Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KONSEP KELUARGA

Dosen Pembimbing : Dr. M.Sajidin,S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh:

1. Aries Adisudirja (201803001)


2. Ervika Septi Morah (201803002)
3. Novia Rina Karunia (201803003)
4. Riadatun Jannah (201803004)
5. M. Alfat Arriyansayah (201803005)
6. Roihatul Jannah (201803006)
7. Citra Arum Nugraheni (201803007)
8. Nonse Hasan Ragil Saputri (201803008)
9. Yuli Pista Kristanti (201803009)
10. Ilul Nuri Uswatul K.(201803010)
11. Dwi Sulistyo Ningsih (201803011)
12. Kharisma Murega Ayu D. (201803012)
13. Dwi Ayu Lestari (201803013)
14. Pungki Dwi Ambarwati (201803014)
15. Windi Rosalia Agustin (201803015)
16. Ma’rifatun Nuroniyah (201803016)

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO

Program Ners
2018

KONSEP KELUARGA
2.1 Definisi Keluarga
Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
( Menurut Dep.kes RI tahun 1988).
Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua
individu yg tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.( menurut Salficion G Bailon dan Aracdelis
Maglaya (1989)).
Keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang
diperoleh pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu
masyarakat yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang
berlainan dengan keluarga lain. Berbeda kebudayaan dari setiap keluarga
timbul melalui komunikasi anggota-anggota keluarga yang merupakan
gabungan dari pola-pola tingkah laku individu (dalam Khairudin, 1985).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras
dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya
(Sudiharto, 2007).
Dari ketiga Pengertian keluarga tersebut dapat di simpulkan unit
terkecil masyarakat Terdiri dari dua orang atau lebih Adanya ikatan
perkawinan dan pertalian darah adalah sebagai berikut :
1. Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama
2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan
3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak
4. Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak
5. Satu orang dengan beberapa anak.
2.2 Tipe bentuk keluarga
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
a. Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-
anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang
lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu
termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian families).
c. Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami,
istri, anak-anak kandung dan anakanak tiri.
d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang
tinggal bersama.
e. Keluarga orang tua tinggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita,
mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin
tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari
pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan
tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan bersama.
g. Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita
yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian
bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak
dengan pasangannya masingmasing, tetapi semuanya mengganggap
sebagai satu keluarga.
h. Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam
dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan
beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang
terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan yang sah.
2.3 Pemegang kekuasaan dalam keluarga
Terdapat 3 macam tipe pemegang kekuasaan dalam suatu keluarga, yaitu :
1. Patriakal : yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah.
2. Matriakal : yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
3. Equalitarian : yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan
ibu
2.4 Tugas perkembangan keluarga
Ada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
2.5 Struktur keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
1. Patrilineal Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2. Matrilineal Adalah: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal Adalah: sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga Kawin Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.6 Peranan keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
2.7 Fungsi keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan.
Memelihara dan membesarkan anak.
Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
Membina sosial pada anak.
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Mencari sumber–sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) dari berbagai fungsi diatas ada
3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah :
a. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.8 Tahap-tahap dalam keluarga
1. Keluarga tahap 1 : Keluarga pasangan baru menikah
a. Keluarga pasangan baru menikah
Keluarga pasangan baru menikah adalah perkawinan dari
sepasang insan yang menandai bermulanya sebuah keluarga baru, atau
status lajang ke hubungan baru yang intim (Friedman,1998). Pasangan
baru (keluarga baru) adalah keluarga baru yang dimulai saat masing-
masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing
(jhonson, 2010).
Ketika dua orang diikat dalam suatu ikatan perkawinan,
perhatian awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan bersama
yang baru, sumber-sumber dari dua orang digabungkan, peran-peran
mereka akan berubah, dan fungsi-fungsi baru pun diterima. Belajar
hidup bersama sambil memenuhi setiap kebutuhan kepribadian yang
mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang penting.
Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap hal kecil yang
bersifat ritunitas misalnya mereka harus mengembangkan rutinitas
untuk makan, tidur, bangun pagi, membersihkan rumah, menggunakan
kamar mandi bergantian, mencari tempat rekreasi, dan pergi ke tempat
yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling
menyesuikan diri ini akan terbentuk suatu kumpulan transaksi berpola
dan dipelihara oleh pasangan tersebut, dengan setiap pasangan memicu
dan memantau tingkah laku pasangannya.
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung
pada penyesuaian diri yang baru saja dibicarakan. Selain itu,
tergantung pada komplementaritas atau kecocokan bersama dari
kebutuhan dan minat pasangan. Sama pentingnya bahwa perbedaan-
perbedaan individu perlu diketahui. Dalam hubungan yang sehat,
perbedaan tersebut dipandang untuk memperkaya hubungan
perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan
tergantung pada pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk
menangani “perbedaan-perbedaan tersebut” (Satir, 1983) dan konflik-
konflik. Cara sehat untuk memecahkan masalah adalah berhubungan
dengan kemampuan pasangan untuk bersifat empati, saling
mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan
(Raush et al,1969) dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas
rasa saling hormat-menghormati (Jackson dan lederer 1969).
Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari
sebuah pasangan karena mereka pindah dari rumah orang tua mereka
masing-masing ke rumah mereka yang baru. Bersama dengan itu,
mereka menjadi anggota dari 3 keluarga yaitu: memisahkan diri dari
keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungan dengan
orang luar mereka, sanak saudara, dengan ipar-ipar mereka karena
loyalitas utama mereka harus diubah untuk kepentingan hubungan
perkawinan mereka. Bagi pasangan tersebut hal ini menuntut
pembentukan hubungan baru dengan setiap orang tua masing-masing
yaitu hubungan yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan
kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang melindungi
pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang mungkin
dapat merusak perkawinan yang bahagia.
b. Tugas Keluarga pasangan baru menikah

1. Membina hubungan intim yang memuaskan

2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dsb

3. Mendiskusikan rencana memiliki anak

4. Memantapkan tempat tinggal

5. Memantapkan sistem mendapatkan dan membelanjakan uang

6. Memantapkan pola siapa mengerjakan apa, siapa bertanggung


jawab kepada siapa (pembagian peran & tanggung jawab)

7. Memantapkan sistem komunikasi secara intelektual dan emosional

8. Memantapkan hubungan dengan keluarga besar

9. Memantapkan filosofi hidup sebagai pasangan suami isteri

10. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang


bermain, privasi, keamanan

c. Masalah Yang Muncul Pada Keluarga Pasangan Baru

1. Kurang pengetahuan tentang tugas perkembangan keluarga baru

2. Terjadinya konflik

3. Perubahan komunikasi

4. Penggunaan sumber finansial

5. Perencanaan tempat tinggal

6. Adaptasi dengan keluarga pasangan


7. Adaptasi dengan lingkungan keluarga yang baru

2. Keluarga tahap 2 : Pasangan baru memiliki anak


a. Pasangan baru memiliki anak
Tahap perkembangan tidak hanya terjadi pada individu,
keluarga pun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas
perkembangan yang harus diselesaikan pada tahapnya. Perubahan
tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan tugas
perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki
keluarga. Setelah anak pertama lahir, keluarga mempunyai beberapa
tugas perkembangan yang penting. Menurut La Rossa (1981 dalam
Friedman 1998) kelahiran seorang anak membuat perubahan-
perubahan radikal dalam organisasi keluarga. Fungsi pasangan suami
istri harus dibedakan untuk memenuhi tuntutan baru dalam perawatan
dan pengasuhan. Sementara pemenuhan tanggung jawab ini bervariasi
menurut posisi sosial budaya suami istri, sebuah pola umum adalah
untuk orang tua agar menerima peran-peran dan tanggung jawab.
b. Menurut Suprajitno (2004) tugas-tugas perkembangan keluarga dalam
tahap keluarga anak baru lahir, yaitu:
1. Mempersiapkan menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi
keluarga, hubungan seksual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
Disamping itu juga tugas keluarga pada tahap perkembangan ini yakni
1. Mengatur tata ruang di dalam rumah agar nyaman dan sesuai
kebutuhan anak.
2. Mempersiapkan dana untuk pengasuhan anak.
3. Membuat pola tanggungjawab yang saling menguntungkan.
4. Merencanakan dan mengkomunikasikan cara untuk mengurus
dan membesarkan anak.
5. Membangun hubungan dengan keluarga besar.
6. Menyesuaikan diri ke dalam lingkungan sebagai keluarga muda.
7. Membentuk keluarga muda yang bahagia.
8. Penyesuaian tugas baru.
9. Merencanakan kehadiran anak berikutnya dalam keluarga.
c. Konflik yang Muncul Pada Tahap Perkembangan Keluarga Baru
Memiliki Anak
Memiliki anak pertama bagi pasangan suami istri merupakan
sesuatu yang sangat baru dan akan membuat cukup pusing, tegang,
was-was, dan ketar-ketir begi mereka yang kurang memiliki informasi,
wawasan dan pengetahuan dalam mengurus dan merawat bayi yang
masih kecil dan belum dapat berkomunikasi dengan kedua
orangtuanya. Masalah yang dapat muncul pada tahap keluarga ini
antara lain:
1. Suami merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh
suami). Hal ini terjadi karena kehadiran bayi dan perhatian ibu
hanya tertuju pada bayinya.
2. Terdapat peningkatan perselisihan dan argumen antara suami dan
istri.
3. Intrupsi dalam jadwal yang kontinu (“begitu lelah sepanjang
waktu”, merupakan sebuah komentar khas). Hal ini terjadi karena
suami istri masih belum mengerti tentang peran sebagai orang tua
baru.
4. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.
5. Perawatan bayi dan imunisasi
6. Ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk ibu
yang bekerja
7. Konseling perkembangan anak
8. Perubahan psikologis dari suami istri dalam hal perawatan dan
tanggung jawab sebagai orang tua baru.
9. Bertambahnya pengeluaran sehubungan dengan pemenuhan
kebutuhan bayi.
3. Tahap 3 : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
a. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Saat ini, keluarga tumbuh baik dalam jumlah maupun
kompleksitas. Perlunya anak-anak usia prasekolah dan anak kecil
lainnya untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, dan kebutuhan orang
tua untuk memiliki privasi mereka sendiri menjadikan perumahan dan
ruang yang adekuat sebagai masalah utama. Peralatan dan fasilitas-
fasilitas juga perlu bersifat melindungi anak-anak, karena pada tahap
ini kecelakaan menjadi penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji
keamanan rumah meruoakan hal yang penting bagi perawat kesehatan
komunitas dan penyuluhan kesehatan perlu dimasukkan sehingga
orang tua dapat mengetahui resiko yang ada dan cara-cara mencegah
kecelakaan
b. Tugas keluarga anak usia pra sekolah
Tabel 2.1: Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah

Tahap Tugas-tugas perkembangan keluarga


Perkembangan
Keluarga dengan 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
anak usia seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan
prasekolah keamanan.
2. Mensosialisasikan anak.
3. Mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-
anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga (hubungan perkawinan dan
hubungan orang tua dan anak) dan di luar
keluarga (keluarga besar dan komunitas).
5. Pembagian waktu untuk individu pasangan,
dan anak (biasanya keluarga mempunyai
tingkat kerepotan yang tinggi).
6. Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga.
7. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk
menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Dalam suatu keluarga suami-ayah menerima lebih banyak


keterlibatan dalam tanggung jawab rumah tangga selama tahap
perkembangan keluaga ini daripada tahap lain, presentase terbesar
dalam tahap ini digunakan untuk aktifitas perawatan anak. Keterlibatan
ayah dalam perawatan anak saat ini benar-benar penting, karena
hubungan ini dengan anak usia prasekolah dapat membantu anak
mengidentifikasi jenis kelaminnya. Khusus bagi anak laki-laki dalam
usia 5 tahun, penting sekali bagi mereka intuk bergaul secar rapat
dengan lingkungan terbatas yang kuat, ayah yang hangat atau
pengganti ayah sehingga identitas peran laki-laki dapat terbentuk.
Peran yang lebih matang anak-anak usia prasekolah, yang
secara perlahan-lahan menerima lebih banyak tanggung jawab
perawatan dirinya sendiri, plus membantu ibu atau ayah dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga. Disini bukan produktifitas anak
yang penting, melainkan proses belajar yang berlangsung.
Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan anak-
anak usia prasekolah mengembangkan sikap diri sendiri (konsep
diri)dan secara cepat belajar mengekspesikan diri mereka, seperti
tampak dalam kemampuan menangkap bahasa dengan cepat. Tugas
lain selama masa ini menyangkut bagaimana mengintegrasikan
anggota keluarga yang baru (anak ke dua dan ketiga) sementara masih
memenuhi kebutuhan anak yang lebih tua. Penggeseran anak oleh bayi
baru lahir secara psikologis merupakan suatu kejadian traumatik.
Persiapan anak menjelang kelahiran sorang bayi membantu
memperbaiki situasi, khususnya jka orang tua sensitive terhadap
perasaan dan tingkah laku anak yang lebih tua. Persaingan dikalangan
kakak beradik biasanya diungkapkan dengan memukul atau
berhubungan secara negatife dengan bayi, tingkah laku regresif,
melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian. Cara terbaik
mengatasi permasalahan ini adalah dengan melungkan waktu setiap
hari untuk berhubungan lebih erat dengan anak yang lebih tua untuk
meyakinkanbahwa ia masih dicinti dan dikehendaki.

c. Masalah yang Muncul pada Tugas-Tugas Perkembangan keluarga


dengan Usia Prasekolah
Masalah kesehatan tentang keluarga dengan anak usia
prasekolah diantaranya:
1. Masalah kesehatan seperti diare, difteri, campak, berat badan
rendah dan cacar air. Semua ini terjadi karena daya tahan tubuh
anak belum terbentuk sempurna sehingga banyak infeksi virus dan
bakteri yang menyerang anak prasekolah.
2. Masalah kesehatan fisik yang utama antara lain:
a. Bahaya fisik
1. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk
bermain yang menghasilkan ketrampilan tertentu.
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik namun
kecelakaan dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih
bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya
sehingga anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal
ini terjadi bisa berkembang menjadi masa malu.
2. Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba
segala sesuatu yang dia lihat tanpa mengetahui apakah itu
berbahaya atau tidak.
b. Masalah kesehatan psikososial yang utama adalah hubungan
perkawinan. Kepuasan yang dialami oleh banyak pasangan
selama tahun ini (pada saat anak memasuki usia prasekolah)
dan perlunya penanganan terhadap masalah ini untuk
memperkokoh dan memberikan semangat lagi pada unit vital
ini.
c. Masalah-masalah kesehatan lain yaitu persaingan antara
kakak adik ,keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan, masalah-masalah pengasuhan anak seperti
membatasi lingkungan (disiplin), penganiayaan dan
menelantarkan anak, keamanan dirumah, masalah-masalah
komunikasi dikeluarga.
d. Strategi dalam promkes keluarga dengan anak usia prasekolah
Strategi-strategi promosi kesehatan umum berhubungan erat
selama tahap ini, karena tingkah laku gaya hidup yang dipelajari
selama masa anak-anak dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi
jangka pendek dan jangka panjang. Pendidikan kesehatan keluarga
diarahkan pada pencegahan masalah–masalah kesehatan utama seperti
merokok, penyalahgunaan obat-obatan dan alcohol, seksualitas
masalah, Keselamatan, diet dan nutrisi, olahraga, dan penangganan
stress atau dukungan social. Tujuan utama bagi para perawat yang
bekerja dengan keluarga dan anak usia prasekolah adalah membantu
mereka membentuk gaya hidup yang sehat dan memfasilitasi
pertumbuhan fisik, intelktual, emosional, dan social secara optimal
(Wilson,1088, hal.177).
4. Tahap 4: Keluarga dengan usia anak sekolah
a. Tugas Keluarga dengan anak sekolah

Tahap sklus Tugas – tugas perkembangan keluarga


kehidupan keluarga
Keluarga dengan 1. Mensosialisasikan anak – anak , termasuk
anak usia sekolah meningkatkan prestasi sekolah, dan
mengembangkan hubungan dengan sebaya
yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga

b. Masalah yang Muncul pada Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


Masalah - masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah
meliputi bahaya fisik maupun psikologis.
1. Bahaya fisik
a. Penyakit
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali
terjadi dengan adanya kekebalan yang didapat dari imunisasi
yang pernah didapatkan semasa bayi dan diulang pada kelas
satu atau enam, tetapi yang berbahaya adalah penyakit palsu
atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya. Penyakit yang sering ditemui adalah
penyakit yang berhubungan dengan kebersihan anak.
b. Kegemukan
Kegemukan bukan terjadi karena adanya perubahan
pada kelenjar, tetapi akibat banyaknya karbohidrat yang
dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang mungkin dapat terjadi :
(1) Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga
kehilangan kesempatan untuk mencapai ketrampilan yang
penting untuk keberhasilan sosial; dan (2) Teman-temannya
sering mangganggu dan mengejek dengan sebutan gendut atau
dengan sebutan lain sehingga anak menjadi rendah diri.
c. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk
bermain yang menghasilkan ketrampilan tertentu. Meskipun
tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya
bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap
kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang menjadi
rasa malu yang mempengaruhi hubungan sosial.
d. Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan
kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
e. Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada
saat apapun. Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai
perilaku yang kurang menarik sehingga anak menafsirkan
sebagai penolakan yang dapat mempengaruhiperkembangan
konsep diri anak.
2. Bahaya psikologis
a. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak
usia sekolah:
1) kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-
tugas disekolah dan menghambat komunikasi dengan
orang lain
2) kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan
kesalahan tata bahasa cacat dalam bicara seperti gagap
atau pilat, akan membuat anak menjadi sadar diri
sehingga anak hanya bicara bila perlu
3) anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahsa
yang digunakan dilingkungan sekolah akan terhalang
dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa
bahwa ia berbeda.
4) pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik
dan merendahkan orang lain, dan yang bersifat membual
akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman –
teman sebaya maupun orang dewasa , bila ia masih
menunjukkan pola – pola ekspresi , emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang meledak – ledak dan juga
emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat
kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan
merasa kekurangan, kesempatan untuk mempelajari permainan
dan keluarga yang penting untuk menjadi anggta kelompok.
Anak yang dilarang berkhayal karena membuang waktu atau
dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan
mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal
biasanya merasa tidak puas pada diri sendiri dan tidak puas
pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan
pada berbagai stereotip , yang cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain.
e. Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota – anggota keluarga
mengakibatkan dua hal : melemahkan ikatan keluarga dn
menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang buruk , serta
masalah – masalah yang dibawa keluar rumah.
Akibat dari bahaya psikologis :
1) Tidak puas terhadap diri sendiri dan iri kepada anak yang lebih
populer
2) Kebiasaan menarik diri, sifat mudah dirangsang yang
berlebihan, sangat membenci otoritas, depresi yang kronis,
meninggikan diri sendiri dengan jalan merendahkan orang lain,
hiperaktif, egosentris yang berlebihan dan kecemasan kronis
3) Menggunakan mekanisme pertahanan, seperti rasionalisasi
untuk menjelaskan kelemahan- kelemahan atau proyeksi untuk
menyalahkan orang lain, anak juga dapat menggunakan
mekanisme menghindar, khususnya melamun atau penyakit
khayal
4) Mengambil alih masalahnya dan berusaha “membeli” teman –
temannya agar diterima kelompok.
c. Kondisi – kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1) Sikap terhadap peran orang tua. Orang tua yang kurang menyukai
peran orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha, dan uang
dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan yang buruk
dengan anak – anaknya
2) Harapan Orang tua. Pada saat anak masuk sekolah, banyak orang
tua yang berpengharapan tinggi mengenai mutu tugas – tugas
sekolah dan besarnya tanggung jawab anak di rumah. Bila anak
gagal memenuhi harapan ini, orang tua sering mengkritik ,
memarahi, dan bahkan menghukum
3) Netode pelatihan anak . Pelatihan anak otoriter, yang sering
digunkan dalam keluarga besar, dan disiplin lunak terutama
digunakan dam keluarga kecil , keduanya menimbulkan
pertentangan di rumah dan menyebabkan kebencian pada anak.
Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan
keluarga yang baik.
4) Status sosial ekonomi. Bila anak merasa bahwa rumah miliknya
lebih buruk daripada rumah yang benda milik temannya , anak
sering menyalahkan orang tuanya dan orng tua cenderung
membenci hal itu.
5) Pekerjaan orang tua. Pandangan mengenai pekerjaan ayah
mempengaruhi perasaan anak . Bila ibu bekerja diluar rumah sikap
anak terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman- teman
mengenai wanita yang bekerja diluar rumah dan olah banyaknya
beban tanggung jawab yang harus dilakukan dirumah.
6) Perubahan sikap kepada orang tua. Dalam hubungan dengan orang
tua, teman- teman dan dari apa yang dibaca atau dilahat anak di
televisi atau film anak membentuk konsep tentang ibu dan ayah
yang ideal. Bila orang tuanya tidak sesuai dengan idealnya , anak
cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya
dengan orang tua teman – temannya.
7) Pertentangan antar saudara. Anak yang lebih besar sering
mengkritik penampilan dan perilaku adiknya , sebaliknya adik
senang menggoda dan memerintah kakak atau adik yang lebih
muda lagi.
8) Perubahan sikap kepada sanak keluarga. Anak yang lebih besar
tidak senang lagi dengan sanak keluarganya seperti katika anak
yang masih kecil dan cenderung menganggap mereka terlalu tua
taua terlalu memerintah.Bila anak diharapakan hadir dalam
pertemuan keluarga, anak sering menentang dan mengatakan
bahwa pertemuan itu membosankan.
9) Orang tua Tiri. Anak yang masih ingat orang tua kandung yang
tidak lagi bersamanya dirumah biasanya membenci orang tua tiri
dan memperlihatkannya dengan sikap kritis , negativitas, dan
perilaku yang sulit . Hal ini merupakan sumber pertentangan di
rumah.

5. Tahap 5 : Keluarga dengan perkembangan anak remaja


a. Keluarga dengan anak remaja

1. Tugas-tugas perkembangan remaja antara lain sebagai berikut:


a) Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman
sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
b) Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
c) Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara
efektif
d) Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan
orang dewasa lainnya
e) Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
f) Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
g) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan
kehidupan keluarga
h) Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual
untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara
i) Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat
dipertanggung jawabkan secara sosial
j) Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman
perilaku (Havighurst dalam Hurlock, 1973).
2. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja
NO TAHAP SIKLUS TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
KEHIDUPAN KELUARGA
KELUARGA
1. Keluarga dengan anak a. Menyeimbangkan kebebasan dengan
remaja tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakun mandiri
b. Memfokouskan kembali hubungan
perkawinan
c. Berkomunikasi secara langsung antara
orang tua dan anak-anak

Tugas perkembangan keluarga yang pertama dan utama adalah


menyeimbangakan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
semakin mandiri. Orang tua harus mengubah hubungan mereka dengan
remaja putri atau putranya secara progresif dari hubungan dependent
yang dibentuk sebelumnya kearah suatu hubungan yang semakin
mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan orang tua
ini merupakan salah satu hubungan khas yang penuh dengan konfik-
konflik. Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses pada tahap ini
semua anggota keluarga khususnya oaring tua harus membuat
“perubahan sistem” yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma
baru.
Tugas perkembangan yang kedua bagi pasangan suami istri adalah
memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Wilson 1988 dalam
Fredman 1998). Banyak pasangan suami istri yang telah begitu terikan
dengan berbagai tanggung jawab sebagai orang tua, sehingga
perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan
mereka. Suami biasanya menghabisakan banyak waktu diluar rumah
untuk bekerja, sementara istrinya juga bekerja sekaligus bertanggung
jawab sebagai orang tua.
Dalam situasi seperti ini hanya tersisa sedikit waktu dan energy
untuk hubungan perkawinan, disisi lain karena nak-anak lebih
bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, pasangan suami istri
meninggalkan rumah untuk meniti karir mereka atau dapat
menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anak-
anaknya meninggalkan rumah.
Tugas perkembangan yang ketiga yang mendesak adalah untuk
para anggota keluarga khususnya orang tua dan remaja untuk
berkomunikasi secara terbuka. Karena adanya kesenjangan antar
generasi, komunikasi terbuka sering kali hanya merupakan cita-cita
bukan suatu realita. Sering terdapat saling tolak menolak antara orang
tua dan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup. Orang tua berasal
dari keluarga dengan berbagai macam masalah terbukti seringkali
menolak dan memisakhan diri dari anak mereka yang tertua, sehingga
mengurangi saluran-saluran komunikasi terbuka yang trelah ada
sebelumnya.
2. Masalah yang Muncul pada Tugas Perkembangan Keluarga dengan
Anak Remaja:
Menurut mardiya (2010) ada beberapa masalah yang dialami
remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1) Perubahan komunikasi
2) Perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara orang tua dan remaja
3) Konflik yang terjadi akibat perubahan perkembangan pada remaja
4) Lebih menyukai hubungan dengan teman sebaya dari pada dengan
keluarga
5) Penolakan remaja terhadap peraturan keluarga
6) Gangguan kesehatan karena hubungan seks
7) Resiko tinggi penggunaan obat terlarang
8) Trauma fisik dan psikis karena sebagai korban kekerasan
9) Koping keluarga tidak efektif
10) Resiko terjadi cedera
11) Konflik keluarga
12) Gangguan citra tubuh
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami
remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1) Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan
situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan,
emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai, seperti:
a. Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol
b. Kehamilan diluar nikah
2) Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang
tidak jelas pada remaja, seperti:
a. Masalah pencapaian kemandirian.
b. Kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang
keliru.
c. Adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban
dibebankan oleh orang tua.
3) Factor masalah pada remaja
a. Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
b. Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
c. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau
oleh kakek/ nenek
d. Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
e. Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak
f. Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua
terhadap anak
g. Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain
h. Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak
cukup
i. Kurang stimuli kongnitif atau sosial
j. Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit,
kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.

6. Tahap 6: dengan melepas anak usia dewasa muda

a. Tugas perkembangan keluarga

Tugas-tugas perkembangan keularga pada tahap perkembangan


keluarga melepas dewasa muda adalah membantu anak tertua dalam
melepaskan diri, orang tua juga membantu anak mereka yang lebih
kecil agar mandiri dan ketika anak laki-laki atau perempuan yang
dilepas atau menikah tugas keluarga adalah memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru lewat perkawinan
dan menerima nilai-nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri.

Tahap siklus kehidupan Tugas –tugas perkembangan keluarga


keluarga
Keluarga melepaskan anak 1. Memperluas jaringan keluarga dari
dewasa muda keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Melanjutkan untuk memperbarui dan
menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-
sakitan dan suami maupun istri.
4. Pemeliharaan fisik keluarga dan sumber-
sumber yang ada dalam keluarganya.
5. Sosialisasi antar anggota kelurganya.
6. Mempertahankan keintiman pasangan.
7. Membantu anak untuk mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat.
8. Penataan kembali peran orang tua dan
kegiatan di rumah.

b. Masalah yang muncul pada tahap perkembangan keluarga

Masalah utama meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda


dengan orang tua mereka dan masalah kesehatan. Masalah yang
muncul pada tahap perkembangan keluarga yang melepas anak usia
dewasa muda antara lain:

1. Masalah-masalah transisi peran bagi suami istri. Bagi ibu akan


merasakan kehilangan peran ibu karena anak telah pergi atau
menikah.
2. Masalah orang yang memberikan perawatan (bagi orang tua lanjut
usia).
3. Perasaan kehilangan feminitas akibat menopause (bagi orang tua
usia 45-55 tahun).
4. Perasaan kehilangan akan kecantikan karena tanda penuaan mulai
tampak.
5. Perasaan kehilangan bagi orang tua yang ditinggal anak
6. Munculnya kondisi kesehatan kronis atau faktor-faktor yang
berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas, dan tekanan
darah tinggi. Efek-efek yang dikaitkan dengan kebiasaan minum,
merokok yang lama dan praktek diet semakin lebih jelas.
7. Masalah kekhawatiran akan pilihan pasangan atau calon suami/istri
anak, masalah pekerjaan yang dimiliki anak, kehidupan anak
setelah menikah, dan hubungan anak dengan orang tua dan mertua
setelah menikah.
8. Dengan perginya anak, ibu yang tidak lagi bekerja menemukan
dirinya dalam sebuah rumah yang bersih (tidak ada pekerjaan lagi)
dan tidak lagi tempat untuk dituju atau tujuan terhadap eksitensinya.
9. Banyak wanita yang begitu asyik dengan anak-anaknya sehingga
tidak mempersiapkan diri untuk tahap kehidupan mereka ini dan
tidak mempunyai komitmen-komitmen sama-sama akan dipenuhi
yang mana dalam komitmen-komitmen tersebut dalam rangka
untuk menginvestasikan keluarga dan talenta mereka

7. Tahap 7: tahap perkembangan keluarga dengan orang tua persiapan masa


pensiun
a. Tugas keluarga
1) Mempertahankan Kesehatan Individu dan Pasangan Usia
Pertengahan
Tugas pertama keluarga usia pertengahan adalah
mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan. Motivasi utama orang usia pertengahan untuk
memperbaiki gaya hidup mereka adalah Karena adanya perasaan
rentan terhadap penyakit yang dibangkitkan bila seseoarang teman
atau anggota keluarga mengalami serangan jantung, stroke, atau
kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang teratur
dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan kekuatan pendorong
yang ampuh. Penyakit hati, kanker, dan stroke merupakan 2/3 dari
semua penyebab kematian antara usia 46 hingga 64 tahun, dan
sebagai penyebab kematian urutan ke empat (pusat statistic
kesehatan nasional, 1989).
2) Mempertahankan Hubungan Yang Serasi Dan Memuaskan Dengan
Anak-Anaknya Dan Sebaya
Tugas perkembangan yang ke dua adalah mempertahankan
hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya dan
sebaya hal ini berkaitan dengan upaya melestarikan hubungan yang
penuh arti dan memuaskan antara orang tua yang lanjut usia
dengan anak-anak. Tugas perkembangan ini memungkinkan
pasangan usia pertengahan terus merasa seperti sebuah keluarga
dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari posisi sebagai
kakek nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24
jam.
3) Meningkatkan Keakraban Pasangan
Tugas perkembangan ketiga yaitu meningkatkan keakraban
pasangan. Sekarang pasangan tersebut benar-benar sendirian
setelah bertahun-tahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan
hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan
kelebahan, bagi kebanyakan pasangan merupakan pengalaman
yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai
pasangan menikah daripada sebagai orang tua. Menurut Wright dan
Leahey (1984 dalam Friedman, 1998) melukiskan tugas
perkembangan ini sebagai “reinvestasi identitas pasangan dengan
perkembangan keinginan independent yang terjadi secara
bersamaan”. Keseimbangan dependensi-independensi antara
pasangan perlu diuji kembali, seperti keinginan independent yang
lebih besar dan juga perhatian satu sama lain yang penuh arti. Bagi
pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun
dalam tahun-tahun post parental tidak mendatangkan
“kebohongan”. Menurut Kerckhoff (1976 dalam Friedman, 1998),
para konselor perkawinan telah lama mengamati bahwa ketika
timbul perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun
pertengahan, sering kali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan
karena kualitas traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini,
berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan berada dalam
kebahagiaan yang membosankan.
4) Penyesuaian Terhadap Pendapatan Yang Menurun
Tugas perkembangan yang ke empat bagi keluarga pensiun
adalah penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun. Menurut
Aart (1990 dalam Friedman, 1998) ketika pensiun, terjadi
penurunan pendapatan secara tajam, dan seiring dengan berlalunya
tahun, pendapatanpun semakin menurun dan semakin tidak
memadai karena terus naiknya biaya hidup dan terkurasnya
tabungan. Pada tahun 1989, 1/5 dari populasi Amerika Serikat
tergolong miskin atau hampir miskin.
b. Masalah yang muncul pada tugas perkembangan keluarga sesuai tahap
perkembangan keluarga dengan orang tua persiapan masa pensiun
Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu
kenyataan, maka ada berbagai stressor atau kehilangan-kehilangan
yang dialami. Hal ini meliputi :

1. Ekonomi

Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara


substansial, mungkin kemudian menyesuaikan terhadap
ketergantungan ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau
subsidi pemerintah).

2. Perumahan

Sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan


kemudian dipaksa pindah ke tatanan institusi.

3. Sosial

Kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.

4. Pekerjaan
Keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan
perasaan produktivitas.

5. Kesehatan

Menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif; memberikan


perawatan bagi pasangan yang kurang sehat.

6. Perubahan Peran

Dengan hilangnya peran sebagai orang tua dan kerja, maka


perlu ada suatu reorientasi di kalangan individu. Pensiun
membutuhkan resosialisasi terhadap peran-peran baru dan gaya
hidup baru, akan tetapi, perubahan macam apa yang dihendaki,
benar-benar tidak jelas. Wanita yang benar-benar terpikat dengan
peran sebagai ibu dan suami terlibat penuh dalam pekerjaan
mereka diprediksi memiliki derajat kesulitan penyesuaian yang
paling tinggi. Untuk mengisi pekerjaan yang kosong, kini semakin
banyak pria yang mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan
rumah tangga, menerima peran-peran yang lebih ekspresif, suatu
perubahan yang menuntut pertukaran peran pada sisi wanita.
Penyesuaian suami yang pensiun terhadap tugas-tugas ibu rumah
tangga yang dikerjakan sama-sama tergantung pada sistem nilai
suami. Jika suami memandang jenis pekerjaan tersebut sebagai
“pekerjaan wanita” dan menganggap pekerjaan-pekerjaan tersebut
kurang memiliki arti baginya, maka ia merasa harkatnya turun
dalam pekerjaan semacam itu.

8. Tahap 8: keluarga dengan lansia


a. Tugas keluarga
Menurut Carter dan McGoldrick (dalam Friedman, 1998), tugas
keluarga pada perkembangan keluarga lansia meliputi:

a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.


b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
c) Mempertahankan hubungan perkawinan.
d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
e) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup).
Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas
paling penting dari keluarga dengan lansia. Meskipun mayoritas lansia
memiliki rumah sendiri, namun sebagian besar dari rumah-rumah tersebut
telah tua dan rusak dan banyak yang terletak didaerah dengan tingkat
kejahatan yang tinggi dimana lansia kemungkinan besar menjadi korban
kejahatan. Namun demikian, lansia yang tinggal dirumahnya sendiri
umumnya menyesuaikan diri lebih baik daripada yang tinggal dirumah
anak-anak mereka. Orang tua biasanya pindah ke rumah salah satu anak
mereka karena penurunan kesehatan atau status ekonomi.

Tugas perkembangan kedua bagi keluarga lansia adalah penyesuaian


terhadap pendapatan yang menurun. Ketika pensiun, terjadi penurunan
pendapatan secara tajam, dan seiring dengna berlalunya tahun
pendapatanpun semakin turun dan semakin tidak memadai. Kaum lansia
amat sangat bergantung pada keuntungan dan aset pendapatan jaminan
sosial. Karena sering munculnya masalah kesehatan jangka panjang,
pengeluaran kesehatan merupakan masalah finansial yang utama.

Mempertahankan hubungan perkawinan yang merupakan tugas


perkembangan yang ketiga, menjadi penting dalam kebahagiaan keluarga.
Perkawinan yang dirasakan memuaskan biasanya mempunyai sejarah
positif yang panjang dan sebaliknya. Keinginan lansia dalam kegiatan
seksual terus ada, bahkan meningkat (Lobsenz, 1975).

Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan yang merupakan tugas


perkembangan keempat, secara umum merupakan tugas perkembangan
yang paling traumatis. Kehilangan pasangan menuntut reorganisasi fungsi
keluarga secara total. Ini khususnya sulit dicapai karena kehilangan
mengurangi sumber-sumber emosional dan ekonomi yang diperlukan
untuk menghadapi perubahan.

Tugas perkembangan yang kelima adalah pemeliharaan ikatan keluarga


antargenerasi. Meskipun ada kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan
diri dari hubungan sosial, keluarga tetap menjadi fokus interaksi sosial
lansia dan sumber utama dukungan sosial. Karena lansia menarik diri dari
aktivitas sekitar, hubungan dengan pasangan, anak-anak, cucu-cucu, dan
saudara-saudaranya menjadi lebih penting.

b. Masalah yang muncul


Dalam Friedman (1998), faktor-faktor seperti menurunnya fungsi
dan kekuatan fisik, sumber-sumber finansial yang tidak memadai,
isolasi sosial, kesepian, dan banyak kehilangan lainnya yang dialami
oleh lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia
(Kelley, 1977). Oleh karena itu, terdapat masalah-masalah kesehatan
yang multiple. Pasangan atau individu lansia dalam semua fase sakit
kronis mulai dari fase akut hingga fase rehabilitasi sangat
membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait secara medis
dan fungsi-fungsi keperawatan adalah relevan. Promosi kesehatan
tetap menjadi hal yang penting, khususnya bidang nutrisi, latihan,
pencegahan cedera, penggunaan obat yang aman, pemakaian
pelayanan preventif, dan berhenti merokok.
Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif, dan masalah psikologis
adalah masalah kesehatan yang serius, khususnya bila bersama-sama
dengan sakit fisik. Proses menua dan menurunnya kesehatan
menyebabkan betapa pentingnya pasangan menikah saling menolong
satu sama lain. Defisiensi nutrisi pada lansia terjadi secara luas dan
menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan penuaan (lemah,
bingung, depresi, konstipasi, dan lain-lain).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa paparan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa
pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak karena
pertama kalinya mereka mengenal dunia terlahir dalam lingkungan keluarga
dan dididik oleh orang tua.
Sehingga pengalaman masa anak-anak merupakan faktor yang sangat
penting bagi perkembangan selanjutnya, keteladanan orang tua dalam tindakan
sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk
anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi yang dapat
menumbuh kembangkan inisiatif dan kreativitas anak.
3.2 Saran
Perjuangan yang cukup berat dan yang paling berat adalah menjaga
konsistensinya supaya keutuhan sebuah keluarga tidak tergoyahkan. Oleh
karena itu, dimulai dari sejak dini, perlu ditanamkan pada anak-anak bahwa
penting sekali menjaga stabilitas keluarga dengan cara memberika tauladan
yang baik kepada generasi penerus kita,
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi3.


Jakarta: EGC
Nasrul Effendi. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Munandar. M- Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial,
( bandung: PT Refika Aditma, 2006)

Anda mungkin juga menyukai