Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN COLIC ABDOMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL

oleh :
Ana Shafira Nur Fadila
NIM 172310101102

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LAPORAN PENDAHULUAN COLIC

KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Dosen pengampu : Ns. Ana Nistiandani, M.Kep.

Oleh :
Ana Shafira Nur Fadila
NIM 172310101102

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan
Hiperparatiroid”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Medikal,
2. Ns. Ana Nistiandani, M.Kep. selaku dosen yang telah membimbing dalam
penyelesaian tugas ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik,
3. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini,
4. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 14 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
1.1 Definisi ...............................................................................................................
1.2 Anatomi dan Fisiologi ........................................................................................
1.3 Epidimiologi .......................................................................................................
1.4 Etiologi ...............................................................................................................
1.5 Patofisiologi ........................................................................................................
1.6 Manifestasi Klinis ..............................................................................................
1.7 Pemeriksaan Penunjang .....................................................................................
1.8 Penatalaksanaan Medis ......................................................................................
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI ................................
2.1 Pengkajian ...........................................................................................................
2.2 Diagnosa ..............................................................................................................
2.3 Intervensi .............................................................................................................
2.4 Evaluasi ...............................................................................................................
BAB 3. PATHWAYS ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Kolik merupakan nyeri yang diakibatkan oleh spasme atau
peregangan otot polos pada organ berongga (lumen) yang umumnya
dipicu oleh hambatan pasase dalam rongga tersebut. Nyeri ini
merupakan akibat dari hipoksia dinding saluran lumen tersebut
(Hardiyansyah dan Rodjani, 2013).
Kolik adalah rasa nyeri akut yang timbul secara tiba-tiba
namun berulang. Kolik dapat menyerang bayi maupun orang dewasa,
namun ditandai dengan gejala yang berbeda. Pada bayi, kolik
merupakan sebuah sindrom perilaku yang muncul 3 bulan pertama
kehidupan manusia yang ditandai dengan menangis terus-menerus
tanpa alasan yang jelas selama 3 jam per hari atau sebanyak 4 kali
dalam satu minggu. Sedangkan pada orang dewasa, kolik ditandai
dengan rasa nyeri seperti dorongan atau kram yang dapat mereda
secara perlahan.
Jadi, pengertian kolik secara garis besar yaitu nyeri akut
pada abdomen yang bersifat mendadak dan tajam, karena akibat dari
spasme (kejang) otot yang berasal dari organ berongga yang
mengalami penyumbatan maupun peradangan.
1.1.1 Klasifikasi
a) Kolik Renal
Kolik Renal adalah nyeri yang disebabkan oleh batu ureter yang
menyumbat saluran kemih, mulai dari pielum sampai dengan
uretra. Batu ureter biasanya berbentuk batu yang berada di dalam
sistem kalik ginjal yang turun ureter, sehingga menghalangi terjadi
peregangan pada ureter (Hardiyansyah dan Rodjani, 2013).
b) Kolik Bilier
Kolik bilier adalah nyeri yang menyerang perut bagian kanan
atas, tepatnya pada bagian empedu. Kolik bilier ini disebabkan oleh
sesuatu yang menghalangi saluran empedu, yang biasa kita sebut
dengan batu empedu. Sel-sel otot didalam saluran empedu
mengalami kontraksi yang cukup kuat untuk mencoba
memindahkan batu empedu, sehingga munculah nyeri bilier. Kolik
bilier ini berlangsung selama 15 menit, namun terkadang baru
hilang beberapa jam kemudian (Sueta, 2014).
c) Kolik Usus
Kolik usus adalah nyeri yang disebabkan oleh peradangan ,
penyumbatan, atau malfungsi pada usus, seperti usus yang
membelit, feses yang mengeras, dan terdapat udara yang
terperangkap didalamnya. Lokasi kolik usus ini tepatnya pada usus
halus maupun usus besar. Hal tersebut membuat makanan dan
cairan yang seharusnya melewati usus dengan lancar menjadi
terhambat (Harlan, 2018).

1.2 Anatomi Fisiologi


Gaster terletak melintang melintasi abdomen bagian atas antara hati dan
diafragma, kemudian berlanjut kedalam duodenum. Secara visual agak sulit
membedakan antara jejenum dan ileum, namun yang membedakan yaitu
panjang duodenum kira-kira 25 cm, berakhir pada ligamen-ligamen treitz.
Gaster akan berakhir pada pylorus,dimana pylorus tersebut mempunyai
sebuah otot yang disebut sphincter, berfungsi untuk menutup dan membuka
saat pengisian dan pengosongan lambung.
Sisa dari usus halus adalah jejenum dan ¾ bagian akhir disebut ileum.
Secara anatomis letak dari jejenum adalah di perut bagian kiri, sedangkan
letak ileum adalah dibagian kanan. Makanan yang akan dicerna akan masuk
melalui sphincter pylorium ke duodenum, sehingga sisa makanan akan
melalui katup ileoccal valve, sehingga dapat mencegah berbaliknya makanan
dari usus besar kedalam usus halus. Pada ujung saekum terdapat appendix
vermicularis.

Bagian-bagian yang terdapat pada kolon antara lain :

1. Saekum
2. Kolon Asenden
3. Kolon Transversum
4. Kolon Desenden
5. Rektum

Sedangkan lapisan yang menyusun dinding kolon yaitu sebagai berikut :

1. Lapisan serosa
2. Lapisan muskularis
3. Lapisan submukosa
4. Lapisan mukosa
1.3 Epidemiologi
Menurut data Depkes RI tahun 2015, kolik abdomen adalah salah satu
penyakit berbahaya yang menyerang sistem pencernaan, selain gastritis dan
dispepsia. Prevalensi kejadian kolik abdomen di Indonesia tergolong tinggi,
misalnya saja pada tahun 2014 sebanyak 591.819 orang dan tahun 2015
mencapai angka 596.132 orang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit
kolik abdomen (Muttaqin, arif. 2014).

1.4 Etiologi
1) Mekanis
a. Adhesi (perlengketan yang terjadi setelah tindakan pembedahan)
b. Volvulus
c. Karsinoma
d. Striktur
e. Obstipasi
f. Intususepsi
g. Polip
2) Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik
a. Lesi pada medula spinalis
b. Enteritis regional
c. Uremia
3) Penyebab lain
a. Inflamasi pada peritoneum parietal, contohnya pada kasus perforasi
peritonitis, opendisitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
b. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
a. Patofisiologi

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang


terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding
usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Sehingga terjadi
pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal
tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Kemudian akan timbul peningkatan distensi, sehingga tekanan intralumen
menjadi meningkat dan menyebabkan terjadinya iskemia pada dinding usus.
Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau apabila terjadi stranggulasi
dapat menyebabkan resiko kematian.

Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya


hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas
makin bertambah yang menyebabkan distensi usus yang tidak hanya
menyerang lokasi sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus
sebelah proximal area sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus
yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga
terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik
abdomen.

1.7 Manifestasi Klinis


1. Mekanika sederhana -usus halus atas (abdomen pertengahan sampai ke
atas)
- Kram pada abdomen
- Muntah
- Bising usus meningkat
- Nyeri tekan difusi minimal
2. Mekanika sederhana-usus halus bawah (bagian midabdomen)
- Kram pada abdomen
- Muntah (terdapat ampas)
- Bising usus meningkat dan disertai bunyi “hush”
- Nyeri tekan difusi minimal
3. Mekanika sederhana –kolon
- Kram (menyerang bagian abdomen tengah sampai bawah)
- Muntah
- Bising usus meningkat
- Nyeri tekan difusi minimal
4. Strangulasi
Gejala yang dirasakan berkembang dengan cepat, seperti nyeri
yang tak tertahankan, terus menerus dan terlokalisir, muntah persisten,
bising usus menurun, nyeri tekan terlokalisir hebat, feses dan vomitus
(muntahan) menjadi berwarna gelap berdarah samar.

1.8 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan dalam pemeriksaan kolik


abdomen ini antara lain:

1. Nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya


perdarahan atau dehidrasi.
2. Hitung leukosit untuk mendeteksi adanya proses peradangan.
3. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, yang diperlukan untuk persiapan
bedah dan membantu menegakkan diagnosis.

1.9 Penatalaksanaan Medis


(Farmakologis)
1. Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran gastrointestinal.
contohnya Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride.
2. Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan
jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor
H2 (ARH2). Contohnya yaitu Simetidine, rantidine dan famatidin.
3. Antasida
4. Obat pelindung mukosa
(Nonfarmakologis)
1. Terapi Na+, K+, dan komponen darah
2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
3. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
4. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan
pasien berbaring miring ke kanan.
5. Hiperalimentasi yang bertujuan untuk mengoreksi defisiensi protein
karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
6. Ostomi barrel-ganda, dilakukan apabila anastomosis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko.
7. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan men-dekompresi
usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI

Identitas Klien
Berisi tentang data pribadi pasien (nama,umur, jenis kelamin,agama, pendidikan, pekerjaan
dan alamat) dan data lain (tanggal dan waktu MRS, nomor rekam medis dan sumber informasi
terkait kondisi pasien selama sakit di rumah).

Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medik:
Berisi tentang diagnosa yang diberikan oleh dokter.
2. Keluhan Utama:
Pasien sering mengeluh nyeri pada perut, mual, muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Bagaimana rasa nyeri itu muncul, frekuensi, lokasi nyeri, serta seberapa parah nyeri yang
dirasakan hingga sampai dibawa ke rumah sakit
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
Pengkajian tentang penyakit apa yang pernah diderita dahulu, apakah penyakit yang sama
seperti sekarang atau tidak
5. Riwayat penyakit keluarga:
Pengkajian tentang apakah ada keluarga pasien yang pernah mempunyai riwayat menderita
kolik

Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Pengkajian tentang perubahan penatalaksanaan dan cara pemeliharaan kesehatan, sehingga
mempengaruhi perawatan diri
2. Pola nutrisi/ metabolik
Rasa nyeri,mual dan muntah yang dirasakan membuat pasien mengalami penurunan nafsu
makan.

3. Pola eliminasi :
 Produksi dan pengeluaran urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan (kecuali pada jenis kolik renal)
 Pola BAB mengalami masalah, karena intake nutrisi pasien berkurang
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Pola aktivitas sehari-hari klien selama di rumah dan ketika MRS masih tergantung oleh
bantuan orang lain, karena merasa lemas dan kelelahan
5. Pola tidur & istirahat
Pasien mengalami gangguan tidur akibat dari nyeri yang dirasakannya
6. Pola kognitif & perceptual
Tidak terdapat perubahan pada pola pikir pasien
7. Pola persepsi diri
Pola persepsi diri pasien baik
8. Pola seksualitas & reproduksi
Tidak terdapat gangguan
9. Pola peran & hubungan
Mungkin penyakit yang diderita akan dapat berpengaruh terhadap pola peran dan hubungan
pasien
10. Pola manajemen koping-stress
Berisi tentang bagaimana cara pasien mengatasi masalah yang dihadapinya
11. Sistem nilai & keyakinan
Tidak terdapat gangguan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan bagian integral dari pengkajian keperawatan yang biasanya
dilakukan setelah riwayat kesehatan dikumpulkan. Pencatatan riwayat kesehatan pasien pada
formulis anamnesis dan pemeriksaan fisik harus dicatat lengkap karena formulir tersebut digunakan
untuk menetapkan diagnosis selanjutnya.(Febriyanti,2015). Pemeriksaan fisik terdiri dari keadaan
umum, tanda vital,dan pengkajian fisik.

Keadaan umum :
- Keadaan lemah,
- GCS : Eye: 4,
- Movement: 5,
- Verbal : 5 jumlah 14

Tanda vital :
- Tekanan Darah : 130/90 mm/Hg
- Nadi : 80 X/mnt
- RR : 20 X/mnt
- Suhu : 37,0 C

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Persebaran rambut merata, tidak ada benjolan
2. Mata
Pasien dapat melihat objek dengan jelas
3. Telinga
Telinga pasien tidak ada masalah (normal)
4. Hidung
Telinga pasien tidak ada masalah (normal)
5. Mulut
Mukosa bibir kering
6. Leher
Leher pasien tidak ada masalah (normal)
7. Dada
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
 Paru
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi intercouste
hidung, pergerakan dada simetris

Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan


Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi
wheezing
 Payudara dan Ketiak
Payudara dan ketiak pasien tidak ada masalah (normal)
8. Abdomen
Inspeksi : perut sedikit buncit, tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus meningkat
Palpasi : perut sedikit kaku, nyeri saat ditekan
Perkusi : timpani
9. Urogenital :
 Produksi dan pengeluaran urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan (kecuali pada jenis kolik renal)
 Pola BAB mengalami masalah, karena intake nutrisi pasien berkurang
10. Ekstremitas
 Ekstremitas atas
Tidak terdapat gangguan
 Ekstremitas bawah
Tidak terdapat gangguan
11. Kulit dan kuku
 Kulit
Warna kulit sawo matang, tidak ada ikterik
 Kuku
Kuku tangan dan kaki bersih tidak panjang
 Keadaan lokal
Pasien tampak lemas dan pucat

Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium


Hematologi Normal
Hemoglobin 12,0-16,0 g/dl
Leukosit 4,5-11,0 109/L

Elektrolit
Natrium 135-155 mmol/L
Kalium 3,5-5,0 mmol/L
Chlorida 90-110 mmol/L

Pemeriksaan Radiologi
- Pemeriksaan dengan Sinar X guna mengetahui apakah yang ada di dalam usus, gas atau cairan
- Pemeriksaan barium enema digunakan untuk mendeteksi apakah ada peradangan atau
pertumbuhan jaringan abnormal pada usus

Pemeriksaan Penunjang Lainnya


-
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis d.d mengeluh nyeri pada bagian perut, merintih, terus
menerus memegangi area yang nyeri, dan hanya fokus pada dirinya sendiri
2. Defisien volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d membrane mukosa kering, penurunan
konsentrasi urin dan kelemahan
3. Hambatan Rasa Nyaman b.d gejala terkait penyakit d.d nyeri pada perut, ekpresi nonverbal
dan verbal dan rasa takut apabila orang lain menyentuh bagian perut
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan d.d cepat lelah dan kurang memiliki tenaga untuk
melakukan aktivitas

Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup
peletakan pusat tujuan pada pasien, menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi
agar tujuan tercapai. Pada tahap intervensi adalah pemberian kesempatan pada perawat, pasien dan
keluarga atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu rencana tindakan keperawatan agar
masalah yang dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis yang memberikan
gambaran tepat tentang rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan
diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.
Kasus
Pada 14 september 2019, terdapat pasien baru bernama Nn. W yang berusia 22 tahun dibawa ke
rumah sakit pada pukul 14.00 WIB. Nn. W mengatakan bahwa ia merasakan nyeri sejak 3 hari yang
lalu. Semakin hari, gejala yang ia rasakan semakin banyak, seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan, disertai penurunan berat badan. Kondisi yang dialaminya tersebut membuat ia sangat lemas
dan susah untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Pada malam hari, Nn.W juga sering tiba-tiba
terbangun akibat dari nyeri yang dirasakannya. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata Nn. W
terkena diagnosa obstruksi usus, TD : 130/90 mmHg, Nadi : 105x/menit,

Identitas Klien
Nama : Nn. W Tanggal dan waktu MRS : 14 September 2019
Umur : 22 tahun No RM : 171002
Jenis Kelamin : Perempuan Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 14 September 2019
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswi
Alamat : Jl. Kalimantan No.10, Sumbersari
Status : Belum menikah

Riwayat Kesehatan

Diagnosa Medik :
Obstruksi usus

Keluhan Utama :
Pasien merasa nyeri pada perut bagian kanan bawah
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan bahwa sudah merasakan nyeri yang berulang sejak 3 hari yang lalu. Semakin
hari, nyeri tak kunjung sembuh dan bertambah parah, lalu juga disertai mual, muntah dan
penurunan nafsu makan, dan adanya masalah pada proses eliminasi. Sehingga keluarga pasien
membawanya ke Rumah Sakit.
Riwayat kesehatan terdahulu :
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya belum pernah merasakan nyeri yang separah saat ini.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.
Pengkajian Keperawatan
Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan :
Menurut keluarga Nn. W, sehat adalah suatu keadaan dimana badan s tidak sakit dan dapat bergerak
serta beraktivitas seperti biasanya. keluarga Nn. W juga mengatakan bahwa kesehatan itu penting.
Jadi keluarga Nn. X akan mengikuti instruksi dokter dan perawat untuk menjaga kesehatan.
Pola nutrisi/ metabolic :
Pasien tidak mau makan karena merasa mual dan juga muntah
Pola eliminasi :

BAK Keterangan
Frekuensi 3x dalam sehari

Jumlah 240 cc
Warna Kuning pucat

Bau khas urine


Karakter cair seperti urine normal

BJ tidak dapat dikaji


Alat bantu -

Kemandirian Masih dibantu oleh keluarga


(mandiri/dibantu)

Interpretasi:
Pola BAK mengalami tidak mengalami gangguan
BAB Keterangan
Frekuensi 3x sehari

Jumlah Tidak terkaji

Warna Kecoklatan
Bau khas feses

Karakter Keras dan padat


Alat bantu -

Kemandirian Masih dibantu oleh keluarga


(mandiri/dibantu)

Interpretasi:
Pola BAB klien mengalami gangguan diakibatkan oleh intake nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh serta penyumbatan pada usus yang dideritanya

Pola aktivitas & latihan :


Klien melakukan aktivitas dengan dibantu petugas karena klien merasa lemas dan tidak
mempunyai tenaga untuk melakukan aktivitas
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

11
Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat, 4:
mandiri
Interpretasi : Pasien sangat lemas, sehingga

Pola tidur & istirahat :


 Durasi :
Pasien tidur selama 5 jam/ hari
 Kualitas tidur :
Pasien sering terbangun karena nyeri muncul dengan tiba-tiba dan berulang
 Keadaan bangun tidur :
Pasien tampak lelah
Interpretasi :
Klien mengatakan klien dapat tidur pada siang dan malam hari. Walaupun kadang kadang
terjaga.

Pola kognitif & perceptual :


Sebelum dan saat MRS kognitif klien masih tetap baik, klien masih dapat diajak bicara dan
memberikan respon yang tepat, dan ingatan klien baik saat dilakukan pengkajian
Pola persepsi diri :
Gambaran diri :
Klien mengatakan bahwa tidak pernah malu dengan kondisinya sekarang, ia mensyukuri sakit yang
menimpanya saat ini
Identitas diri :
Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih memiliki orientasi yang baik terhadap
dirinya sendiri
Harga diri :
Klien mengatakan bahwa ia percaya bahwa akan segera diberikan kesembuhan.
Ideal Diri :
klien sedikit terganggu karena klien merasa tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, klien hanya
tidur di tempat tidur.
Peran Diri :
Klien merupakan anak dalam keluarga yang sedang menempuh kuliah semester akhir
Pola seksualitas & reproduksi :
Tidak terdapat perubahan tehadap reproduksi pasien
Pola peran & hubungan :
Keluarga klien mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan anggota keluarga yang lain baik,
sehingga keluarga klien ingin klien segera pulang agar dapat berjumpa lagi dengan anggota
keluarga dan saudara-saudaranya yang lain. Sehingga terlihat sekali bahwa keluarga selalu
menemani klien saat di Rumah Sakit
Pola manajemen koping-stress :
Klien mengatakan kalau sakit yang ia derita adalah cobaan yang harus ia hadapi, ia berkeyakinan
bahwa jika ia terlalu stress maka akan menghambat penyembuhan penyakitnya. Sehingga ia
berlapang dada menerima kenyataan yang ada
Sistem nilai & keyakinan :
Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap sakit itu sebagai jalan yang
harus di lewati dan dijalani sehingga bagaimanapun keadannya harus diterima dan disyukuri.
Keluarga klien mengatakan saat sebelum sakit klien melakukan sholat 5 waktu dengan baik, saat ini
hanya mampu terbaring di tempat tidur

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
- Keadaan lemah,
- GCS Eye: 4,
- Movement : 5,
- Verbal : 5 jumlah 14

Tanda vital :
- Tekanan Darah : 130/90 mm/Hg
- Nadi : 105 X/mnt
- RR : 20 X/mnt
- Suhu : 37 C

Pengkajian Fisik Head to toe

Kepala
Kepala simetris, tidak ada jejas, distribusi rambut normal, rambut hitam, tidak ada lesi, tidak
ada massa, tidak ada nyeri tekan
Mata
Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, penyebaran bulu mata merata
Telinga
Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada massa, pendengaran normal, warna kulit telinga sama
dengan warna kulit sekitarnya
Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung normal, tidak ada lesi
maupun jejas, tidak ada massa, warna kulit hidung sama dengan warna di sekitarnya
Mulut
Mukosa bibir kering, pucat, bentuk bibir simetris, tidak ada massa, dan tidak ada luka pada
bibir
Leher
Leher pasien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi, tidak ada benjolan ataupun
pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit dileher sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak
ada massa, tidak ada nyeri tekan

13
Dada
Inspeksi : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas maupun lesi,
iktus kordis tidak nampak, tidak ada pembesaran
Perkusi : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian kanan, di area
jantung pekak
Palpasi : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada massa
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar jelas, dan tidak ada
bunyi jantung tambahan
Abdomen
Inspeksi : perut sedikit buncit, tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus meningkat
Palpasi : perut sedikit kaku, nyeri saat ditekan
Perkusi : timpani
12. Ekstremitas
 Ekstremitas atas
Ekstremitas atas : tangan kanan terpasang infuse
 Ekstremitas bawah
Ekstremitas bawah : Kaki kiri dan kanan dapat bergerak normal.
13. Kulit dan kuku
 Kulit
Warna kulit sawo matang, tidak ada ikterik
 Kuku
Kuku tangan dan kaki bersih tidak panjang
 Keadaan lokal
Pasien tampak lemas dan pucat

Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium


Hematologi Lengkap Hasil Normal
Hemoglobin 9,6 g/dL 12,0-16,0 g/dl
Leukosit 13,0 109/L (tinggi) 4,5-11,0 109/L

Elektrolit
Natrium 120 mmol/L 135-155 mmol/L
Kalium 3,5-5,0 mmol/L
Chlorida 90-110 mmol/L

Pemeriksaan Radiologi
- Sinar X menunjukkan bahwa terdapat cairan di dalam usus
- Pemeriksaan natrium menunjukkan penurunan disebabkan oleh muntah yang dialami pasien

Pemeriksaan Penunjang Lainnya


-
Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Perlekatan, obstruksi, inflamasi Nyeri Akut


pada usus
- Pasien mengatakan
bahwa perutnya sangat
sakit
DO :
Peningkatan air dan natrium dari
- Pasien tampak merintih,
lumen usus ke darah
terus menerus
memegangi area yang
nyeri, dan hanya fokus
pada dirinya sendiri
Tekanan intralumen meningkat
- TD : 130/90 mmHg
Nadi : 105x/menit
- P : karena terdapat
obstruksi pada usus
Q : bersifat mendadak Peregangan otot polos pada lumen
dan tajam usus
R : pada perut bagian
kanan bawah
S : nyeri skala 6
Hipoksia dinding lumen usus
T : bersifat hilang
timbul pada saat
tertentu, frekuensi nyeri
dalam sehari sebanyak 6
Nyeri Akut
kali

2. DS : Mual dan muntah Defisien volume


cairan
- Pasien mengatakan
bahwa mual dan muntah
yang ia alami
membuatnya enggan Penurunan nafsu makan
untuk makan
DO :

- Pasien tampak lemah, Defisien volume cairan


pucat dan mukosa bibir
kering
- Pasien tampak tidak
tertarik untuk makan,
sehingga makanan yang
diberikan tidak pernah

15
dihabiskan
- Intake nutrisi dan cairan
berkurang

3. DS : Hambatan Rasa
Nyeri kolik Nyaman
- Pasien mengatakan
bahwa nyeri yang ia
rasakan membuatnya
sering terbangun di
Gangguan pola tidur disertai rasa
malam hari, berbaring
gelisah dan kurang nyaman
dengan posisi apapun
terasa kurang nyaman,
sehingga juga
membuatnya sedikit
stress
Hambatan Rasa Nyaman
DO :

- Pasien sering terlihat


bangun pada saat malam
hari
- Saat perawat
menghampirinya, respon
pasien gelisah dan tampak
kurang nyaman dengan
posisi tidurnya

4. DS : Lemas akibat sakit yg diderita Hambatan mobilitas


fisik
- Pasien mengatakan
bahwa akibat dari sakit
yang dideritanya, ia
menjadi lemas dan Jarang beraktivitas
kurang beraktivitas.
Sehingga ekstremitas
atas bawah jarang
digerakkan dan sedikit Sendi menjadi agak kaku
kaku
DO :

- Pasien lemas dan tidak Hambatan mobilitas Fisik


berdaya, sehingga
hampir keseluruhan
aktivitasnya dibantu
oleh keluarganya
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis d.d mengeluh nyeri pada bagian perut, merintih, terus
menerus memegangi area yang nyeri, dan hanya fokus pada dirinya sendiri
2. Defisien volume cairan b.d kehilangan cairan aktif d.d membran mukosa kering, kelemahan
3. Hambatan rasa nyaman b.d kurang kontrol situasi d.d merasa tidak nyaman, merasa kurang
senang situasi, merintih
4. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan metabolisme d.d lemas dan kurang beraktivitas,
sehingga ekstremitas atas bawah jarang digerakkan dan sedikit kaku

17
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan - Gali bersama pasien faktor-


b.d agen keperawatan 2 x 24 faktor yang dapat menurunkan
cedera jam,diharapkan nyeri yang atau menperberat nyeri
biologis d.d dirasakan klien dapat - Gunakan strategi komunikasi
mengeluh berkurang terapeutik untuk mengetahui
nyeri pada pengalaman nyeri dan
Kriteria Hasil :
bagian perut, sampaikan penerimaan pasien
merintih, - Melakukan tindakan terhadap nyeri
terus untuk mengurangi - Ajarkan prinsip-prinsip
menerus gejala dipertahankan manajemen nyeri
memegangi pada skala 4 - Libatkan keluarga dalam
area yang ditingkatkan ke skala modalitas penurunan nyeri
nyeri, dan 3 - Beri tahu dokter jika tindakan
hanya fokus tidak berhasil atau jika keluhan
pada dirinya pasien saat ini berubah
sendiri signifikan dari pengalaman nyeri
sebelumnya

2. Defisien Setelah dilakukan tindakan - Monitor kalori dan asupan


volume keperawatan 2 x24 jam makanan
cairan b.d masalah kelebihan volume - Atur diet yang diperlukan
kehilangan cairan dapat teratasi - Anjurkan pasien mengenai
cairan aktif dengan kriteria hasil : modifikasi diet yang diperlukan
d.d (misalnya, NPO, cairan bening,
- Asupan makanan secara
membrane cairan penuh, lembut atau diet
oral dipertahankan pada 2
mukosa sesuai toleransi
ditingkatkan ke 3
kering, mual, - Instruksikan pasien mengenai
muntah, dan - Asupan cairan secara oral kebutuhan nutrisi (yaitu
kelemahan dipertahankan pada 2 membahas pedoman diet dan
ditingkatkan ke 3 piramida makanan)

- Monitor kehilangan cairan


- Berikan serat yang diresepkan
untuk pasien dengan selang
makan untuk mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit
- Instruksikan pasien dan keluarga
mengenal alasan untuk
pembatasan cairan, tindakan
hidrasi atau administrasi
elektrolit tambahan, seperti yang
ditunjukkan
- Konsultasikan dengan dokter
jika tanda gejala
ketidakseimbangan cairan
dan/atau elektrolit menetap atau
memburuk
2. Hambatan Tujuan : 1. Ciptakan lingkungan yang tenang
rasa nyaman dan mendukung
Setelah dilakukan tindakan
b.d kurang 2. Posisikan pasien untuk
keperawatan selama 1 x 24
kontrol memfasilitasi kenyamanan
jam, diharapkan derajat
situasi d.d 3. Berikan sumber-sumber edukasi
kenyamanan pasien
merasa tidak yang relevan dan berguna
menjadi meningkat
nyaman, mengenai manajemen penyakit
merasa Kriteria Hasil : dan cedera pada pasien dan
kurang keluarga jika sesuai
1) Kesejahteraan fisik
senang
dipertahankan pada skala 2
situasi
ditingkatkan ke skala 4

3.1. Hambatan Tujuan : 1. Monitor lokasi dari kecenderungan


mobilitas Setelah dilakukan adanya nyeri dan
fisik b.d perawatan selama 2x24 ketidaknyamanan selama aktivitas
kelemahan jam diharapkan pasien 2. Lakukan latihan ROM pasif atau
d.d lemas mampu melakukan ROM bantuan sesuai dengan
dan kurang mobilitas fisik secara indikasi
beraktivitas mandiri 3. Intruksikan pasien/ keluarga untuk
, sehingga Kriteria hasil melakukan latihan sesuai dengan
ekstremitas - Meningkatkan jadwal
atas bawah mobilitas fisik. 4. Kolaborasikan dengan ahli terapi
jarang - Mampu melakukan fisik dalam mengembangkan dan
digerakkan aktivitas sehari-hari menerapkan program latihan
dan sedikit secara mandiri.
kaku

19
Implementasi Keperawatan

No. Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi

1. Sabtu, 14 september 2019 Nyeri Akut b.d - Menggali bersama


agen cedera pasien faktor-faktor
biologis d.d yang dapat
mengeluh nyeri menurunkan atau
pada bagian menperberat nyeri
perut, merintih, - Menggunakan strategi
terus menerus komunikasi terapeutik
memegangi area untuk mengetahu
yang nyeri, dan pengalaman nyeri dan
hanya fokus pada sampaikan
dirinya sendiri penerimaan pasien
terhadap nyeri
- Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
- Melibatkan keluarga
dalam modalitas
penurunan nyeri
- Memberi tahu dokter
jika tindakan tidak
berhasil atau jika
keluhan pasien saat
ini berubah signifikan
dari pengalaman nyeri
sebelumnya

2. Sabtu, 14 september 2019 Defisien volume - Memonitor tanda-


cairan b.d tanda vital
kehilangan cairan - Memonitor kalori dan
aktif d.d asupan makanan
membrane - Mengatur diet yang
mukosa kering, diperlukan
mual, muntah, - Menganjurkan pasien
dan kelemahan mengenai modifikasi
diet yang diperlukan
(misalnya, NPO,
cairan bening, cairan
penuh, lembut atau
diet sesuai toleransi
- Menginstruksikan
pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
(yaitu membahas
pedoman diet dan
piramida makanan)
- Memonitor
kehilangan cairan
- Memberikan serat
yang diresepkan
untuk pasien dengan
selang makan untuk
mengurangi
kehilangan cairan dan
elektrolit
- Menginstruksikan
pasien dan keluarga
mengenal alasan
untuk pembatasan
cairan, tindakan
hidrasi atau
administrasi elektrolit
tambahan, seperti
yang ditunjukkan
- Mengkonsultasikan
dengan dokter jika
tanda gejala
ketidakseimbangan
cairan dan/atau
elektrolit menetap
atau memburuk

21
2. Sabtu, 14 september 2019 Hambatan rasa - Menciptakan lingkungan
nyaman b.d yang tenang dan
kurang kontrol mendukung
situasi d.d merasa
- Memposisikan pasien
tidak nyaman,
untuk memfasilitasi
merasa kurang
kenyamanan
senang situasi,
merintih, gelisah - Memberikan sumber-
dan berkeluh sumber edukasi yang
kesah relevan dan berguna
mengenai manajemen
penyakit dan cedera pada
pasien dan keluarga jika
sesuai

3. Sabtu, 14 september 2019 Hambatan - Memonitor lokasi dari


mobilitas fisik b.d kecenderungan adanya
kelemahan d.d nyeri dan
cepat lelah dan ketidaknyamanan selama
kurang memiliki aktivitas
tenaga untuk - Melakukan latihan ROM
melakukan pasif atau ROM bantuan
aktivitas sesuai dengan indikasi
- Menginstruksikan
pasien/ keluarga untuk
melakukan latihan sesuai
dengan jadwal
- Mengkolaborasikan
dengan ahli terapi fisik
dalam mengembangkan
dan menerapkan
program latihan

Evaluasi

No. Diagnosa Evaluasi

1. Nyeri Akut b.d agen cedera S:


biologis d.d mengeluh nyeri
Pasien mengatakan bahwa nyeri
pada bagian perut, merintih,
yang ia rasakan sudah sedikit
terus menerus memegangi area
reda dan ia juga mulai
yang nyeri, dan hanya fokus
mengetahui apa saja yang harus
pada dirinya sendiri
ia lakukan untuk mengatasi
nyerinya
O:

- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 85x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

- Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
- Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan nyeri

2. Defisien volume cairan b.d S :


kehilangan cairan aktif d.d
Pasien mengatakan bahwa
membrane mukosa kering,
frekuensi mual dan muntah
mual, muntah, dan kelemahan
sudah berkurang dan merasa
lebih segar
O:

- Pasien tampak lebih segar dan


tidak pucat
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

- Monitor kehilangan cairan


- Berikan serat yang diresepkan
untuk pasien dengan selang
makan untuk mengurangi
kehilangan cairan dan
elektrolit
3. Hambatan rasa nyaman b.d S :
kurang kontrol situasi d.d
Pasien mengatakan bahwa sudah
merasa tidak nyaman, merasa
merasa agak nyaman dari
kurang senang situasi
sebelumnya
O:

- Rasa gelisah pasien tampak

23
sudah berkurang, terlihat dari
ekspresi nonverbal dan verbal
pasien
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

- Ciptakan lingkungan yang


tenang dan mendukung

- Posisikan pasien untuk


memfasilitasi kenyamanan

- Berikan sumber-sumber
edukasi yang relevan dan
berguna mengenai manajemen
penyakit dan cedera pada pasien
dan keluarga jika sesuai

4. Hambatan mobilitas fisik b.d S:


gangguan metabolisme d.d
Pasien mengatakan bahwa ia
lemas dan kurang beraktivitas,
sudah lebih bugar dan sudah
sehingga ekstremitas atas bawah
mulai melakukan aktivitas
jarang digerakkan dan sedikit
sendiri seperti makan, namun
kaku
untuk yang agak terlalu sulit
seperti BAK, BAB dan mandi
masih dibantu
O:

Pasien sudah mulai bisa


beraktivitas, meskipun terkadang
masih ada bantuan dari keluarga
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi :

- Lakukan latihan ROM pasif


atau ROM bantuan sesuai
dengan indikasi
- Instruksikan pasien/ keluarga
untuk melakukan latihan
sesuai dengan jadwal

25
BAB 3. PATHWAY

Perlekatan, obstruksi, inflamasi pada usus

Peningkatan air dan natrium dari lumen usus ke darah

Tekanan intralumen meningkat Distensi berisi gas dan cairan

Peregangan otot polos pada lumen usus Udara tertampung

Hipoksia dinding lumen usus Peningkatan


Volume udara

Tidur terganggu disertai rasa Nyeri Akut


Rangsangan mual dan
gelisah dan kurang nyaman muntah

Lemas Penurunan Nafsu Makan


Hambatan Rasa Nyaman
Hambatan Rasa Nyaman
Penurunan aktivitas
Defisien
Volume Cairan

Sendi menjadi agak kaku

Hambatan Mobilitas Fisik


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., dkk. 2016. Nursing Intervetions Classification (NIC). 6th Edition. Oxford: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan R.D,
Tumanggor. Nursing Intervetions Classification (NIC). Edisi Keenam. Yogyakarta : Mocomedia
Harlan, Johan. 2018. Ilmu Penyakit Umum. Depok : Gunadarma
Hadiansyah, Herman., dan A. Rodjani. 2013. Nyeri Kolik dan Hubungannya Dengan Lokasi Batu Ureter Pada Penderita Baru Ureter Unilateral.
Skripsi. Fakultas Kedokteran : Universitas Indonesia

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2015-2017. 10th Edition. Terjemahan
oleh Kelliat, Budi Anna, dkk. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC

Moorhead, Sue., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Oxford: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, I. dan R.D,
Tumanggor. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Kelima. Yogyakarta: Mocomedi

Sueta, M. A. D. 2014. Faktor- faktor terjadinya Batu Empedu Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusoda Makassar. Program Pendidikan Dokter Sub
Spesialis Bedah Digestif : Universitas Hasanudin Makassar.

https://www.healthline.com/health/colicky-pain#outloo

27
29

Anda mungkin juga menyukai