Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN.

A
DI RT/RW 01/03 DESA KARANGSARI KECAMATAN NEGLASARI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Praktik Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu : H. Waludin S. KM, M. Kes

Disusun Oleh
Kelompok 3/ 3B
Fany Dyah Setyaningrum (P27901119069)

Farhanah Hidayati (P27901119070)

Firda Herawati (P27901119071)

Fitri Yunengsih (P27901119072)

Hanifa Nuresha (P27901119073)

Hasna Qurota Ayunina (P27901119074)

Ikbal Firdaus (P27901119192)

Intan Windiastika (P27901119074)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan
hukum dan undang-undang perkawinan yang sah hidup bersama dalam
keterikatan aturan dari keluarga. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari keluarga (Friedman, 2013).
2. Tipe atau Bentuk Keluarga
Secara umum, tipe keluarga dibagi menjadi dua yaitu keluarga tradisional dan
keluarga modern (non tradisional). Keluarga tradisional memilki anggota
keluarga seperti umumnya yaitu kedua orangtua dan anak. Akan tetapi,
struktur keluarga ini tidak serta merta terdapat pada pola keluarga modern.
a) Tipe keluarga tradisional
Tipe keluarga tradisional menunjukkan sifat-sifat homogen, yaitu keluarga
yang memilki struktur tetap dan utuh. Tipe keluarga ini merupakan yang
paling umum kita temui dimana saja, terutama di negaranegara Timur yang
menjunjung tinggi norma-norma. Adapun tipe keluarga tradisional adalah
sebagai berikut:
1) Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga inti merupakan keluarga kecil dalam satu rumah. Dalam
keseharian, anggota keluarga inti ini hidup dan saling menjaga.
Mereka adalah ayah, ibu, dan anak-anak.
2) Keluarga besar (Exstented Family)
Keluarga besar cenderung tidak hidup bersama-sama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan karena keluarga besar merupakan
gabungan dari beberapa keluarga inti yang bersumbu dari satu kelurga
inti. Satu keluarga memiliki beberapa anak, lalu anak-anaknya
menikah lagi dan memilki anak pula. Seperti pohon yang bercabang,
keluarga besar memiliki kehidupannya masing-masing mengikuti
rantingnya. Anggota keluarga besar ini, semakin lama akan semakin
besar mengikuti perkembangan keluarganya. Anggota keluarga besar
misalnya kakek, nenek, paman, tante, keponakan, cucu dan lain
sebagainya.
3) Keluarga tanpa anak (Dyad Family)
Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada sepasang suami istri yang baru
menikah. Mereka telah membina hubungan rumah tangga tetapi belum
dikaruniai anak atau keduanya bersepakat untuk tidak memiliki anak
lebih dahulu .
4) Keluarga Single Parent
Single parent adalah kondisi seseorang yang tidak memiliki pasangan
lagi. Hal ini disebabkan karena perceraian atau meninggal dunia. Akan
tetapi, single parent mensyaratkan adanya anak, baik anak kandung
maupun anak angkat.
5) Keluarga Single Adult
Rumah tangga yang terdiri dari seorang dewasa saja.
b) Tipe keluarga modern (nontradisonal)
Keberadaan keluarga modern merupakan bagian dari perkembangan sosial
di masyarakat. Banyak faktor yang melatarbelakangi alasan muncul
keluarga modern. Salah satu faktor tersebut adalah munculnya kebutuhan
berbagi dan berkeluarga tidak hanya sebatas keluarga inti. Relasi sosial
yang sangat luas membuat manusia yang berinteraksi saling terikat dan
terkait. Mereka kemudian bersepakat hidup bersama baik secara legal
maupun tidak. Berikut ini adalah beberapa tipe keluarga modern.
1) The Unmarriedteenege Mother
Belakangan ini, hubungan seks tanpa pernikahan sering terjadi di
masyarakat kita. Meski pada akhirnya, beberapa pasangan itu menikah,
namun banyak pula yang kemudian memilih hidup sendiri, misalnya
pada akhirnya si perempuan memilih merawat anaknya sendirian.
Kehidupan seorang ibu bersama anaknya tanpa pernikahan inilah yang
kemudian masuk dalam kategori keluarga.
2) Reconstituded Nuclear
Sebuah keluarga yang tadinya berpisah, kemudian kembali membentuk
keluarga inti melalui perkawinan kembali. Mereka tinggal serta hidup
bersama anak-anaknya baik dari pernikahan sebelumnya, maupun hasil
dari perkawinan baru.
3) The Stepparent Family
Dengan berbagai alasan, dewasa ini kita temui seorang anak diadopsi
oleh sepasang suami istri, baik yang memilki anak maupun belum.
Kehidupan anak dengan orangtua tirinya inilah yang dimaksud dengan
the stepparent family.
4) Commune Family
Tipe keluarga ini biasanya hidup di dalam penampungan atau memang
memilki kesepakatan bersama untuk hidup satu atap. Hal ini
berlangsung dalam waktu singkat sampai dengan waktu yang lama.
Mereka tidak memiliki hubungan darah namun memutuskan hidup
bersama dalam satu rumah, satu fasilitas, dan pengalaman yang sama.
5) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Tanpa ikatan pernikahan, seseorang memutuskan untuk hidup bersama
dengan pasangannya. Namun dalam waktu yang relative singkat,
seseorang itu kemudian berganti pasangan lagi dan tetap tanpa
hubungan perkawinan.
6) Gay and Lesbian Family
Seseorang yang berjenis kelamin yang sama menyatakan hidup
bersama dengan pasangannya (marital partners).
7) Cohabiting Couple
Misalnya dalam perantauan, karena merasa satu negara atau suatu
daerah, kemudian dua atau lebih orang bersepakatan untuk tinggal
bersama tanpa ikatan pernikahan. Kehidupan mereka sudah seperti
kehidupan keluarga. Alasan untuk hidup bersama ini bisa beragam.
8) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama
dan mereka merasa sudah menikah sehingga berbagi sesuatu termasuk
seksual dan membesarkan anaknya bersama.
9) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya, dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
10) Foster Family
Seorang anak kehilangan orangtuannya, lalu ada sebuah keluarga yang
bersedia menampungnya dalam kurun waktu tertentu. Hal ini
dilakukan hingga anak tersebut bisa bertemu dengan orangtua
kandungnya. Dalam kasus lain, bisa jadi orangtua si anak menitipkan
kepada seseorang dalam waktu tertentu sehingga ia kembali
mengambil anaknya.
11) Institusional
Anak atau orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.
12) Homeless Famiy
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010) dalam Harmoko (2012) menyatakan struktur
keluarga antara lain :
a) Struktur Peran Keluarga
Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri
atau harapan orang lain yang menyangkut peran-peran tersebut.
b) Sistem Nilai dalam Keluarga
Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan
kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara
sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota
keluarga dalam suatu budaya yang lazim.
c) Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
d) Strukur Kekuasaan dalam Keluarga
Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga
adalah kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang
individu untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Allender & Spardley (2001) dalam Susanto (2012), fungsi
keluarga adalah :
a) Affection
1) Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan.
2) Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual.
3) Menambah anggota baru.
b) Security and Acceptance
1) Mempertahankan kebutuhan fisik.
2) Menerima individu sebagai anggota.
c) Identity and Satisfaction
1) Mempertahankan motivasi.
2) Mengembangkan peran dan self-image.
d) Affiliation and companionship
1) Mengembangkan pola komunikasi.
2) Mempertahankan hubungan yang harmonis.
e) Sosialization
1) Mengenal kultur (nilai dan perilaku).
2) Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal.
3) Melepas anggota.
f) Controls
1) Mempertahankan kontrol sosial.
2) Adanya pembagian kerja.
3) Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada.
5. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (2010) dalam Harmoko (2012) tahap dan tugas
perkembangan keluarga dibagi menjadi :
a) Tahap I : Keluarga Pemula
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan kedudukan sebagai orangtua).
b) Tahap II : Keluarga Sedang Mengasuh Anak
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
2) Rekonsiliasi tugas-tugas yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambah peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
c) Tahap III : Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan di luar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
d) Tahap IV : Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e) Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak.
f) Tahap VI : Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda
1) Memperluas siklus keluarga dengan memuaskan anggota keluarga
yang baru didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
maupun istri.
g) Tahap VII : Keluarga dengan Orang Tua Usia Pertengahan
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
h) Tahap VIII : Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lanjut Usia
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan.
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup).

B. Konsep Keperawatan Keluarga


1. Definisi Keperawatan Keluarga
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan
anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosiskeperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010). Pengertian lain
dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes
RI, 2010).
2. Tujuan Keperawatan Keluarga
Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan umum dan
khusus. Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah kemandirian
keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Tujuan
khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga mampu melaksanakan
tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu menangani masalah
kesehatannya berikut ini.
a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan seluruh
anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang
pengertian dan gejala kencing manis yang diderita oleh anggota
keluarganya?
b. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa
anggota keluarga ke pelayanan kesehatan. Contoh, segera
memutuskan untuk memeriksakan anggota keluarga yang sakit
kencing manis ke pelayanan kesehatan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.
Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Contoh, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
kencing manis, yaitu memberikan diet DM, memantau minum obat
antidiabetik, mengingatkan untuk senam, dan kontrol ke pelayanan
kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.
Kemampuan keluarga dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu
mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta
perkembangan setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga
kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota
keluarga termasuk anggota keluarga yang sakit.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan
perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit, atau
fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota keluarganya yang
sakit.
3. Sasaran Keperawatan Keluarga (Depkes Ri, 2010)
a. Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak
mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi
terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh
kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih
anggota keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki
kebutuhan untuk menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan
anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan status
kesehatan. Gambar 2. Keluarga yang berisiko tinggi dengan balita
kelebihan berat badan
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut
pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca
hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan
pembedahan, dan penyakit terminal.
4. Peran Dan Fungsi Perawat Keluarga (Friedman Dkk, 20013)
Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut.
a. Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanankeperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, mulai
pengkajian sampaievaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasanpengetahuan, serta
kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatansehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat
promotif, preventif,kuratif, serta rehabilitatif.
b. Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah mengidentifikasi
kebutuhan,menentukan tujuan, mengembangkan, merencanakan, dan
melaksanakan pendidikankesehatan agar keluarga dapat berperilaku
sehat secara mandiri.
c. Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konseling ataubimbingan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalamankesehatan dengan pengalaman yang
lalu untuk membantu mengatasi masalahkesehatan keluarga.
d. Kolaborator
Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah melaksanakan
kerja samadengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian
masalah kesehatan dikeluarga

Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran perawat keluarga
dalampencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut:

a. Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang
penting dalamupaya pencegahan terjadinya penyakit dan
memelihara hidup sehat.
b. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini
terjadinya penyakit padakelompok risiko, diagnosis, dan
penanganan segera yang dapat dilakukan olehperawat. Penemuan
kasus baru merupakan upaya pencegahan sekunder, sehinggasegera
dapat dilakukan tindakan. Tujuan dari pencegahan sekunder
adalahmengendalikan perkembangan penyakit dan mencegah
kecacatan lebih lanjut. Peranperawat adalah merujuk semua anggota
keluarga untuk skrining, melakukanpemeriksaan, dan mengkaji
riwayat kesehatan.
c. Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan
mengurangi luasnya dankeparahan masalah kesehatan, sehingga
dapat meminimalkan ketidakmampuan danmemulihkan atau
memelihara fungsi tubuh. Fokus utama adalah
rehabilitasi.Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang
cacat akibat penyakit dan luka,sehingga mereka dapat berguna pada
tingkat yang paling tinggi secara fisik, sosial,emosional.

C. Konsep Diabetes Melitus


1. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smelzel dan
Bare, 2015). Definisi lain menyebutkan bahwa Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau
kedua – duanya (ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol
yang dikarakteristikan dengan ketidakadekuatan penggunaan insulin. Glukosa
secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa
dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon
yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan
mengatur produksi dan penyimpanannya (Brunner & Suddarth, 2002). Pada
diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun,
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi
metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketotik (HHNK).
2. Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2
kategori klinis yaitu:
1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik, Umumnya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1
namun mewarisi sebuah predisposisi atau sebuah kecendurungan
genetik kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya.
b. Imunologi, Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon
autoimum. Ini adalah respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh yang bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
c. Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)
2) Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel (2015) Mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih
belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
- Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
- Obesitas
- Riwayat keluarga
3. Patofisiologi/Pathway
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik
utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya
belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting
dalam munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan
faktor faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas,rendah aktivitas
fisik,diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas(Smeltzer 2015 dan
Bare,2015). Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena
resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan
reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intra sel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. (Smeltzer 2015 dan Bare,2015).Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang tidak
terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom
Hiperglikemik Hiporosmolar Non-Ketotik(HHNK). (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015) Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat(selama
bertahun tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsia, luka pada kulit yang
lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya
sangat tinggi).
4. Manifestasi Klinik
a. Poliuria
b. Polidipsi
c. Polipagia
d. Penurunan berat badan
e. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
f. Malaise
g. Kesemutan pada ekstremitas
h. Infeksi kulit dan pruritus
i. Timbul gejala ketoasidosis & somnolen bila berat
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
1) Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas
130mg/dl mengindikasikan diabetes.
2) Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama
140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan
diabetes.
3) Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr
gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140mg/dl.
4) Tes glukosa darah dengan finger stick
Yaitu jari disuntik dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada
sebuah strip yang dimasukkan kedalam cela pada mesin glucometer,
pemeriksaan ini digunakan hanya untuk menentukan kadar glukosa yang
dapat dilakukan dirumah.
6. Komplikasi
Menurut Black & Hawks (2005), Smeltzer, et all (2008) mengklasifikasikan
komplikasi diabetes mellitus menjadi 5 kelompok yaitu :
1) Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
Kadar glukosa darah yang abnormal/rendah terjadi jika kadar glukosa
darah turun dibawah 60-50 mg/Dl (3,3-2,7 mmol/L). Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada
siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai sebelum makan,
khususnya jika waktu makan tertunda atau bisa pasien lupa makan
cemilan.
b. Ketoasidosis Diabetik
Keadaan ini disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolism karbohidrat, protein dan lemak. Pada tiga gambaran klinis
yang penting pada diabetes ketoasidosis: dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan asidosis. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah
glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula. Di samping itu
produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini
akan menimbulkan hiperglikemia.
c. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmolar Nonketotik
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of
awareness). Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini berupa
kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemia persisten
menyebabkan diuresis osmotic sehingga terjadi kehilangan cairan
elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotic, cairan akan
berpindah dari ruang intrasel ke dalam ekstrasel. Dengan adanya
glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan hypernatremia dan
peningkatan osmolaritas.
2) Komplikasi kronik
a. Komplikasi makrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi
pada diabetes mellitus. Perubahan aterosklerotik ini serupa dengan
yang terlihat pada pasien-pasien nondiabetik, kecuali dalam hal bahwa
perubahan tersebu cenderung terjadi pada usia yang lebih mudah
dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien diabetes
mellitus
b. Komplikasi Mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler merupakan komplikasi unik yang hanya
terjadi pada diabetes mellitus. Penyakit mikrovaskuler
diabetic(mikroangiopati) ditandai oleh penebalan membrane besalis
pembuluh kapiler. Membrane basalis mengelilingi sel-sel endotel
kapiler.
c. Retinopati Diabetik
Kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetic disebabkan
oleh perubahn dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina
mata.
d. Nefropati
Penyakit diabetes mellitus turut menyebabkan kurang lebih 25% dari
pasien-pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang
memerlukan dialysis atau transplantasi setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Psien diabetes mellitus tipe 2 dapat terkena penyakit renal
dalam waktu 10 tahun sejak diagnosis ditegakkan. Banyak pasien
diabetes mellitus tipe 2 ini yang sudah menderita diabetes mellitus
selama bertahun-tahun selama penyakit tersebut didiagnosis dan
diobati.
e. Neuropati
Neuropati dalam diabetes mellitus mengacu kepada sekelompok
penyakit-penyakit yang menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf
perifer (sensorimotor), otonom dan spinal. Kelainan tersebut tampak
beragam secara klinis dan bergantung pada lokasi sel saraf yang
terkena (Hasdianah, 2014).

D. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat
3) Telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi anggota keluarga
7) Genogram
8) Tipe Keluarga
9) Suku Bangsa
10) Agama
11) Status Sosial Ekonomi Keluarga
12) Aktivitas Rekreasi Keluarga
 
b. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga tersebut
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut  belum
terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing  –  masing anggota keluarga, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga, serta pengalaman  –  
pengalaman terhadap  pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif : Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota
keluarga,  perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan
tercipta  pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya, dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian,  perlindungan, serta merawat
anggota keluarga yang sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
Berapa jumlah anak, Bagaimana keluarga merencanakan jumlah
anak, Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji adalah Sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, papan, maupun pangan, Sejauh mana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di dalam masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga
d. Tugas Perawatan Keluarga
1) Mengenal masalah keluarga
2) Mengambil keputusan
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
4) Memelihara lingkungan
5) Menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan
e. Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6
bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan Strategi yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan
4) Strategi adaptasi disfungsional
f. Pemeriksaan Fisik
1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,
mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan
bawah, sistem genetalia.
4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
g. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada
1. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d. diuresis osmotik, kehilangan gastrik
berlebihan masukan yang terbatas
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral: anoreksia, abnominal
pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone
stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi
leukosit/gangguan sirkulasi.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.
e. Resiko gangguan persepsi sensoris: penglihantan berhubungan dengan
perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa atau
insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.
f. Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus)
g. Kurang pengetahuan mengenani penyakitnys, prognosis penyakit dan
kebutuhan pegobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi.

REFERENSI :

- Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah 2 Komprehensif. Jakarta :


PPSDMK Kemenkes RI
- Varena, Muthia. 2019. Asuhan Keperawatan pada Tn.Z dengan Diabetes Melitus di
Ruang Ambun Suri RS Dr. Achmad Mochtar. Laporan Studi Kasus. Padang.
- PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Iindikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
- PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pada Keluarga Tn. A di RT/RW 01/03 Ds. Karangsari Kec. Neglasari
Kota Tangerang Prov. Banten

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum Keluarga
a. Nama KK : Tn. A
b. Umur : 45 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SLTA
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Suku/Bangsa : Betawi
g. Alamat : Karangsari
h. Komposisi Keluarga
No Nama Umur JK Pendidikan Pekerjaan Hubungan
dengan KK

1. Ny. F 44 P SLTA IRT Istri


2. An. S 13 P SMP Pelajar Anak kandung

i. Tipe Keluarga : The Nuclear Inty (keluarga inti), terdiri dari ayah, ibu
dan 1 anak kandung.
j. Sifat Keluarga
1) Pengambil Keputusan
Pengambil keputusan yaitu kepala keluarga, sebelum mengambil
keputusan Tn. A akan bertanya telebih dahulu kepada istrinya.
2) Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a) Kebiasaan tidur/istirahat
Keluarga Tn. A biasa tidur pada jam 9 malam, dan jarang tidur
siang terkecuali An. S
b) Kebiasaan rekreasi
Keluarga Tn. A jarang rekreasi karena kendala ekonomi
c) Kebiasaan makan keluarga
Sehari-hari keluarga Tn. A mengkonsumsi makanan rumah. Rutin
memakan sayur dan jarang memakan buah.
k. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Tn. A bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan, dan kondisi
ekonomi mencukupi

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Saat ini keluarga Tn. A memiliki 1 orang anak kandung.
b. Riwayat keluarga inti
Tidak ada yang mempunyai penyakit menular dan genetik
c. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)
Terdapat keluarga Tn. A yang memiliki Riwayat penyakit genetik (DM)
3. Lingkungan
a. Karakterisitik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Tipe rumah permanen, ukuran 10x15 m2, dan memiliki ruang keluarga, 3
kamar tidur, dapur dan kamar mandi.
b. Ventilasi dan penerangan
Ventilasi dan penerangan dalam rumah cukup
c. Persediaan air bersih
Sumber air berasal dari PDAM
d. Pembuangan sampah
Keluarga Tn. A biasa membuang sampah di depan rumah
e. Pembuangan air limbah
Pembuanagan air limbah tertutup dan tidak berbau
f. Jamban/WC (tipe, jarak dari sumber air)
Tipe jamban leher angsa, jarak jamban dengan sumber air < 1 meter
g. Lingkungan sekitar rumah
Lingkungan sekitar rumah aman, bersih
h. Sarana komuniksi dan transportasi
Keluarga Tn. A mempunyai 2 buah smartphone, 1 sepeda motor dan 1
mobil
i. Fasilitas hiburan (TV, radio dll)
Keluarga Tn. A mempunyai sebuah televisi yang terletak di ruang tengah
j. Fasilitas pelayanan kesehatan
Lokasi rumah keluarga Tn. A dekat dengan Puskemas Neglasari dan juga
RS Sitanala.
4. Sosial
a. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Tn. A aktif berkomunikasi dengan tetangga sekitar rumah dan
komunitasnya
b. Mobilitas geografis keluarga
Keseharian Tn. A bekerja. Dan Ny. F dirumah mengurus keluarga dan
juga menjaga usaha kecil-kecilan.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. A jarang melakukan perkumpulan keluarga. Hanya
berkumpul setiap hari raya saja.
5. Status Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa Indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pada struktur keluarga Tn. A, yang mempunyai kekuatan dalam keluarga
yaitu kepala keluarga.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. A sebagai kepala keluarga, Ny. F sebagai istri, An. S sebagai anak
kandung.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. A sampai saat ini masih percaya dengan nilai dan norma
keluarga secara turun temurun
6. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Gambaran diri anggota keluarga positif, keluarga Tn. A merasa memiliki
dan milik, seluruh anggota keluarga saling mendukung satu sama lain.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. A aktif berinteraksi satu sama lain
c. Fungsi perawatan kesehatan
Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan :
1) Mengenal masalah kesehatan (ya)
2) Memutuskan untuk merawat (ya)
3) Mampu merawat (ya)
4) Modifikasi lingkungan (ya)
5) Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada (ya)
d. Fungsi reproduksi
Jumlah anak pada keluarga Tn. A yaitu 1 orang. Ny. F tidak
menggunakan KB karena ingin mempunyai anak lagi.
e. Fungsi ekonomi
Tn. A bekerja sebagai wiraswasta dan tergolong keluarga mampu.
7. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka panjang dan pendek
Jangka pendek : tidak ada masalah dalam waktu kurang lebih 6 bulan
Jangka pendek : tidak ada masalah dalam waktu lebih dari 6 bulan
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Memeriksakan ke fasilitas kesehatan jika tedapat keluarga yang mengeluh
sakit
c. Strategi koping yang digunakan
Koping positif
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat Kesehatan masing-masing anggota keluarga
1) Ayah : Sejak 2 bulan terakhir, Tn. A mengeluh badan lemah, sering
kencing dan cepat haus. Tn. A memiliki riwayat penyakit DM sejak 3
tahun yang lalu
2) Ibu : Tidak pernah mengalami sakit apapun dalam 3 bulan terakhir
3) Anak : Tidak pernah mengalami sakit apapun dalam 3 bulan terakhir
b. Keluarga Berencana
Ny. F tidak menggunakan KB, karena ingin mempunyai anak lagi.
c. Imunisasi
Lengkap
9. Pemeriksaan Fisik Keluaga

No Pemeriksaan Tn. A Ny. E An. S


1. Keadaan Umum CM CM CM
2. TTV
a. TD 120/90 110/70 110/80
b. Nadi 103 94 112
c. Suhu 36.6 36.7 36.3
d. RR 20 18 22
3. BB 63 57 30
TB 162 150 136
IMT 24,6 25,3 18,7
4. Kepala Normal Normal Normal
5. Dada Normal Normal Normal
6. Abdomen Normal Normal Normal
7. Genitalia Normal Normal Normal
8. Ekstremitas Normal Normal Normal

10. Pemeriksaan Penunjang


- Tn. A
GDS : 278 mg/dl

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data

Data Fokus Penyebab Masalah


DS: Sejak 2 bulan terakhir, Faktor genetik Ketidakstabilan kadar
Tn. A mengeluh badan glukosa darah

lemah, sering kencing dan Sel B pancreas terganggu (D.0027)

cepat haus.
Produksi insulin

DO:
Glikogen meningkat
- Kesadaran : CM
- TTV Hiperglikemi
TD : 120/90
N : 103 Tubuh gagal meregulasi
S : 36.6 hiperglemika
RR : 20
Resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah
DS : Keluarga Tn. A Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan
menanyakan masalah yang
menimpa Tn. A

2. Skala Prioritas Masalah


Masalah 1: Ketidakstabilan kadar glukosa darah

KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN


- Tn. A mengeluh
1. Sifat masalah badan lemah, sering

 Aktual: 3 kencing dan cepat

 Resiko: 2 haus.
1 3/3x1=1
 Potensial: 1 - Nilai kadar gula
dalam darah dalam
batas tidak normal

Keluarga Tn. A
2. Sifat masalah
menanyakan masalah
 Aktual: 3
yang menimpa Tn. A
 Resiko: 2
 Potensial: 1 2 2/3x1=2

3. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah Tn. A berhubungan dengan resistensi insulin
ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
ditandai dengan Keluarga Tn. A menanyakan masalah yang menimpa Tn.A
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Perencanaan
Tanggal
Dx Tujuan Intervensi Rasional
Minggu , 24 1 Setelah dilakukan 1) Identifikasi penyebab 1) Untuk mengetahui
April 2022 tindakan hiperglikemia etiologi
keperawatan 2) Monitor kadar glukosa hiperglikemia
selama 3x24 jam darah 2) Agar kadar glukosa
diharapkan kadar 3) Monitor tanda dan darah dapat
glukosa dalam gejala hiperglikemia terkontrol
darah di atas nilai 4) Anjurkan berolahraga 3) Untuk mengetahui
normal dengan saat kadar glukosa tanda dan gejala
kriteria hasil : darah lebih dari 250 hiperglikemia
- Keluhan mg/dl 4) Menunjang hidup
lemas, sering lebih sehat dan
kencing dan produktif
cepat haus
menurun
- Klien tidak
mengalami
peningkatan
glukosa
darah
- TTV dalam
nilai normal
Minggu, 24 2 Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan 1) Untuk
April 2022 tindakan dan kemampuan mengukur
keperawatan menerima informasi pengetahuan
selama 1x24 jam
2. Sediakan materi dan keluarga
diharapkan media pendidikan sebelum
pasien mampu kesehatan melakukan
memahami 3. Jadwalkan pendidikan penkes
penyakit yang kesehatan sesuai 2) Agar kegiatan
diderita. kesepakatan penkes yang
4. Lakukan pendidikan dilakukan lebih
kesehatan pada menarik dan
keluarga mudah dipahami
3) Agar tidak
bentrok kegiatan
dengan keluarga
4) Menambah
pengetahuan
keluarga Tn. A

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Tindakan Keperawatan Paraf


Senin, 25 April 1) Mengidentifikasi penyebab hiperglikemia
2022. Respon/Hasil :
Ketidakstabilan kadar glukosa darah terjadi akibat asupan gula Perawat
terlalu banyak
2) Memonitor kadar glukosa darah
Respon/Hasil :
GDS : 278 mg/dl
3) Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia
Respon/Hasil :
Pasien mengeluh badan lemah, sering kencing dan cepat
haus
4) Menganjurkan berolahraga saat kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl
Respon/Hasil :
Pasien paham dan akan menerapkan
Senin, 25 April 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
2022. informasi Perawat
Respon/Hasil :
Pasien dan keluarga siap dan mampu menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Respon/Hasil :
Terdapat materi dan leaflet tentang penyakit DM
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Respon/Hasil :
Pasien dan keluarga bersedia
4. Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga
Respon/Hasil :
Pasien dan keluarga bersedia

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Tindakan Keperawatan Paraf


Senin, 25 April S:
2022. Pasien mengatakan badan lemah, sering kencing dan
cepat haus berkurang. Perawat

O:
- Kesadaran : CM
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 103x/m
S : 36.6 c
RR : 20 x/m
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Senin, 25 April S:
2022. Pasien dan keluarga mengatakan paham dengan Perawat
penjelasan yang disampaikan

O:
- pasien dan keluarga tampak paham
- Kesadaran : CM
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 103x/m
S : 36.6 c
RR : 20 x/m
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai