Anda di halaman 1dari 46

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar keluarga

1. Pengertian Keluarga

a. Kata keluarga sebenarnya berasal dari bahasa Nusantara yaitu bahasa

sansekerta. Definisi kata keluarga dari bahasa sansekerta memiliki

makna dua kata yaitu Kula dan Warga, sehingga di gabungkan menjadi

Kulawarga. Makna dari kata tersebut adalah anggota atau kelompok

kerabat. Sehingga menurut ahli dari dalam bahasa tersebut menjelaskan

bahwa keluarga adalah beberapa orang yang hidup di satu lingkungan

dengan memiliki hubungan darah (Alfianto, dkk 2022).

b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang merupakan sasaran

atau penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam

menentukan cara asuhan keperawatan (Fadilah, dkk, 2021).

c. Keluarga sebagai dua orang atau lebih yang hidup bersama sejak lahir,

menikah atau melalui proses adopsi. Definisi keluarga juga mengacu pada

dua atau lebih individu yang bergantung satu sama lain untuk

mendapatkan dukungan emosional, fisik dan ekonomi. (Kaakinen et al,

2015 dalam Siregar, dkk 2020).

2. Bentuk Keluarga

a. Keluarga Tradisional

1) The Nuclear Family (Keluarga Inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.

2) The Dyad Family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang

tinggal dalam satu rumah.


3) Keluarga Lansia

Keluarga yang teridiri daru suami dan istri yang sudah tua dengan

anak yang sudah memisahkan diri.

4) The Extended Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam

satu rumah seperti nuclear fsmily disertai paman, tante, orang tua

(kakek-nenek), keponakan.

5) The Single-parent Family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan

anak, hal ini biasanya sebagai dampak dari perceraian, kematian

atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)

6) Commuter Family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu

orang tua tersebut dijadikan sebagai tempat tinggal dan orang tua

yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga

pada saat "weekends" atau pada waktu-waktu tertentu.

7) Multigeneration Family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang

tinggal bersama dalam satu rumah.

8) Kin Netork Family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan

yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi, televisi, telephone, dan

lain-lain.

9) Blended Family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari hasil perkawinan sebelumnya.

10) The Single Adult Living Alone / Single-adult Family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separation) seperti : perceraian atau

ditiggal mati.

b. Keluarga Non Tradisional (Modern)

1) The Unmarried Teenage Mother

Keluarga yang teriri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak

dari hubungan tanpa nikah.

2) The Stepparent Family

Keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune Family

Bebrapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan sudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan

fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisais anak

dengan mealalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

4) The Nonmaritial Heterosexual Cohabiting Family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan.

5) Gay and Lesbian Families

Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama

sebagaimana 'Marital partners'

6) Chabiating Family

Orang deasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena

beberapa alasan tertentu.


7) Group Mrriage Family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah

tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu dengan

yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan

anaknya.

8) Foster Family

Keluarga menerima anaknya yang tidak ada hubungan

keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua

anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan

keluarga yang aslinya.

9) Homeless Family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan

keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

(Fadilah, dkk, 2021)

3. Struktur dan Fungsi Keluarga

Struktur keluarga (Friedman, 2010 dalam Fadillah, dkk, 2021) digambarkan

sebagai berikut:

a. Struktur Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara

jujur, trbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hirarki kekuatan.

Komunikasi keluarga bagi pengirim yakni mengemukakan pesan secara

jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.

Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik dan

valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,

adanya isu dan berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu

mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunnikasi keluarga bagi

pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judge mental

ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,

diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan

kurang atau tidak valid.

b. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi

sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau

informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal

status sebagai istri/suami.

c. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,

memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legimate power),

ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power),

paksa (coercive power), dan efektif power.

d. Struktur dan nilai norna

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota

keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku

yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan

lingkungan masyarakat sekitar.

Fungsi keluarga (Ferry & Makhfudi, 2019 dalam Fadillah, dkk, 2021)

a. Fungsi Afektif

Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial,

saling mengasuh dan memberi cinta kasih serta saling menerima dan
mendukung. Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi

kebutuhan, pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan

respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap

anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana

cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dari bagaimana keluarga melakukan

pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang

diyakini anak, memeberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh

pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga

produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga dalam

memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar disiplin dengan

mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga

sehingga ampu berperan dalam masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumberdaya manusia. Fungsi reproduksi bukan hanya

ditunjuk untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan

membesarkan anak untuk kelanjutan generasa berikutnya.

d. Fungsi Ekonomi

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

sandang, pangan, dan papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan

sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi

kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam memberirikan pengetahuan,

ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.

f. Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang

dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga,

membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan

identitas keluarga.

g. Fungsi Perawatan Kesehatan

Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan merupakan

fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh

anggota keluarga serta menjamin seluruh kebutuhan-kebutuhan

perkembangan fisik, mental dan spiritual dengan cara merawat dan

memelihara anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit seluruh

keluarga.

4. Peran Keluarga

Peran keluarga (Efendi, dkk, 2010 dalam Fadillah, dkk, 2021) meliputi :

a. Peran Sebagai Ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, peindung, dan pemberi rasa aman. juga

sebagai kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota

masyarakat dan lingkungan.

b. Peran Sebagai Ibu


Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya yang berperan untuk

mengurus anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok

sosial, serta sebagai anggota masyarakat.

c. Peran Sebagai Anak

Anak melakukan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

5. Tugas Keluarga

Sesuai dengan fungsipemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan (Friedman, 2010 dalam Fadillah, dkk 2021) meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

b. Mengambil keputusan yang tepat

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

d. Memodifikasi lingkungan yang sehat

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

6. Peran Keperawatan Keluarga

Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikankeluargadalam merawat

anggota keluarga yang sakit, sehingga diharapkan keluarga mampu meakukan

fungsi dan tugas dalam bidang kesehatan. Dengan demikian keluarga mampu

mengidentifikasi lima fungsi keluarga yaitu : fungsi afektif, sosialisasi,

reproduksi, ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan.

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada

keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Dalam

hal ini perawat turut membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan

dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga dalam melaksanakan fungsi

dan tugas perawatan kesehatan keluarga.


Peran perawat dalam melaksanakan perawatan kesehatan keluarga adalah

sebagai:

a. Pendidik/Educator

Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dalam rentang

sehat dan sakit. Hal ini bertujuan agar keluarga dapat melakukan program

asuhan keperawatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab

terhadap masalah yang dihadapi. Dalam menjalankan peran sebagai

pendidik tentunya diperlukan seorang perawat yang mempunyai

kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses

pembelajaran, bahwa proses belajar sangat bersifat individual.

b. Peran Perawat Sebagai Penghubung/Koordinator/Kolaborator

Dalam menjalankan peranan ini, perawat mengkoordinasikan keluarga

dengan pelayanan kesehatan. keperawatan berkelanjutan dapat

dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik. Oleh

karena itu perawat dapat mengambil peran untuk mengkoordinasikan

perawatan lanjutan di rumah ketika seorang pasien telah pulang dari

rumah sakit tetapi masih memerlukan perawatan lebih lanjut.

c. Peran Perawat Sebagai Pelindung /Advocate

Perawat memberikan perlindungan atas kesamaan keluarga dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini keluarga sering kali

tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai bahkan dirugikan,

tetapi keluarga tidak menyadari, sebagai advokasi perawat berkewajiban

memberikan perlindungan terhadap hak keluarga.

d. Peran Perawat Sebagai Pemberi Pelayanan Langsung

Perawat memberikan pelayanan kesehatan langsung pada keluarga mulai

dari pengkajian, pemilihan rengking masalah, penetapan rencana


keperawatan,tindakan keperawatan, sampai dengan evaluasi atau

penilaian tingkat keberhasilan. Dalam menjalankan perannya ini perawat

berusaha untuk dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada di sekitar

keluarga.

e. Peran Perawat Sebagai Konselor/ Penasihat

Perawat memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah berkaitan

dengan masalah yang dihadapi keluarga tanpa harus ikut dalam

pengambilan keputusan keluarga tersebut.

f. Penemu Kasus

Perawat mampu melakukan identifikasi masalah kesehatan secara dini,

sehingga hal tersebut dapat menurunkan angka kesakitan.

g. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan

komprehensif. Pelayanan keperawatan yang berkesinambungan diberikan

untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan

kesehatan (Puskesmas dan Rumah sakit).

h. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak

pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah

kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi

"entery point" bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan

keluarga secara komprehensif.

i. Sebagai Supervisor Pelayanan Keperawatan

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga

melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko


tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan

terlebih dahulu atau secara mendadak.

j. Sebagai Fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang

mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar

dalam mengatasi masalah.

k. Sebagai Peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-

masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah

kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus

atau budaya yang di praktikan keluarga.

l. Peran perawat keluarga dalam pencegahan, primer, sekunder dan tersier.

1) Pencegahan Primer

Perawat dapat berperan dalam upaya meningkatkan kesehatan dan

pencegahan sakit. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan

memberikan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya

meningkatkan dan mempertahankan kondisi sehat termasuk

memberikan edukasi pentingnya upaya pencegahan sebelum

datangnya sakit.

2) Pencegahan Sekunder

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan melakukan upaya

deteksi dini kepada kelompok berisiko, dalam rangka penemuan

kasus baru/diagnosis dini, sehingga dapat dilakukan penanganan

segera untuk menghindari akibat lanjut. Tujuan pencegahan

sekunder adalah mengandalikan perkembangan penyakit dan


mencegah kecacatan lebih lanjut. Bentuk kegiatan dapat berupa :

merujuk semua anggota keluarga untuk melakukan skreening,

melakukan pemeriksaan dan mengkaji riwayar kesehatan.

3) Pencegahan Tersier

Fokus utama dari pencegahan tersier ini adalah rehabilitasi.

Rehabilitasi merupakan pemulihan terhadap individu yang cacat

akibat penyakit atau luka, sehingga mereka dapat berguna pada

tingkat yang paling tinggi secara fisik, sosial dan emosional.

Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan

mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga

dapat meminimalkan ketidakmampuan dan dapat memulihkan

atau memelihara fungsi tubuh.

(Fadillah, dkk 2021)

B. Konsep teori hipertensi

1. Definisi

Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan diastolik atau

tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.

Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolik 90 mmHg (wijaya & yessie, 2013).

seseorang memiliki hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≤ 140 mmHg dan

atau tekanan darah diastolik 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah

sistolik merupakan pengukur utama yang menjadi dasar utama penentuan diagnosis

hipertensi. (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015 dalam

Hastuti 2022

2. Klasifikasi
a. Hipertensi berdasarkan Etiologi

1) Hipertensi Esensial (Primer)

Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini

belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang

berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti: faktor genetik,

stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan

penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalíum atau kalsium).

Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda

hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi

komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung.

2) Hipertensi sekunder

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui

dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-

obatan. Penyebab hipertensi sekunder di antaranya berupa kelainan ginjal

seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan

endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, dan

pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.

b. Hipertensi berdasarkan derajat hipertensi

1) Berdasarkan JNC VII :

Derajat Tekanan sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 Dan <80

Pre-Hipertensi 120-139 Atau 80-99

Hipertensi derajat I 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat II ≥160 Atau ≥100

Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi (sumber : JNC VII,2003)


2) Menurut European Society of Cardiology

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan

mmHg Diastolik

mmHg

Optimal < 120 Dan < 80

Normal 120-129 Dan/atau 80 - 84

Normal tinggi 130-139 Dan/atau 85 - 89

Hipertensi 140-159 Dan/atau 90 - 99

derajat I

Hipertensi 160-179 Dan/atau 100 - 109

derajat II

Hipertensi ≥ 180 Dan/atau ≥ 110

derajat III

Hipertensi ≥ 190 Dan < 90

Sistolik terisolasi

Tabel 1.2. Klasisfikasi Hipertensi (Sumber: ESC, 2007)

3. Etiologi

Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total

Peripheral Resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat

rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut

jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun,

peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume

sekuncup sehingga tidak menimbulkan hipertensi.

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat

peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam

dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan rennin
atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan

air dan garam oleh ginjal. peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan

volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan

darah. peningkatan preload blasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.

Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan

saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat

rangsangan normal. kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh

darah.

Pada peningkatan TPR, Jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian

menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh

darah yang menyempit. Hal ini disebabkan peningkatan dalam afterload jantung dan

blasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload

berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertroff (membesar).

Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga

ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, sarat-sarat otot jantung juga mulai tegang melebihi

panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan

volume sekuncup.

4. Patofisiologi

Kepastian mengenal patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidak pastian. Sejumlah

kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal

yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut sebagai "hipertensi esensial".

Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang

kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial.


Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan

peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan peran mereka berbeda pada

setiap individu. Di antara faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah

asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf

simpatis. Pada beberapa tahun belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk

genetik, disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan nitrat oksida).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,

yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan

dalam bentuk Impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simaptis ke ganglia simaptis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriks!. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon in! menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

pencetus keadaan hipertensi.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung

jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah, konsekuensinya, aorta dan arteri besar

berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan

tahanan perifer.
5. Pathway

6. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil

(edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-

tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi

yang khas sesual sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan

urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan

kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan

iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi

(hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.

sebagian besar gejala klinis yang timbul:

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,

akibat peningkatantekanan darah intrakranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus 5.

Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapfler.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi:

Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting

dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin, 2007).

Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam

cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:

1) Mempertahankan berat badan ideal


Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI)

dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006). BMI dapat diketahui

dengan membagi berat badan anda dengan tinggi badan anda yang telah

dikuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga

dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya

dengan serat dan protein (pfizerpedult.com), dan jika berhasil

menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolik dapat

diturunkan sebanyak 5 mmHg.

2) Kurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah

garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4

gr garam /hari) (Kaplan, 2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi

asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari.

Pengurangan konsumsi garam menjadi 1/2 sendok teh/hari, dapat

menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik

sekitar 2,5 mmHg.

3) Batasi konsumsi alkohol.

Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan

dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai

risiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang

tidak minum minuman beralkohol.

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/hari) dengan

cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan

cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total. Kalium dapat

menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang


terbuang bersama air kencing. Dengan setidaknya mengonsumsi buah-

buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan

potassium yang cukup.

5) Menghindari merokok.

Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya

hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi pada

pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu

dihindari mengkonsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat

hipertensi. Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras

karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi

denyut jantung serta tekanan darah. Maka pada penderita hipertensi

dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok.

6) Penurunan stress

Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika

episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang

sangat tinggi. Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang

menyenangkan bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai

metode relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem

saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah (pfizerpeduli.com).

7) Terapi masase (pijat)

Menurut Dalimartha, pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita

hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga

gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika

semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh

ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

b. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Diuretik (Hidroklorotiazid) mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume

cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung

menjadi lebih ringan.

2) Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) menghambat

aktivitas saraf simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

a) Menurunkan daya pompa jantung.

b) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap

gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

c) Pada penderita diabetes melitus: dapat menutupi gejala

hipoglikemia

4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin) bekerja langsung pada pembuluh darah

dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.

5) ACE inhibitor (Captopril)

a) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II.

b) Efek samping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Menghalangi

penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga m daya pompa

jantung. mempering.

7) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Menghambat kontraksi

jantung (kontraktilitas).

8. Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangk panjang

akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampat organ yang mendapat suplal

darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai

berikut:
a. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit

jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,

otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut

dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak

cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan

sesak napas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke, apabila tidak

diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyababkan kerusakan ginjal, tekanan darah tinggi

dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal akibatnya

lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh

yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan

dapat menimbulkan kebutaan.

C. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan

Menurut DPP PPNI (2018) menyebutkan bahwa kesiapan peningkatan manajemen

kesehatan adalah pola pengaturan dan pengintegrasian program kesehatan ke dalam

kehidupan sehari-hari yang cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat

ditingkatkan. Sedangkan menurut Nanda Internasional (2015) menyebutkan bahwa

kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan adalah pola pengaturan dan

pengintegrasian ke dalam kehidupan sehari-hari suatu regimen teraupetik untuk

pengobatan penyakit dan sekuelannya yang dapat ditingkatkan.


D. Konsep asuhan keperawatan keluarga hipertensi

1. Data dasar

a) KK

Diisi sesuai dnegan format yang ada.

b) Komposisi Keluarga

Indentifikasi seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

c) Genogram

Harus memuat tiga generasi sesuai dengan kasus yang ada. Petunjuk kode

pengisian:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal (Tulisa tahun dan Riwayat meninggalnya/

penyebab)

: Sakit

Umur 25 tahun

Hamil

Keeguguran/aborsi

: Kembar/zygote

: Cerai

: Tinggal serumah

: Adopsi

: Pernikahan
: Pisah

d) Tipe Keluarga

Disesuiankan dengan komposisi keluarga yang ada, keluarga tersebut termasuk

keluarga inti, besar, single parent, dan sebagainya (berikan penjelasannya).

e) Latar Belakang Budaya

1) Identifikasi latar belakang keluarga atau duku yang ada pada ibu/ayah

2) Bahasa yang digunakan sehari-hari di rumah

3) Kebiasaan suku yang berpengaruh terhadap kesehatan, (contoh: suku tertentu

diyakini bahwa tidak boleh mengkonsumsi daging sapi)

4) Gaya hidup keluarga banyak dipengaruhi oleh budaya tradisional atau

modern

5) Sejauh mana pengaruh suku/budaya di masyarakat terhadap keluarga (bila

suku tidak sama)

6) Bagimana keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan modern atau tradisional

(mis: ke dukun, alternatif, dll).

f) Indentifikasi Agama

1) Agama dominant dalam keluarga

2) Perbedaan antara keyakinan agama dan praktiknya pada masing-masing

anggota keluarga

3) Keaktifan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya

4) Apakah agama dijadikan sebagai dasar keyakinan atau nilai yang

mempengaruhi keluarga.

g) Rekreasi Keluarga
1) Identifikasi tipe kebiasaan dengan frekuensi rekreasi yang dilakukan oleh

keluarga

2) Identifikasi waktu luang yang ada di keluarga dengan pemanfaatannya

3) Identifikasi perasaan tiap anggota keluarga setelah melakukan rekreasi.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga

a) Riwayat kesehatan keluarga dalam 6 bulan terakhir

1) Identifikasi penyakit / keluhan dari anggota keluarga dalam 6 bulan terakhir,

2) Sebutkan kronologisnya , tindakan yang dilakukan keluarga dalam

menangani penyakit yang ada

b) Pemeriksaan Fisik

1) Isi sesuai dengan kolom meliputi : statu , umur dan pe meriksaan fisik Head

to Toe pada setiap anggota keluarga dalam satu rumah.

2) Pemeriksaan fisik dilakukan menggunakan alat yang sesuai dengan kasus dan

kondisi keluarga. ( PHN Kit )

3. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

a) Tahap dan Tugas perkembangan keluarga saat ini

identifikasi keluarga saat ini sesuai pada tahap apa (contoh keluarga dengan masa

balita, pra sekolah, dll) dan jelaskan tugasnya

b) Tugas perkembangan yang belum terpenuhi

Identifikasi tugas perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi, jelaskan

alasannya.

c) Riwayat keluarga inti

Identifikasi kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah-masalah yang

khusus, seperti pengalaman kematian, perceraian, anak cacat, riwayat pernikahan

keluarga (atas dasar suka sama suka, dijodohkan, kawin lari, dll) dan sebagainya.
d) Riwayat keluarga sebelumnya dari kedua orang tua termasuk riwayat kesehatan

(contoh ; penyakit keturunan, kawin cerai)

4. Lingkungan

a) Karakteristik rumah meliputi:

1) Identifikasi status kepemilikan,

2) Tipe rumah,

3) Luas rumah,

4) Jumlah ruangan,

5) Jumlah jendela,

6) Pemanfaatan ruangan ,

7) Kebersihan ruangan,

8) Peletakan perabot rumah tangga,

9) Jenis septic tank yang digunakan,

10) Jarak septic tank dengan sumber air yang diminum

11) Denah rumah skala 1 : 3 (1 cm gambar mewakili 3 m ukuran rumah)

b) Karakteristik fisik komunitas dan tetangga

1) Tipe penduduk (individual, kekeluargaan, gotong royong dll)

2) Tipe hunian (industri, rumah dan lain-lain),

3) Aturan/kesepakatan (norma) penduduk setempat,

4) Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas Geografis keluarga

1) Lama keluarga tinggal di daerah tersebut

2) Apakah keluarga sering berpindah tempat tinggal

d) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan masyarakat

1) Identifikasi kegiatan yang ada di masyarakat, social dan kesehatan.

2) Sejauh mana peran serta keluarga dalam kegiatan tersebut ).


e) Sistem Pendukung Keluarga

Identifikasi sistem pendukung keluarga dari masyarakat dan pemerintah (LSM,

ASKESKIN/JAMKESMAS/JAMKESDA, Donatur, dll).

5. Struktur Keluarga

a) Pola dan Proses Komunikasi Keluarga

1) Sebutkan pola komunikasi yang digunakan oleh anggota keluarga

(terbuka/tertutup),

2) Siapa yang dominan berbicara,

3) Kapan waktu anggota keluarga saling berinteraksi.

b) Struktur Kekuatan Keluarga

1) Siapa pengambil keputusan,

2) Bagaimana keluarga dalam menyelesaikan masalah (otoriter, minta bantuan

orang lain, dan lain-lain)

c) Struktur Peran

1) Identifikasi peran masing-masing keluarga,

2) Adakah masalah dalam menjalankan peran tersebut (keluhan-keluhan dalam

menjalankan peran)

d) Nilai atau Norma Keluarga

Aturan atau kesepakatan dalam keluarga yang men pengaruhi kesehatan dan

perilaku hidup bersih sehat keluarga (mis Kebiasaan mencuci tangan, memakai

alas kaki, dll).

6. Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif

1) Apakah antara anggota keluarga mempunyai rasa saling memilik,

2) Apakah orang tua/pasangan dapat menggambarkan kebutuhan dan persoalan

anggota keluarga,
3) Apakah kebutuhan anggota keluarga yang diakui dapat dipenuhi,

4) Jika demikian sejauh mana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

b) Fungsi Sosialisasi

1) Bagaimana hubungan antara anggota keluarga,

2) Sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya dan perilaku,

3) Apakah lingkungan keluarga mendukung bagi anak anaknya untuk bermain

sesuai dengan fase dan tahap perkembangannya.

c) Fungsi Ekonomi

1) Apakah setiap anggota keluarga (kecuali KK) memiliki penghasilan,

2) Apakah keluarga memiliki sumber lain yang dapat dimanfa atkan untuk

meningkatkan pendapatan,

3) Apakah penghasilan yang dirasakan cukup (bila tidak jelaskan)

4) Upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

5) Apakah keluarga memiliki tabungan (dana kesehatan).

d) Fungsi Reproduksi

1) Bagaimana rencana keluarga memiliki jumlah anggota keluarga,

2) Bagaimana upaya keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga

3) Bagaimana pandangan keluarga terhadap pendidikan seks.

e) Fungsi Pendidikan

1) Bagaimana persepsi keluarga terhadap pendidikan (pentingnya pendidikan,

peran orang tua dalam mendidik anak dirumah),

2) Bagaimana peran dan tanggung jawab keluarga dalam menentukan

pendidikan anak (jenis, tingkat pendidikan) untuk menghadapi kehidupan di

masa dewasa.

f) Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan Keluarga


1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

 Persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan,

 Apakah mengetahui masalah kesehatan yang muncul meliputi

pengertian, tanda , gejala serta faktor penyebab.

2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan

 Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

 Apakah masalah tersebut dirasakan keluarga,

 Apakah keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami,

 Adakah perasaan takut akan akibat dari penyakit,

 Apakah keluarga memiliki perasaan negative terhadap masalah

kesehatan

 Ungkapan verbai keputusan yang diambil keluarga.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

 Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakit anggota keluarga

(meliputi: sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan cara perawatan).

 Apakah keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan

yang dibutuhkan

 Bagimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan

 Apakah keluarga mengetahui tentang manfaat peme liharaan lingkungan

dan pentingnya hygiene sanitasi,

 Bagaimana sikap/pandangan keluarga tentang kesehatan lingkungan

 Apakah keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki dan

pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit

5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


 Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan,

 Pengetahuan keluarga tentang manfaat yang diperoleh dari fasilitas

kesehatan,

 Apakah keluarga percaya terhadap petugas

 Apakah keluarga memiliki pengalaman yang kurang baik dengan

petugas

 Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

7. Masalah Kesehatan Spesifik

a) Keluarga Berencana

1) Darimana keluarga mendapat informasi tentang KB,

2) Apakah saat ini di dalam keluarga ada yang mengikut KB,

3) Bila tidak, apa alasanya,

4) Bila ya jenis apa yang digunakan,

5) Dimana mendapatkan pelayanan KB,

6) Keluhan dengan jenis KB yang digunakan.

b) Kesehatan Ibu dan Anak

a) Ibu Hamil

 Riwayat GPA,

 Usia kehamilan,

 Apakah kehamilannya diinginkan,

 Sudah berapa kali memeriksakan kehamilan (kalau tidak periksa

jelaskan alasannya),

 Apakah sudah mendapat immunisasi TT

 Berapakah penambahan BB,

 Apakah mengkonsumsi tablet Fe,


 Apakah ibu mengetahui perawatan kehamilan,

 Bila ya darimana ibu memperoleh informasi tersebut,

 Adakah keluhan dengan kehamilan saat ini,

 Pemeriksaan ibu hamil meliputi pemeriksaan muka, dada, payudara,

tungkai, BJJ dan palpasi Leopold I, II, II dan IV.

b) Ibu post partum

 Apakah ibu melaksanakan kunjungan ulang post partum,

 Jika ya, kapan,

 Jika tidak apa alasannya

 Pemerisaan secara lengkap meliputi tanda tanda vital, payudara,

pengeluran ASI, cara menyusui, pemenuhan gizi, keadaan fisik yang

berhubungan involusi.

c) Bayi dan Balita

 Identifikasi BB, TB bayi, anak dan balita,

 Keadaan gizi,

 Adakah bayi/balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang.

 Bila ya jelaskan.

 Apakah bayi, anak, dan balita sudah diimmunisasi,

 Dimana keluarga mendapatkan pelayanan,

 Bila tidak diimmunisasi apa alasannya, jelaskan

 Apakah keluarga memiliki KMS dan dapat membacanya

 Apakah bayi, anak, dan balita ibu sudah mendapatkan kapsul Vit A dan

Yodium.

d) Remaja ( 13-20 th )

 Bagaimana komunikasi remaja dengan orang tua,


 Apakah setiap ada permasalahan remaja selalu membica rakan pada

orang tua,

 Bagaimana remaja dalam memanfaatkan waktu luang,

 Apakah ada kebiasaan-kebiasaan remaja yang mempe ngaruhi kesehatan

(negatif/positif).

 Apakah keluarga memberikan perhatian lebih pada remaja,

 Apakah keluarga memberikan kebebasan pada remaja sesuai dengan

tanggung jawabnya.

e) Usia Lanjut

 Bagaimana perasaan lansia setelah tidak bekerja ata ditinggal

pasangannya

 Apakah kegiatan lansia sehari-hari

 Apakah dalam kegiatan tersebut memerlukan bantuan.

 Program apa saja yang diikuti lansia yang dilaksanakan oleh puskesmas

(KMS lansia)

 Apakah ada penyakit degeneratif yang dialami, jika ya sebutkan.

8. Analisa Data

Analisa data adalah mengelompokkan data subyektif dan obyektif kemudian

dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan

Komponen rumus diagnose keperawatan meliputi :

a. Masalah atau problem.

b. Penyebab atau etiologi adalah kumpulan data subyek dan obyektif

Dalam penyusunan masalah kesehatan perawatan keluarga mengacu pada


tipologi diagnose keperawatan keluarga, yaitu :

1) Potensial atau wellness

2) Risiko (Ancaman)
3) Aktual (nyata) (Suyanto Agus, 2014)

9. Diagnosa keperawatan

a. Definisi diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan kumpulan pernyataan uraian dari hasil

wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukan status

kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi sampai masalah actual.

b. Struktur diagnosa keperawatan

Struktur diagnosa terdiri dari :

1) Problem / masalah

2) Etiologi / penyebab

3) Sign dan symptom / tanda dan gejala

c. Tipe diagnose keperawatan

Tipe- tipe diagnose keperawatan

d. Tipe diagnosa keperawatan

Tipe-tipe diagnosa keperawatan

1) Aktual

2) Resiko tinggi

3) Potensial

e. Tipe dan Komponen Diagnosa Keperawatan

1) Masalah keperawatan aktual

Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang jelas

mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi

2) Masalahkeperawatan resiko tinggi

Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah pada

timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani

3) Masalah keperawatan potensial / sejahtera


Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat lebih

optimal

f. Menetapkan Etiologi

Menetapkan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa

keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari 5 tugas antara lain:

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

(Santun & Agus, 2014 )

g. Diagnosa Keperawatan

1) Penurunan curah jantung

2) Nyeri akutKelebihan volume cairan

3) Intoleransi aktivitas

4) Ketidakefektifan koping

5) Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

10. Rencana keperawatan

a. Definisi Intervensi

ANA (1995) intervensi sebagai rencana tindakan keperawatan untuk kepentingan

klien dan keluarga.

b. Indikasi Intervensi

Wright dan Leahey dalam Friedman (1998) menganjurkan bahwa intervensi

keperawatan dapat dilakukan pada :


1) Keluarga dengan anggota keluarga yang mempengaruhi anggota keluarga

lainnya.

2) Keluarga dengan anggota keluarga berpenyakit yang berdampak pada

anggotalainnya

3) Anggota keluarga dengan permasalahan kesehatan yang muncul

4) Salah satu cara anggota keluarga menunjukan perbaikan atau kemunduran

5) Anggota keluarga yang berpenyakit pertama kali

6) Perkembangan anak atau remaja secara emosional

7) Keluarga dengan penyakit kronik

8) Keluarga dengan penyakit yang mematikan

c. Klasifikasi Intervensi

Friedman (1998) memberikan gambaran berkaitan dengan klasifikasi intervensi

antara lain :

1) Suplemental Intervensi ini terkait dengan pemberian pelayanan secara

langsung pada keluarga sebagai sasaran.

2) Fasilitatif Intervensi terkait dengan rencana dalam membantu keluarga

dalam mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayanan

medis, kesejahteraan social, transportasi.

3) Developmental Intervensi ini terkait dengan rencana perawat membantu

keluarga dalam kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri membuat

keluarga belajar mandiri dengan kekuatan dan sumber pendukung yang

terdapat pada keluarga.

d. Menetapkan Tujuan Intervensi

1) Tujuan umum
Merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah

masalah. Tujuan umum ini lebih mengarah pada kemandirian klien dan

keluarga sebagai sasaran keperawatan keluarga.

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam rencana keperawatan lebih menekankan pada

pencapaian hasil dari masing-masing kegiatan.

e. Menetapkan Intervensi

1) Rencana tindakan yang disusun harus beroirentasi pada pemecahan

masalah.

2) Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga

3) Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan

4) Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan

5) Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus-menerus oleh

keluarga.

f. Domain Intervensi

Ada tiga domain yang bisa digunakan dalam menyusun intervensi (Calgary).

Yaitu :

1) Domain kognitif

Interaksi dengan domain kognitif ditujukan untuk memberikan informasi,

gagasan, motivasi dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan

keperawatan keluarga.

2) Domain afektif

Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga berespon emosional,

sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap terhadap masalah yang

dihadapi.

3) Domain psikomotor
Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam perubahan

perilaku yang merugikan ke perilaku yang menguntungkan.

g. Hambatan – Hambatan Intervensi

Menurut Bailon dan Maglay (1978) hambatan yang dihadapi perawat

keluargadalam melakukan intervensi keperawatan adalah:

1) Kurangnya informasi yang diterima keluarga

2) Tidak menyeluruhnya informasi yang diterima oleh keluarga

3) Informasi yang diperoleh keluarga tidak terkait dengan masalah yang

dihadapi

4) Keluarga tidak mau mengahadapi situasi

5) Keluarga berusaha mempertahankan pola kebiasaan yang sudah ada

6) Kegagalan mengkaitkan tindakan dengan sasaran keluarga

7) Kurang percaya pada tindakan yang diusulkan


Interverensi keperawatan TUK I-V

Dx. Tujuan Tujuan Evaluasi Intervensi


Kep umum khusus Kriteria Standar
Ansie Selama7 TUK 1: Respon verbal Hipertensi adalah 1. Kaji
tas kunjunga Selama 1 x tekanan darah pengetahuan
n rumah 40 menit tinggi persistem keluarga tentang
keluarga keluarga dimana tekanan hipertensi
diharapka mampu sistoliknya 140 2. Jelaskan dengan
n tekanan mengenal mmHg dan keluarga
darah masalah tekanan diastolic pengertian
menurun hipertensi diatas 90 MmHg. hipertensi
dengan cara dengan
: menggunakan
1. Menyebut leaflet dan
kan lembar balik
pengertian 3. Tanyakan
hipertensi kembali pada
keluarga
pengertian
hipertensi
4. Berikan rein
forcement
positif atas
jawaban yang
benar

2. Menyebut Responverbal Menyebutkan 2 1. Kaji


kan dari 4 penyebab pengetahuan
penyebab hipertensi : keluarga tentang
Hipertensi 1. Faktor genetic penyebab
2. Faktor hipertensi
lingkungan 2. Diskusikan
3. Faktorgaya bersama
hidup keluarga
4. Yang tidak penyebab
sehat. hipertensi
5. Faktor usia dengan
menggunakan
leaflet
3. Motivasi
keluarga dalam
menyebutkan
kembali
penyebab
hipertensi
4. Berikan
reinforcement
positif ata
susaha yang
dilakukan
keluarga

3. Menyebut Respon verbal Menyebutkan 3 1. Kaji


kan tanda dari 8 tanda dan pengetahuan
dan gejala gejala hipertensi: keluarga
hipertensi 1. Nyeri kepala. tentang tanda
2. Lemas, dan gejala
kelelahan. hipertensi.
3. Sesak nafas 2. Diskusikan
4. Gelisah bersama tanda
5. Mual dan gejala
6. Muntah hipertensi
7. Epistaksis 3. Motivasi
8. Kesadaran keluarga untuk
menurun menyebutkan
kembali tanda
dan gejala
hipertensi.
4. Berikan
reinforcement
positif atas
usaha yang
dilakukan
keluarga.
TUK II Respon verbal Menyebutkan 2 1. Kaji
1. Selama 2 dari 4 akibat lanjut pengetahuan
x 60 dari hipertensi keluarga
menit apabila tidak tentang akibat
kunjunga ditangani : lanjut dari
n rumah 2. Dapat hipertensi jika
keluarga mengakibatkan tidak ditangani
mampu gagal jantung 2. Jelaskan pada
mengamb kongestif keluarga
il 3. Dapat tentang akibat
keputusa mengakibatkan lanjut dari tidak
n untuk gagal jantung ditanganinya
perawata 4. Dapat hipertensi
n anggota mengakibatkan menggunakan
keluarga kebutaan mata lifleat
yang 5. Dapat
menderita mengakibatkan 3. Diskusikan
hipertensi stroke kepada keluarga
dengan tentang akibat
cara : lanjut dari tidak
1.Menye ditanganinya
butka hipertensi
akibat 5. Motivasi
lanjut keluarga untuk
dari menyebutkan
hipertensi kembali akibat
jika tidak dari tidak
di tangani ditanganinya
hipertensi
dengan baik.
4. Berikan
reinforcement
positif atas
jawaban yang
diberikan
.
2. Memberi Respon verbal Menyebutkan 1 1. Kaji
beberapa dari 2 cara pengetahuan
alternativ e alternative keluarga
pemecaha pemecahan tentang
nmasalah masalah : alternative
1. Pelayan pemecahan
kesehatan masalah
2. Menggunakan 2. Diskusikan
terapi non dengan
farmakologi keluarga
tentang
beberapa
alternative
pemecahan
masalah
3. Motivasi
keluarga untuk
menyebutkan
alternative
pemecahan
masalah.
3. Non verbal/ afektif 1. Pelayanan 1. Mendiskusikan
Memutus kesehatan dengan
kan 2. Menggunakan keluarga
alternativ e terapi non alternative
memecah farmakologi pemecahanmas
kanmasal alah
ah 2. Memotivasi
keluarga untuk
memilih dalam
pemecahan
masalah.
3. Memberikan
reinforcement
positif atas
keperawatan
yang dipilih.
TUK III Respon verbal Menyebutkan 2 1. Kaji
1. Selama dari 3 cara kemampuan
1x60 menit perawatan keluarga
kunjunga n menurunkan tentang cara
rumah tekanan darah perawatan
keluarga yaitu : menurunkan
mampu 1. Olahraga tekanan darah
merawat secara teratur 2. Diskusikan
anggota 2. Kurangi dengan
keluarga konsumsi garam keluarga
yang berlebihan tentang
menderita 3. Konsumsi perawatan
hipertensi makan menurunkan
dengan makanan yang tekanan darah
cara : sehat 3. Memotivasi
1.Menyebut keluarga untuk
kan cara menyebutkan
cara perawatan
perawat menurunkan
menurun tekanan darah
kan 4. Berikan
tekanan reinforcemen
darah positif atas
usaha yang
dilakukan
keluarga
3. Demonstr Responverbal Mendemonstarikan Mendemonstrasika
asi cara psikomotor klien dan anggota n pada keluarga
melakuka keluarga cara tentang cara
n penangan melakukan rileksasi melakukan
ansietas nafas dalam : penangan ansietas
1. Telah di dengan cara teknik
lakukan terapi hipnotis lima jari
hipnotis lima yaitu :
jari 1. Berikan
2. Telah di kesempatan
lakukan kepada keluarga
pengkajian untuk
ansietas secara mendemonstras
komprehensif ikan penangan
3. Kolaborasi ansietas
pemberian obat 2. Berikan
antiansietas, reinforcement
jika perlu positif atas
usaha yang
dilakukan
keluarga.
TUK IV Respon verbal dan Menyebutkan salah 1. Jelaskan
1. setelah psikomotor satu cara manfaat
2x60 menit memodifikasi menciptakan
kunjungan lingkungan dengan lingkungan
rumah cara : yang
keluarga Memanfaatkan mendukung
mampu lingkungan rumah perawatan
memodifi seperti dihalaman penderita
kasi rumah ditanami dirumah
lingkunga n tanaman seperti 2. Beri
yang dapat tanaman obat- kesempatan
mendukun g obatan pada keluar
perawatan tradisional/herbal untuk
pada menanyakan
anggota hal-hal yang
keluarga. belum
dimengerti
3. Tanyakan
kembali pada
keluarga
lingkungan
yang dapat
mendukung
proses
perawatan
penderita
sesuai dengan
pemahaman
keluarga
4. Berikan
reinforcement
positif atas
jawaban
keluarga
5. Jelaskan
manfaat
menciptakan
lingkungan
yang sehat
dirumah
6. Beri
kesempatan
pada keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal yang
belum di
mengerti.
3. Respon verbal Menyebutkan 1 1. Tanyakan
Menyebu dari 2 cara kembali pada
tkan cara menciptakan keluarga cara
mencipta lingkungan yang menciptakan
kan mendukung lingkungan
lingkunga n perawatan dirumah yang dapat
yang 1. Menciptakan mendukung
menduku komunikasi proses
ng yang terbuka perawatan
perawata n seperti : penderita
a. membina sesuai dengan
komunikasi pemahaman
terbuka antara keluarga
anggota 2. Beri
keluarga reinforcement
b. mulai positif atas
berinteraksi jawaban
dengan keluarga.
lingkungan
sekitar
c. belajar untuk
menceritakan
masalah
terhadap orang
lain dalam hal
ini dengan
pasangan atau
anak
2. Menciptakan
suasana yang
damai dan
tenang
a. Lebih
mendekatkan
diri kepada
Allah SWT
TUK V Respon verbal Jenis-jenis 1. Kaji pengertian
1.setelah 2x60 pelayanan yang keluarga tentang
menit ada di sekitar : jenis-jenis
kunjungan 1. Puskesmas pelayanan
rumah 2. Bidan. kesehatan
keluarga 3. Rumah sakit. 2. Mendiskusikan
mampu kembali kepada
memanfaat keluarga tentang
kanpelayan jenis-jenis
kesehatan pelayanan
dengan cara kesehatan yang
: ada di sekitar.
a.Menyebutk 3. Motivasi
an jenis- keluarga untuk
jenis menyebutkan
pelayanan jenis-jenis
kesehatan pelayanan
yang ada kesehatan yang
disekitar. ada di sekitar
4. Berikan
reinforcement
positif atas usaha
yang di lakukan
keluarga.
2.Menyebut Respon verbal. Manfaat keluarga 1. Kaji
ka kepelayanan pengetahuan
kembali kesehatan keluarga tentang
manfaat- 1. Mendapatkan manfaat
manfaat pelayanan pelayanan
kunjunga kesehatan. kesehatan.
n 2. Informasikan
kefasilita mengenai
s pengobatan dan
kesehatan pendidikan
. kesehatan yang
dapat dikeluarga
klinik/puskesmas
3. Motivasi
keluarga untuk
menyebutkan
hasildiskusi.
4. Beri
reinforcement
positif atas hasil
yang dicapai.

11. Implementasi keperawatan


Implementasi keperawatan keluarga merupakan aktualisasi dari

perencanaan yang telah disusun sebelumnya yaitu:

a. Implementasi mengacu pada rencana perawatanyang dibuat

b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas

masalah

c. Kekuatan –kekuatan keluarga berupa financial, motivasi, dan

sumber-sumber pendukung.

d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga

janganlah terlupakn dengan menyertakan tanda tangan petugas

sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab.

12. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan proses terus menerus yang terjadi setiap saat

perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum rencana

keperawatan dikembangkan atau dimodifikasi tindakan keperawatan tertentu perlu

ditinjau oleh perawat dan keluarga untuk memutuskan apakah tindakan tersebut

memang membantu. Hal yang direnungkan ketika sedang mengevaluasi respon

keluarga:

a. Adakah kesepakatan antara keluarga dan anggota tim kesehatan

lain tentang evaluasi

b. Apa data tambahan yang perlu dikumpulkan untuk perkembangan

evaluasi

c. Apakah ada hasil yang tidak terduga yang perlu di pertimbangkan


d. Jika prilaku dan persepsi keluarga menunjukan bahwa masalah

belum diselesaikansecara memuaskan

e. Apakah diagnosis, tujuan dan pendeketan keperawatan realistik

serta akurat

Anda mungkin juga menyukai