Di susun Oleh :
1. Tinjauan Teori
1.1 Konsep Dasar Teori Keluarga
A. Pengertian Keluarga
1) Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih individu yang dicirikan
oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki /tidak memiliki hubungan
darah / hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu keluarga (Whall,
1986).
2) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
3) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan,
ada hubungan darah /adopsi dan tinggal dalam satu rumah (Friedman, 1998).
4) Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga
bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai
generasi peneus, saling pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner,
1997) dikutip dari (Achjar, 2010)
B. Bentuk-bentuk Keluarga
1. Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a) Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang
hidup dalam rumah tangga yang sama
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang
yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah atau ditinggalkan
3) Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak
yang tinggal bersama mereka
4) Bujang dewasa yang tinggal sendirian
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah dan istri
tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau bekerja
6) Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota
keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan dalam daerah geografis
b) Keluarga Non tradisional
1) keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa menikah
2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
3) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
4) keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama
sebagai pasangan yang menikah
5) keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber, dan
memiliki pengalaman yang sama
3. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan
garis keturunan.
C. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut
Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2015) yaitu
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga mengekspresikan kasih
sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk
nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan-batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai2 budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan
seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisk, mental, spiritual dengan cara memelihara dan merawat
anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dn kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.Mencari sumber2 penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan hari tua).
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan tetapi
untuk memelihara dan membebaskan anak untuk kelanjutan generasi.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya
D. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.Lima tugas
keluarga yang dimaksud :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
A. DEFENISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
B. KLASIFIKASI
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
2. Berdasarkan kausal
a. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.
Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh
tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada
pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
C. ETIOLOGI
Penyebab-penyebabnya antara lain:
D. PATOFISIOLOGI
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan
jantung). Arterosklerosis /cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran
darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis
diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Jika aliran darah kesetiap bagian otak
terhambat karena trombus dan embolus maka mulai terjadi kekurangan O2 kejaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron area
kemudian di sebut infark.
Kekurangan O2 pada awalnya mungkin akibat iskemik umumnya (karena henti jantung /
hipotensi ) / hipoksia karena proses anemia. Jika neuron hanya mengalami iskemik,maka
masih ada peluang untuk menyelamatkannya. Suatu sumbatan pada arteri koroner dapat
mengakibatkan suatu infark disekitar zona yang mengalami kekurangan O2.
Stroke karena embolus merupakan akibat dari bekuan darah, lemak dan udara, emboli pada
otak kebanyakan berasal dari jantung.
Sindrom neuron vaskuler yang lebih penting terjadi pada stroke trombotik dan embolik
karena keterlibatan arteri serebral mediana (Hudak, G. 1996).
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi: Faktor yang dapat dimodifikasi:
Umur Hipertensi
Ras Hiperkolesterolemia
Jenis kelamin Diabetes Millitus
Genetik Riwayat penyakit jantung
Life style (obesitas, diet, stres)
Suplay O2 ke otak
Iskemik pada arteri serebral anterior Iskemik pada arteri serebral medial Iskemik pada arteri serebral posterior
F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)
atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan
perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia
urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak
bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan
kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan
penglihatan
3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi
arteri
3. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
H. PENATALAKSANAAN
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
I. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan:
I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
Pengkajian Fokus:
Data Subyektif:
Data Subyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus
paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
Data Subyektif:
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku
(seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke,
genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan
berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
8. Respirasi
Data Subyektif:
Data obyektif:
Data obyektif:
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
a. Kriteria hasil
Kemampuan berbicara meningkat
Kesesuaian ekspresi wajah meningkat
b. Rencana tindakan
Promosi komunikasi : defisit bicara
Observasi :
Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara
Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
Terapeutik :
gunakan metode komunikasi alternative (mis, menulis, mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar dan huruf, isarat tangan, dan komputer)
Sesuiakan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis, berdiri didepan pasien,
dengarkan dengan seksama, tunjukan satu gagasan atau pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan perlahan sambil menghindari teriakan, gunakan komunikasi
tertulis, atau meminta bantuan keluarga untuk memahami ucapan pasien)
Ulangi apa yang disampaikan pasien
Edukasi :
anjurkan berbicara perlahan
Kolaborasi :
Rujuk ke ahli patologi bicara
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan
a. Kriteria hasil
Status nutrisi membaik
Porsi makan yang dihabiskan meningkat
Berat badan membaik
Indeks masa tubuh membaik (IMT)
b. Rencana tindakan
Observasi :
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang
tidak adekuat
a. Kriteria hasil
b. Rencana tindakan
Manajemen konstipasi
Observasi :
Periksa tanda dan gejala konstipasi
Periksa pergerakakn usus dan karakteristik feses
Identifikasi faktor resiko konstipasi
Terapeutik :
Anjurkan diet tinggi serat
Lakukan masase abdomen
Lakukan evakuasi feses secara manual
Berikan enema
Edukasi :
Anjurkan peningkatan asupan cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi obat pencahar
6. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan menurunnya refleks
batuk dan menelan, imobilisasi
a. Kriteria hasil :
Batuk efektif meningkat
Produksi sputum menurun
Mengi menurun
Wheezing menurun
Dispnea menurun
Gelisah menurun
b. Rencana tindakan :
Manajemen jalan napas
Observasi :
Monitor Monitor bunyi napas tambahan (mis. mengi, wheezing, ronkhi kering,
gurgling)
Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)
Terapiutik :
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu ( postural drainage )
Posisikan semi fowler atau fowler
Berikan minuman hangat
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
a. Kriteria Hasil :
b. Rencana tindakan
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
a. Kriteria Hasil :
DAFTAR PUSTAKA
Hudak C.M.,Gallo B.M. 1996. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi VI, Volume II.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Jakarta : EGC.
DO : - BB 43 Kg / Tb 155 cm /
BMI 17.9 ,lila 27,5 cm
-bibir kering, mukosa pucat
-Porsi makan sedikit
-Kesulitan menelan
TTV TD : 160/100 mmhg
S : 36°C
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
DS : Klien mengatakan mandi 1x Hambatan imobilitas Defisit perawatan diri
seminggu dan dibantu oleh berhubungan dengan
keluarga mobilitas fisik
P : Lanjutkan intervensi no
1,3,4,6,7,10
Defisit nutrisi 1. Mengidentifikasi status nutrisi S : Klien mengatakan kurang nafsu
makan dan sulit menelan
2. Mengidentifikasi makanan yang
disukai O : - BB 43 Kg / Tb 155 cm / BMI
17.9 ,lila 27,5 cm
3. Mengidentifikasi kebutuhan kalori
-bibir kering, mukosa pucat
dan jenis nutrient -Porsi makan sedikit
-Kesulitan menelan
4. Memonitor asupan makanan
5. Memonitor berat badan A : Masalah belum teratasi
6. Memberikan makan tinggi serat
P : Lanjutkan intervensi no
untuk mencegah konstipasi 1,6,7,12,16
7. Menganjurkan posisi duduk (klien
dibantu oleh keluarga)
Defisit 1. Memonitor tingkat kemandirian S : Klien mengatakan badan
perawatan diri menjadi enak setelah mandi
2. Identifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berpakaian, O : Klien tidak bisa melakukan
aktivitas dan membutuhkan
berhias, dan makan
bantuan untuk segala aktivitasnya
3. Damping dalam melakukan
A : Masalah teratasi, masih perlu
perawatan diri sampai mandiri
dukungan keluarga
4. Memfasilitas kemandirian,
P : Lanjutkan intervensi no
Memantu melakukan perawatan
2,3,6,7,9
diri
5. Menjadwalkan rutinitas perawatan
diri