Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh
YULI ANDRIANI
AOA 0150800

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2018
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


2.2.1 Konsep Keluarga.
1. Pengertian
Ada beberapa pengertian keluarga diantaranya menurut National Center For
Health Statistic (1990), yang dikutip oleh Stan-hope dan Lancaster (1998),
keluarga adalah kelompok dua orang atau lebih yang berhubungan karena
kelahiran dan perkawinan, adopsi atau tinggal bersama dalam suatu rumah
tangga. Menurut Harmon dan Boyd (1996), keluarga adalah suatu kelompok
orang yang dipersatukan oleh tali perkawinan, pertalian darah atau adopsi,
constituring rumah tangga tunggal, memberitahukan dan saling berinteraksi satu
sama lain di dalam peranan sosial istri dan suami, ibu dan ayah, saudara dan
saudari dan menciptakan serta memelihara suatu kultur. Menurut Frietman
(1998), keluarga adalah suatu kesatuan dan orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
2. Tipe Keluarga
a. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
1) Keluarga Inti
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau
angkat.
2) Keluarga Besar
Keluarga inti ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah, misalnya kakek, paman, bibi.
3) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri tanpa anak.
4) Single Parent
Suatu rumah tangga yang terdiri dan satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) Single Adult
Suatu rumah tangga yang terdiri dari seorang dewasa.
6) Keluarga Usila
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
b. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari
1) Commune Family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orang tua (Ayah-Ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya (Parad dan Caplan, 1995) yang diadopsi
Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:.
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau peran
formal dan informal
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak
dengan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk
mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
yang positif.
4. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah sebagai suami dan isteri dengan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga dan
sebagai anggota dan kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
b. Peran ibu, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga. sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok
dalam peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya,
disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Peran anak, anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.
5. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal, keluarga yang
merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga, keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga
dengan cara saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi.
Apabila fungsi afektif tidak terpenuhi. maka akan timbul keretakan keluarga,
masalah anak atau masalah keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka
fungsi ini sedikit terkontrol.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung
(rumah).
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.
Menurut Murray (2003), Fungsi keluarga antara lain adalab
1) Kasih sayang suatu keperdulian, lingkungan keluarga tersayang
menyediakan kondisi-kondisi dimana anggota keluarga dapat mempelajari
untuk saling mempercayai satu dengan yang lain dan orang lain diluar
keluarga tersebut.
2) Keamanan dan penerimaan mempunyai fisik yang mendasar Jan kebutuhan
emosional yang dipelihara di dalam keluarga yang menanam suatu perasaan
keamanan dan keselamatan yang akan menunjukkan kemampuannya untuk
dapat diterima pada anggota masyarakat yang lain.
3) Identitas dan perasaan, interaksi keluarga yang dicerminkan dengan
mengizinkan anggota keluarga untuk mengembangkan suatu perasaan
mereka dan bagaimana karakteristik mereka yang unik dihubungkan untuk
orang lain.
4) Persahabatan dan keanggotaan, sepanjang seluruh keluarga menciptakan
suatu rasa memiliki antar anggota, yang menetapkan suatu template untuk
mengikat bersama-sama dan dengan orang lain.
5) Sosialisasi, keluarga menyebarkan sebuah identitas sosial dan budaya yang
akan terwujud nilai-nilai dan sejarah keluarga dan kemudian berperan
dalam identitas kolektif masyarakat, terutama sekali dalam bermacam-
macam kultur masyarakat, yang pada gilirannya mempengaruhi kohesi
masyarakat.
6) Kendali di dalam keluarga, semua anggota datang untuk mengetahui aturan
dan mengikat untuk memberikan standar yang realistis kepada tindakan
masyarakat.
6. Tahap- Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap I: Keluarga Baru (Pasangan Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing- masing individu laki- laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing.
b. Tahap II : Keluarga “Child Bearing” (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran anak mulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai usia 30 bulan.
c. Tahap III: Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat berusia 5 tahun.
d. Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas di sekolah maupun
di luar sekolah.
e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai anak berusia 16-17 tahun, yaitu pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya.
f. Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
g. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun dan salah satu pasangan meninggal dunia.
h. Tahap VIII: Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal dunia.
7. Tugas Perkembangan Pada Setiap Tahapan Keluarga
Setiap tahapan perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan masing-
masing sesuai dengan tahapannya yang harus dipenuhi oleh setiap keluarga.
Adapun tugas perkembangan pada setiap tahapan keluarga adalah:
a. Tahap I: Keluarga Baru (Pasangan Baru)
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Tahap II: Keluarga Child Bearing (Keluarga anak pertama)
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
seksual, dan kegiatan.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Tahap III: Keluarga dengan anak pra sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privacy dan rasa aman.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga hams terpenuhi.
4) mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6) Pembagian tanggungjawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang
d. Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah
1) Membantu sosialisasi anak terhadap tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan rasa tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa (Pelepasan)
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua suami! istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua.
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
1) Mempertahankan kesadaran.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak- anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Tahap VIII: Keluarga usia lanjut
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/ istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan “Life Review”.
8. Peran Perawat Keluarga
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan-kesehatan keluarga, yaitu:
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada agar :
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
2) Bertanggungjawab terhadap kesehatan
b. Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif tercapai dan diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dan berbagai disiplin ilmu.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun rumah sakit. bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat harus melaksanakan home visit secara teratur untuk melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan (Penasehat)
Perawat harus terbuka dan dapat dipercaya sebagai narasumber bagi keluarga
di dalam mengatasi masalah kesehatan.
f. Fasilitator
Perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem
rujukan dan dana’ kesehatan agar dapat membantu keluarga di dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
g. Kolaborasi
Perawat harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan yang optimal.
h. Penemu Kasus
Perawat mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini sehingga tak terjadi
ledakan atau wabah.
i. Modifikasi Lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Pengelompokan data
Kegiatan ini sama dengan analisa data pada asuhan keperawatan klinik. Perawat
mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan objektif, kemudian
menganalisa masalah (problem) dan penyebab (etiologi) timbulnya masalah.
Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen diagnosa keperawatan keluarga sama dengan pada asuhan keperawatan
klinik, yang meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan sign/symptom
(tanda/gejala). Perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah
disepakati, terdiri atas :
1. Masalah (problem) pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang
dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
2. Penyebab (etiologi) suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada 5 tugas keluarga.
3. Tanda/gejala (sign/symptom) sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung, yang mendukung masalah
dan penyebab.
Tipologi masalah
Tipologi diagnosa keperawtan keluarga dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Diagnosa aktual masalah keperawatan yang sedang dialami keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosa resiko tinggi masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk
menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosa potensial suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Contoh perumusan diagnosa keperawatan :
1. Aktual
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada Ibu B keluarga Bapak Am yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang
nyaman untuk istirahat dan tidur.
b. Perubahan peran menjadi orangtua tunggal pada Bapak I yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran orangtua tunggal setelah istrinya
meninggal.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas gerak pada Anak De keluarga Bapak Rm
yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi (menata)
lingkungan yang aman untuk latihan berjalan bagi Anak De

2. High risk (resiko tinggi)


a. Resiko tinggi (resti) terjadinya serangan ulang yang berbahaya pada lansia Er
keluarga Bapak Li yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas) yang dekat dengan tempat
tinggal keluarga.
b. Resti gangguan perkembangan balita Yi keluarga Bapak Ni yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga melakukan stimulus pada balita.
c. Resti konflik antara orangtua dan anak remaja keluarga Bapak Kar yang berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi yang tepat bagi
anak remajanya.

3. Potensial
a. Potensial peningkatan kesejahteraan Ibu Ju yang sedang hamil di keluarga Bapak
Man.
b. Potensial peningkatan status kesehatan balita di keluarga Bapak Xi.
c. Potensial tumbuh kembang yang optimal bagi anak An di keluarga Bapak Im.
Berikut ini, daftar masalah keperawatan untuk keadaan wellness/sejahtera menurut Asosiasi
Perawat Amerika (NANDA) yang dapat digunakan, antara lain :
1. Gangguan proses keluarga
2. Gangguan pemeliharaan kesehatan
3. Perubahan kebutuhan nutrisi : kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan peran menjadi orangtua
5. Gangguan pola eliminasi
6. Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
7. Gangguan penampilan peran
8. Gangguan pola seksual
9. Ketidakmampuan antisipasi duka berkepanjangan
10. Konflik pengambilan keputusan
11. Adaptasi kedukaan yang tidak fungsional
12. Potensial berkembangnya koping keluarga
13. Koping keluarga tidak efektif
14. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
15. Hambatan interaksi sosial
16. Defisit pengetahuan tentang Penyakit, pola didik anak
17. Tidak diizinkannya (contoh : anak remaja keluar rumah)
18. Konflik peran keluarga
19. Resiko perubahan peran orangtua
20. Resiko terjadi trauma
21. Resiko tinggi perilaku kekerasan
22. Ketidakberdayaan mengasuh anak
23. Terjadinya isolasi sosial, etc.
Penilaian (skoring) diagnosa keperawatan
Skoring dilakukan perawat apabila diagnosa keperawatan yang dirumuskan lebih dari satu
dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978), dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Tentukan skorenya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
2. Selanjutnya skore yang diperoleh dibagi skore tertinggi dan kemudian dikalikan
dengan bobot
3. Jumlahkan skore untuk semua kriteria (skore maximal adalah 5)
Berikut ini, scoring diagnosa keperawatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1978)

No Kriteria Score Bobot


1 Sifat masalah 1
a. Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
a. Masalah berat harus segera ditangani 2
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan 0

Prioritas masalah
Penentuan prioritas sesuai kriteria skala dengan pertimbangan pembenaran yang beralasan
seperti berikut ini :

1. Sifat masalah
Prioritas masalah utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan
segera dan biasanya disadari anggota keluarga.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah, perlu diperhatikan :
a. Pengetahuan yang ada sekaran meliputi teknologi dan tindakan untuk mengatasi
masalah
b. Sumber daya keluarga  fisik, keuangan, tenaga
c. Sumber daya perawat  pengetahuan, ketrampilan, waktu
d. Sumber daya lingkungan  fasilitas, organisasi dan dukungan
3. Potensial masalah untuk dicegah, perlu diperhatikan :
a. Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
c. Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
d. Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak menjadi aktual dan
menjadi parah
4. Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai
masalah keperawatan tersebut.

Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan


yang mempunyai skore tertinggi dan disusun berurutan sampai ke skore terendah. Namun,
perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan
mana yang perlu diatasi segera.

Berikut ini, contoh salah satu scoring diagnosa keperawatan keluarga.


“Resiko terjatuh (terpeleset) pada lansia yang tinggal di keluarga Bapak An yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang aman bagi
lansia.”

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan


keperawatan keluarga (family nursing care) dalam bentuk perencanaan keperawatan keluarga
(family care plan).

Berikut ini, petunjuk sederhana dalam menyusun rencana asuhan keperawatan :


1. Masalah/Problem : digunakan untuk merumuskan tujuan umum-khusus atau jangka
pendek-panjang.
2. Penyebab/ Etiologi : digunakan untuk merumuskan kriteria/standar yang diharapkan
sebagai tolak ukur suatu keberhasilan
3. Tanda-gejala/Sign-symptom : digunakan untuk mendukung perumusan rencana
tindakan/intervensi keperawatan keluarga dengan berorientasi pada kriteria dan
standar.

Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan :


1. Menstimulus kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
a. Memberikan informasi yang tepat
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
a. Mengidentifikasi konsekwensinya bila tidak melakukan tindakan
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga
c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tipe tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan
cara :
a. Mendemonstrasikan cara perawatan
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara :
a. Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b. Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya,
dengan cara :
a. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Hal yang penting diperhatikan perawat dalam menyusun rencana asuhan keperawatan
keluarga yaitu :
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang sesuai
dengan kondisi keluarga
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi panca indera
perawat dengan objektif
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh
keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalisasi

Berikut ini, contoh rencana asuhan keperawatan keluarga dengan masalah pada lansia.
 Tujuan jangka panjang : Lansia selama tinggal bersama keluarga Bapak An tidak terjatuh
 Tujuan jangka pendek : Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang ke-5
melalui kunjungan kerumah, keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia
 Kriteria hasil
Pengetahuan :
a. Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan yang mungkin terjadi akibat lantai
yang licin
b. Keluarga dapat menyebutkan akibat yang dapat diderita lansia bila jatuh
c. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah lansia jatuh akibat lantai yang licin
Sikap :
a. Keluarga mengkomunikasi lingkungan yang membahayakan lansia dengan anggota
keluarga lainnya
b. Keluarga mampu memutuskan untuk menyediakan sarana yang aman bagi lansia
Psikomotor :
a. Keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia
b. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah yang aman bagi lansia
 Rencana tindakan (intervensi keperawatan)
1. Mendiskusikan tentang bahaya lantai yang licin
2. Mendiskusikan akibat bila lansia terjatuh
3. Mendiskusikan cara mencegah lansia terjatuh
4. Mengajarkan kepada keluarga cara untuk menyelesaikan masalah lansia dengan
keluarga
5. Tanpa waktu yang disepakati dengan keluarga, perawat melaksanakan observasi
terhadap lansia selama dalam rumah dan diluar rumah
6. Bersama keluarga memodifikasi lingkungan yang aman di dalam dan di luar rumah
Berikut contoh tabel diagnosa keperawatan dan rencana tindakan :

Tujuan Kriteria Hasil / Standar Intervensi


Setelah dilakukan Pengetahuan 1. Keluarga 1. Diskusikan .....
tindakan keperawatan dapat .................. ...
................................... 2. Keluarga 2. Diksusikan .....
................................... Tindakan mampu ................ ...
3. Keluarga 3. Diskusikan .....
dapat ................... ...
4. Keluarga dapat 4. Bersama
memodifikasi ................ keluarga .................

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Pada tahap ini, perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga sebaiknya
tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara terintegrasi semua profesi kesehatan yang
menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan dalam tahap
implementasi ini adalah sebagai koordinator. Namun, bila keluarga tidak mampu atau tidak
memungkinkan, perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Yang perlu diperhatikan bahwa pada tahap implementasi perawat perlu melakukan kontrak
sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa keperawatan) meliputi kapan dilaksanakan,
berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang
melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung
implementasi) dan peralatan yang perlu disiapkan keluarga (bila perlu). Kegiatan ini
bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis saat
pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan.
Langkah kebih lanjut adalah pelaksanaan implementasi sesuai dengan rencana dengan
didahului perawat mengingatkan keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai kontrak
sebelumnya. Dan implementasi keperawatan sebaiknya dapat dilakukan oleh klien atau
keluarga dengan bantuan minimal dari perawat atau anggota tim kesehatan lainnya.

Berikut ini contoh format catatan implementasi :


Tanggal No. Implementasi
Diag.
& Waktu
Kep
23 Mar 1 Pendidikan kesehatan tentang ………………… dan ……… dengan
2005 keluarga Bapak An yang dihadiri …………………
15.00- Kontrak selanjutnya tanggal .............................. jam ............... untuk
16.00 kegiatan ...................................

Apabila dalam perencanaan kegiatan (tahap intervensi) direncanakan untuk dilaksanakan


pendidikan/penyuluhan kesehatan, maka perawat sebaiknya sebelum melaksanakannya
mempersiapkan dengan seksama sesuai dengan prinsip belajar mengajar pada tingkat
keluarga, meliputi persiapan :
1. Materi  hendaknya persiapan materi sesuai dengan tujuan yang diharapkan
2. Media  media yang disiapkan sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan
keperawatan keluarga agar diperoleh efektifitas yang maksimal, misalnya dengan
menyiapkan brosur/leaflet yang dibuat sendiri oleh perawat, poster, rekaman AVA, dsb.

Berikut ini contoh format rencana kegiatan :

Sasaran : Keluarga Bapak An


Hari/Tanggal : Minggu, 23 Maret 2005
Waktu : 60 menit (jam 15.00-16.00)
Dx keperawatan : No.1
Intervensi : No.1, 2 dan 3
Kunjungan ke :5

Latar belakang :
Lansia yang tinggal di rumah Bapak An adalah ibu dari istrinya yang setiap hari (siang)
tinggal sendiri di rumah tanpa pengawas. Keadaan lingkungan (lantai) rumah terbuat dari
keramik yang dapat membahayakan lansia terjatuh bila lansia melakukan aktifitas (memenuhi
kebutuhan personal hygiene) ke/dari kamar mandi. Peningkatan pengetahuan keluarga
merupakan kebutuhan utama sebelum keluarga menyikapi dan menyediakan sarana yang
aman bagi lansia di rumah.

Tujuan :
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan dalam bentuk pendidikan kesehatan selama 60
menit di keluarga Bapak An, diharapkan keluarga meningkatkan pengetahuannya dengan
tolak ukur/kriteria :
1. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. bahaya lingkungan (lantai yang
licin)
2. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. akibat yang diderita lansia bila
terjatuh
3. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. cara mencegah lansia terjatuh
akibat lantai yang licin
Kegiatan :
Tahap &
Kegiatan Perawat Kegiatan Keluarga
Waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam kepada  Menjawab salam
(10 menit) keluarga  Memberikan
 Mengingatkan kontrak yang telah respons
disepakati  Menjawab tentang
 Menanyakan kesiapan keluarga kesiapan
untuk kontrak saat ini
 Menginformasikan tujuan yang  memperhatikan
hendak dicapai dalam kunjungan saat ini
Pelaksanaan  menjelaskan tentang lingkungan  Memperhatikan
(40 menit) rumah yang sehat dan memenuhi syarat
kesehatan  Memperhatikan
 menjelaskan lantai yang tidak
membahayakan bagi lansia  Bertanya
 memberi kesempatan keluarga
bertanya terhadap penjelasan yang telah
diberikan perawat dan menjawab  Memperhatikan
pertanyaan
 memberikan penguatan terhadap  Memperhatikan
respons yang telah dilakukan keluarga
 menjelaskan tentang akibat yang  Memperhatikan
terjadi jika lansia terjatuh
 menjelaskan cara mencegah lansia  Bertanya
terjatuh akibat lantai yang licin
 memberi kesempatan keluarga
bertanya terhadap penjelasan yang telah  Memperhatikan
diberikan perawat dan menjawab
pertanyaan
 memberikan penguatan terhadap
respons yang telah dilakukan keluarga
Penutup  Membuat kesimpulan dengan  Membuat
(10 menit) keluarga tentang materi pendidikan kesimpulan bersama
kesehatan yang telah didiskusikan keluarga
 Memberikan informasi cara dan
tempat memperoleh informasi lanjutan yang  Memperhatikan
berhubungan dengan materi pendidikan
kesehatan
 Membuat kontrak yang akan datang
 Mengungkapkan
tentang kontrak yang akan
datang dan menyatakan
kesanggupan

EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN


Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila evaluasi tidak
berhasil atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu
diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga
sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasionalnya dengan pengertian
Subjektif, Objektif, Analisis dan Planning/perencanaan selanjutnya. Pada tahap ini ada 2
(dua) evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat meliputi :
1. Evaluasi formatif/respons : bertujuan untuk menilai hasil implementasi secadra
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan berdasarkan kontrak pelaksanaan
2. Evaluasi sumatif/hasil akhir : bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosis keperawatan, apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,
diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan.
3. Berikut ini contoh format evaluasi sumatif :
No.
Tanggal
Diag. Evaluasi sumatif
& Waktu
Kep
23 Mar 1 S : Keluarga mengatakan bahwa bahwa masih ada materi minggu
2005 lalu yang tidak dipahami tentang ……………………………
jam 16.00 Keluarga mengatakan tidak mampu untuk menyediakan
sarana bagi lansia sesuai dengan saran perawat.
O : Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang
………………………….
Keluarga tidak dapat menjelaskan kembali tentang
………………………
Lansia yang berada di keluarga Bapak An belum mengenakan
sandal karet setiap hari selama di rumah.
Alat bantu untuk berjalan yang ditempel di dinding belum
disediakan keluarga.
A : Diagnosa keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi.
Rujuk ke lembaga swadaya masyarakat yang menyediakan
dana bagi lansia.
Ajarkan keluarga membuat sandal karet dari ban bekas.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Suharjo B. 2009. Batu Empedu. Yogyakarta: Kanisus


Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung: Alumni
Herdman, T.Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Sherlock, Sheila. 1990. Penyakit Hati dan Sistem Saluran Empedu. Jakarta: Widya
Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku dari Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
Sulaiman, Ali dkk. 1990. Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta : CV.Sagung Seto
Suratun dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
Tjokronegoro, Arjatmo dan Utama, Hendra. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai