Anda di halaman 1dari 24

MOPCXOF PLFJOK\M\OF

ELPLXOQOZOF ELM\OXAO JLFAOF KNPLXZLFTN

ILZN BNMMOZN NTMOBN


P1441480>80141

PXCJN PXCILTN FLXT G\X\


TOF ELPLXOQOZOF
PCMZLEELT ELBLFELT TLBOXOFA
8080
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN
KELUARGA

A. Teori Keluarga
1. Definisi

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Bailon, 1978 dalam Achjar (2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua
atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan
atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam
peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah

satu atap dalam keadaan saling bergantung (Departemen Kesehatan RI, 1988 dalam
Ali, 2006).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu
dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Ali, 2006).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil
yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan

seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN,


1999 dalam Sudiharto, 2007).

2. Bentuk atau Tipe-Tipe Keluarga


Menurut Sudiharto (2007), beberapa tipe/bentuk keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak- anak
baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal
seseorang dilahirkan.
c. Keluarga Besar (extended family ), keluarga inti ditambah keluarga yang lain
(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk
keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga
pasangan sejenis (guy/lesbian families).
d. Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena perceraiandan/atau kematian

pasangan yang dicintai dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali
dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terjadi karena
perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.
g. Keluarga kohabitasis (Cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga tanpa
pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini
tidak lazim dan bertebtangan budaya timur. Namun, lambat laun, keluarga

kohabitasi ini mulai dapat diterima.


h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan
pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak
lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu
menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakannya,
kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah
dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai
budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal ini dapat kita
cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.

i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan


perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga
nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah
ayah-ibu dan anak hasil dari perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga
nontradisional adalah sekelompok orang tinggal di sebuah asrama.

Menurut Maclin, 1988 dalam Achjar (2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak

yang hidup dalam rumah tangga yang sama.


2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri.

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup

bersama sebagai pasangan yang menikah.


4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.

4. Ttruktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008: 6-7) struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah :
a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis
bapak.
b. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu dihubung melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara istri.
d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama saudara suami.
e. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan-hubungan dengan suami istri.

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar


keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta, saling
menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di
lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan

dan menambah sumber daya manusia.


d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
seperti sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,


kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari

keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam


keluarga adalah sebagai berikut:
1) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

<. Tugas Keluarga

Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009:
185-186), keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu
mengenal masalah kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya
perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi
dan seberapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda
dan gejala, factor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b. Membuaat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal sebagai berikut :

1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.


2) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhada masalah yang dialaminya.
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan.
6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.


Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi, prognosis dn
perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan.


4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggungjawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan
atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, upaya

pencegahan penyakit, dan sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene


sanitasi.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat bagi keluarga

9. Takap Perkebhangan Keluarga


Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2008:14-18), tahap perkembangan
keluarga adalah :
a. Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah :


1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan menjadi
orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan tahap ini antara lain :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.

5) Konseling KB post partum 6 minggu.


6) Menata ruang untuk anak.
7) Memfasilitasi role bearing.
8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini anatra lain :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.

4) Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.


5) Pembagian tanggung jawab.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan
lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.

4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.


5) Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab).
2) Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.

4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga


untuk memnuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian


anaknya.
5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat
sosial dan waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.

3) Keakraban dengan pasangannya.


4) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5) Persiapan masa tua atau pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life reνiew masa lalu.

7. Nilai-Nilai Keluarga
a. Suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau
konsep yang secara sadar mengikat seluruh anggota keluarga dalam suatu
budaya yang lazim (Parad & Caplan, 1965).
b. Kebudayaan keluarga merupakan sumber sistem nilai dan norma - norma utama
sebuah keluarga.
c. Kelompok keluarga merupakan sumber utama sistem kepercayaan-kepercayaan,
nilai-nilai dan norma-norma, yang menentukan pemahaman individu terhadap

sifat, makna dunia, bagaiman mencapai tujuan & aspirasi-aspirasi mereka.


Orientasi nilai utama meliputi: pencapaian individu dan produktivitas,
individualisme, materialisme/etika konsumsi, etika kerja, pendidikan,
persamaan hak, kemajuan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan,
efisiensi, ketentraman, kepraktisan, rasionalisme, kualitas hidup dan
pemeliharaan kesehatan dan toleransi terhadap perbedaan.

B. Masalah Kesehatan (Hipertensi)


1. Definisi
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah (Muttaqin, 2009).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi

lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

2. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel berikut:

Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-150 90-99
Hipertensi stage II >150 >100
(Muttaqin, 2009).
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140-149 <90
(Sofyan, 2012)
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)


Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100
Hipertensi Sistol Terisolasi ≥140 Dan <90

(Sofyan, 2012)

3. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik


(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin

angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.


b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.


c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :


Faktor keturunan: dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi. Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi seperti umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis
kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih), kebiasaan hidup, kebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr),
kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol, minum

obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)


b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah: ginjal, glomerulonefritis,
pielonefritis, nekrosis tubular akut, tumor, vascular, aterosklerosis, hiperplasia,
trombosis, aneurisma, emboli kolestrol, vaskulitis, kelainan endokrin, DM,
hipertiroidisme, hipotiroidisme, saraf, stroke, ensepalitis, SGB, obat-obatan,
kontrasepsi oral, kortikosteroid.

4. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

a. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi


nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut
Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,
mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah: peningkatan tekanan
darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, pusing/migraine, rasa berat ditengkuk,
penyempitan pembuluh darah, sukar tidur, lemah dan lelah, nokturia, azotemia

dan sulit bernafas saat beraktivitas.

5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
pada sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan


merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh
darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi


epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),


mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner
dan Suddarth, 2001).

6. Pathway

Obesitas
Stress Kelebihan

Insulin Katekolamin Natrium

Perubahan fungsi
membran sel
Kalsium Pertukaran Na+ / H+

Kontraksi otot Hipertrofi Vaskulen

Tahanan erifer

Hi ertensi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG: adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, adanya
penyakit jantung koroner atau aritmia.
b. Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji hubngan dari sel-sel
terhadap terhadap volume cairan(viskositas)dan dapat mengindikasikan faktor-
faktor risiko seperti hiperkogulabilitas, anemia.
c. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
d. Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Millitus adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).


e. Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
f. Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
g. Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
h. Asamm urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.

i. Foto rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang


melebar.
j. Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga
sudah terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik (Diklat PJT-
RSCM, 2008).

;. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua
kategori-pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan

penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada
pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90
pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit
jantung hipertensi :
a. Pengaturan Diet
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat
hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi
pada penderita hipertensi, diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan

natrium dalam bahan makanan. Makan biasa (untuk orang sehat rata-rata
mengandung 2800-6000 mg per hari). Sebagian besar natrium berasal dari
garam dapur. Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor
kadaan tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis
besar ada 4 (empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan tekanan darah yaitu:
1) Diet rendah garam

Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi


makanan tanpa garam.Garam dapur mempunyai kandungan 40% Natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue,
baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat),Pengawet makanan atau
natrium bensoat biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan
yang terbuat dari mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang sedang
menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut :
a) Kurangi penggunaan garam dapur
b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi,

petis, biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-lain.


c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan
makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
d) Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung
sodium.
e) Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprit
2) Diet rendah kolesterol atau lemak.
Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan
pospolipid. Sekitar 25 — 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat

diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa


makanan yang mengandung kolestero tinggi yaitu daging, jeroan, keju
keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet
rendah kolesterol adalah menurunkan kadar kolestero serta menurunkan
berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur
nutrisi pada hypertensi adalah :
a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c) Gunakan susu full cream.

d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang
lainnya.
f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup,
dodol.
g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah — buahan.

3) Diet kalori bila kelebihan berat badan.


Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski
demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hypertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan
diet rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam
pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-
4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
c. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif

untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat


dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu
menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang
terjual bebas mengandung simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan
darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi
aritmia. Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO
yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat
antihipertesni.

d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan
kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada
semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai

tekanan darah yang diinginkan.

D. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk
mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, melaksanakan
asuhan keperawatan, serta implementasi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana
yang telah direncanakan/dibuat serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
1. Pengkajian

a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh keluarga.
1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan,
status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarga.
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
(1) Anggota-anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.

(2) Data demografi: umur, jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.


(3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.
(4) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat, patrikat
berkumpul atau menyebar.
(5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
(6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan
yang nyata ataupun tidak nyata.
(7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari, kebiasaan tidur, kebiasaan
makan dan penggunaan waktu senggang.

b) Faktor sosial budaya dan ekonomi


(1) Pekerjaan
(2) Penghasilan
(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
(4) Jam kerja ayah dan ibu
(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c) Faktor lingkungan

(1) Perumahan
(a) Luas rumah
(b) Pengaturan dalam rumah
(c) Persediaan sumber air
(d) Adanya bahan kecelakaan
(e) Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan/daerah rumah
(3) Fasilitas social dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan

d) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3) Sumber pelayanan kesehatan
(4) Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas
kesehatan.
(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara pengumpulan data
(1) Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.

(a) Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.


(b) Komunikasi dari tiap anggota keluarga
(c) Peran dari tiap anggota keluarga
(d) Keadaan rumah dan lingkungan
(2) Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
(a) Aspek fisik
(b) Aspek mental
(c) Sosial budaya

(d) Ekonomi
(e) Kebiasaan
(f) Lingkungan
(3) Studi dokumentasi antara lain
(a) Perkembangan kesehatan anak
(b) Kartu keluarga
(c) Catatan kesehatan lainnya

(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah


kesehatan dan keperawatan antara lain :
(a) Tanda-tanda penyakit
(b) Kelainan organ tubuh

2. Diagnosis Keperawatan
a. Defisit pengetahuan tentang diet hipertensi berhubungan dengan kekeliruan
mengikuti anjuran.
1) Tujuan

Tingkat pengetahuan keluarga mengenai diet hipertensi membaik.


2) Kriteria hasil
a) Perilaku sesuai anjuran (5 : meningkat)
b) Verbalisasi minat dalam belajar (5 : meningkat)
c) Kemampuan menjelaskan tentang suatu topik (5 : meningkat)
d) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai
dengan topik (5 : meningkat)
e) Perilaku sesuai dengan pengetahuan (5 : meningkat)
f) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi (5 : menurun)

g) Persepsi uang keliru terhadap masalah (5 : menurun)


h) Menjalani pemeriksaan tidak tepat (5 : menurun)
3) Rencana tindakan
Manajemen Pengetahuan
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik

a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a) Jelaskan daktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku

hidup bersih dan sehat


b. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan konflik
pengambilan keputusan.
1) Tujuan
Manajemen kesehatan keluarga meningkat.
2) Kriteria hasil
a) Kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami (5 :
meningkat)
b) Aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat (5 : meningkat)

c) Tindakan untuk mengurangi faktor risiko(5 : meningkat)


d) Verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan (5 :
menurun)
e) Gejala penyakit anggota keluarga(5 : menurun)

3) Rencana tindakan
Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan
Observasi
a) Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan

b) Identifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan Bersama keluarga


c) Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
d) Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga
Terapeutik
a) Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya
kesehatan
b) Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga
c) Ciptakan perubahan lingkungan rumah secara optimal
Edukasi

a) Informasikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga


b) Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
c) Ajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga

c. Kesiapan peningkatan proses keluarga


1) Tujuan : kesiapan keluarga untuk meningkatkan kesehatan
2) Kriteria hasil :

a) Minat keluarga untuk melakukan aktivitas yang positif (5 :


meningkat)
b) Adaptasi keluarga terhadap perubahan (5 : meningkat)
c) Bekerja sama dengan anggota keluarga yang sakit dalam
menentukan perawatan (5 : meningkat)
d) Keterpaparan informasi (5 : meningkat)
3) Rencana tindakan
Edukasi kesehatan
Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

b) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan


kesehatan

3. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put) dan
penilaian selalu berkaitan dengan tujuan. Evaluasi juga dapat meliputi penilaian
input dan porses. Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa
dimensi :
a) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan

keperawatan.
b) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi), maka dimensinya dapat
dikaitkaan dengan biaya, waktu, tenaga dan bahan.
c) Kecocokan (Apprioriatenes) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan
dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
d) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt).
JOIZOX P\TZOEO

Achjar, K.A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto.
Ali, Z. (2006). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Bruner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 νol.2. Jakarta:

EGC.
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Makhfudli & Effendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Satu, Media
Aeskulapius, Jakarta.
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kardioνaskuler.

Jakarta: Salemba Medika.


North American Nursing Diagnosis Association. (2001). Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 200l-2002. Philadelphia.
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC.
Sofyan, A. (2012). Hipertensi. Kudus.
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan

Transkultural. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai