Disusun Oleh :
KELAS 1B
2016/2017
PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL
1. Definisi
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada
membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.
2. Tujuan
Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh reaksi lokal
dari obat tersebut.
3. Macam macam pemberian obat topikal
a. Pemberian obat topikal pada kulit
1) Pengertian
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit.
2) Tujuan
Tujuan dari pemberian obat secara topical pada kulit adalah untuk memperoleh reaksi
lokal dari obat tersebut
3) Persiapan alat
a) Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
b) Buku obat
c) Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
d) Sarung tangan
e) Lidi kapas atau tongue spatel
f) Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
g) Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
4) Prosedur kerja
a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b) Cuci tangan
c) Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d) Tutup gorden atau pintu ruangan
e) Identifikasi klien secara tepat
f) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan
diberi obat
g) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada
kulit
h) Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j) Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k) Oleskan agen topical :
(1) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
(a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian
lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
(b) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah
pertumbuhan bulu.
(c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
Referensi :
JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru
Lahir Jakarta. Pusdiknakes.
Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth
edition, Menlo Park, Calofornia.
Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester
Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.
Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan
menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun
apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.
Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu
apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti
larutan antiseptik, dan lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja
sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada
staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan
memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.
Peran Perawat
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi
salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu
diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat
minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran,
intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus
dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan
program dokter.
Prinsip Enam Benar
1.Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu
hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum
memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.
3.Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa
obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp
ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada
juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !
4.Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
1. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui
rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
2. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron
berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna,
yaitu melalui vena (perset / perinfus).
3. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.
4. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang
akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh
efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang
tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
5. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk
pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin),
combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi
oksigen.
5.Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum
makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu
dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung
misalnya asam mefenamat.
6.Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil
(rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan
masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di
tempat sejuk < 15C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 - 10C, vaksin
cacar air harus < 5C.
2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan
terkunci.
3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru
diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna
(dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang
mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat
dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau
memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera
menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah
kesalahan itu diketahuinya.
Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah
sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting
agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan.
Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid,
hipertensi, TB, diabetes melitus, dan lain-lain.
Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk
beluk pengobatan serta kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat
perlu memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga tentang :
1. Nama obatnya.
2. Kegunaan obat itu.
3. Jumlah obat untuk dosis tunggal.
4. Jumlah total kali minum obat.
5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak
diminum bersama susu)
6. Untuk berapa hari obat itu harus diminum.
7. Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.
8. Rute pemberian obat.
9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
10. Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor
pada terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.
11. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak
12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak
Pendahuluan
Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman, seorang perawat harus dapat
melakukan 6 hal yangt benar; klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu
yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar.
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi
(informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan
untuk membuat keputusan.
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab
perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau
menerima pengobatan. Jika tetap menolak, perawat wajib mendokumentasikan
pada catatan perawatan dan melapor kepada dokter yang menginstruksikan.
Memberikan pedoman keamanan dalam pemberian obat
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur pemberian
obat obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan, pemberian, pencatatan, dan
hal-hal yang tidak boleh dalam pemberian obat)
Persiapan :
Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau ahli Farmasi
Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit, buka
obat disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran identifikasi pasien
Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan harus
berada pada garis dosis yang diminta
Pemberian :
Tawarkan es batu sewaktu memberikan obat yang rasanya tidak enak. Jika
mungkin berikan obat yang rasanya tidak enak terlebih dahulu baru kemudian
diikuti dengan obat dengan rasa yang menyenangkan
Berikan tidak lebih dari 2,5 3 ml larutan intramuscular pada satu tempat. Bayi
tidak boleh menerima lebih dari 1 ml larutan intramuskuler pada satu tempat.
Tidak boleh memberikan lebih dari 1 ml jika melalui rute subkutan. Jangan
menutup kembali jarum suntik.
Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul. Simpan larutan stabil yang tidak
terpakai di dalam tempat yang tepat (bila perlu masukkan ke dalam lemari es).
Tulis tanggal waktu dibuka serta inisial Anda pada label
Kunci untuk lemari narkotik harus disimpan oleh perawat dan tidak boleh disimpan
didalam laci atau lemari.
Pencatatan :
Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan perawat supervisor.
Lengkapi laporan peristiwa
Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis, waktu rute, dan
inisial Anda.
Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom intake dan output.
Sediakan cairan yang hanya diperbolehkan dalam diet.
Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan label yang sulit dibaca, atau
yang labelnya sebagian terlepas atau hilang
Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat. Tanya jika ragu-ragu
Jangan memakaim obat yang telah mengendap, atau berubah warna, atau berawan.
Jangan berikan suatu obat kepada klien jika ia memiliki alergi terhadap obat itu.
Jangan berikan jika klien mengatakan bahwa obat tersebut berlainan dengan apa
yang telah ia terima sebelumnya.Periksa perintah pengobatan.
Respon Farmakologik terhadap suatu obat bersifat komplek, maka dari itu perawat harus
tahu jumlah dan macam-macam factor yang mempengaruhi respon individu terhadap
suatu obat.Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap obat antara lain :
Absorpsi : suatu variable yang utama dalam rute pemberian obat. Absorpsi oral
terjadi pada saat partikel-partikel obat keluar dari saluran gastrointestinal
(lambung dan usus halus) menuju cairan tubuh. Setiap gangguan intestinal seperti
muntah/diare akan mempengaruhi absorpsi obat.
Distribusi : dengan protein merupakan pengubah utama dari distribusi obat didalam
tubuh.
Ekskresi : rute utama dari ekskresi obat adalah melalui ginjal, empedu, feses, paru-
paru, saliva, dan juga keringat.
Usia : Bayi dan lansia lebih sensitive terhadap obat-obatan. Lansia hipersensitif
terhadap barbiturate dan epnekan SSP. Klien seperti ini mempunyai absorpsi yang
buruk melalui saluran gastrointestinal akibat berkurangnya sekresi lambung.
Dosis bayi dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram daripada
berdasarkan usia biologis atau gastrointestinalnya.
Berat badan : dosis obat, misalnya anti neoplastik dapat diberikan sesuai berat
badan. Orang yang obesitas mungkin perlu penambahan dosis atau sebaliknya.
Toksisitas : Istilah ini merujuk pada gejala merugikan, yang bias terjadi pada dosis
tertentu. Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang mempunyai gangguan hati
dan ginjal.
Farmakokinetik : istilah ini merujuk pada factor-faktor genetic terhadap respon obat.
Jika orang tua Anda memiliki respon yang merugikan terhadap suatu obat,
mungkin Anda juga bisa memiliki hal yang sama.
Rute pemberian : obat-obat yang diberikan intravena lebih cepat bekerja daripada
yang diberikan peroral.
Saat pemberian : ada atau tidaknya makanan didalam lambung dapat mempengaruhi
beberapa kerja obat
Toleransi : kemampuan klien untuk merespon terhadap dosis tertentu dari suatu obat
dapat hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian.
Efek penumpukan : ini terjadi jika obat dimetabolisme atau diekskresi lebih lambat
daripada kecepatan pemberian obat
Interaksi Obat : efek kombinasi obat dapat lebih besar, sama, atau lebih lemah dari
efek obat tunggal.
Ada berbagai bentuk dan rute pemberian obat yaitu ; oral, transdermal, topical, inhalasi
(tetes, semprot ), suppositoria, selangnasogastrik, parentral, dan gatrosnomi.
Transdermal ; obat tersimpan didalam patch yang ditempelkan pada kulit, diserap
melalui kulit dan mempunyai efek sistemik.
Topikal ; obat-obat yang diberikan melalui kulit dengan berbagai cara, seperti
dengan sarung tangan, spatel lidah, aplikator, dll
Instilasi : obat cair yang biasanya diberikan dalam bentuk tetes atau salep
PROSEDUR
1.Assessment:
a)Kaji daerah tempat perawatan yang akan diberikan obat topikal untuk membangun
kondisi dasar kulit sebagai perbandingan masa depan.
b)Jika obat digunakan untuk efek sistemik, kaji daerah bebas dari bekas luka, tahi lalat
atau gangguan kulit lainnya untuk memfasilitasi pemilihan situs tanpa hambatan
penyerapan.
2.Cuci tangan Anda.
3.Peroleh perintah untuk pemberian obat dari dokter atau practitioner yang berkualitas.
4.Pastikan status alergi klien.
5.Jika tidak familiar dengan obat yang akan diberikan, baca label dan sisipan dan cari
informasi yang tepat.
6.Pilih obat dan verifikasi obat tersebut dengan perintah yang diberikan (verifikasi
pertama obat).
7.Periksa tanggal kedaluwarsa.
8.Baca label obat lagi sebelum meninggalkan ruangan atau troli (cart) tersedia dalam
fasilitas (verifikasi obat kedua).
9.Ambil obat ke ruangan klien dan perkenalkan diri. Dalam beberapa fasilitas pemberian
obat topikal yang digunakan untuk iritasi kulit disimpan di kamar klien sehingga dapat
dilakukan verifikasi di samping tempat tidur.
10.Tanyakan klien jika ia telah mendapat pengobatan sebelumnya dan efeknya dan
pastikan apakah klien mempunyai alergi obat atau reaksi yang tak diinginkan.
11.Jelaskan tujuan pemberian obat.
12.Baca label untuk yang ketiga kalinya (verifikasi obat ketiga) dan periksa pita
identifikasi klien.
13.Posisikan klien secara tepat untuk pemberian obat. Jaga privasi klien.
14.Pasang sarung tangan. Jika dressing melalui daerah yang dirawat, buang, lepas dan
ganti sarung tangan.
15.Jika luka terbuka, bersihkan area yang akan diobati dengan sabun ringan (jika tidak
ada reaksi atau alergi terhadap sabun) dan air. Jika kulit teriritasi, hanya gunakan air
hangat. Jika pemberian obat topikal diserap secara sistemik, bersihkan permukaan kulit
secara menyeluruh dan tepuk kulit hingga kering, tidak meninggalkan residu sabun.
Jangan menggosok dengan keras saat penyerapan dapat diubah.
16.Kaji kondisi kulit klien, buat catatan mengenai sirkulasi, warna drainase, temperatur
atau integritas kulit yang berubah.
17.Ganti sarung tangan.
18.Terapkan obat sesuai dengan labelnya. Jika lotion atau salep, oleskan secara tipis dan
lembut ke kulit seperti yang diindikasikan. Jelaskan kebutuhan untuk memungkinkan
penyerapan daerah tanpa mengganggu aplikasi.
19.Jika semprot atau spray aerosol yang digunakan, kocok kontainernya (wadah, botol,
dll) dan berikan sesuai dengan petunjuk. Semprotkan secara merata di atas wilayah yang
terkena dan hindari penyemprotan dekat dengan wajah klien dan caregiver
20.Jika gel atau pasta yang digunakan, aplikator mungkin diperlukan. Oleskan secara
merata. Jika pengolesan melalui daerah dengan pertumbuhan rambut, ikuti arah rambut.
21.Jika serbuk atau bubuk atau powder yang digunakan, taburi dengan ringan dan hindari
terhirup oleh klien dan caregiver
22.Jika salep atau pasta nitrogliserin yang digunakan, ikuti instruksi dan perintah dengan
hati-hati untuk memberikan dosis yang tepat.
a)Lepaskan strip salep yang lama dan bersihkan Sire yang lama secara menyeluruh. Salep
baru akan diterapkan di area yang berbeda.
b)Bersihkan situs atau wilayah baru dengan pembersih yang sesuai.
c)Pencet dosis (pasta) keluar kepada strip pengukur obat tertutup. Dosis nitrogliserin
diukur dengan inci dan diterapkan ke strip pengukur kertas sebelum dioleskan kepada
klien.
d)Ratakan gulungan nitrogliserin sehingga salep menjadi tersebar ke daerah yang lebih
luas bila diterapkan pada klien.
e)Letakkan kertas pengukuran, salep ke bawah, ke
bagian tak berambut dari tubuh klien.
f)Balut kertas pada tempatnya.
23.Jika transdermal patch yang digunakan, ikuti petunjuk pabriknya dan pasang patch
tersebut ke permukaan kulit yang bersih dan halus
a)Lepas patch yang lama dan cuci situs patch yang lama.
b)Cuci dan persiapkan kulit pada situs baru.
c)Lepaskan pelindung yang menutupi atas bagian transdermal patch dan pasang patch
baru tersebut.
24.Lepas sarung tangan, cuci tangan Anda.
25.Dokumentasikan obat yang diberikan, situs atau daerah yang diberikan pemberian
obat topikal, dan respon klien terhadap pengobatan.
26.Documentation:
27.Catat tanggal, waktu dan daerah pemberian obat topikal
2. Salep mata
Prinsipnya sama dengan tetes mata ,obat mata diganti salep.
Cara bekerja :
Sama dengan meneteskan obat mata , tetapi memberikan salep dengan cara :
Memijat tube sampai salep keluar dan meletakkan salep kedalam kelopak mata
bawah dari sudut mata kearah hidung.
Perhatian :
1. Tidak boleh menggosok-gosok kelopak mata atas bawah, karena dengan
gerakan bola mata obat akan merata sendiri.
2. pada waktu membuka tube / post salep, tutupnya diletakkan secara terbalik
untuk mencegah kontaminasi.
PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA
Pengertian :
Memberikan obat pada telinga melalui kanal () dalam bentuk cair
Tujuan
Memberikan efek terapi local (mengurangi peradangan,membunuh organism
penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
Menghilangkan nyeri
Melunakan serumen agar mudah di ambil
Persiapan alat
Botol obat dengan penetes steril
Buku obat
Lidi kapas
Salin normal
Sarung tangan sekali pakai (jika perlu)
Prosedur pelaksanaan
1. Cek kembali jenis pengobatan ,waktu,jumlah dan dosis obat, dan pada telinga
bagian mana obat harus diberikan.
2. Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya.
Sediakan asisten bila perlu,untuk mencegah cedera pada bayi dan anak
kecil
Atur posisi klien miring ke samping(side-lying) dengan telinga yang akan
diobati pada bagian atas.
3. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi
Dengan menggunakan lidi kapas yang dibasahi cairan,bersihkan daun
telinga dan meatus auditorius.
4. Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat kedalam air hangat dalam
waktu yang singkat
5. Tarik daun telinga ke atas dank e belakang (untuk dewasa dan anak-anak di atas 3
tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi), dengan menarik daun
telinga obat dapat mengalir sepanjang kanal telinga.
6. Masukkan sejumlah tetes obat yang dapat sepanjang sisi kanaltelinga (gambar
12.17)
7. Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga,penekanan pada
tragus membantu aliran obat dalam kanal telinga.
8. Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit mencegah obat
mengalir keluar dari kanal telinga
9. Kaji respons klien
10. Kaji karakter dan jumlah pengeluaran,adanya ketidaknyamanan dan sebagainya .
lakukan segera setelah obat dimasukan dan ulangi lagi pada saat efek obat telah
bekerja.
11. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
12. Dokumentasikan semua tindakan
Pengertian
Memberikkan obat tetes melalui hidung
Tujuan
Mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
Mengobati infeksi pada rongga hidung dan sinus
Persiapan alat
Botol obat dan dengan penetes steril
Buku obat
Sarung tangan sekali pakai (jika perlu)
Prosedur pelaksanaan
1. Cek kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu,jumlah,dan
dosis obat dan pada hidung bagian mana obat harus diberikan
2. Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Sediakan asisten jika perlu, untuk mencegah cedera pada bayi dan anak
kecil
Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kepala hiperekstensi diatas
bantal (untuk pengobatan sinus etmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi
dengan kepala hiperekstensi dan miring kesamping (untuk pengobatan
sinus maksilar dan frontal)
Bersihkan lubang hidung
Gunakan sarung tangan bila dicuriga terdapat infeksi
3. Masukan sejumlah tettes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior
tulang etmoidalis
4. Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit. Mencegah obat
mengalir keluar dari rongga hidung
5. Kaji respons klien
6. Kaji karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan sebagainya.
Lakukan segera setelah obat dimasukan dan ulangi lagi pada saat efek obat telah
bekerja
7. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
8. Dokumentasikan semua tinda
Kebijakan
- suppositoria
- kapsul rektum
Adalah Microlax yang merupakan salah satu produk sediaan suspensi yang
penggunaannya secara rectal yang digunakan sebagai laksatif enema yang efektif untuk
mengatasi Susah BAB (sembelit) yang disebabkan oleh feses yang mengeras dan
menumpuk di daerah rektum; ditandai dengan anal blocked (terdapat sumbatan feses
mengeras di anus), feses keras dan berukuran besar (mega kolon), merasa sakit yang luar
biasa di daerah sekitar anus saat mengejan, evakuasi feses secara manual (memerlukan
bantuan).
Microlax diindikasikan sebagai obat pencahar untuk mengatasi susah buang air besar
(sembelit), khususnya diberikan pada penderita yang harus tinggal di tempat tidur; orang
dewasa, orang tua, anak-anak dan wanita hamil.
Keunggulan :
Kontraindikasi Microlax adalah pada penderita wasir yang akut dan pada penderita yang
mengalami perdarahan karena radang usus besar.
Dari 3 mekanisme kerja tersebut Microlax akan mempermudah buang air besar.