Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPHOID

Disusun oleh:

DEWI MELLIYUNITA (1807006)

Dosen Pengampu:
Ns. Dwi Nur Aini, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A. Sylvia
& Lorraine M. Wilson,2015).
B. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonellaparathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun
bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15- 20 menit. Akibat
infeksi oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
 AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
 AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH (berasal dari
flagel kuman).
 AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigenVi
(berasal dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin O dan juga
H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien
menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo).

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi.


Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen
O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob
dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat
celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi,
formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
C. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian
kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil
salmonella akan menembus selsel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan
kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016). Jaringan limfoid plak
peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia.
Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan
menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang,
dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016). Hati membesar
(hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat
juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman
salmonella thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik
(demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan
gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat
berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi.
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan
komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan
gangguan organ lainnya.
Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul
kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri pada mingu ke
tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus
dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Sedangkan penularan salmonella
thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food
(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui
Feses. (Lestari Titik, 2016).
D. Pathways
Basil salmonella
tyhosa

Menginfeksi
saluran Demam hipertemi

Tifus
abdominalis

Mual, nafsu Diserap usus


halus Tukak di usus
makan menurun nyeri

Masuk dalam Perdarahan dan


peredaran darah perforasi
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Menyebar ke Risiko syok
seluruh tubuh hipovolumia

Cairan kurang Badan lemah, Intoleransi


dari kebutuhan lesu aktivitas

E. Manifestasi Klinik
 Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10- 14hari.
 Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.
 Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma.
 Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari.
 Nyeri kepala, nyeri perut.
 Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi.
 Pusing, bradikardi, nyeriotot.
 Batuk.
 Epiktaksis.
 Lidah yang berselaput.
 Hepatomegali, splenomegali,meteorismus.
 Gangguan mental berupa somnolen.
 Delirium / psikosis.

Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia Periode infeksi
demam thypoid, gejala dan tanda :

Minggu Keluhan Gejala patologi

Minggu 1 Panas berlangsung insidious, tipe Gangguan saluran Bakteremia.


panas stepladder yang mencapai cerna.
39-40º c, menggigil, nyeri
kepala.
Minggu 2 Rash, nyeri abdomen, diare atau Rose sport, Vaskulitis,
konstipasi, delirium. splenomegali, hiperplasi pada
hepatomegaly. peyer’s patches,
nodul typhoid
pada limpa dan
hati.
Minggu 3 Komplikasi : perdarahan saluran Melena, ilius, Ulserasi pada
cerna, perforasi dan syok. ketegangan abdomen, payer’s patches,
koma. nodus tifoid pada
limpa dan hati.

Minggu 4 Keluhan menurun, relaps, Tampak sakit berat, Kolelitiasis, carrier


penurunan berat badan. kakeksia. kronik
Tabel 2.1 Gejala Dan Tanda Typhoid (Nurarif & Kusuma, 2015)

F. Penatalaksanaan
 Medis
o Antibiotik (membunuh kuman) :
- Klorampenicol.
- Amoxicillin.
- Kotrimoxasol.
- Ceftriaxon.
- Cefixim.
o Antipiretik (menurunkan panas) :
- Paracetamol.
 Keperawatan
o Observasi dan pengobatan.
o Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi perforasi usus.
o Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
o Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
juga dekubitus.
o Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.
o Diet
- Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.
- Pada penderita yang akutdapat diberi bubur saring.
- Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2hari lalu nasi tim.
- Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah
II. Jakarta: EGC).
G. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah perifer lengkap Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula
leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapatterjadi walaupun
tanpa disertai infeksi sekunder.
 Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi
akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini
tidak memerlukan penanganan khusus.
 Pemeriksaan uji widal Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya
antibody terhadap bakteri salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk
menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita demam tifoid. Akibat
adanya infeksi oleh salmonella typhi maka penderita membuatantibody
(agglutinin).
 Kultur
o Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama.
o Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua.
o Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga.
 Anti salmonella typhi igM Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
secara dini infeksi akut salmonella typhi, karena antibodyigM muncul pada
hari ke3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas, sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.
b. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa
inkubasi).
c. Suhu tubuh. Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama tiga minggu,
bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu
pertama suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
d. Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak beberapa
dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah
(kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Di
samping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan
pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia
dan epistaksis pada anak besar.
e. Pemeriksaan fisik
o Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (Cated tongue),
sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai
tremor.
o Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus). Bisa
terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
o Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
f. Pemeriksaan laboratorium
o Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis
relative, dan aneosiniofilia pada permulaan sakit.
o Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.
o Bukan empedu basil Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah
pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan
dalam urin dan feses.
o Pemeriksaan widal Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang
diperlukan ialah liter zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai
1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif (Nursalam, 2005).
B. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia (D.0130)
b. Nyeri akut (D.0077)
c. Defisit nutrisi (D.0019)
d. Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
C. Rencana Tindakan
a. Hipertermia
Tujuan : Suhu tubuh dalam rentang normal, antara 36,5 - 37,5 derajat celsius.
 Nadi dan pernafasan dalam rentang normal.
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermi.
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentanghipertermi.
b) Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.
Rasional : mengetahui keadaan umum klien.
c) Beri minum yang cukup.
Rasional : mencegah dehidrasi.
d) Berikan kompres air biasa.
Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.
e) Lakukan tepid sponge (seka).
Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.
f) Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.
Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.
g) Pemberian obat antipireksia.
Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.
h) Pemberian cairan parenteral (iv) yang adekuat.
Rasional : mencegah kekurangan volume cairan.
b. Nyeri akut
Tujuan : Masalah nyeri akut teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri.
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
c) Mampu mengenali nyeri.
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
a) Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri.
Rasional : mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien.
b) Berikan tindakan kenyamanan (contoh : ubah posisi).
Rasional : mencegah penekanan pada jaringan yang luka.
c) Berikan lingkungan yang tenang.
Rasional : agar pasien dapat beristirahat.
d) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analetik, kaji efektifitas
dari tindakan penurunan rasa nyeri.
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit/nyeri.

c. Deficit nutrisi
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
e) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi :
a) Menilai status nutrisi anak.
Rasional : untuk mengetahui dan memantau nutrisi anak.
b) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak.
Rasional : untuk menambah status nutrisi.
c) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
Rasional : meningkatkan kualitas intake nutrisi.
d) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tapi sering.
Rasional: untuk meningkatkan intake.
e) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama.
Rasional: untuk mengetahui peningkatan berat badan.
f) Mempertahankan kebersihan mulut anak.
Rasional : meningkatkan nafsu makan pada anak.
g) Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit.
Rasional :membantu proses peningkatan intake nutrisi yang adekuat.

d. Resiko ketidakseimbangan cairan


Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhi kebutuhan cairanya.
Kriteria Hasil :
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal.
b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi :
a) Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit 4 jam.
Rasional : mengetahui tanda-tanda vital.
b) Monitor tanda-tanda meningkatnya cairan, turgor tidak elastis, ubun-
ubun cekung, produksi urin menurun, membran mukosa kering, bibir
pecah-pecah.
Rasional : untuk mengetahui perkembangan keadaan umum klien.
c) Mengobservasi dan mencatat intake dan output dan mempertahankan
intake dan output yang adekuat.
Rasional : untuk mengetahui dan memantau cairan yang keluar
masuk.
d) Memonitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan
skala yang sama.
Rasional : mengetahui peningkatan berat badan.
e) Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam.
Rasional : memonitor cairan yang masuk.
f) Memberikan antibiotik sesuai program.
Rasional: membantu dan mempercepat proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani & Fibriana, AI., 2018. Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangmalang. 2(1).
Cita, YP., 2011. Bakteri Salmonella Typhi dan Demam Tifoid. 6(1).
Lestari, Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan. Yogyakarta:
Mediaction Yogya
Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2015, Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.
Noer, Syaifullah. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta; EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi
1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai