Konsep Dasar
A. DEFINISI
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan diantaranya untuk mengekspesikan emosi
dengan gerakan non verbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktifitas
hidup sehari-hari, dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilitas fisik
secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi
baik.
Sedangkan imobilisasi atau gangguan mobilisasi fisik didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association sebagai suatu keadaan ketika individu
mengalami keterbatasan gerak fisik. Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat
mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan
gerak fisik selama pengguanaan alat bantu eksternal, atau kehilangan fungsi motorik.
B. PATOFISIOLOGI
Banyak kondisi patofisiologi yang mempengaruhi keadaan kesejajaran tbuh dan
mobilisasi, seperti :
Kelainan postur yang didapat atau congenital mempengaruhi efisiensi fungsi
muskuluskeletal untuk keseimbangan, dan kesejajaran tubuh. Beberapa kelainan
postur mempengaruhi rentan gerak pada beberapa sendi, sehingga gerak
maupun keseimbangan akan terganggu.
Gangguan perkembangan otot yang disebabkan oleh degenerasi serat otot
skelet. Prevalensi penyakit terbanyak terdapat pada anak, karakteristik
gangguan perkembangan otot adalah progresif, kelemahan simetris dari otot
skelet.
Kerusakan system saraf pusat, kerusakan system saraf yang mengatur
pergerakan volunteer mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh. Jalur motorik
dalam serebrum dapat dirusak oleh trauma karena cedera kepala,atau bisa juga
karena infeksi bakteri karena meningitis.
Trauma langsung pada system muskuluskeletal, biasanya hal ini menyebabkan
memar, salah urat, dan bahkan fraktur. Kerusakan yang terjadi dapat berakibat
temporer atau permanen.
C. TANDA DAN GEJALA GANGGUAN MOBILISASI
Tanda-tanda subjektif dari pasien biasanya pasien mengeluh seperti :
Lemas
Lesu
Sulit menggerakkan ekstermitas
Sedangkan tanda-tanda obyektif yang muncul akibat gangguan nutrisi biasanya seperti :
Terjadinya atropi
Dekubitus
Kontraktur
II. Pathways
III. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Catatan Masuk
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang.
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan
immobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat
mobilitas dan immobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan
imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah di derita.
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem
neurologis, riwayat penyakit sistem kardiovaskuler, riwayat penyakit
sistem muskuloskeletal, riwayat sistem penyakit pernafasan, riwayat
pemakaian obat, seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf
pusat, laksansia, dan lain-lain.
c. Kemampuan fungsi motorik.
pengkajian fungsi motorik antara lain pada tngan kanan dan tangan
kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,
kekuatan, atau spastis.
d. Kemampuan mobilitas.
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk
menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun,
dan berpindah tanpa bantuan.
e. Kemampuan rentang gerak.
Pengkajian rentang gerak ( range of motion ROM ) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
f. Perubahan intoleransi aktivitas.
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan
pada sistem pernafasan antara lain : suara nafas, analisa gas darah,
gerakan dinding thorax, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti
panas dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas
terhadap perubahan sistem kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan
darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan
tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi.
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan secara bilateral atau
tidak.
h. Perubahan psikologis.
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-
lain.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi
dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
2. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang berlebihan)
3. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah
satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi
neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal
(mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara berjalan
bergetar penyakit Parkinson).
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau
lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu
pengisian kapiler.
7. Mengkaji fungsional klien
a. Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
d. Tingkat Ketergantungan
KATZ INDEX
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA pemantauan, perintah Dengan pemantauan, perintah,
ataupun didampingi pendampingan personal atau
perawatan total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi sendiri tanpa Mandi dengan bantuan lebih dari
bantuan, atau hanya memerlukan satu bagian tuguh, masuk dan
bantuan pada bagian tubuh tertentu keluar kamar mandi. Dimandikan
(punggung, genital, atau dengan bantuan total
ekstermitas lumpuh)
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap mandiri. Bisa Membutuhkan bantuan dalam
jadi membutuhkan bantuan unutk berpakaian, atau dipakaikan baju
memakai sepatu secara keseluruhan
TOILETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar kecil (toilet), Butuh bantuan menuju dan keluar
mengganti pakaian, membersihkan toilet, membersihkan sendiri atau
genital tanpa bantuan menggunakan telepon
PINDAH (1 poin) (0 poin)
POSISI Masuk dan bangun dari tempat Butuh bantuan dalam berpindah
tidur / kursi tanpa bantuan. Alat dari tempat tidur ke kursi, atau
bantu berpindah posisi bisa diterima dibantu total
KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)
Mampu mengontrol secara baik Sebagian atau total inkontinensia
perkemihan dan buang air besar bowel dan bladder
MAKAN (1 poin) (0 poin)
Mampu memasukkan makanan ke Membutuhkan bantuan sebagian
mulut tanpa bantuan. Persiapan atau total dalam makan, atau
makan bisa jadi dilakukan oleh memerlukan makanan parenteral
orang lain.
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang; <2 = Ganggaun fungsi berat; 0 = Rendah (Sangat tergantung)
5. Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang
sulit dievaluasi.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik
pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan
abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang. Dll.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb pada trauma, Ca pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ,
kreatinin dan SGOT pada kerusakan otot.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, M.E. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI
1 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan Latihan Kekuatan
berhubungan selama ...x 24 jam klien menunjukkan: Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program
dengan Kerusakan sensori Mampu mandiri total latihan secara rutin
persepsi. Membutuhkan alat bantu
Membutuhkan bantuan orang lain Latihan untuk ambulasi
Membutuhkan bantuan orang lain dan Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan
alat keluarga.
Tergantung total Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
Dalam hal : Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang ama
Penampilan posisi tubuh yang benar
Pergerakan sendi dan otot Latihan mobilisasi dengan kursi roda
Melakukan perpindahan/ ambulasi : Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda &
miring kanan-kiri, berjalan, kursi roda cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.
Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
4 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Bantuan Perawatan Diri: Mandi, higiene mulut, penil/vulva, rambut
berhubungan selama... x24 jm kulit
dengan Kerusakan Klien mampu : Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
neurovaskuler Melakukan ADL mandiri : mandi, Bantu klien untuk mandi, tawarkan pemakaian lotion, perawatan kuk
hygiene mulut ,kuku, penis/vulva, rambut, gigi dan mulut, perineal dan anus, sesuai kondisi
rambut, berpakaian, toileting, makan- Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah
minum, ambulasi makan dan bila perlu
Mandi sendiri atau dengan bantuan Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter gigi bila ada lesi, iritasi, kekering
tanpa kecemasan mukosa mulut, dan gangguan integritas kulit.
Terbebas dari bau badan dan
mempertahankan kulit utuh Bantuan perawatan diri : berpakaian
Mempertahankan kebersihan area Kaji dan dukung kemampuan klien untuk berpakaian sendiri
perineal dan anus Ganti pakaian klien setelah personal hygiene, dan pakaikan pada
Berpakaian dan melepaskan pakaian ektremitas yang sakit/ terbatas terlebih dahulu, Gunakan pakaian yang
sendiri longgar
Melakukan keramas, bersisir, bercukur, Berikan terapi untuk mengurangi nyeri sebelum melakukan aktivitas
membersihkan kuku, berdandan berpakaian sesuai indikasi
Makan dan minum sendiri, meminta
bantuan bila perlu Bantuan perawatan diri : Makan-minum
Mengosongkan kandung kemih dan Kaji kemampuan klien untuk makan : mengunyah dan menelan
bowel makanan
Fasilitasi alat bantu yg mudah digunakan klien
Dampingi dan dorong keluarga untuk membantu klien saat makan