Disusun Oleh:
Program Ners
2018
KONSEP KELUARGA
2.1 Definisi Keluarga
Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
( Menurut Dep.kes RI tahun 1988).
Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua
individu yg tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.( menurut Salficion G Bailon dan Aracdelis
Maglaya (1989)).
Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang
diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu
masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang
berlainan dengan keluarga lain. Berbeda kebudayaan dari setiap keluarga
timbul melalui komunikasi anggota-anggota keluarga yang merupakan
gabungan dari pola-pola tingkah laku individu (dalam Khairudin, 1985).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras
dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya
(Sudiharto, 2007).
Dari ketiga Pengertian keluarga tersebut dapat di simpulkan unit
terkecil masyarakat Terdiri dari dua orang atau lebih Adanya ikatan
perkawinan dan pertalian darah adalah sebagai berikut :
1. Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama
2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan
3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak
4. Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak
5. Satu orang dengan beberapa anak.
2.2 Tipe bentuk keluarga
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
a. Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-
anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang
lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu
termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian families).
c. Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami,
istri, anak-anak kandung dan anakanak tiri.
d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang
tinggal bersama.
e. Keluarga orang tua tinggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita,
mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin
tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari
pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan
tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan bersama.
g. Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita
yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian
bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak
dengan pasangannya masingmasing, tetapi semuanya mengganggap
sebagai satu keluarga.
h. Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam
dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan
beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang
terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan yang sah.
2.3 Pemegang kekuasaan dalam keluarga
Terdapat 3 macam tipe pemegang kekuasaan dalam suatu keluarga, yaitu :
1. Patriakal : yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah.
2. Matriakal : yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
3. Equalitarian : yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan
ibu
2.4 Tugas perkembangan keluarga
Ada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
2.5 Struktur keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
1. Patrilineal Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2. Matrilineal Adalah: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal Adalah: sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga Kawin Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.6 Peranan keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
2.7 Fungsi keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan.
Memelihara dan membesarkan anak.
Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
Membina sosial pada anak.
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Mencari sumber–sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) dari berbagai fungsi diatas ada
3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah :
a. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.8 Tahap-tahap dalam keluarga
1. Keluarga tahap 1 : Keluarga pasangan baru menikah
a. Keluarga pasangan baru menikah
Keluarga pasangan baru menikah adalah perkawinan dari
sepasang insan yang menandai bermulanya sebuah keluarga baru, atau
status lajang ke hubungan baru yang intim (Friedman,1998). Pasangan
baru (keluarga baru) adalah keluarga baru yang dimulai saat masing-
masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing
(jhonson, 2010).
Ketika dua orang diikat dalam suatu ikatan perkawinan,
perhatian awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama
yang baru, sumber-sumber dari dua orang digabungkan, peran-peran
mereka akan berubah, dan fungsi-fungsi baru pun diterima. Belajar
hidup bersama sambil memenuhi setiap kebutuhan kepribadian yang
mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting.
Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap hal kecil yang
bersifat ritunitas misalnya mereka harus mengembangkan rutinitas
untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan rumah, menggunakan
kamar mandi bergantian, mencari tempat rekreasi, dan pergi ke tempat
yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling
menyesuikan diri ini akan terbentuk suatu kumpulan transaksi berpola
dan dipelihara oleh pasangan tersebut, dengan setiap pasangan memicu
dan memantau tingkah laku pasangannya.
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung
pada penyesuaian diri yang baru saja dibicarakan. Selain itu,
tergantung pada komplementaritas atau kecocokan bersama dari
kebutuhan dan minat pasangan. Sama pentingnya bahwa perbedaan-
perbedaan individu perlu diketahui. Dalam hubungan yang sehat,
perbedaan tersebut dipandang untuk memperkaya hubungan
perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan
tergantung pada pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk
menangani “perbedaan-perbedaan tersebut” (Satir, 1983) dan konflik-
konflik. Cara sehat untuk memecahkan masalah adalah berhubungan
dengan kemampuan pasangan untuk bersifat empati, saling
mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan
(Raush et al,1969) dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas
rasa saling hormat-menghormati (Jackson dan lederer 1969).
Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari
sebuah pasangan karena mereka pindah dari rumah orang tua mereka
masing-masing ke rumah mereka yang baru. Bersama dengan itu,
mereka menjadi anggota dari 3 keluarga yaitu: memisahkan diri dari
keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungan dengan
orang luar mereka, sanak saudara, dengan ipar-ipar mereka karena
loyalitas utama mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan
perkawinan mereka. Bagi pasangan tersebut hal ini menuntut
pembentukan hubungan baru dengan setiap orang tua masing-masing
yaitu hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan
kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi
pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang mungkin
dapat merusak perkawinan yang bahagia.
b. Tugas Keluarga pasangan baru menikah
2. Terjadinya konflik
3. Perubahan komunikasi
1. Ekonomi
2. Perumahan
3. Sosial
4. Pekerjaan
Keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan
perasaan produktivitas.
5. Kesehatan
6. Perubahan Peran
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa paparan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa
pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak karena
pertama kalinya mereka mengenal dunia terlahir dalam lingkungan keluarga
dan dididik oleh orang tua.
Sehingga pengalaman masa anak-anak merupakan faktor yang sangat
penting bagi perkembangan selanjutnya, keteladanan orang tua dalam tindakan
sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk
anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi yang dapat
menumbuh kembangkan inisiatif dan kreativitas anak.
3.2 Saran
Perjuangan yang cukup berat dan yang paling berat adalah menjaga
konsistensinya supaya keutuhan sebuah keluarga tidak tergoyahkan. Oleh
karena itu, dimulai dari sejak dini, perlu ditanamkan pada anak-anak bahwa
penting sekali menjaga stabilitas keluarga dengan cara memberika tauladan
yang baik kepada generasi penerus kita,
DAFTAR PUSTAKA