DISLOCATION (CHD)
atau
DISLOKASI HIP KONGENITAL
(DHK)
08:01
INSIDEN DISLOKASI HIP KONGENITAL
(DHK)
Faktor penyebab:
•posisi sungsang, acetabulum dangkal,
08:01
B
A
08:01
GAMBARAN KLINIS
UNILATERAL
Tungkai > pendek, lipatan kulit asymetri
Galeazzi test +
BILATERAL
•lumbal lordosis +
•Pelvis spt pelvis orang dewasa
•Bilateral trendelenberg
08:01
1 2 3
08:01
Protocol Test :
Barlow’s test :
With the baby in supine on an examination table,the hips
and knee are flexed to 900 , and the abducted. In neonate,
the hip should abduct to approximately 900 with hip in mid
rotation. Pressure is applied longitudinally down towards the
table. If a click or jerk is felt, it indicate that the head of
femur has slipped posterior over the rim of the acetabulum
and out the socket.
Ortolani’s test
Handle is the same, pressure by the fingers throught the
greater trochanter as the hip is gently abducted will push the
hed of the femur back intop the acetabulum
08:01
Test Ortolani:
Posisi bayi terlentang (supine)
Paha bayi dipegang dengan ibu jari pada sisi
medial dan jari lainnya pada trochanter mayor
Hip difleksikan 90º dan dengan lembut abduksikan
08:01
• Penilaian test Ortolani :
Normal : hip dapat diabduksikan hampir 90º.
08:01
Test Barlow :
Bayi posisi terlentang
Ibu jari pemeriksa
diletakkan pada inguinal
dan memegang paha atas
Hip fleksi dan sedikit
diabduksikan sambil
ditekan kebawah
sepanjang aksis femur.
Kemudian sedikit
diabduksikan sambil
mengangkat femur keatas
dan ke depan pada
trochanter mayor
Usaha untuk mengungkit
caput femur keluar-masuk
acetabulum
08:01
Penilaian test Barlow :
Normal : jika caput femur pada posisi
tereduksi. Akan tetapi dapat dibuat slip out
dari socket dan dapat kembali lagi => hip
dislocatable.
DHK : pada saat diabduksikan sambil ditekan
kebawah sepanjang aksis femur => caput
femur tergelincir ke posterior keluar
acetabulum
Kemudian sedikit diabduksikan sambil
mengangkat femur keatas dan ke depan pada
trochanter mayor => tiba-tiba caput femur
tereduksi ke dalam acetabulum dgn “jerk”
08:01
Setiap hip dengan tanda instabilitas tetapi
ringan => dilakukan radiologi u/ melihat
bentuk kartilago socket dan posisi caput
femur.
Jika ditemukan abnormalitas => bayi diberi
splint dengan posisi fleksi hip dan abduksi.
Dievaluasi 6 minggu kemudian :
Apakah tereduksi dan stabil
Apakah tereduksi dan tidak stabil
Apakah subluksasi / dislokasi
08:01
Pemeriksaan Radiologi CHD
radiologi :
Dapat melihat bentuk kartilago socket dan
posisi caput femur.
Ini tidak dapat dilihat pada foto polos
radiologi
Foto Pelvis AP :
Dilakukan pada usia di atas 6 bulan
Yang terlihat adalah garis luar tulang
08:01
Terapi CHD
3 – 6 bulan pertama :
Reduksi dan diimmobilisasi dengan Pavlik
harness / Frejka pillow.
Immobilisasi dipertahankan selama 6 minggu
dan kemudian dievaluasi.
60-80% stabil secara spontan.
Jika tetap tidak stabil diberikan splint yg lebih
formal ( misal hip spica plaster) sampai
acetabular roof berkembang dengan baik (3-6
bulan).
08:01
A. Frejka pillow. B. Pavlik harness
08:01
6- 18 bulan (dislokasi persiten):
Dilakukan traksi kedua tungkai dgn vertikal
frame dan abduksi, bertahap ditingkatkan,
selama 3 minggu.
Kalau perlu adduktor tenotomy
Evaluasi dengan foto radiografi & arthrografi
Splintage dengan plaster spica, 60º fleksi, 40º
abduksi dan 20º internal rotasi, selama 6
minggu.
08:01
6- 18 bulan (dislokasi persiten):
Kemudian dengan Pavlik harness dipertahankan 3-
6 bulan.
Jika tidak berhasil, maka operasi terbuka
diperlukan yaitu yang menyumbat diangkat dan
hip direduksi dan dilanjutkan dengan plaster spica
seperti di atas.
08:01
Spica cast
Skin traction
08:01
Arthrogryphosis
Multiplex Congenital
08:01
Arthrogryphosis Multiplex Congenital
Non-progresif rigid joint
Kapsul sendi menebal & tidak elastis (Walton, 1969)
Causa (Pearson & Fowler, 1963):
Congenital hypotonia
Non-progresif muscle weakness
Muscular dystrophy
Gambaran klinis:
Biasanya symetris
Dua persendian atau lebih
Extremitas inferior > superior
08:01
5 sifat klinis AMC:
1. Extr. Tampak kecil & silindris, lipatan kulit hilang,
jaringan sub-cutan tipis
2. Kekakuan sendi
3. Dislokasi hip dan atau ankle
4. Atropi otot & penurunan kekuatan group otot
5. Sensoris normal, tendo reflek (-) / hilang
08:01
Pola Kecacatan
Extr. Superior:
Add – endo bahu
Fleksi / ekstensi siku
Palmar fleksi & ulnar deviasi pergelangan tangan
In-aktif otot-otot deltoid, biceps, lengan bawah claw
hand
Extr. Inferior:
Fleksi-abd-exo panggul dislokasi
Rigid fleksi/ekstensi lutut
Patella dislokasi / tak ada
Club foot
08:01
Terapi
1. Fisioterapi:
Positioning
Stretching
Gentle mobilizing
Active movement trunk
Gait training
Home program
2. Operatif:
Capsulotomy
08:01
Congenital Torticolis
08:01
Congenital Torticolis
Posisi kepala: lateral fleksi homolateral + rotasi
heterolateral, wajah asymetris
Penyebab: fibrousis m. Sternocleidomastoideus
Problematik: fibrousis m. Sternocleidomastoideus dan
keterbatasan LGS leher ke lateral fleksi hetero-lateral +
rotasi homolateral
TERAPI:
1. Fisioterapi: (1) Stroking & effleurage pada m. SCM
(2) Stretching m. SCM: traksi kepala + gerak pasif ke
lateral fleksi heterolateral dan rotasi homolateral
(3) Mobilisasi aktif: stimulasi m.SCM herterolateral
2. Operatif
08:01
Scoliosis
08:01
Scoliosis
Penyebab: (1) idiophathic, (2) neuromusculair, (3)
congenital
Terminologi Curva:
Primary/major curve kurva “C”
Double major curve kurva double “C” (“S”)
Compensatory curve kurva triple “C”
Decompensation garis kurva keluar dr midline
Jenis kerusakan:
Fungsional kurva hilang bila: (1) berbaring, (2)
menggelantung, (3) diluruskan sendiri
Struktural
08:01
Pemeriksaan spesifik:
Berdiri tegak, periksa line vertebrae dg “schied lood”
Membungkuk 900, periksa ketinggian punggung/ scapula
dan pinggang kanan-kiri
Berdiri tegak, periksa level bahu dan crista iliaca
Berdiri tegak, periksa symetrisnya dada dr samping
Metode “Cobb-Lippman”, foto ronsen ukur sudut
pembengkokan
Problem:
Nyeri punggung tengah
Kosmetik posture
08:01
Terapi:
Pain dumping: TENS, SWD
Massage: Effleurage, “dwars friction”
Tx.Latihan:
pendekatan unilateral: sisi cekung stretching, sisi cembung
strengthening (arah latihan ke samping) resiko terjadi
curva kompensasi
pendekatan bilateral: stretching & strengthening bersamaan
(arah latihan: ke depan, belakang, atas)
Bracing: (1) kurva < 250, Misalnya:
milwaukee brace/CTLSO, boston jacket/TLSO.
Lama bracing 12 jam/hr
08:01
Duchenne Muscular
Dystrophy / DMP
(Pseudohypertropic
Muscular Dystrophy)
08:01
Duchenne Muscular Dystrophy / DMP
(Pseudohypertropic Muscular Dystrophy)
Suatu kelainan pd anak2 yg ditandai dg pseudo-hypertropi
& progresif degenerasi otot2
Biasanya pd anak laki2 usia 3 s/d 12 th
Biasanya meninggal pd decade II
Dipengaruhi oleh faktor “X” genetik ibunya
Tanda awal:
Malas, enggan berjalan, mudah terjatuh, Canggung
beraktifitas
Pseudohypertropi: gastrocnemius, infraspinatus &
deltoideus
08:01
Pengetesan Hystology:
Pelepasan serabut otot jar. Ikat
Penimbunan sel-sel lemak
Aktif degenerasi & kerusakan otot
Lumbal lordosis o.k. kelemahan m.quadrisep &
gluteus maksimus saat berjalan based melebar
kontraktur tractus iliotibialis
Normal = 11
Good + = 10, Good = 9, Good - = 8
Fair + = 7, Fair = 6, Fair - = 5
Poor + = 4, Poor = 3, Poor - = 2
Trace = 1
Zero = 0
Otot yg diukur : 28 otot (14 pasang)
08:01
Otot yg diukur 28 otot (14 pasang) : (1) Upper trapezius,
(2) lower trapezius, (3) rhomboideus, (4) deltoideus, (5) pectoralis, (6)
triceps brachii, (7) serratus ant, (8) lattisimus dorsi, (9) iliopsoas, (10)
quadrisep, (11) gluteus maximus, (12) gluteus medius, (13) tibialis
anterior, (14) abdominalis
transfers dg bantuan
08:01
TK VII: ambulasi dg kursi roda dg bantuan,
memakai penyangga punggung
Tk VIII: tirah baring, ADL dibantu
Problematik:
Kelemahan otot
Penurunan ROM
Penurunan kemamp. Fungsional & Ambulasi
Penurunan fungsi respirasi
Trauma emosional
08:01
Terapi
Tujuan:
Mencegah kecacatan
Memelihara kemampuan fungsional
Fascilitasi perkembangan
Support mental
Terapi:
Exercises: pasif, free aktif
Stretching
Posisioning
Respirator exc.: Postural drainage, assisted coughing,
B.E.
Motivasi
08:01