Anda di halaman 1dari 38

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


2.1.1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (DepKes RI, 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan
yang lainya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Baylon dan Maglaya, 2009)
Keluarga adalah dua oranga atu lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN, 2011).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubunagn melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 2013)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri
atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (UU
No. 10 tahun 2010).

2.1.2. Ciri – Ciri Keluarga


1. Diikat dalam suatu tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Ada tanggung jawab masing-masing anggota
5. Ada pengambilan keputusan
6. Kerjasama diantara anggota keluarga
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8. Tinggal dalam satu rumah

3
2.1.3. Tipe Keluarga
1. Tradisional
a. Nuclear family adalah keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Extended family adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi)
2. Non Tradisional
a. Tradisional nuclear adalah keluarga inti tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi – sanksi legak dalam satu ikatan
perkawinan.
b. Reconstituted Nuclearadalah pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak – anaknya.
c. Middle age/ Aging couple adalah Keluarga yang terdiri dari suami
dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d. Dyadic nuclear adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
e. Single parent adalah Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah
atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
f. Dual carrieryaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
g. Commuter married yaitu kedua orangtua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan
orangtua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat “weekend” atau waktu – waktu tertentu.
h. Single adult yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau
ditinggal mati).

4
i. Three generation yaitu tiga geberasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
j. Institusional yatitu anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal
dalam satu panti – panti.
k. Comunal yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
l. Group marriage yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak - anak
m. Unmaried parent and child adalah ibu dan anak dimana
perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
n. Cohibing couple adalah Orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu.
o. Gay and lesbian family adalah keluarga yang dibentuk oleh
pasangan yang berjenis kelamin sama
(Setiadi, 2008)
2.1.4. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) struktur keluarga terdiri atas :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen
komunikasi seperti : sender, channel-media, message, environment dan
receiver.
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapakn sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai
istri/suami atau anak.

5
Perilaku peran :
a. Peranan ayah : pancari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.
c. Peranan anak : melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
3. Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku
oranglain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan :
1. Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orangtua
terhadap anak)
2. Referent power (seseorang yang ditiru)
3. Resource or expert power (pendapat ahli)
4. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima)
5. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
7. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses
dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti :
1. Konsensus
2. Tawar menawar atau akomodasi
3. Kompromi atau de facto
4. Paksaan

6
4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.5. Fungsi Keluarga


Friedman (2010) menggambarkan fungsi sebagai apa yang
dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan
oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini
termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan,
resolusi konflik, pemberian makanan dan penggunaan sumber dari internal
maupun eksternal.
Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam
keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga,
apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan manimbulkan
konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang
menyimpang.
Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila
terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikassi tersebut
akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah :
1. Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu
anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi
stress.

7
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan petunjuk
dalam pemecahan masalah.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan
keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan
kepentingan di masyarakat
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Keluarga mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

2.1.6. Tugas Kesehatan Keluarga


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan.
Freedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam kesehatan yang harus
dilakukan yairu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untukmelakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik baik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
(Setiadi, 2008)

8
2.1.7. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (2008) yaitu :
a. Keluarga baru (berganning family)
Pasanganbaru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua
6) Memahami parental care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran. Interaksi, seksual dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubngan yang memuaskan dengan pasanagan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana child bearing
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan
kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisai anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.

9
2) Mendorong anka untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktifitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktifitas komuniti denga mengikutsertakan
anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja
2) Memelihara komunikasi terbuka
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek dan nenek.
g. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebeasan dalam mengelola
minat sosial dan waktu santai
2) Memulihkan hubungan atara generasi muda tua
3) Keakraban dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan keluarga
5) Persiapan masa tua/pensiun
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian.

10
3) Mempertahankan keakraban pasanagn dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

2.1.8. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Pendidik, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak
sehat menjadi perilkau sehat.
2. Koordinator, berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan
keluarag baik secara berkelompok maupun individu.
3. Pelaksana, memberikan pelayanan pada anggota keluarag yang sakit,
dengan memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga
yang sakit.
4. Konsultan, yaitu berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar dalam keluarga.
5. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu
mudah dijangkau oleh keluarga dan membantu mencariakn jalan
pemecahannya.

2.1.9. Tanggung Jawab Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah
mempunyai tanggung jawab yang meliputi :
1) Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau
psikososial, menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan
memberikan intervensi. Kerjasama dari klien dan keluarga serta
pemberi perawatan utama di keluarga dalam perencanaan sangaat
penting untuk menjaga kesinambungan perawatan selama perawat tidak

11
ada di rumah. Perawat hanya memberikan perawata dalam waktu yang
terbatas. Perawatan yang dilakukan di rumah lebih merupakan tanggung
jawab dari keluarga dari pada perawat. Oleh karena itu pendidikan
kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di rumah.
2) Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat
penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
3) Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional
lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran
perawat yang yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk
mengkaji kebutuhan, menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasi
cara untuk mememuhi kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan
rencana yang disusun.
4) Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan
selama periode waktu tertentut sedangkan lama perawatan adalah
lamanya waktu perawatan yang dilakukan di rumah.
5) Advocacy
Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang dimaksud di sini
adalah peran perawat sebagai penasehat terutama yang berhubungan
dengan masalah pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang
diberikan.

2.1.10 Asuhan Keperawatan Keluarga


2.1.10.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan keluarga meupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga.

12
1. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hal – hal
yang dikaji dalam keluarga adalah :
1) Data umum :
(1) Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan status
imunisasi dari masing – masing anggota keluarga serta genogram.
(2) Tipe keluarga.
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tiper keluarga tersebut.
(3) Suku bangsa.
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(4) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
(5) Status sosial ekonomi keluarga
Status social ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
social ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang – barang yang dimiliki
oleh keluarga.
(6) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.

13
(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
(3) Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing – masing anggota dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga.
3) Pengkajian lingkungan
(1) Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan,
peletakan perabotan rumah, dan denah rumah.
(2) Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga
dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang
mempengaruhi kesehatan.
(3) Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga yang
ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
(5) Sistem pendukung keluarga. Yang termasuk sistem pendukung adalah
jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis,
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan masyarakat setempat.
4) Struktur keluarga
(1) Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.
(2) Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.
(3) Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing anggota

14
keluarga baik secara formal maupun informal.
(4) Nilai atau norma keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma yang
dianut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
5) Fungsi keluarga
(1) Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
(2) Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau hubungan dalam
keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma
atau budaya dan perilaku.
(3) Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit.
Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit, kesanggupan keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan : sejauh mana keluarga mengenal
fakta – fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan
gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat :
sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang
dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap
negative terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan
mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit : sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber –
sumber yang ada dalamn keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial),

15
mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat : sejauh mana
mengetahui sumber – sumbver keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga.
e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat :
apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
(4) Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan
jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga
dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
(5) Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan
keluarga.
6) Stres dan koping keluarga
(1) Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu + 6 bulan dan jangka
panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.
(2) Kemampuan keluargaa berespon terhadap situasi atau stressor.
Mengkaji sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor.
(3) Strategi koping yang digunakan. Strategi koping apa yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
(4) Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.

16
7) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik.
8) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.

2.1.10.2 Perumusan diagnosis keperawatan keluarga


Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :
(1) Aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala
dari gangguan kesehatan.
(2) Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
(3) Potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu
diagnosa keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap
diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan dihitung dengan
menggunakan skala prioritas.

Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


KRITERIA SKORE BOBOT
Sifat Masalah 3 : Tidak/kurang sehat
2 : Ancaman kesehatan 1
1 : Keadaan Sejahtera
Kemungkinan Masalah 2 : Mudah
yang dapat di ubah 1 : Sebagian 2
0 : tidak dapat

17
KRITERIA SKORE BOBOT
Potensial Masalah untuk 3 : Tinggi
dicegah 2 : Cukup 1
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah 2 : Berat, segera
ditangani 1
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : Tidak dirasakan
Total

Menurut Setiadi, 2008 daftar diagnosa keperawatan keluarga


berdasarkan NANDA 1995 adalah sebagai berikut:
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Lingkungan
1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (higienis
lingkungan)
2) Resiko terhadap cidera
3) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
b. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Struktur Komunikasi
1) Komunikasi keluarga disfungsional
c. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Struktur Peran
1) Berduka dan antisipasi
2) Berduka disfungsional
3) Isolasi sosial
4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya otrang yang
sakit terhadap keluarga)
5) Potensial peningkatan menjadi orang tua
6) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua)
7) Perubahan penampilan peran
8) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
9) Gangguan citra tubuh
d. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Fungsi Afektif
1) Perubahan proses keluarga
18
2) Perubahan menjadi orang tua
3) Potensial peningkatan menjadi orang tua
4) Berduka yang diantisipasi
5) Koping keluarga tidak efektif, menurun
6) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
7) Resiko terhadap tindakan kekerasan
e. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Fungsi Sosial
1) Perubahan proses keluarga
2) Perilaku mencari bantuan kesehatan
3) Konflik peran orang tua
4) Perubahan menjadi orang tua
5) Potensial peningkatan menjadi orang tua
6) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
7) Perubahan pemeliharaan kesehatan
8) Kurang pengetahuan
9) Isolasi sosial
10) Kerusakan interaksi sosial
11) Resiko terhadap tindakan kekerasan
12) Ketidakpatuhan
13) Gangguan identitas pribadi
f. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Fungsi Perawatan
Kesehatan
1) Perubahan pemeliharaan kesehatan
2) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
5) Resiko terhadap penularan penyakit
g. Diagnosa Keperawatan Keluarga Pada Masalah Koping
1) Potensial peningkatan koping keluarga
2) Koping keluarga tidak efektif, menurun
3) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
4) Resiko terhadap tindakan kekerasan

19
2.1.10.3 Perencanaan keperawatan keluarga.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan Kriteria dan
Standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang
ditetapkan.
(1) Tahapan tindakan keperawatan keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, dan
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulais keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,
mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga dan
mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat
dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber – sumber
yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
2.1.10.4 Tahap evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam

20
satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan
secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan
selama proses asuhan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
akhir.

2.2 KONSEP DIABETES MELLITUS


2.2.1. Pengertian
Diabetus Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan pemeriksaan dengan mikroskop
elekteon (Brunner dan Suddarth, 2013 )
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang dikarakteristikkan oleh
hiperglikemi, dan diakibatkan dari kerusakan produksi insulin, sekresi, atau
penggunaannya (Sandra.M.Nettina, 2013).

2.2.2. Etiologi
Diabetes Mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel –sel
beta pulau langerhans. Jenis juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi
herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel-sel beta atau
degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenasi
sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas
disebabkan oleh degenarasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada
orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena
diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolisme pada orang
kegemukan dibandingkan orang normal.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas,
tetapi faktor yang banyak berperan antara lain:
1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut

21
di informasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi
insulin.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin.
3. Gaya hidup stres
Stres kronis cnderung membuat mencari makanan yang cepat saji yang
kaya pengewet, lemak dan gula Makanan in berpengaruh besar terhadap
kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
pemerunan insulin.
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat sama sama meningkatkan risiko
terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pakreas, sedangkat obesitas
meningkatkan gangguan kerja atau resisten insulin. Pola makan yang
tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada
ketidakstabilan kerja pankreas.
5. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.Hipertropi
pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa
pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak
6. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya
sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi
pancreas

22
2.2.3. Patofisiologi
Defisiensi Insulin

Glukagon ↑ penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

glukoneogenesis
Hiperglikemia

lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis


Kekurangan
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi volume cairan

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis
Ketidakseimbanga
n Nutrisi Kurang Aterosklerosis
dari Kebutuhan 1. Koma
2. Kematian
Tubuh
Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung
Serebral Ekstremitas

Miokard Retinopati Nefropati


Stroke Gangren
Infark diabetik

Gangguan Gagal
Ggn.
Integritas Kulit Ginjal
Penglihatan

23
2.2.4. Klasifikasi Diabetus Melitus

1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Faktor-faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
th)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
3. Diabetes karena malnutrisi

24
Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi, biasanya pada
penduduk yang miskin. Diabetes ini dapat ditegakkan bila ada 3 gejala
dari gejala yang mungkin yaitu :
1) Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang
dari 80% berat badan ideal
2) Adanya tanda-tanda malabsorpsi makanan
3) Usia antara 15-40 tahun
4) Memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan berat
badan
5) Nyeri perut berulang
4. Diabetes sekunder
Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau
penyakit tertentu. Misalnya, penyakit pancreas (pankreatitis,
neoplasma, trauma/panreatectomy), endokrinopati (akromegali,
cushing’s syndrome, pheochromacytoma, hypertyroidism), obat-
obatan atau zat kimia (glukokortikoid, hormon tiroid, dilantin,
nicotinic acid), penyakit infeksi seperti kongineta rubella, infeksi
cytomegalovirus, serta syndrome genetic diabetes seperti Down
Syndrome.
5. Diabetes melitus gestasional
Diabetes mellitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa
kehamilan, dapat didiagnosa menggunakan tus toleran glukosa, terjadi
pada kira-kira 24 minggu kehamilan. Individu dengan DM gestasional
25% akan berkembang menjadi DM.
2.2.5. Manifestasi klinis

1. Fase akut
1. Gejala 3P yaitu :
(1) Poly fagia
(2) Poly uria
(3) Poly dipsi
2. Berat badan meningkat
2. Fase lanjut
25
1) Gejala 2p
2) BB menurun
3) Keadaan lain
(1) Mudah lelah
(2) Mual
(3) Kesemutan
(4) Gatal
4) Mata kabur
5) Nyeri sendi
6) Impotensi pada pria
7) Pruritus vulva pada wanita
2.2.6. Komplikasi

1) Akut
(1) Koma hipoglikemia
(2) Ketoasidosis
(3) Koma hiperosmolar nonketotik
2) Kronik
(1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah jantung, pembuluh
darah besar, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
(2) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
diabetik nefropati diabetik
(3) Neuropati diabetik
(4) Rentan infeksi
(5) Kaki diabetic
2.2.7. Pemeriksaan penunjang

1. Glukosa darah sewaktu


2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)

26
Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena < 100 100-200 >200


- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa < 80 80-200 >200

- Plasma vena
- Darah kapiler
<110 110-120 >126

<90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl
2.2.8. Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain

1. Motivasi
Pasien diberitahu bahwa penyakit DM tidak dapat disembuhkan , tapi
kadar gula darah dapat diturunkan, jadi harus ada kerja sama dengan
pasien dengan cara memberikan healt education tentang :

1) Diit
Tujuan Diit adalah mengakibatkan pertumbuhan yang normal,
mengarahkan BB normal, mempertahankan GD normal, dan
mencegah/menunda komplikasi.

2) Pedoman Diit

(1) Jumlah
Relatif body wheight (RBW)

RBW : BB / TB – 100 x 100%


27
Klasifikasi :

a. Kurus ( under weight ) < 70 %


b. Un Over nutrisi < 80 %
c. Normal 90- 110 %
d. Gemuk (over wheight) 110-120 %
e. Obesitas >120 %
(2) Pedoman pemberian kalori
a. Kurus : BB x 40-60 kal
b. Normal : BB x 30 kal
c. Gemuk : BB x 20 kal
d. Obesitas: BB x 10-15 kal
2. Jadwal
Jadwal pemberian 3 jam dengan cara bergantian antara snak dengan
makanan.

3. Jenis
Jenis bahan makanan yang boleh diberikan adalah golongan B yaitu apel,
pisang kopok, pepaya, kedondong, dan tomat.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN


2.3.1 Pengkajian

1. Pengkajian Diabetus Melitus


Pemeriksaan fisik

1) Aktifitas atau istirahat


Gejala : lemah, letih, lesu, sulit bergerak atau berjalan, kram, tonus
otot menurun, gangguan istirahat atau tidur.

Tanda : Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat / dengan


aktifitas, disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.

2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki, penyembuhan lama.

28
Tanda : Takikardi,perubahan tekanan darah postural, hipertensi,
nadi yang menurun / tak ada, kulit panas, kering dan kemerahan, bola
mata cekung.

3) Integritas Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finanial yang
berhubungan dengan kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsang

4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( polyuria ) nokturia rasa nyeri /
terbakar, kesulitan berkemih, ( infeksi ), ISK baru atau berulang, nyeri
tekan abdomen,diare.

Tanda : Urine encer, pucat, kuning,polyuria ( dapat berkembang


menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipovolemi berat ),
urineberkabut, bau busuk, ( infeksi ), abdomen keras adanya asites,
bisinng usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)

5) Makanan atau cairan


Gejala : Hilang nafsu makan, mual/ muntah,tidak mengikuti diit,
penurunan pemasukan diit karbohidrat atau glukosa, penurunan berat
badan lebih dari beberapa hari / minggu, haus, penggunaan diuretik
(tiazid)

Tanda : Kulit kering atau bersisik,turgor kulit jelek, kekakuan /


distensi abdome, muntah pembesaran tiroid,(peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah) bau manis/ buah ( nafas
aseton )

6) Neuro sensori
Gejala : Pusing atau pening sakit kepala kesemutan , kebas,
kelemahan pada otot, parestesia gangguan penglihatan

Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor,/koma, (tahap


lanjut ) gangguan memory, ( baru, masa lalu ) kacau mental, reflek

29
tendon dalam ( RTD ) menurun ( koma) aktifitas kejang ( tahap lanjut
dari DKA )

7) Nyeri atau kenyamanan


Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri, ( sedang / berat )

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-


hati.

8) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanps sputum
purulen ( tergantung adanya infeksi atau tidak )

Tanda : lapar udara, batuk, dengan / tanpa putum purulen


( infeksi ) frekwensi pernafasan

9) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, diaforosis, kulit rusak, lesi, menurunnya


kekuatan umum, rentang gerak, parastesia, paralisis otot termasuk otot
pernafasan

10) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi ) masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah


Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah 00179

Definisi : rentan terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dari rentan normal,
yang dapat menggangu kesehatan.

Factor Risiko : Populasi berisiko :

1. Rata-rata aktivitas harian kurang dari 1. Gangguan status mental


yang dianjurkan menurut jender dan 2. Gangguan status kesehatan fisik
usia. 3. Keterlambatan perkembangan

30
2. Tidak menerima diagnosis kognitif
3. Strees berlebihan 4. Periode pertumbuhan cepat
4. Penambahan berat badan berlebihan
5. Penurunan berat badan berlebihan
6. Pemantauan glukosa darah tidak
adekuat
7. Manajemen medikasi tidak efektif
8. Manajemen diabetes tidak efektif Kondisi terkait :
9. Asupan diet kurang
1. Kehamilan
10. Kurang pengetahuan tentang
manajemen penyakit
11. Kurang pengetahuan tentang factor
yang dapat diubah
12. Kurang kepatuhan pada rencana
manajemen diabetes

NOC

Kadar glukosa gula darah

Definisi: tingkat kadar glukosa dalam plasma dan urin yang berada dalam rentang
normal

Deviasi Devia Deviasi Devia Tidak NA


berat si sedang si ada
dari yang dari ringan devias
kisaran cukup kisaran sedan i dari
normal besar normal g dari kisara
dari kisara n
kisara n norma
n norma l
norma l
l

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN

INDIKATOR

230001 Glukosa darah 1 2 3 4 5 NA

230004 Hemoglobin 1 2 3 4 5 NA
glikosilat

31
230005 fruktosamin 1 2 3 4 5 NA

230007 Urin glukosa 1 2 3 4 5 NA

230008 Urin keton 1 2 3 4 5 NA

NOC

Keparahan hiperglikemia

Definisi : keparahan tanda dan gejala karena peningkatan kadar glukosa darah

Berat Besar Sedang Ringan Tidak NA


ada

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN

INDIKATOR

211101 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
urin output

211102 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
haus

211103 Lapar 1 2 3 4 5 NA
berlebihan

211104 Malaise 1 2 3 4 5 NA

211105 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA

211106 Sakit kepala 1 2 3 4 5 NA

211107 Pandangan 1 2 3 4 5 NA
kabur

211108 Kehilangan 1 2 3 4 5 NA
berat badan
yang tidak bisa
dijelaskan

211109 Kehilangan 1 2 3 4 5 NA
nafsu makan

211110 Mual 1 2 3 4 5 NA

32
211111 Mulut kering 1 2 3 4 5 NA

211112 Nafas bau 1 2 3 4 5 NA


buah

211113 Infeksi jamur 1 2 3 4 5 NA

211114 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
elektrolit

211115 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
konsentrasi

211116 Perubahan 1 2 3 4 5 NA
status mental

211117 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
glukosa darah

211118 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
A1C (glycated
hemoglobin)

NOC

Keparahan hipoglikemia

Definisi : keparahan tanda dan gejala karena penurunan kadar glukosa darah

Berat Besar Sedang Ringan Tidak NA


ada

SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN

INDIKATOR

211301 Gemetar 1 2 3 4 5 NA

211302 Berkeringat 1 2 3 4 5 NA

211303 Gugup 1 2 3 4 5 NA

211304 Palpitasi 1 2 3 4 5 NA
jantung

33
211305 Merasa 1 2 3 4 5 NA
melayang

211306 Kelaparan 1 2 3 4 5 NA

211307 Kelemahan 1 2 3 4 5 NA

211308 Pusing 1 2 3 4 5 NA

211309 Mengantuk 1 2 3 4 5 NA

211310 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
penglihatan

211311 Mimpi buruk 1 2 3 4 5 NA

211312 Iritabilitas 1 2 3 4 5 NA

211313 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA

211314 Sakit kepala 1 2 3 4 5 NA

211315 Parastesia 1 2 3 4 5 NA

211316 Bicara cadel 1 2 3 4 5 NA

211317 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
konsentrasi

211318 Perilaku 1 2 3 4 5 NA
abnormal

211319 Konfusi 1 2 3 4 5 NA

211320 Seizure 1 2 3 4 5 NA
(kejang)

211321 Koma 1 2 3 4 5 NA

211322 Penurunan 1 2 3 4 5 NA
kadar glukosa
darah

NIC

Manajemen hiperglikemi

34
Definisi : pencegahan dan perawatan kadar glukosa diatas nilai normal

Aktivitas aktivitas :

1. Monitor kadar glukosa darah, 18. Instruksikan pasien dan


sesuai indikasi keluarga mengenai
2. Monitor tanda dan gejala pencegahan, pengenalan
hiperglikemi : polyuria, polidipsi, tanda tanda hiperglikemi dan
polipargi, kelemahan, letargi, manajemen hiperglikemi.
malaise, pandangan kabur, atau 19. Dorong pemantauan sendiri
sakit kepala. kadar glukosa darah .
3. Monitor keton urin, sesuai 20. Bantu pasien dalam
indikasi menginterprestasikan kadar
4. Monitor AGD, elektrolit, dan glukosa darah.
kadar betahidroksibutirat, sesuai 21. Review riwayat kadar
yang tersedia glukosa darah pasien
5. Monitor nadi dan tekanan darah dan/atau keluarga.
ortostatik, sesuai indikasi. 22. Instruksikan pemeriksaan
6. Berikan insulin, sesuai resep keton urin sesuai kebutuhan.
7. Dorong asupan cairan oral 23. Instruksikan pentingnya
8. Monitor status cairan (termasuk pemeriksaan keton urin dan
input dan output) ,sesuai indikasi, sesuai kebutuhan.
kebutuhan. 24. Instruksikan pasien untuk
9. Monitor akses IV, sesuai melapor kadar keton urin
kebutuhan. yang sedang atau tinggi pada
10. Berikan cairan IV, sesuai petugas kesehatan.
kebutuhan. 25. Instruksikan pada pasien dan
11. Berikan kalium sesuai resep. keluarga mengenai
12. Konsultasikan dengan dokter manajemen diabetes selama
tanda dan gejala hiperglikemia periode sakit, termasuk
yang menetap dan memburuk. penggunaan insulin dan/atau
13. Bantu ambulasi jika terdapat obat oral, monitor asupan
hipotensi ortostatik. cairan, pengganti
14. Lakukan kebersihan mulut jika karbohidrat, dan kapan
diperlukan. mencari bantuan petugas
15. Identifikasi kemungkinan kesehatan, sesuai kebutuhan.
penyebab hiperglikemi. 26. Berikan bantuan untuk
16. Antisipasi situasi dimana akan penyesuaian regimen
ada kebutuhan peningkatan pengobatan untuk mencegah
insulin (misalnya, penyakit atau merawat hierglikemi
penyerta). (misalnya, peningkatan
17. Batasi aktivitas ketika kadar insulin atau agen oral), sesuai
glukosa darah lebih dari 250 indikasi
35
Mg/dl, khususnya jika keton urin 27. Fasilitasi kepatuhan terhadap
terjadi. diet dan regimen latihan
28. Test kadar glukosa darah
anggota keluarga

2. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan makanan
NANDA

ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

00002

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan

1. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang 1. Faktor biologis


berat badan ideal 2. Faktor ekonomi
2. Bising usus hiperaktif 3. Gangguan psikososial
3. Cepat kenyang setalah makan 4. Ketidakmampuan makan
4. Diare 5. Ketidakmampuan
5. Gangguan sensasi rasa mencena makanan
6. Kehilangan rabut belebihan 6. Ketidakmampuan
7. Kelemahan otot pengunyah mengabsorpsi nutrien
8. Kelemahan otot untuk menelan 7. Kurang asupan makanan
9. Kerapuhan kapiler
10. Kesalahan informasi
11. Kesalahan persepsi
12. Ketidakmampuan memakan makanan
13. Kram abdomen
14. Kurang informasi
15. Kurang minat pada makanan
16. Membran mukosa pucat
17. Nyeri abdomen
18. Penurunan berat badan dengan asupan
makanan adekuat
19. Sariawan rongga mulut
20. Tonus otot menurun

36
NOC

Status Nutrisi
Kode: 1004

Definisi : sejauh mana nutrisi dicerna dan diserap untuk memenuhi kebutuhan
metabolik

Sang Banyak Cukup Sedi Tidak


at menyi menyi kit meny
meny mpang mpang men impa
ipana daeri dari yim ng
g dari rentang normal pang dari
norm normal dari norm
al nor al
mal

SKALA OUTCOME KESELURUHAN


1 2 3 4 5 NA

INDIKATOR

100401 Asupan Gizi 1 2 3 4 5 NA


100402 Asupan 1 2 3 4 5 NA
makanan
100408 Asupan cairan 1 2 3 4 5 NA
100403 Energi 1 2 3 4 5 NA
100405 Rasio berat 1 2 3 4 5 NA
badan/tinggi
badan
100411 Hidrasi 1 2 3 4 5 NA

37
NOC

Satus Nutrisi : asupan nutrisi ........................................................Kode: 1009

Definisi : asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan = kebutuhan metabolik

Tidak Sedikit Cukup Seba Sepe


adek adekuat adekuat gian nuhn
uat adek ya
uat adek
uat

SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA


INDIKATOR

100901 Asupan kalori 1 2 3 4 5 NA


100902 Asupan protein 1 2 3 4 5 NA
100903 Asupan lemak 1 2 3 4 5 NA
100904 Asupan 1 2 3 4 5 NA
karbohidrat
100910 Asupan serat 1 2 3 4 5 NA
100905 Asupan vitamin 1 2 3 4 5 NA

100906 Asupan mineral 1 2 3 4 5 NA


100907 Asupan zat besi 1 2 3 4 5 NA
100908 Asupan kalsium 1 2 3 4 5 NA
100411 Asupan natrium 1 2 3 4 5 NA

NIC

38
Manajemen Gangguan Makan 1030

Definisi : pencegahan dan perawatan terhadap pembatasan diet ketat dan olahraga yang
berlebihan atau perilaku memuntahkan makanana dan cairan

Aktivitas-aktivitas
15. Berikan dukungan terhadap
1. Kolaborasi dengn tim kesehatan lain
peningkatan berat badan dan perilaku
utnuk mengembangkan rencana
yang meningkatkan berat badan
perwatan dengan melibatkan klien dan
16. Batasi aktivitas fisik sesuai
oragn – orang terdekatnya dengn tepat
kebutuhanuntuk meningkatkan berat
2. Rundingkan dengan tim dan klien
badan
untuk mengatur target pencapaian
berat badan klien tidak berada dalam
17. Sediakan program latihan di bawah
rentang berat badan yang
observasi jika diperlukan
direkomendasikan sesuai umur dan
18. Beri kesempatan untuk membatasi
bentuk tubuh
pilihn maknan dan latihan untuk
3. Tentuka pwncapaian berat badan
meningkatkn berat badan
harian sesuai keinginan
sebagaimana berat badan meningkat
4. Rundingkan dengan ahli gizi dalam
sesuai dengan yang diinginkan
menentukan asupan kalori harian yang
19. Bantu klien (dan orang-orang terdekat
diperlukan untuk mempertahankan
klien dengna tepat) untuk mengkaji
berat badan yang sudah ditentukan
dan memcahkan masalah personal
5. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi
yang berkontribusi terhadap
yang baik dengan klien (dapat orang
terjadinya gangguan makanan
terdekat klien dengan tepat)
20. Rundingkan dengan tim keshatan lain
6. Dorong klien untuk mendiskusikan
setaip hari terkait perkembangan klien
makanan yang disukai bersama dengan
21. Monitor berat badan klien sesuai
ahli gizi
secara rutin
7. Kembangkan hubungan yang
22. Bantu klien untuk mengevaluasi
mendukung dengan klien
kesesuaian /konsekuensi pilihan
8. Monitor tanda – tanda fisiologis
makanana dan aktivitas fisik
(tanda-tanda vital, elektrolit), jika
23. Observasi klien selama dan setelah
diperlukan
39
Manajemen Gangguan Makan 1030

9. Timbang berat badan klien secara rutin pemberian makan/ makanan ringan
(pada hari yang sama setelah untuk meyakinkan bahwa intake /
BAB/BAK) asupan maknan yang cukup tercapai
10. Monitor intake /asupan dan asupan dan dipertahankan
cairan secara tepat 24. Batasi waktu klien dikamar mandi
11. Monitor asupan kalori makanan harian selama waktu klien tidak dalam
12. Dorong klien untuk memonitor sendiri observasi
asupan makanan harian dan 25. Monitor perilaku klien yang
menimbang berat badan secara tepat berhubungan dengan pola makan,
13. Bangun harapan terkait dengan penambahan dan kehilangan berat
perilaku makanan yang baik, intake/ badan
asupan maknana/cairan dan jumlah 26. Berikan dukungan dan arahan jika
aktivitas fisik diperlukan
14. Batasi makanan sesuai dengan jadwal,
makanan pembuka dan makanan
ringan

40

Anda mungkin juga menyukai