OLEH KELOMPOK 2 :
1. Bilal Muhamad
2. Humam Khoironi
3. Binti Rohmatus Sakdiyah
4. Devi Ismawati
5. Sindy Mila Melinda
6. Siska Nuraini
7. Siti Mariatul Kifti’ah
8. Tia Ayu Anggasari
9. Shindyta Tiara Zulvia
10. Silvia Jauharotun Nur
E. Regulasi Elektrolit
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+)
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2) Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
5) Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b. Potassium (K+)
1) Kation berlebih di ruang intraseluler.
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves.
4) Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++)
1) Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan
gigi untuk membuatnya keras dan kuat.
2) Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.
3) Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan
protrombin dan trombin.
4) Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
2. Anion, terdiri dari :
a. Chloride (Cl-)
1) Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2) Membantu proses keseimbangan natrium.
3) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.
4) Sumber : garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-)
1) Bagian dari bicarbonat buffer system.
2) Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam
untuk menurunkan PH.
3) Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.
c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
1) Bagian dari fosfat buffer system.
2) Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.
3) Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang.
4) Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.
F. Gangguan Volume Cairan
1. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang
sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum
terhadap air tetap sama (Brunner & suddarth, 2002), pengertian hipovolemia yaitu sebagai
berikut :
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler
(CES).
a. Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
Penurunan masukkan.
Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
Perdarahan.
b. Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,
lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh
melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan
dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia
antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia
dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat
dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan
frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus,
pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia
yang lama menimbulkn gagal ginjal akut.
d. Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
Renjatan hipovolemik.
Kejang pada dehidrasi hipertonik.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2. Nilai normal
PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO 2 : 80 – 100 mmHg; HCO 3- : 25 – 29 mEq/l. Sedangkan
saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang
dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 – 85 %).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
2. kekurangan volume cairan
3. kelebihan volume cairan
4. kesiapan meningkatkan keseimbangan elektrolit
5. risiko kekurangan volume cairan
6. risiko kelebihan volume cairan
C. Intervensi (Perencanaan)
No SDKI SLKI SIKI
1 Risiko Setelah dilakukan Manajemen elektrolit
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam I.03102
elektrolit diharapkan Keseimbangan Definisi
elektrolit meningkat dengan Mengidentifikasi dan
kriteria hasil : mengelola
Luaran utama : ketidakseimbangan kadar
1. Serum natrium membaik elektrolit serum
2. Serum kalium membaik - Identifikasi tanda dan
3. Serum klorida membaik gejala
4. Serum kalsium membaik ketidakseimbangan
5. Serum megnasium mmebaik kadar elektrolit
6. Serum fosfor membaik - Identifikasi penyebab
Luaran tambahan ketidakseimbangan
1. Asupan cairan meningkat elektrolit
2. Haluaran urin meningkat - Identifikasi kehilangan
3. Kelembaan membran elektrolit melalui
mukosa meningkat cairan
4. Dehidrasi menurun - Monitor kadar
5. Tekanan darah membaik elektrolit
6. Denyut nadi membaik - Monitor efek samping
7. Turgor kulit membaik pemberian suplemen
elektrolit
Terapeutik
- Berikan cairan ,jika
perlu
- Berikan diet yang tepat
- Anjurkan pasien dan
keluarga untuk
memodifikasi deit, jika
perlu
- Pasang akses intervena
Edukasi
- Jelaskan
jenis,penyebab dan
penanganan
ketidakseimbangan
elektrolit
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberiansuplemen
elektrolit
2 Kekurangan volume setelah dilakukan perawatan Manajemen cairan
cairan selama 1x 24 jam diharapkan Monitor status
pasien dapat meningkatkan hidrasi
volume cairan menjadi Monitor berat
seimbang, dengan kriteria badan harian
hasil : Catat intak –
Meningkatkan asupan output dan hitung
cairan balance cairan
Meningkatkan asupan dalam 24 jam
makanan Berikan asupan
Menurunkan dehidrasi cairan sesuai
Meningkatkan berat kebutuhan
badan
3 Kelebihan volume setelah dilakukan perawatan Manajemen cairan
cairan selama 1x 24 jam diharapkan Monitor status
pasien dapat mengurangi hidrasi
volume cairan menjadi Monitor berat
seimbang, dengan kriteria badan harian
hasil :
mengurangi asupan Catat intak –
cairan output dan hitung
mengurangi asupan balance cairan
makanan dalam 24 jam
mengurangi edema Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhan
4 kesiapan meningkatkan setelah dilakukan perawatan Manajemen elektrolit
keseimbangan selama 1x24 jam diharapkan identifikasi tanda
elektrolit pasien mampu meningkatkan dan gejala
keseimbangan elektrolit ketidakseimbangan
dengan kriteria hasil : elektrolit
meningkatkan serum identifikasi
natrium penyebab
meningkatkan serum ketidakseimbangan
kalium elektrolit
meningkatkan serum monitor kadar
klorida elektrolit
meningkatkan serum berikan cairan
kalsium berikan diet yang
meningkatkan serum tepat
magnesium anjurkan pasien
meningkatkan serum dan keluarga
fosfor memodifikasi diet
pasang akses
intravena
kolaborasi
pemberian
suplemen elektrolit
5 Resiko kekurangan setelah dilakukan tidakan Pemantauan cairan
volume cairan selama 1x24 jam diharapkan monitor berat
pasien mampu mengurangi badan
resiko kekurangan volume monitor waktu
cairan dengan mengontrol pengisian kapiler
status nutrisi dengan kriteria monitor frekuensi
hasil: dan kekuatan nadi
frekuensi makan dan monitor turgor
minum di tingkatkan kulit
nafsu makan monitor urine
ditingkatkan monitor intake dan
perasaan cepat output cairan
kenyang diturunkan identifikasi tanda-
porsi tanda hipovilemia
minuman/makanan atau hipervolemia
yang ditingkatkan identifikasi faktor
resiko
ketidakseimbangan
cairan
DAFTAR PUSTAKA