Anda di halaman 1dari 10

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ORAL, TOPIKAL, DAN

REKTAL
DOSEN PENGAMPU

NS. NURIA MULIANI, M. Kep,Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH
AMELLA APRILLA SARI (2020205201005)
INTAN MERLINDA ULFA (2020205201026)
M. FATHU R. SYAHBANI (2020205201032)
PUTRI AYU LESTARI (2020205201040)
SOFIA ELVA DAVINA (2020205201057)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Prosedur pemberian obat Oral, Topikal dan Per-Rektal”
tepat waktu. Makalah “Cara penggunaan obat local dan sistemik” disusun guna memenuhi tugas
Ibu Ns. Nuria Mulyani, M.Kep,Sp.Kep.J pada bidang study Farmakologi di Universitas
Muhammadiyah Pringsewu. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Prosedur pemberian obat Oral, Topikal dan Per-Rektal.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Nuria Mulyani,
M.Kep,Sp.Kep.J selaku dosen mata kuliah Farmakologi. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 25 Maret 2021

Penulis
I. PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ORAL

Pemberian obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan
cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
A. Prosedur
Persiapan:
1. Pasien dan keluarga :
·        Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat
2. Alat-alat :
·        Obat-obatan yang akan diberikan
·        Mangkok atau sendok obat atau pipet
·        Daftar pemberian obat
·        Air minum (air putih) dan -bila perlu- sedotan
·        Perlak dan alasnya, bila perlu.
·        Penggerus obat, bila perlu.
3. Lingkungan : perhatikan privasi pasien
4. Perawat      : mencuci tangan

B.     Pelaksanaan
1. Periksa kembali daftar obat pasien
2. Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan nama pada
tempat tidur dengan nama pada daftar obat.
3. 3Memanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat (memanggil dengan
nama lengkap, misalnya ”ny sri hastuti” jgn ”ny sri” saja)
4. Memberikan obat satu persatu pada pasien sambil menunggu pasien selesai minum
obat, dengan menjelaskan kegunaan obat dan cara memakan obat sesuai jenis obat,
misalnya pasien dianjurkan untuk langsung menelan obat atau obat dikunyah dulu,
atau obat dihisap pelan-pelan atau obat diletakkan dibawah lidah, setelah selesai beri
pasien air minum, kalau perlu.
5. Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke tempatnya
6. Mengobservasi keadaan umum pasien
7. Mencuci tangan.
8. Membuat catatan keperawatan

Yang harus diperhatikan


1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek
samping obat.
2. Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
3. Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya, misalnya :
a. Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah
lidah dan menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum/berbicara
selama obat belum larut seluruhnya.
b. Pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan obat yang telah
ditentukan, siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur.
c. Pemberian obat salep untuk lesi di mulut, dilakukan sebelum atau setelah pasien
makan dan minum, sehingga pemberian obat efektif.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya. Bila ada
penolakan dari pasien untuk makan obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan serta memotivasinya. Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan
setelah dilakukan informed consent, maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab,
menandatangani surat penolakan.
5. Bila pasien tidak kooperatif, pemberian obat oral dapat melibatkan keluarga.

II. PROSEDUR PEMBERIAN OBAT TOPIKAL


1. Pada Kulit
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat
yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan
perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh :
lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic
yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas lidi steril.

Tujuan pemberian pada kulit, yaitu :


 Untuk mempertahankan hidrasi
 Melindungi permukaan kulit
 Mengurangi iritasi kulit
 Mengatasi infeksi

Tindakan

Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)
b. Pinset anatomis
c. Kain kasa
d. Balutan
e. Pengalas
f. Air sabun, air hangat
g. Sarung tangan
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
d. Gunakan sarung tangan
e. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit
mengeras) dan gunakan pinset anatomis
f. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau
mengompres
g. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati
h. Cuci tangan
2. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan
cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot
lensa, kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Tindakan
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep
b. Pipet
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
d. Korentang dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
i. Sarung tangan
j. Air hangat atau kapas pelembab

Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan
d. Gunakan sarung tangan
e. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah
hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat
f. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di
ataas tulang orbita
g. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan
h. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata
kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.
Setelah selesai anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara  bergantian dan berikan
obat pada kelopak  mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan
menggerakan kelopak mata
i. Tutup mata dengan kasa bila perlu
j. Cuci tangan
k. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian

3. Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau
salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga,
khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.
Tindakan
Alat &Bahan :
a.       Obat dalam tempatnya
a. b.      Penetes
b. Spekulum telinga
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
d. Korentang dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang
akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas
d. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang (pada
orang dewasa), kebawah pada anak-anak
e. Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis
f. Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan salep kemudian masukan
atau oleskan pada liang telinga
g. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit
h. Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan
i. Cuci tangan
j. Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian

4. Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung
yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau
nasofaring
Efek samping sistemik hampir tidak ada, kecuali pada bayi/anak dan usia lanjut
yang lebih peka terhadap efek sistemik. Namun ada efek samping lain akibat
vasokonstriksi lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan,
dapat terjadi sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder in dapat
menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan mengganggu bulu hidung.

Bentuk-bentuknya :
a. Tetes hidung (nasal drops).ditujukan untuk bayi, anak-anak dan dewasa. contohnya
Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.
b. Semprot hidung (nasal spray).ditujukan untuk orang dewasa. contohnya Afrin, Iliadin,
Otrivin.
c. Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray), ditujukan untuk anak-
anak usia tidak kurang dari 4 tahun dan dewasa. contohnya Beconase, Flixonase,
Nasacort AQ, Nasonex, Rhinocort Aqua.

Tindakan
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Pipet
c. Spekulum hidung
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan cara :
 Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
 Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
 Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
4.Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
5.Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
6.Cuci tangan
7.Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat

III. PROSEDUR PEMBERIAN OBAT PER-REKTAL

Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, yang
melewati spinkter ani eksterna.

Tujuan: memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan
merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.

Manfaat: tidak menimbulkan iritasi pada saluran bagian atas, mempunyai tingkatan aliran
pembuluh darah yang besar (pembuluh darah di rectum tidak ditransportasikan melalui liver),
dan pada obat tertentu diabsorpsi dengan baik melalui dinding rectum.

Sediaan: cair (enema), padat (supositoria). Contoh: supositoria= aminophilin, dulcolac, kaltrofen,
stesolid, dumin; gliserin.

Cara: supositoria, krim, jelly, foam.


Indikasi: gangguan defekasi, membersihkan colon, gangguan pernafasan.

Kontraindikasi: klien dengan pembedahan rectal.

Alat dan bahan

1. Obat sesuai yang diperlukan: suppositoria, krim, jelly,atau  foam dalam tempatnya
2. Aplikator (untuk sediaan bukan supositoria)
3. Pelumas/vaselin/ jelly
4. Sarung tangan
5. Kain kasa
6. Kertas tisyu
7. Bak instrumen
8. Bengkok
9. Pengalas

Persiapan:

1. Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat, waktu, dosis, cara)


2. Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
3. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4. Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel apabila
diperlukan
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan
6. Mengatur posisi klien berbaring, posisi sims dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
7. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada area perineal saja

Prosedur

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa (apabila obat dalam bentuk selain
supositoria, maka masukkan obat dalam aplikator sesuai dosis)
5. Oleskan ujung pada aplikator/obat suppositoria dengan pelicin
6. Minta klien untuk menarik nafas dalam untuk merelaksasikan sfingter ani
7. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan aplikator/suppositoria dengan
perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10
cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
8. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisyu
9. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.
10. Jika supositoria mengandung laktosit (pelunak faeces), maka siapkan pispot dan atau
bantuan untuk ke kamar mandi jika efek laksatifnya mulai bekerja
11. Setelah selesai lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan
13. Kaji respon klien
14. Dokumentasi: catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
DAFTAR PUSTAKA :

http://kumpulanartikelfarmasi.com/2010/11/prosedur-pemberian-obat-oral/

https://oshigita.wordpress.com/2014/05/07/pemberian-obat-melalui-vagina-dan-rectum/

http://mahasiswafarmasibicara.blogspot.com/2013/10/pemberian-obat-secara-
topikal.html

Anda mungkin juga menyukai