Anda di halaman 1dari 28

Laporan Pendahuluan

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga
dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1998) dalam
Mubarak, dkk. (2009: 67). Depkes R.I (1988) dalam Setiadi (2008: 3),
mendefinisikan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yaitu terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tingggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 1), keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari
keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya(1989) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 179),
keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya
dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Spredley dan Allender (1996) dalam Firmansyah (2009), keluarga adalah
satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional
dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh pertalian darah, kelahiran,
perkawinan dan adopsi yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan yang mempunyai peran masing-masing, dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.

1
2. Karakteristik Keluarga
Menurut Mubarak, dkk (2009: 68) karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungn darah, perkawinan,
atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan
satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial, sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Suprajitno (2004: 2) bergantung pada konteks keilmuan
dan orang yang mengelompokkan adalah :
a. Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek,
paman,bibi).
b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya, diantaranya menurut Mubrak, dkk.(2009 : 70-71) adalah :
1) Traditional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam suatu rumah ditetapkan oleh
sanksi – sanksi legal dalm suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau
istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak – anaknya, baik itu

2
bawaan dari perkawinan lama maupun dari hasil perkawinan baru, satu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah.
3) Niddle Age atau Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua – duanya bekerja
dirumah, anak – anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan atau meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satu bekerja diluar rumah.
5) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak
– anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
6) Dual carier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu – waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak ada keinginan
untuk kawin.
9) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Anak – anak atau orang – orang dewasa tinggal dalam suatu panti –panti.
11) Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak
– anaknya dan bersama – sama dalam penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak – anak.

3
13) Unmarried parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, dan kemudian anaknya
diadopsi.
14) Cohibing coiple
Dua orang atau suatu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

4. Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari bermacam - macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis bapak.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagiankeluarga karena adanya hubungan -
hubungan dengan suami istri.

5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004: 13), secara umum fungsi
keluarga adalah sebagi berikut :
a. Fungsi afektif (the affective function)

4
adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar
rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function)
adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function)
adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi
dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi.

6. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok
dan masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman,
sebagaikepala keluarga dan sebagai anggota dan kelompoksosialnya serta
sebagai anggota masyarakatdari lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dalam peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya, disamping itu
juga. ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

5
c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, spiritual.

7. Tugas Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009: 185-
186), keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal
masalah kesehatan dan perubahan – perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor
penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal
sebagai berikut :
1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.
2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.

6
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ;
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dn
perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggungjawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan
atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, upaya
pencegahan penyakit, dan sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga

8. Tahap Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
1) Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk keluarga melalui
perkawinan
2) Meninggalkan keluarga mereka masing- masing
Tugas Perkembangannya :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)

7
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB, Penyakit
kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
2) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
1) Membantu setiap keluarga untuk saling memahami satu sama lain.

b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama


Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bln ( 2,5 tahun ). Klg
menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi dan hubungan
seksual
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
1) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling
perkembangan anak, KB,pengenalan dan penanganan masalah keshatan fisik
secara dini.
2) Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak.

c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah


Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun. Keluarga lebih majemukdan
berbeda.
Tugas Perkembangan Keluarga:
1) Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal, privasi dan
rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.
2) Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
3) Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga, pembagian
tanggung jawab anggota keluarga
4) Stimulasi tumbang anak ( paling repot )

8
Masalah Kesehatan Keluarga :

1) Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan dan
kecelakaan dan lain-lain.

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah


1) Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
2) Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal ,keluarga sangat sibuk
3) Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing
4) Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak & dirinya
5) Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi (dengan teman
sebayanya)
6) Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah (sistem
sekolah)
Tugas Perkembangan Keluarga :
1) Membantu sosialisasi anak : meningkatak prestasi belajar anak.
2) Mepertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.
3) Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yg semakin meningkat termasuk
biaya kesehatan.

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja


1) Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun)
2) Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg memungkinkan
tanggung jawab dan kebebasan yang lebih optimal bagi remaja untuk menjadi
dewasa muda.
Konflik Perkembangan :
1) Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
2) Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )
3) Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua )
Tugas Perkembangan :
1) Menyeimbangkan kebebasan dangan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri

9
2) Menfokuskan hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak anak-anak

f. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda


1) Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah
2) Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa berlangsung 6
- 7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi kendala.
Tugas Perkembangan :
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru dari
perkawianan anak-anaknya.
2) Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
3) Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami maupun istri.
4) Membantu kemandirian keluarga
Masalah Kesehatan :
1) Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),
2) Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis: Hipertensi, Kolesterol,
Obesitas dan Menopause.

g. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan


1) Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau kematian
pasangan.
2) Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir saat masuk
pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan :
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti dengan para orang
tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.
3) Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan :

10
1) Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan tidur,
nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no smoking, pemeriksaan berkala.
2) Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan teman
sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.

h. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia


1) Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau keduanya
meninggal.
2) Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan (pensiun),
perumahan ( pindah ikut anak atau panti ) , sosial ( kematian pasangan dan
teman-temannya),Kesehatan (penurunan kemamp fisik )
Tugas Perkembangan :
1) Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan
2) Menyesuaikan dengan pendapatan yg menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup)

B. Konsep Penyakit
1. Definisi
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada sistem
pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat mengenai
bagian paru (Hidayat, 2008: 79).
Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru)
adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen
infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

11
2. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman batang aerobik
dan tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005: 852). Kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun (Judarwanto, 2009).

3. Klasifikasi
TB (Tuberculosis) paru dalam Hidayat (2008: 79) dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu :
a. Tuberculosis paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini dapat dimulai
dari proses yang disebut droplet nuclei yaitu suatu proses terinfeksinya partikel
yang mengandung dua atau lebih kuman tuberculosis yang hidup dan terhirup
serta diendapkan pada permukaan alveoli. Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi
pada kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin, makrofag ke
dalam ruang alveolar.
b. Tuberculosis pascaprimer, terjadi pada klien yang sebelumnya terinfeksi oleh
kuman Mycobacterium tuberculosa.

4. Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara yang
mengandung Mycobacterium tuberculosis. Segera setelah menghirup basil
tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang
terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai
mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan
reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.

12
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas
terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa
terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di
perifer dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding lapangan
atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke
kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe
dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme
TB dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral
memberikan gambaran yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat berkembang biak
ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi
endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap
menyebabkan lesi di organ-organ lainnya(Setiawati, dkk., 2012).

5. Manifestasi Klinis
Gejala TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain :
a. Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam gejala yaitu:
1) Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau
infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
2) Malaise
3) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.

13
4) Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik
dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama bermingu-minggu
sampai berbulan-bulan)
6) Nyeri menusuk dan rasa sesak didada
7) Haemoptisis

b. Sejalan dengan perkembangan


1) Peningkatan frekuensi napas
2) Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit
3) Bunyi napas hilang dan ronki kasar
4) Pekak pada saat perkusi
5) Demam persisten
6) Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah sebagai berikut:
a. Uji Mantoux atau Tuberkulin
Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein Derivat
(PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di
volar lengan bawah. Hasilnya dapat dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan.
Berniai positif jika indurasi lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau
lebih dari 5 mm pada anak dengan gizi buruk.
b. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
c. Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
d. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena sulitnya
menggunakan hasil dahak.

14
e. Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain Reaction), Bactec,
ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis
f. Pemeriksaan radiologis
1) Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas
2) Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan kelenjar
paratrakeal.
3) Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura, konsolidasi,
destroyed lung dan lain-lain.

7. Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 588) komplikasi TB mencakup :
a. Malnutrisi
b. Efek samping terapi obat-obatan : hepatitis, ruam kulit, gangguan gastrointestinal.
c. Resistensi banyak obat
d. Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan serangan akut Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:
a. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan arthritis gout
maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang sering
ditemui diantaranya sakit perut , diare, mual atau muntah-muntah. Kolkisin
bekerja pada peradangan terhadap Kristal urat dengan menghambat kemotaksis
sel radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual atau diare hilang.
Kontraindikasi pemberian oral jika terdapat inflamammatory bowel disease.
b. OAINS Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah
indometasin. Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam. Kontraindikasinya
jika terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi ginjal, dan riwayat alergi
terhadap OAINS.
c. Kortikosteroid untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi
yang terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif, contohnya
triamsinolon 10-40 mg intraartikular.

15
d. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin karena
dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan
memperberat hiperurisemia.
e. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah
serangan menghilang.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Merupakan dasar utama dari proses keperawatan. Melalui pengkajian ini,
semua data pasien dapat dikumpulkan untuk menentukan masalah–masalah
keperawatan yang mungkin timbul pada setiap kasus penyakit Tuberkulosis Paru.
Pengkajian menurut Doenges (1999) meliputi :

a. Identitas Pasien.
Pengkajian ini mencakup nama klien, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, diagnosa
medis, ruang dan nomor register.
b. Identitas Penanggung Jawab.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pelajaran, agama, alamat,
hubungan dengan klien.
c. Aktifitas/istirahat.
1) Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan. Napas pendek karena kerja.
Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari, menggigil dan
atau berkeringat.
2) Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea pada kerja. Kelelahan otot, nyeri, dan
sesak (tahap lanjut).
d. Integritas Ego
1) Gejala : Adanya/faktor stres lama. Masalah keuangan, rumah. Perasaan tak
berdaya/etnik : madura, dll.
2) Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini). Ansietas, ketakutan,
mudah terangsang.
e. Makanan/cairan

16
1) Gejala : Kehilangan nafsu makan. Tak dapat mencerna.
Penurunan berat badan.
2) Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik.
Kehilangan otot/hilang lemak subkutan.
f. Nyeri/Kenyamanan
1) Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
2) Tanda : Berhati–hati pada area yang sakit. perilaku distraksi, gelisah.
g. Pernapasan
1) Gejala : Batuk, produktif atau tak produktif. Napas pendek.
Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
2) Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan. Pengembangan pernapasan tak
simetris. Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau
penebalan pleural). Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid kuning,
atau bercak darah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). Tak
perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)
h. Keamanan
1) Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, Kanker. Tes HIV
positif.
2) Tanda : Demam rendah atau panas akut.
i. Interaksi Sosial.
1) Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular. Perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.

2. Diagnosa dan Intervensi


a. Kerusakan pertukaran gas (Carpenito, 2006: ) yaitu keadaan dimana seorang
individu mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida)
yang actual (atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan
system vaskuler berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

17
2) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.

Tujuan umum : kerusakan pertukaran gas dapat diatasi


Tujuan khusus:
1) keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga tentang kerusakan pertukaran gas.
b) Jelaskan proses terjadinya kerusakan pertukaran gas.
c) Berikan penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang penting
dalam perawatan untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas.

2) Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat


Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pentingnya membuat keputusan
yang tepat untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas.
b) Jelaskan tentang cara membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi
kerusakan pertukaran gas.
c) Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
kerusakan pertukaran gas.
d) Diskusikan apa yang menjadi kendala dalam membuat keputusan.

3) Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.


Intervensi :
a) Beri penjelasan bagaimana cara member perawatan pada anggota keluarga
yang sakit.
b) Jelaskan pentingnya perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

18
c) Ajarkan cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Keluarga mampu memodifikasi rumah yang sehat


Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara memodifikasi
rumah sehat.
b) Jelaskan pentingnya rumah sehat.
c) Ajarkan memodifikasi rumah sehat.

5) Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.


Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga tentang kerusakan pertukaran gas.
b) Jelaskan kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
c) Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada.
d) Ajarkan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada seoptimal
mungkin

b. Bersihan jalan napas tidak efektif (Nanda, 2009-2011: 356) adalah


ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
Tujuan umum : Mempertahankan jalan nafas pasien, dengan bunyi nafas
bersih dan jelas.
Tujuan khusus :
1) Keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga

19
Intervensi:
a) Kaji pengetahuan keluarga tentang bersihan jalan nafas tidak efektif.
b) Jelaskan proses terjadinya bersihan jalan nafas tidak efektif.
c) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya mengi, ronhi, krekels.
d) Beri penyuluhan kesehatan dengan penguatan hal-hal yang penting dalam
perawatan untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

2) Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat


Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pentingnya membuat keputusan
yang tepat untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif.
b) Jelaskan tentang cara membuat keputusan yang tepat untuk mengatasi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
c) Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
bersihan jalan nafas.
d) Diskusikan apa yang menjadi kendala dalam membuat keputusan.

3) Keluarga mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.


Intervensi:
a) Beri penjelasan bagaimana cara memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sakit.
b) Jelaskan pentingnya perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
c) Ajarkan cara memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d) Ajarkan batuk efektif.

4) Keluarga mampu memodifikasi rumah yang sehat.


Intervensi:
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang bagaimana cara memodifikasi
rumah sehat.
b) Jelaskan pentingnya rumah sehat
c) Ajarkan memodifikasi rumah sehat.

20
d) Pertahankan kelembaban udara inspirasi adekuat.

5) Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.


Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga tentang bersihan jalan nafas tidak efektif.
b) Jelaskan tentang kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada.
c) Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada.
d) Ajarkan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan seoptimal mungkin.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


(Wilkinson, 2006: 317) merupakan keadaan dimana individu yang mengalami
kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
Tujuan Umum : menunjukkan peningkatan beratbadan menuju tujuan yang
tepat.
Tujuan Khusus :
1) Keluarga mampu mengetahui masalah kesehatan
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian nutrisi yang tepat.
b) Jelaskan factor-faktor penyebab kebutuhan nutrisi yang kurang.
c) Jelaskan pentingnya pemberian nutrisi yang tepat
d) Evaluasi kemampuan untuk memproses dan menyiapkan makanan,
keuangan, transportasi, mobilitas, dan keterampilan manual.

21
2) Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan dalam membuat keputusan tentang pemberian nutrisi
yang tepat
b) Jelaskan pentingnya pengambilan keputusan tentang pemberian nutrisi
yang tepat.
c) Ajarkan keluarga untuk membuat keputusan dalam pemberian nutrisi yang
tepat.
d) Negosiasikan dengan keluarga tujuan masukan untuk setiap kali makan
dan makan makanan kecil.

3) Keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang


sakit.
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian perawatan pada
anggota keluarga dengan gangguan nutrisi yang kurang dari kebutuhan
tubuh.
b) Anjurkan untuk menghidangkan makanan hangat dan sesuai selera.
c) Bantu dalam menentukan nutrisi yang tepat
d) Aajarkan keluarga dalam memberikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.

4) Keluarga mampu mempertahankan rumah yang sehat


Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga dalam memodifikasi rumah yang sehat.
b) Jelaskan tentang manfaat rumah yang sehat.
c) Bantu dalam memodifikasi rumah yang sehat

5) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada


Intervensi :

22
a) Jelaskan tentang kegunaan fasilitas kesehatan
b) Jelaskan tentang kerugian jika tidak memanfaatkan fasilitas kesehatanyang
ada
c) Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang ada
d) Anjurkan untuk timbang berat badan setiap hari ditempat pelayanan
kesehatan yang terdekat.

d. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain (Carpenito, 2006 : 244) yaitu
keadaan dimana seorang individu beresiko menyebarkan agens-agens
pathogen atau oportunistik kepada orang lain berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
Tujuan Umum: keluarga mampu mencegah penyebaraninfeksi pada orang
lain.
Tujuan Khusus:
1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyebaran infeksi TB pada
orang lain.
b) Jelaskan factor resiko yang terkait infeksi
c) Jelaskan cara penularan TB terhadap orang lain.
d) Berikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan penyakit TB.

2) Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat


Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga tentang cara membuat keputusan

23
b) Jelaskan tentang resiko jika tidak mengambil tindakan secepatnya untuk
mencegah penyebaran infeksi.
c) Jelaskan resiko jika tidak membuat keputusan yang sesuai dalam
mengenal penyebaran infeksi
d) Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
penyebaran infeksi.

3) Keluarga mampu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang


sakit
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetauan keluarga tentang terjadinya penyebaran infeksi
b) Jelaskan cara mencegah penyebaran infeksi

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.


Intervensi :
a) Jelaskan tentang pentingnya rumah sehat agar tidak terjadi penyebaran
infeksi.
b) Kaji pengetahuan keluarga dalam memodifikasi rumah sehat.
c) Anjurkan agar rumah selalu bersih
d) Ajarkan tentang modifiksi rumah yang sehat

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.


Intervensi :
a) Anjurkan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
b) Kaji tingkat pengetahuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan
c) Jelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan

e. Kurang pengetahuan (NANDA, 2009-2011: 2006) adalah ketiadaan atau


defisiensi informasi kognitif yang berhubungan dengan topic tertentu
berhubungan dengan :

24
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada.
Tujuan Umum : keluarga mampu melakukan upaya pencegahan TB paru
Tujuan khusus :
1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru.
b) Jalaskan kepada keluarga tentang penyakit TB paru
c) Jalaskan kepada keluarga tentang proses terjadinya TB paru dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
d) Jelaskan cara mencegah penyakit TB paru
e) Jelaskan cara mencegah serangan ulang TB paru

2) Keluarga mampu membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.


Intervensi :
a) Diskusikan tentang tindakan alternative yang ada untuk mencegah penyakit
atau serangan ulang.
b) Bantu keluarga dalam mengambil tindakan yang tepat.
c) Ajarkan cara membuat keputusan yang tepat

3) Keluarga mampu member perawatan pada anggota keluarga yang sakit


Intervensi :
a) Kaji tingkat kemampuan keluarga dalam member perawatan pada keluarga
yang mengalami TB paru.
b) Jelaskan pada keluarga mengenai cara perawatan penyakit TB paru
c) Bantu keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit TB paru

25
d) Anjurkan kepada keluarga supaya pasien dapat beristirahat yang cukup.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga dalam menata lingkungan
b) Jelaskan pada keluarga cara menat a lingkungan yang sehat
c) Anjurkan kepada keluarga untuk menata lingkungan yang sehat
d) Jelaskan pentingnya rumah yang sehat
e) Bantu keluarga dalam memodifikasi lingkungan

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada


Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga tentang cara memanfaatkan fasiitas kesehatan
b) Jelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
c) Beritahu keluarga tentang manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
d) Anjurkan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
e) Jelaskan kerugian jika tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

3. Implementasi
Merupakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan perlu ada
validasi apakah tindakan yang akan dilaksanakan perlu didokumentasikan untuk
mengetahui tindakan tersebut sesuai rencana atau tidak dan apakah tindakan kita
memenuhi kriteria hasil dibuat baik dari tindakan keperawatan mencakup
tindakan mandiri (independen) atau tindakan kolaboratif (Tarwoto dan Wartonah,
2006).

4. Evaluasi
Evaluasi adalah fase akhir dalam proses keperawatan. Dengan cara evaluasi,
perawat dapat memberikan pendapat pada kuantitas dan kualitas asuhan yang
diberikan. Evaluasi adalah aktifitas terus menerus yang memainkan peran penting
selama seluruh fase proses perawatan. Evaluasi kontinu asuhan adalah satu-

26
satunya cara menentukan apakah asuhan yang diperlukan telah mencapai hasil
yang sesuai. Terminasi hubungan perawat yang berarti diakhiri dengan
wawancara pemulangan, yang secara jelas berfungsi evaluatif.

27
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi
2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Jhonson, Marion dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Misouri:
Mosby, Inc.

McCloskey, Joanne C, 2015. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Misouri:
Mosby, Inc.

Brunner & suddath.2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC: Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius FKUI :
Jakarta

Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar GangguanMuskuloskeletal. Cetakan kedua. Jakarta
: Salemba Medika.

28

Anda mungkin juga menyukai