BAB II
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Keseimbangan
a) Definisi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan
kestabilan postur oleh aktifitas motorik tidak dapat di pisahkan dari
faktor lingkungan dan sistim regulasi yanag berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan
keseimbangan adalah; menyanggah tubuh melawan grafitasi dan
faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat masa tubuh agar
sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta mestabilisasi
bagian tubuh lain ketika bergerak (Irfan, 2010).
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif
untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat
grafitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan disetiap segmen tubuh
dengan didukung oleh sistem musculoskeletal dan bidang tumpu.
Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang
tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktifitas secara
efektif dan efisien (Army, 2012)
Menurut Permana (2012) keseimbangan terbagi atas dua
kelompok, yaitu ;
1) Keseimbangan statis
Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh untuk menjaga
kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri pada satu kaki,
berdiri diatas papan keseimbangan).
2) Keseimbangan dinamis;
Adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan
ketika bergerak. Keseimbangan dinamis adalah pemeliharaan
pada tubuh saat melakukan gerakan atau saat berdiri pada
5
6
4) Stability limit
Stability limit adalah batasan area dimana tubuh bisa
mempertahankan posisi tanpa merubah base of support, batas
tersebut selalu berubah tergantung biomekanik individu (Colby,et
al, 2007).
5) Line of gravity (LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal
melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan pusat
gravitasi dengan bidang tumpu adalah untuk menentukan derajat
stabilitas tubuh (Irfan, 2010).
.
Gambar 2.4: Letak line gravitasi (Army, 2012)
Tanggal Di Akses 18 Agustus 2015 Jam 05.30 Wib
6) Ground reaction force (GRF)
Merupakan gaya reaksi yang diberikan secara khusus oleh tanah
saat terjadi interaksi tubuh dengan tanah karena adanya pengaruh
gravitasi. Pada saat berdiri terjadi reaksi dari bidang tumpu yang
sama besarnya dan berlawanan dengan arah kekuatan tekanan
tubuh pada permukaan melalui kaki.
i) Kontrol Keseimbangan
Keseimbangan adalah tugas kontrol motorik yanag komplek
dan integrasi informasi sensorik untuk menilai posisi dan gerakan
tubuh dalam ruang dan terhadap respon muskuloskeleatal yang tepat
untuk mengontrol posisi tubuh dalam kontek lingkungan dan tugas.
12
(b) Diabetes
Diabetes melitus adalah masalah endokrinologis yang
menonjol dalam pelayanan kesehatan sudah terbukti
sebagai resiko stroke. Individu dengan riwayat diabetes
melitus memiliki resiko nggi, dibanding individu tanpa
diabetes. Pada penderita diabetes melitus umumnya
pembuluh darahnya akan menjadi kaku, sehingga beresiko
besar terserang stroke. Selain adanya penurunan atau
peningkatan kadar glukosa darah secara mendadak juga
akan menyebabkan kematian jaringan otak.
(c) Merokok
Dalam berbagai penelitian kebiasaan merokok akan
meningkatkan penyakit pembuluh darah (termasuk stroke).
Merokok memicu penyakit kekentalan darah, pengerasan
dinding pembuluh darah dan penimbunan plak di dinding
pembuluh darah. Merokok akan meningkatkan resiko
stroke sampai dua kali lipat.
(d) Obesitas
Obesitas memicu terjadinya stroke karena berat badan
dan indek masa tubuh berhubungan erat dengan tekanan
24
d. m. Erector spine
e. m .Iliopsoas
3. Fungsi deep muscle
Terletak dalam dekat pusat rotasi yaitu untuk mengendalikan gerak
intersegmental.
a. Otot intersegmental memiliki peran proprioseptif.
b. Peningkatan gerak yang menyimpang dapat diatasi oleh aktifitas
sistem otot- otot deep.
4. Otot-otot yang berhubungan pada lumbal spine hingga lokal
muscle.
a. Transfersus abdominis
b. Lumbal multifidus
c. Diaphrahma
d. Pelvic floor .
Target utama pada pada core stability adalah otot yang letaknya
lebih dalam (deep muscle) pada abdomen . yang berhubungan dengan
tulang belakang (spine), panggul (pelvic) dan bahu (shoulder).
Reaksi otot-otot global tidak mampu untuk melakukan
stabilisasi pada segment spinal, kecuali melalui penekanan pada beban
vertebrae, jika satu segment tidak stabil maka penekanan beban dapat
menimbulkan nyeri. Otot-otot global dan otot-otot core memiliki
beberapa lapisan, bila kita berikan stimulasi pada bagian otot core
tersebut dapat memberikan respon kearah gerakan. Otot ini
32
a b
Gambar . 2.14: Functional reach test
a. posisi awal b. posisi akhir saat meraih kedepan
Sumber: Functional Testing in human Performance, hal 110
a. Waktu pelaksaan
Dibutuhkan 1- 2 menit untuk melaksakan test.
b. Sebuah tolok ukur, level yang diperlukan .
c. Reliabilitas
Test ini memiliki reliabilitas antar penilai baik ( ICC =0,98 ) dan
reliabilitas test- retest ( r = 0,89 ).
d. Validitas concurrent
Hal ini telah ditentukan dengan walking speed ( r = 071), tandem
walk ( r = 0,71 ) dan mobility skill ( r = o,65 ).
e. Aplikasi klinis
Skor < 6 ditunjukkan untuk menjadi prediksi terjatuh pada orang
tua ( validitas prediktif ). Functinal reach test mengukur kontrol
postural dinamis. Keuntungan dari functional reach test adalah
bahwa itu adalah cara yang cepat, tes tepat dan portable,
membutuhkan peralatan yang minimum, adalah tugas tunggal dan
sensitif terhadap terhadsap perubahan yang mengikuti pelatihan
keseimbangan.
f. Keterbatasan
Tes ini mengukur stabilitas dinamis hanya dalam satu arah dan
dengan tidak ada perubahan pada base of support. Banyak kegiatan
yang sulit untuk orang tua, seperti gaya berjalan, melibatkan
42
Interpretasi:
≤ 10 detik = normal
≤ 20 detik = mobilitas bagus, dapat berjalan sendiri, mobilitas tanpa alat
bantu jalan
≤ 30 detik = bermasalah, tidak dapat berjalan sendiri, membutuhkan alat
bantu jalan.
Nilaidari≥ 40 detik telah mengindikasikan bahwa resiko jatuh tinggi .
44
B. Kerangka Berpikir
Gangguan keseimbangan pasien stroke ini dikarenakan adanya
kelemahan ataupun kekakuan pada otot-otot postural maupun
ekstremitasnya. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk
menjaga kesetimbangan ketika bergerak. Keseimbangan tubuh secara
internal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain somatosensoris,
kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan bidang tumpu. Keseimbangan dinamik
dapat ditingkatkan dengan core stability exercise dan ankle strategy
exercise. Pemberian latihan core stability exercise dapat meningkatkan dan
menstabilkan kerja global muscle dan deep muscle pada otot core dan
mengontrol posisi dan pergerakan tubuh. Core stability exercise sebagai
penghubung otot panggul, tulang belakang dan bahu sehingga pergerakan
tubuh dapat optimal. Pemberian ankle strategy exercise dapat meningkatkan
kerja otot-otot postural agar dapat menstabilkan posisi tubuh dan
mengontrol setiap goyangan yang diterima oleh tubuh sehingga tubuh
mampu untuk mempertahankan posisi stabil.
45
Gangguan Gangguan
input sensorik kontrol motorik
Gangguan
Postural
Gangguan
Keseimbangan
dinamik
Ankle strategi exercise
Core stability
1. Menstabilkan posisi
tubuh Memperbaiki 1. Mengaktivasi otot –
2. Mengontrol setiap Keseimbangan otot core.
Dinamik 2. Meningkatkan otot
goyangan saat
postural
berdiri 3. Pergerakan tubuh
3. Mempertahankan optimal
posisi stabil.
C. Kerangka Konsep
a. Variabel Dependen : Perbaikan ankle strategi
b. Variabel independen : core stability dan ankle strategy
46
c. Konsep penelitian :
O1 O2
P-1
ASS
P S
S
P-2
O3 O4
D. Hipotesis
Pada penelitian yang akan dilakukan ini maka hipotesa yang penulis
akan buktikan adalah ;
47