sprei), bovenlaken (kain penutup), warm-water zak (buli-buli hangat),
Iiskap (buli-buli dingin), scheren (gunting/cukur), dan lain-lain.
Ketika kekuasaan beralih ke masa Pemerintahan Jepang, keperawatan Indonesia
mengalami masa kegelapan. Wabah penyakit menyebar di mana-mana, jumlah orang
sakit meningkat, sementara bahan-bahan yang dibutuhkan seperti balutan dan obat-
obatan dalam kondisi kekurangan. Pendidikan keperawatan yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda terhenti. Banyak perawat yang berhenti bekerja sebagai perawat
dikarenakan ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya tidak ada catatan perkembangan
sampai akhirnya Indonesia mendapatkan kemerdekaan.
Masa penjajahan belanda

5
Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut VELPEGER
dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. usaha pemerintahan
Belanda dibidang kesehatan adalah :
Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799
Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital
Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)
Membentuk Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)
Zaman Penjajahan Inggris
Gubernur jendral Rafles sangat memperhatikan rakyat semboyan : Kesehatan
adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan :
Pencacaran secara umum
Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
Memperhatikan kesehatan pada para tawanan
Zaman Penjajahan Jepang
Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga
merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-
kemunduran ini terlihat pada pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak
terdidik, Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang jepang, Obat-obatan sangat
kurang. Wabah penyakit terjadi dimana-mana.

C. Sejarah Perkembangan Keperawatan Sebelum Kemerdekaan


Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk
pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan
tahun 1799. Pada masa VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816),
telah memiliki semboyan Kesehatan adalah milik manusia Pada saat itu Raffles telah
melakukan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
serta memperhatikan kesehatan dan perawatan tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, di Jakarta pada tahun
1819 didirikan beberapa rumah sakit. Salah satunya adalah rumah sakit Sadsverband
yang berlokasi di Glodok-Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakat tersebut
dipindahkan ke Salemba dan sekarang dengan nama RS. Cipto Mangunkusumo
(RSCM).

6
Dalam kurun waktu 1816-1942 telah berdiri beberapa rumah sakit swasta milik
misionaris katolik dan zending protestan seperti: RS. Persatuan Gereja Indonesia (PGI)
Cikini-Jakarta Pusat, RS. St. Carolos Salemba-Jakarta Pusat. RS. St Bromeus di
Bandung dan RS. Elizabeth di Semarang. Bahkan pada tahun 1906 di RS. PGI dan
tahun 1912 di RSCM telah menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Namun
kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami
kemunduran.

D. Keperawatan Indonesia Setelah Kemerdekaan


Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah
sebagai berikut:

1. Pembangunan dibidang kesehatan dimulai tahun 1949.


2. Sebelum tahun 1950: Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang
keperawatan.

3. Tahun 1950: Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata


Rawat (SPR).

4. Pada tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan. Yaitu sekolah guru perawat
dan sekolah perawat setingkat SMP.

5. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan pada tahun 1962 dengan


didirikanya Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilakan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan ini
didirikan pula Akper Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.

6. Tahun 1945 1955: Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu


Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan,
Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam
Kesehatan.

7. Tahun 1955 - 1974: Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu


Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat

7
Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat
Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan.

8. Tahun 1974: Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat
Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti
Sekolah Penata Rawat (SPR).

9. Tahun 1974: Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

10. Tahun 1976: Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan
pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah
sakit.

11. Pada Januari 1983: Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang


menghasilkan:

a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam


pelayanan kesehatan;

b) program gelar dalam pendidikan keperawatan;

c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai


identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi
praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

12. Tahun 1985: Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1


Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di
Indonesia.
13. Jumlah Akper terus bertambah sampai berjumlah 227 buah di bulan desember
1996.

14. Tahun 1999: Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).

8
15. Tahun 2000: Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri
Kesehatan.

Periode 1945 -1962


Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat
dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system
pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun
pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat
pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang lulusannya
disebut mantri juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah
Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu tahun dan
sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi
selama satu tahun. Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan
pendidikan dasar umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo.
Sekarang dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
Walaupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan pendidikan
keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit.
Kemudian juga ditinjau dari masih berorientasinya perawat pada keterampilan tindakan
dan belum dikenalkannya konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep
perkembangan keperawatan belum jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih
berorientasi pada keterampilan prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan dari
pelayanan medis.
Periode 1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada
tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju
dalam perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini

9
terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui kerjasama dengan CHS, Depkes
dan organisasi lainnya.
Periode 1984 Sampai Dengan Sekarang

Sejak adanya kesepakatan pada lokakarya nasional (Januari 1983) tentang


pengakuan dan diterimanya keperawatan sebagai suatu profesi, dan pendidikannya
berada pada pendidikan tinggi, terjadi perubahan mendasar dalam pandangan tentang
pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi menekankan pada
penguasaan keterampilan, tetapi lebih pada penumbuhan, pembinaan sikap dan
keterampilan profesional keperawatan, disertai dengan landasan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan. Tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi
keperawatan di Indonesia, sebagai perwujudan lokakarya tersebut di atas pada tahun
1984 diberlakukan kurikulum nasional untuk Diploma III Keperawatan.
Dari sinilah awal pengembangan profesi keperawatan Indonesia, yang sampai saat ini
masih perlu perjuangan, karena keperawatan di Indonesia sudah diakui sebagai suatu
profesi maka pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan harus didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan. Hal ini sejalan dengan tuntutan UU No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, terutama pada pasal 32 yang berbunyi:

Ayat 3: Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran
atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ayat 4: Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau
ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu. Tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu
Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan kurikulum pendidikan
tenaga keperawatan jenjang S1 juga disahkan. Tahun 1992 merupakan tahun penting
bagi profesi keperawatan karena pada tahun ini secara hukum keberadaan tenaga
keperawatan sebagai profesi diakui dalam undang-undang yaitu yang dikenal dengan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No.
32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan sebagai penjabarannya.
Tahun 1995 dibuka lagi Program Studi Keperawatan di Indonesia, yaitu di Universitas

10
Padjajaran Bandung dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berubah menjadi
Fakultas Keperawatan.

Tahun 1998 dibuka kembali program Keperawatan yang ketiga yaitu Program
Studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kurikulum Ners.
disahkan, digunakannya kurikulum ini merupakan hasil pembaharuan kurikulum S1
Keperawatan tahun 1985. Tahun 1999 Program S1 kembali dibuka, yaitu Program Studi
Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas Airlangga Surabaya, PSIK di Universitas
Brawijaya Malang, PSIK di Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, PSIK di
Universitas Sumatera Utara, PSIK di Universitas Diponegoro Jawa Tengah, PSIK di
Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud No. 129/D/0/1999 dibuka juga
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) di St. Carolus Jakarta. Pada tahun ini juga
(1999) kurikulum DIII Keperwatan selesai diperbaharui dan mulai didesiminasikan
serta diberlakukan secara nasional. Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan
hukum bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara
professional.

E. Sejarah Perkembangan PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan seluruh


perawat indonesia, didirikan pada Tanggal 17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit yang
sama dicetuskan oleh perintis perawat bahwa tenaga keperawatan harus berada pada
wadah / organisasi nasional (fusi dan federasi). Sebagai fusi dari beberapa organisasi
yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan baik dalam bentuknya
maupun namanya. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Velpleger Boemibatera
(PKVB) yang didirikan pada tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat sangat dihormati
oleh masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang dilaksanakan dalam merawat
orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 mendorong perubahan nama PKVB
menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI). Pergantian kata Boemibatera
menjadi Indonesia pada PKVI bertahan hingga tahun 1942. Pada masa penjajahan
Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan

11
merupakan zaman kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia. Pelayanan keperawatan
dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula
organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.

Bersama dengan Proklamasi 17 Agusutus 1945, tumbuh Organisasi Profesi


Keperawatan. Setidaknya ada tiga organisasi profesi antara tahun 1945-1954 yaitu
Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam
(PENJURAIS) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi
pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi profesi yang
ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI). sebagai upaya konsolidasi
organisasi profesi tanpa mengikutsertakan Serikat Buruh Kesehatan (SBK) karena
terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam kurun waktu 1951-1958 diadakan Kongres di Bandung dengan


mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia
(PPDKI) dengan keanggotaan bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959-
1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan
(SBK) bergabung menjadi satu organisasi Profesi tingkat Nasional dengan nama
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang resmi dipakai sebagai
nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia hingga saat ini.

Nama-nama pendiri PPNI antara lain:

1. Oyoh Radiat, MSc dari IPI-Jakarta (PB)


2. H.B. Barnas dari IPI-Jakarta (PB)
3. Maskoep Soerjo Soemantri dari IPI-Jakarta (PB)
4. J. Soewardi dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
5. Sjuamsunir Adam dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
6. L. Harningsih dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung
7. Wim Sumarandek, SH dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung

12
Kongres Pertama (I) dibuka oleh Menkes RI di Balai Sidang Senayan Jakarta
dan siding-sidang dilaksanakan di Komplek Angkatan Laut jalan Kwini Jakarta Pusat
berlangsung pada tanggal 15.
20 Nopember 1976 dengan hasil-hasil Konggres:
1. Kode Etik Keperawatan Indonesia
2. AD/ART PPNI
3. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
4. Bendera dan Lambang Organisasi
5. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris : Maskoep Soerjo Soemantri
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat

Konggres Kedua (II) dilaksanakan pada tanggal 17-21 Juni 1980 di Surabaya
The Smilling Nurse Oyoh Radiat, MSc terpilih kembali sebagai ketua dan telah terjadi
regenerasi walaupun masih terbatas. Keperawatan sebagai pendidikan tinggi mulai
dibicarakan lebih inten, konsep keperawatan sebagai profesi belum tergali dengan baik,
kontak dengan International Council Nurse (ICN) telah diprakarsai walupun belum
inten dan efektif.
Hasil keputusan Kongres:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Penetapan Kepengurusan:
Ketua : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris : Maskoep Soerjo Soemantri

alan Kimia 10 Jakarta Pusat


Konggres Ketiga (III) dilaksanakan pada tanggal 15-18 Desember 1984 di
Jakarta. Konggres ini dibuka di Istana Negara oleh Presiden RI Bapak Soeharto, sidang
ilmiah dan organisasi dilaksanakan di Wisma Wiladatika / Panti Usila Cibubur Jakarta
Timur.

13
Hasil Konggres Ketiga adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Oyoh Radiat, MSc
Sekretaris : Drs. Husein, SKM
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Pada Konggres Ketiga ini diadakan penyempurnaan AD / ART ang intinya adalah
mengganti istilah:
1. Konggres Nasional menjadi Musyawarah Nasional
2. Pengurus Besar menjadi Dewan Pimpinan Pusat
3. Pengurus Wilayah menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I
4. Pengurus Cabang menjadi Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II
Musyawarah Nasional Keempat (IV) berlangsung pada tanggal 27 Nopember-1
Desember 1989 dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah. Hasil yang disepakati pada Munas
IV ini adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Setien Wuntu, MPH
Sekretaris : Drs. Zaidin Ali
Sekretariat : Pusdiklat Depkes RI Jl. Hangjabat
Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Dalam Munas IV ini telah diputuskan Ikrar Perawat Indonesia
Musyawarah Nasional Kelima (V) dilaksanakan pada tanggal 5-29 Januari 1995
bertempat di Wisma Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil
Presiden RI Bapak Tri Sutrisno. Sidang sidang ilmiah dan organisasi juga
diselenggarakan di Wisma Haji Jakarta.
Hasil Munas Kelima adalah:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Besar Program Kerja PPNI

14
3. Pergantian Kepengurusan:
Ketua : Drs. Husein, SKM
Sekretaris : Drs. Zaidin Ali
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Musyawarah Nasional Keenam (VI) diselenggarakan di Bandung pada tanggal
16-18 April 2000, Munas dibuka oleh Menteri Kesehatan RI Bapak dr. Sujudi, MPH.
Hasil kesepakatan Munas VI antara lain:
1. AD/ART PPNI
2. Garis-Garis Program Kerja PPNI
3. 13 Keputusan dan Rekomendasi diantaranya:
1. Kode Etik Keperawatan Indonesia
2. Legislasi Praktek Keperawatan
3. Dewan Pimpinan Pusat diganti Dewan Pengurus Pusat
4. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I diganti Pengurus Propinsi
5. Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II diganti Pengurus Kabupaten /
Kota
Pergantian Kepengurusan :
Ketua : Achir Yani S. Hamid, DNSc
Sekretaris : Dra. Herawani Aziz, M. Kes., M. Kep.
Sekretariat : Jalan Kimia 10 Jakarta Pusat
Musyawarah Nasional Ketujuh (VII) dilaksanakan pada tanggal 24-28 Juli 2005
di Menado Convention Centre (MCC) Jalan Piere Tendean Boulevard Manado.
Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum tahun 1950 : Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang
keperawatan.
2. Tahun 1950 : Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah
Penata Rawat (SPR).
3. Tahun 1945-1950 : Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu
Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan,
Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam
Kesehatan.

15
4. Tahun 1962 : Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).
5. Tahun 1955-1974 : Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan
yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat
Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat
Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan.
6. Tahun 1974 : Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat
Tingkat Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang
mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR).
7. Tahun 1974 : Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
8. Tahun 1876 : Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu
dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari
rumah sakit.
9. Pada Januari 1983 : Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang
menghasilkan:
a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan;
b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan;
c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai
identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi
praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
10. Tahun 1985 : Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1-
Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di
Indonesia.
11. Tahun 1999 : Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2
Keperawatan).
12. Tahun 2000 : Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan
Menteri Kesehatan.

F. Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia


Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah body
of knowledge yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat,
sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi
Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif

16
dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatakan
profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan pelayanan masyarakat akan
kesehatan di negeri ini.
Berdasarkan pemahaman tersebut dan untuk mencapainya, dibentuklah suatu
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk memelihara dan
meningkatakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam melaksanakan hal ini
tentunya dibutuhkan sumber daya pelaksana kesehatan termasuk di dalamnya terdapat
tenaga keperawatan yang baik, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas.
Saat ini, kebanyakan pendidikan Keperawatan di Indonesia masih merupakan
pendidikan yang bersifat vocational, yang merupakan pendidikan keterampilan,
sedangkan idealnya pendidikan Keperawatan harus bersifat profesionalisme, yang
menyeimbangkan antara teori dan praktik. Oleh karena itu diperlukan adanya penerapan
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yaitu dengan didirikannya lembaga-lembaga
Pendikan Tinggi Keperawatan. Hal ini telah dilakukan oleh Indonesia dengan
membentuk sebuah lembaga Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dimulai sejak tahun
1985, yang kemudian berjalan berdampingan dengan pendidikan-pendidikan vocational.
Selanjutnya, dalam perjalanan perkembangan keprofesionalismeannya, ternyata
keprofesionalismean Keperawatan sulit tercapai bila pendidikan vocational lebih banyak
dari pada pendidikan yang bersifat profesionalisme, dalam hal ini pendidikan tinggi
Keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya standarisasi kebijakan tentang
pendidikan Keperawatan yang minimal berbasis S1 Keperawatan.
Terkait hal tersebut, Direktorat Pendidikan Tinggi mengeluarkan SK No 427/
dikti/ kep/ 1999, tentang landasan dibentuknya pendidikan Keperawatan di Indonesia
berbasis S1 Keperawatan. SK ini didasarkan karena Keperawatan yang memiliki body
of knowladge yang jelas, dapat dikembangkan setinggi-tingginya karena memilki dasar
pendidikan yang kuat2. Selain itu, jika ditelaah lagi, penerbitan SK itu sendiri tentu ada
pihak-pihak yang terkait yang merekomendasikannya, dalam hal ini yakni Departemen
Kesehatan (DepKes) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jika dilihat dari
hal ini, maka dapat disimpulkan adanya kolaborasi yang baik antara Depkes dan PPNI
dalam rangka memajukan dunia Keperawatan di Indonesia.

17
Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Banyak sekali kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh Depkes yang sangat merugikan dunia keperawatan,
termasuk kebijakan mengenai dibentuknya pendidikan Keperawatan DIV (Diploma IV)
di Politeknik-politeknik Kesehatan (Poltekes), yang disetarakan dengan S1
Keperawatan, dan bisa langsung melanjutkan ke pendidikan strata dua (S2). Padahal
beberapa tahun lalu telah ada beberapa Program Studi Ilmu Keperawatan di negeri ini
seperti PSIK Univesitas Sumatera Utara dan PSIK Universitas Diponegoro yang telah
membubarkan dan menutup pendidikan DIV Keperawatan karena sangat jelas
menghambat perkembangan profesi keperawatan. Selain itu masih beraktivitasnya
poltekes-poltekes yang ada di Indonesia sekarang ini sebetulnya melanggar hukum
Sistem Pendidikan Nasional yang ada tentang pendirian Poltekes, yakni Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Kedinasan, di mana pendirian Poltekes yang
langsung berada dalam wewenang Depkes bertujuan dalam rangka mendidik pegawai
negeri atau calon pegawai negeri di bidang kesehatan, sehingga setelah lulus, lulusan-
lulusan Poltekes tersebut akan langsung diangkat menjadi pegawai negeri. Sedangkan
saat ini, Poltekes bukan lagi merupakan Lembaga Pendidikan Kedinasan, sehingga para
lulusannya tidak lagi mendapat ikatan dinas menjadi pegawai negeri. Oleh karena itu,
seharusnya Poltekes-Poltekes yang sekarang ada ini tidak dapat lagi melakukan
aktivitasnya memberikan pendidikan keperawatan.
Selain itu akhir-akhir ini Depkes telah membuat kebijakan yang mengghentikan
utilisasi S1 Keperawatan, dan walaupun masih ada, mereka dijadikan perawat-perawat
S1 yang siap dikirim ke luar negeri. Hal ini bertujuan untuk menggoalkan DIV
Keperawatan. Hal ini tentu saja sudah sangat keterlaluan. Profesi Keperawatan secara
sedikit demi sedikit melalui cara-cara yang sistematis dibawa pada jurang kehancuran.
Namun, Jika memang perawat professional di zaman ini mau berusaha utuk
memperbaiki nasibnya di masa depan , mungkin tidak akan ada kesulitan bagi generasi
selanjutnya untuk mengecap pendidikan keperawatan samapai strata 1 (S1).
G. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan
momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas
Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh-tokoh keperawatan di Indonesia

18
antar lain, Achir Yani S, Hamid, DN. Sc.,mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd.,
Tien Gartinah, MN, dan Dewi Irawaty, MA., dibantu beberapa pakar dari Konsorsium
Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar Keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Tujuan pendiriannya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat
profesional. Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja
secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan intruksi dokter, tegas Prof. Dr. Asri Rasyad,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi, tempat diselenggarakannya PSIK
pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama, 1988. Secara
konseptual pendirian Program Studi Ilmu keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana
keperawatan sebagai perawat profesional memantapkan peran dan fungsi perawat
sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, peneliti di bidang keperawatan profesional yang
dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama iptek di bidang
kedokteran.
Pendidikan program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) tidak dapat dipisahkan dari peran
Konsorsium Ilmu Kesehatan (CHS) di samping tokoh-tokoh keperawatan diatas.
Dalam hal ini peran Prof. Dr. Marifin Husein selaku Ketua Konsorsium Ilmu
Kesehatan. Meskipun beliau berprofesi sebagai dokter, beliau sangat gigih membantu
pendirian PSIK sebagai cikal bakal Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK-UI) yang
merupakna institusi pendidikan tinggi keperawatan profesional pertama di Indonesia,
setingkat sajana. Saat ini melalui surat keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
RI tahun 1995, PSIK-FKUI telah berubah status sebagai fakultas mandiri menjadi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI). Melengkapi Fakultas Ilmu
Keperawatan-UI, pada Universitas Pajajaran Bandung di tahun 1994 didirikan pula
Program Studi Ilmu Keperawatan dan telah berubah status menjadi Fakultas Ilmu
Keperawatan (FIK-UNPAD).

H. Trend Keperawatan Sekarang dan Masa Depan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang termasuk bidang


kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap

19
pelaksanaan hak asasi manusia, kesadaran masyarakan akan kebutuhan kesehatan
mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan
tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pergeseran akan fenomena tersebut, telah mengubah sifat pelayanan


keperawatan dari pelayanan fokasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka
kepada pelayanan profesional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan dan
spesialisasi dalam pelayanan keperawatan. Fokus peran dan fungsi perawat bergeser
dari penekanan aspek kuratif kepada peran aspek preventif dan promotif tanpa
meninggalkan peran kuratif dan rehabilitatif.

Kondisi ini menuntut uapaya kongkrit dari profesi keperawatan, yaitu


profesionalisme keperawatan. Proses ini meliputi pembenahan pelayanan keperawatan
dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan
pendidikan keperawatan dan juga antisipasi organisasi profesi (PPNI).

1. Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan


Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang
profesional, telah memicu perawat untuk terus mengembangkan dirinya dalam berbagai
bidang, terutama penataan sistem pendidikan keperawatan. Oleh karena itu profesi
keperawatan dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan,
orientasi pendidikan dan kerangka konsep pendidikan.
a. Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan
1999, merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini
dapat dilihat dengan adanya:
# Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan dan
Etika Umum)
# Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan Biokimia,
Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.
# Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika Keperawatan,
Komunikasi Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V, Keperawatan Anak I dan II,

20
Keperawatan Maternitas I dan II, Keperawatan Jiwa I dan II, Keperawatan Komunitas I,
II dan III, Keperawatan Keluarga, Keperawatan gawat Darurat, Keperawatan Gerontik,
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Keperawatan Profesional dan Pengantar
Riset Keperawatan. Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan,
yaitu dengan berlakunya kurikulum Ners pada tahun 1998.

Sementara itu di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI)


telah dibuka S2 Keperawatan untuk Studi Manajemen Keperawatan, Keperawatan
Maternitas dan Keperawatan Komunitas. Dan selanjutnya akan dibuka Studi S2
Keperwatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah. Dapat disimpulkan bahwa saat ini
perkembangan keperawatan diarahkan kepada profesionalisme dengan spesialisasi
bidang keperawatan.

b. Orientasi Pendidikan
Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada
pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas,
laboratorium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta memanfaatkan segala sumber yang memungkinkan penguasaan iptek. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan persaingan global.

c. Kerangka Konsep
Berpikir ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif
mandiri, pendidikan dilingkungan masyarakat serta penguasaan iptek keperawatan
merupakan karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.

2. Perkembangan Pelayanan Keperawatan


Perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dengan fokus
asuhan keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan peran kuratif
dan rehabilitatif harus didukung dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang

21
keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dapat
terjadinya pelayanan yang efisien, efektif serta berkualitas.

Selanjutnya, saat ini juga telah berkembang berbagai model prakti keperawatan
profesional, seperti:
Praktik keperawatan di rumah sakit fasilitas kesehatan
Praktik keperawatan di rumah (home care)
Praktik keperawatan berkelompok (nursing home = klinik bersama, dan
Praktik keperawatan perorangan, yaitu melalui keputusan Kepmenkes No. 647 tahun
2000, yang kemudian di revisi menjadi Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktik Keperawatan.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

22
Berdasarkan pembahasan diatas, sejarah perkembangan mulai berada pada awal
massa sebelum kemerdekan hingga zaman modern seperti ini. Perjalanan keperawatan
di Indonesia berlangsung lama, karena pada saat itu akses teknologi dan informasi
kurang mendukung terhadap keperawatan. Hal tersebut, seperti tercantum dalam
pembahasan diatas keperawatan di Indonesia mulai berada pada sebelum tahun 1950
Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan. Pada tahun 1950
Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat (SPR). Hingga
akhirnya pada tahun 1985 berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1-
Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1999 berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2
Keperawatan). Dan pada tahun 2000 keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa
Peraturan Menteri Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

RSCM, 1997. Pedoman Perawatan RSUP Nasional. RSCM: Jakarta.

23
M. Bouwhuizen. Ilmu Keperawatan (Verpleegkunde Zn). Alih bahasa: Drs. Med. Moelia
Radja Siregar. EGC: Jakarta.
La Ode Jumadi Saffar, SKp. Pengantar Keperawatan Profesional. EGC: Jakarta.
Muslim Sudirman, SKp. (2000). Catatan Kuliah: Konsep Dasar Keperawatan I. PSIK
STIK Bina Husada Palembang.
Nurharlinah, SKp. (2000). Catatan Kuliah: Konsep Dasar Keperawatan I. PSIK STIK
Bina Husada Palembang

24

Anda mungkin juga menyukai