Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MYOFASCIAL RELEASE (MFR) TERHADAP PERUBAHAN

LINGKUP GERAK SENDI (LGS) PADA PENDERITA HEMIPARESE PASCA


STROKE

THE INFLUENCE OF MYOFASCIAL RELEASE TO CHANGE THE SCOPE OF


MOTION JOINTS IN PATIENTS WITH HEMIPARESE POST STROKE

Muh. Sawqi hasanuddin1, Atifa Darwis2, Bustaman Wahab3

1
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
(Email : muh_sawqi@yahoo.com)
2
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
(Email :)
3
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
(Email :)

Alamat Korespondensi :

Muh. Sawqi Hasanuddin


Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
Makassar, 90245
HP : 085299928384
Email : muh_sawqi@yahoo.com
ABSTRAK
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan
kanker. Hemiparese merupakan suatu kondisi kelemahan separuh badan yang disebabkan karena
adanya salah satu arteri dalam otak tersumbat ataupun pecahnya pembuluh darah di otak yang
menimbulkan kelemahan anggota gerak. Pasien stroke yang mengalami keterbatasan LGS akan
sangat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi tingkat kemandirian pasien
itu sendiri. Metode manual terapi MFR salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
LGS pada pasien stroke.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh MFR terhadap
perubahan LGS pada pasien Hemiparese post stroke. penelitian ini adalah penelitian experimental
dengan desain penelitian pretest-posttest time series design. Sampel penelitian berjumlah 10 orang
dan manual terapi MFR diberikan sebanyak 6x. Kriteria inklusi sampel tidak mengkonsumsi obat
perelaksasi otot, dating ke fisioterapi sebanyak 6x dan bersedia menjadi responden.Data yang
dikumpulkan yaitu perubahan LGS yang diukur menggunakan goniometer. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh pada beberapa gerakan disetiap regio setelah diberikan 6x manual
terapi MFR namun hasil belum optimal. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan adanya perubahan
LGS (beberapa gerakan disetiap regio) pada pasien hemiparese post stroke setelah diberi manual
terapi MFR. ( perbaiki abstraknyaa ksi masuk nilai p nya yahhh)

Kata Kunci: Myofascial Release (MFR), hemiparese pasca stroke, lingkup gerak sendi (LGS)

ABSTRACT
A stroke is the cause of death third in the world after heart disease and cancer. Hemiparese is
a condition weakness half the caused because of the one of the arteries in the brain is clogged or
rupture of blood vessels in the brain that cause weakness members of the motion. Stroke patients who
experience limitations LGS would be very disturbing the activity of daily life and influence the level
of independence patients itself. A method manual therapy MFR is one of which method can be used
to improve LGS in patients with stroke. This study aims to determine the influence of MFR against
the changes to LGS in patients with hemiparese post stroke. The study is the research experimental
with the study design pretest-posttest time series design. A sample of research amounts to 10 people
and manual therapy MFR given as much as 6x. Criteria of inclusion sample are not consume drugs
relaxation muscle, came to physiotherapy as much as 6x and willing to become the respondents. Data
on collect the changes LGS measured using goniometer. The results of research shows there are
influence on some of the movement on each regio after given 6x manual therapy MFR but the result
is not optimal. The conclusion this study shows the changes LGS (some movement on each regio) in
patients hemiparese post stroke after given manual therapy MFR

Keyword : Myofascial Release (MFR), Hemiparese post stroke, The scope of motion joints (LGS)
PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyebab kematian memulihkan kualitas cairan/pelumas dari
ketiga di dunia setelah penyakit jantung jaringan fascia, mobilitas jaringan dan fungsi
koroner dan kanker baik di negara maju normal sendi
maupun negara berkembang dengan penyebab Berdasarkan hasil observasi di Klinik
utama kecacatan yang dapat dicegah (HP. Asy-Syifa Makassar terdapat beberapa pasien
Adams dan J. Biller, 2015). Stroke atau penderita stroke dengan berbagai keterbatasan
cedera serebrovaskular (CVA) adalah yaitu gangguan ADL (Activity Daily Living),
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh gangguan keseimbangan, gangguan Lingkup
terganggunya suplai darah ke bagian otak. Gerak Sendi (LGS). Dari pemikiran tersebut
Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah penulis menganggap penting untuk melakukan
menyebabkan serangkaian reaksi biokimia penelitian mengenai Pengaruh Myofascial
yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel release (MFR) terhadap perubahan Lingkup
saraf otak (Irdawati, 2012). Jumlah penderita Gerak Sendi (LGS) pada penderita
stroke di Indonesia menduduki peringkat Hemiparese Pasca Stroke.
pertama sebagai negara terbanyak yang
mengalami stroke di seluruh Asia. Prevalensi BAHAN DAN METODE
stroke di Indonesia mencapai 8,3 dari 1000 Jenis penelitian yang digunakan
populasi. Angka prevalensi ini meningkat adalah metode quasi experimental dengan
dengan meningkatnya usia. desain “pretest-posttest time series design”.
Berdasarkan data RISKESDAS Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
Nasional tahun 2013, prevalensi stroke di 2017 di klinik Asy-Syifa Makassar
Indonesia tertinggi terdapat di Sulawesi
Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), POPULASI SAMPEL
Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti oleh Jawa Populasi dalam penelitian Populasi
dan Sumatera Barat. Pemulihan kekuatan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
ekstremitas masih merupakan masalah utama Hemiparese Post Stroke yang datang berobat
yang dihadapi oleh pasien stroke yang di Klinik Asy-Syifa Makassar. Sampel
mengalami hemiparesis. Sekitar 80% pasien penelitian ini berjumlah 13 orang. Sampel
mengalami hemiparesis akut di bagian diperoleh menggunakan rumus perhitungan
ekstremitas atas dan hanya sekitar sepertiga sampel dan memenuhi kriteria inklusi yang
yang mengalami pemulihan lingkup gerak telah ditetapkan peneliti, meliputi tidak
sendi secara penuh (Beebe & Lang, 2009). mengkonsumsi obat perelaksasi otot, bersedia
Untuk meminimalkan angka menjadi responden, kooperatif, datang ke
kecacatan pada seorang penderita stroke fisioterapi sebanyak 6 kali
Hemiparese, maka dapat diberikan terapi
Myofascial Release (MFR) yang menerapkan RENCANA PENGOLAHAN DAN
prinsip-prinsip biomekanik dalam pemuatan ANALISIS DATA
jaringan lunak dan modifikasi refleks saraf Pengumpulan data melalui data
oleh stimulasi mechanoreceptors di fascia primer dengan cara mengukur LGS dengan
untuk meregangkan struktur fascia menggunakan goniometer dan pemeberian
(myofascial) dan otot dengan tujuan terapi myofascial release pada setiap sampel
(data pre-test dan post-test). Teknik meningkat 5 (50%), adduksi shoulder menetap
pengolahan data dan analisa data dengan jumlah responden 10 (100%), lateral
menggunakan bantuan program software rotasi shoulder dengan jumlah responden
SPSS statistic Data Editor 22 dengan menetap adalah 9 (90%) dan meningkat 1
menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann (10%), medial rotasi shoulder menetap dengan
Whitney U jumlah responden 10 (100%). Pada regio
elbow menunjukkan bahwa fleksi elbow
HASIL PENELITIAN dengan jumlah responden menetap adalah 7
Hasil penelitian menunjukkan (70%) dan meningkat 3 (30%), ekstensi elbow
karakteristik sampel berdasarkan kelompok dengan jumlah responden menetap adalah 1
usia dan jenis kelamin pada pasien pasca (10%) dan meningkat 9 (90%), pronasi dan
stroke yang diberikan terapi myofascial supinasi dengan jumlah responden menetap 10
release (MFR),. Sampel dibagi menjadi (100%). Pada regio wrist menunjukkan bahwa
beberapa kelompok dengan rentan usia 45-55 fleksi wrist dengan jumlah responden menetap
tahun berjumlah 5 orang (50%) dimana jumlah adalah 3 (30%) dan meningkat 7 (70%),
pasien pada rentan usia ini merupakan jumlah ekstensi wrist dengan jumlah responden
paling banyak, usia 56-66 tahun berjumlah 3 menetap adalah 8 (80%) dan meningkat 2
orang (30%), dan rentan usia 67-77 tahun (20%), radial deviasi dan ulnar deviasi jumlah
berjumlah 2 orang (20%) yang jumlah responden menetap 10 (100%). Pada regio hip
sampelnya paling sedikit diantara semua menunjukkan bahwa fleksi hip dengan jumlah
rentan usia. Selanjutnya prevalensi responden menetap adalah 2 (20%) dan
berdasarkan jenis kelamin pada pasien post meningkat 8 (80%), ekstensi hip dengan
stroke ditunjukkan pasien yang berjenis jumlah responden menetap adalah 1 (10%)
kelamin laki-laki lebih banyak berjumlah 6 dan meningkat 9 (90%), abduksi hip dengan
orang (60%) dibandingkan pasien berjenis jumlah responden menetap adalah 3 (30%)
kelamin perempuan. 9 orang (55%). dan meningkat adalah 7 (70%), adduksi hip
Berdasarkan hasil pengukuran Lingkup dengan jumlah responden menetap adalah 10
Gerak Sendi (LGS) sebelum dan setelah diberi (100%), lateral rotasi hip dengan jumlah
manual terapi MFR menunjukkan sebelum responden menetap adalah 8 (80%) dan
diberi manual terapi MFR, terdapat 10 orang meningkat 2 (20%), dan medial rotasi hip
(100%) pasien menetap pada semua regio dan dengan jumlah responden menetap adalah 10
gerakannya. Setelah diberi 3x manual terapi (100%). Pada regio knee menunjukkan bahwa
MFR, hasil tetap sama dimana semua fleksi knee dengan jumlah responden menetap
responden yaitu 10 orang (100%) menetap dan adalah 4 (40%) dan meningkat 6 (60%) dan
tidak terdapat perubahan. Dan setelah diberi ekstensi knee dengan jumlah responden
6x manual terapi MFR, terdapat perubahan menetap adalah 2 (20%) dan meningkat 8
pada regio shoulder menunjukkan bahwa (80%). Pada regio ankle menunjukkan plantar
fleksi shoulder jumlah responden meningkat fleksi dengan jumlah responden menetap
10 (100%), ekstensi shoulder jumlah adalah 8 (80%) dan meningkat 2 (20%), dorsi
responden menetap adalah 1 (10%) dan fleksi ankle dengan jumlah responden
meningkat 9 (90%), abduksi shoulder jumlah menetap adalah 2 (20%) dan meningkat 8
responden menetap adalah 5 (50%) dan
(80%), inversi dan eversi dengan jumlah Berdasarkan tabel Pengaruh 6x manual
responden menetap adalah 10 (100%). terapi MFR terhadap perubahan LGS pada
Berdasarkan tabel pengaruh 3 x manual regio elbow menunjukkan hasil uji pengaruh
terapi MFR terhadap perubahan Lingkup yang digunakan menggunakan uji Wilcoxon.
Gerak Sendi menggunakan uji Wilcoxon Pada gerakan fleksi diperoleh nilai P=0,102
diperoleh nilai semua regio adalah P=1,000 (P>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat
(P>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh 6x manual terapi MFR terhadap
pengaruh 3x manual terapi MFR terhadap perubahan LGS pada pasien post stroke. Pada
perubahan LGS pada pasien post stroke. gerakan ekstensi diperoleh nilai p=0,007
Berdasarkan tabel Pengaruh 6x manual (P<0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh 6x
terapi MFR terhadap perubahan LGS pada manual terapi MFR terhadap perubahan LGS
regio shoulderpada regio shoulder pada pasien post stroke. Pada gerakan pronasi
menunjukkan hasil uji pengaruh yang dan supinasi diperoleh nilai P=1,000 (P>0,05).
digunakan menggunakan uji Wilcoxon. Pada Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh 6x
gerakan fleksi diperoleh nilai P=0,005 latihan MFR terhadap perubahan LGS pada
(P<0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh 6x pasien post stroke. . Kesimpulan dari hasil uji
manual terapi MFR terhadap perubahan LGS Wilcoxon pada regio elbow terdapat pengaruh
pada pasien post stroke. Pada gerakan ekstensi 6x manual terapi MFR terhadap perubahan
diperoleh nilai p=0,108 (P>0,05). Hal ini LGS pada gerakan ekstensi.
berarti tidak terdapat pengaruh 6x manual Berdasarkan pengaruh 6x manual terapi
terapi MFR terhadap perubahan LGS pada MFR terhadap perubahan LGS pada regio
pasien post stroke. Pada gerakan abduksi 90° wrist menunjukkan hasil uji pengaruh yang
diperoleh nilai p=0,038 (P<0,05). Hal ini digunakan menggunakan uji Wilcoxon. Pada
berarti terdapat pengaruh 6x manual terapi gerakan fleksi diperoleh nilai P=0,017
MFR terhadap perubahan LGS pada pasien (P<0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh 6x
post stroke. . Pada gerakan adduksi diperoleh manual terapi MFR terhadap perubahan LGS
nilai p=1,000 (P>0,05). Hal ini berarti tidak pada pasien post stroke. Pada gerakan ekstensi
terdapat pengaruh 6x manual terapi MFR diperoleh nilai p=0,157 (P>0,05). Hal ini
terhadap perubahan LGS pada pasien post berarti tidak terdapat pengaruh 6x manual
stroke. . Pada gerakan lateral rotasi diperoleh terapi MFR terhadap perubahan LGS pada
nilai p=0,317 (P>0,05). Hal ini berarti tidak pasien post stroke. Pada gerakan radial deviasi
terdapat pengaruh 6x manual terapi MFR diperoleh nilai P=0,317 (P>0,05). Hal ini
terhadap perubahan LGS pada pasien post berarti tidak terdapat pengaruh 6x manual
stroke. . Pada gerakan medial rotasi diperoleh terapi MFR terhadap perubahan LGS pada
nilai p=1,000 (P>0,05). Hal ini berarti tidak pasien post stroke. . Pada gerakan ulnar
terdapat pengaruh 6x manual terapi MFR deviasi diperoleh nilai P=0,317 (P>0,05). Hal
terhadap perubahan LGS pada pasien post ini berarti tidak terdapat pengaruh 6x manual
stroke. Kesimpulan dari hasil uji Wilcoxon terapi MFR terhadap perubahan LGS pada
pada regio shoulder terdapat pengaruh 6x pasien post stroke. Kesimpulan dari hasil uji
manual terapi MFR terhadap perubahan LGS Wilcoxon pada regio wrist terdapat pengaruh
pada gerakan fleksi dan abduksi 90°. 6x manual terapi MFR terhadap perubahan
LGS pada gerakan fleksi.
Berdasarkan pengaruh 6x manual terapi post stroke. Kesimpulan dari hasil uji
MFR terhadap perubahan LGS pada regio hip Wilcoxon pada regio elbow terdapat pengaruh
menunjukkan hasil uji pengaruh yang 6x manual terapi MFR terhadap perubahan
digunakan menggunakan uji Wilcoxon. Pada LGS pada pasien post stroke.
gerakan fleksi diperoleh nilai P=0,012 Berdasarkan pengaruh 6x manual terapi
(P<0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh 6x MFR terhadap perubahan LGS pada regio
manual terapi MFR terhadap perubahan LGS ankle menunjukkan hasil uji pengaruh yang
pada pasien post stroke. Pada gerakan ekstensi digunakan menggunakan uji Wilcoxon. Pada
diperoleh nilai p=0,008 (P<0,05). Hal ini gerakan plantar fleksi diperoleh nilai P=0,180
berarti terdapat pengaruh 6x manual terapi (P>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat
MFR terhadap perubahan LGS pada pasien pengaruh 6x manual terapi MFR terhadap
post stroke. Pada gerakan abduksi diperoleh perubahan LGS pada pasien post stroke. Pada
nilai p=0,017 (P<0,05). Hal ini berarti terdapat gerakan dorsi fleksi diperoleh nilai p=0,011
pengaruh 6x manual terapi MFR terhadap (P<0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh 6x
perubahan LGS pada pasien post stroke. . Pada manual terapi MFR terhadap perubahan LGS
gerakan adduksi diperoleh nilai p=1,000 pada pasien post stroke. Pada gerakan inversi
(P>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat dan eversi diperoleh nilai P=1,000 (P>0,05).
pengaruh 6x manual terapi MFR terhadap Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh 6x
perubahan LGS pada pasien post stroke. . Pada manual terapi MFR terhadap perubahan LGS
gerakan lateral rotasi diperoleh nilai p=0,180 pada pasien post stroke. Kesimpulan dari hasil
(P>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat uji Wilcoxon pada regio ankle terdapat
pengaruh 6x manual terapi MFR terhadap pengaruh 6x manual terapi MFR terhadap
perubahan LGS pada pasien post stroke. . Pada perubahan LGS pada gerakan dorsi fleksi.
gerakan medial rotasi diperoleh nilai p=1,000
(P>0,05). Hal ini berarti tidak terdapat PEMBAHASAN
pengaruh 6x manual terapi MFR terhadap Berdasarkan karakteristik responden
perubahan LGS pada pasien post stroke. pada tabel 5.1 populasi sampel yang
Kesimpulan dari hasil uji Wilcoxon pada regio didapatkan sebanyak 10 orang penderita
hip terdapat pengaruh 6x manual terapi MFR hemiparese post stroke dengan gangguan
terhadap perubahan LGS pada gerakan fleksi LGS. Berdasarkan karakteristik jenis
ekstensi dan abduksi. kelamin terdapat 6 orang laki-laki dan 4
Berdasarkan pengaruh 6x manual terapi perempuan. Hasil penelitian ini serupa
MFR terhadap perubahan LGS pada regio dengan penelitian yang dilakukan oleh
knee menunjukkan hasil uji pengaruh yang Aisyah dkk pada tahun 2012 yang
digunakan menggunakan uji Wilcoxon. Pada mendapatkan angka kejadian stroke pada
gerakan fleksi diperoleh nilai P=0,027 laki-laki lebih banyak (52%) dibandingkan
(P<0,05). Hal ini berarti terdapat pengaruh 6x perempuan (48%).American Heart
manual terapi MFR terhadap perubahan LGS Association mengungkapkan bahwa
pada pasien post stroke. Pada gerakan ekstensi serangan stroke lebih banyak terjadi pada
diperoleh nilai p=0,011 (P<0,05). Hal ini laki-laki dibandingkan perempuan
berarti terdapat pengaruh 6x manual terapi dibuktikan dengan hasil penelitian yang
MFR terhadap perubahan LGS pada pasien menunjukkan bahwa prevalensi kejadian
stroke lebih banyak pada laki-laki rotasi tidak terdapat peningkatan. Pada
(Goldstein dkk., 2006). regio elbow gerakan fleksi meningkat
Berdasarkan tabel 5.2 karakteristik sebanyak 3 orang, gerakan ekstensi
usia didapatkan angka kejadian stroke yang sebanyak 9 orang,serta gerakan pronasi dan
paling banyak pada rentan usia 45-55 tahun supinasi tidak terdapat peningkatan. Pada
sebanyak 5 orang (50%) dari 10 responden. regio wrist gerakan fleksi meningkat
Hal ini serupa yang dilakukan oleh sebanyak 7 orang, gerakan ekstensi
wayunah dkk 2016 yang menyatakan sebanyak 2 orang, gerakan radial deviasi
bahwa distribusi pasien stroke menurut sebanyak 1 orang dan gerakan ulnar deviasi
umur ditemukan paling banyak penderita sebanyak 1 orang. Pada regio hip gerakan
berumur dewasa (<55 tahun) dengan fleksi meningkat sebanyak 8 orang,
presentase 38,5% dibandingkan responden gerakan ekstensi sebanyak 9 orang,
yang berumur lansia (>55 tahun) dengan gerakan abduksi sebanyak 7 orang, gerakan
presentase 19,6%. Berbeda dengan adduksi tidak terjadi peningkatan, gerakan
penelitian (Puspita dan Putro, 2008) yang lateral rotasi meningkat sebanyak 2 orang
menyatakan bahwa risiko terjadinya stroke dan gerakan medial rotasi tidak terdapat
pada kelompok umEur > 55 tahun adalah peningkatan. Pada regio knee gerakan
3,640 kali dibandingkan kelompok umur ≤ fleksi meningkat sebanyak 6 orang dan
55 tahun. Akan tetapi peningkatan gerakan ekstensi sebanyak 8 orang. Pada
frekuensi stroke seiring dengan gerakan ankle gerakan plantar fleksi
peningkatan umur berhubungan dengan meningkat sebanyak 2 orang, gerakan
proses penuaan, dimana semua organ tubuh dorsifleksi sebanyak 8 orang, serta gerakan
mengalami kemunduran fungsi termasuk inversi dan eversi tidak terjadi
pembuluh darah otak. Pembuluh darah peningkatan. Pada pemberian 3x manual
menjadi tidak elastis terutama bagian terapi MFR tidak terjadi perubahan. Hal ini
endotel yang mengalami penebalan pada sesuai dengan teori dari Mackinnon et al
bagian intima, sehingga mengakibatkan pada tahun 2003 dalam buku Exercise
lumen pembuluh darah semakin sempit dan Management yang merekomendasikan
berdampak pada penurunan aliran darah pemberian latihan pada pasien stroke
otak (Kristiyawati dkk., 2009). minimal 8x agar terjadi peningkatan
Pada tabel 5.3 perubahan Lingkup kemampuan fungsi gerak. Akan tetapi hasil
Gerak Sendi (LGS) sebelum dan setelah penelitian ini bertolak belakang dari teori
diberi manual terapi MFR menunjukkan Mackinnon yaitu pada pemberian 6x sudah
posttest 3x manual terapi MFR tidak terdapat perubahan namun tidak signifikan.
terdapat peningkatan pada semua region Berdasarkan uji pengaruh manual
dan pada posttest 6x terdapat peningkatan terapi MFR terhadap perubahan LGS pada
pada regio shoulder gerakan fleksi tabel 5.4 dimana pasien yang diberikan
sebanyak 10 orang, gerakan ekstensi terapi manual terapi MFR sebanyak 3x
sebanyak 9 orang, gerakan abduksi 90° menunjukkan tidak adanya pengaruh
sebanyak 5 orang, gerakan adduksi tidak peningkatan LGS pada pasien hemiparese
terdapat peningkatan, gerakan lateral rotasi post stroke. selanjutnya pada tabel 5.5
sebanyak 1 orang dan gerakan medial regio shoulder dimana pasien yang
diberikan manual terapi MFR sebanyak 6x mengkombinasikan tekanan manual
menunjukkan adanya pengaruh pada terhadap bagian otot yang spesifik dan
gerakan fleksi dan abduksi 90°. Pada tabel penggunaan stretching secara simultan
5.6 regio elbow dimana pasien yang (Scheneider, 2005).
diberikan manual terapi MFR sebanyak 6x Fascia yang bersifat elastis –
menunjukkan adanya pengaruh pada transparan berfungsi sebagai perekat/lem
gerakan ekstensi. Pada tabel 5.7 regio wrist antara otot dan tulang/sendi, karena 60%
dimana pasien yang manual terapi MFR tubuh terdiri atas jaringan otot dan tulang
sebanyak 6x menunjukkan adanya yang harus dipersatukan oleh fascia agar
pengaruh pada gerakan fleksi. Pada tabel dapat berfungsi dengan baik. Dalam
5.8 regio hip dimana pasien yang diberikan kondisi yang berbeda (connective tissue
manual terapi MFR sebanyak 6x terganggu), maka ketegangan otot
menunjukkan adanya pengaruh pada berlangsung lama (spasme/hipertoni) yang
gerakan fleksi, ekstensi dan abduksi. Pada membuat gangguan metabolik: Pertama,
tabel 5.9 regio knee dimana pasien yang myofascial dehidrasi. Kedua, pada saat
diberikan manual terapi n MFR sebanyak bersamaan terjadi oksidasi aerobic,
6x menunjukkan adanya pengaruh pada sementara jaringan otot kekurangan sari
gerakan fleksi dan ekstensi. Dan pada tabel makanan dan oksigen, sehingga asam
5.10 regio ankle dimana pasien yang pyruvat, asam laktat tidak bisa masuk ke
diberikan manual terapi MFR sebanyak 6x siklus Krabs, dari sinilah awal terjadinya
menunjukkan adanya pengaruh pada “Referred Pain” Travel dan Simons, 1983.
gerakan dorsi fleksi. Pemberikan MFR
sebanyak 3x pada pasien post stroke Kesimpulan
menunjukkan tidak adanya pengaruh pada Berdasarkan hasil dan
perubahan LGS pasien post stroke pembahasan, maka kesimpulan dari
sedangkan pada pemberian MFR sebanyak penelitian ini adalah:
6x menunjukkan adanya pengaruh pada 1. Distribusi nilai sampel Lingkup Gerak
perubahan LGS pasien post stroke di Sendi (LGS) pada penderita
beberapa gerakan dan regio. Hal ini Hemiparese Post Stroke sebelum
didukung oleh teori dari Werenski 2011 diberikan manual terapi Myofascial
menyatakan bahwa penerapan myofascial release (MFR) tidak normal.
release dapat menjadi terapi yang efektif. 2. Distribusi nilai sampel Lingkup Gerak
Dimana aplikasi MRT ini berupa kontrol Sendi (LGS) pada penderita
dan fokus pada tekanan, berperan untuk Hemiparese Post Stroke sesudah
meregangkan atau memajangkan struktur diberikan manual terapi Myofascial
fascia dan otot dengan tujuan melepas release (MFR) 3x perlakuan tidak
adhesion atau perlengketan, mengurangi terdapat perubahan nilai Lingkup
nyeri, memulihkan kualitas cairan pelumas Gerak Sendi (LGS), dan pemberian 6x
dari jaringan fascia, mobilitas jaringan, dan terdapat perubahan pada beberapa
fungsi normal sendi. gerakan dan regio.
Myofascial Release (MFR) 3. Terdapat pengaruh pemberian manual
merupakan prosedur yang terapi MFR 6x tetapi tidak signifikan
perubahan Lingkup Gerak Sendi
(LGS).
A. Saran
Saran yang dapat dikemukakan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dapat menjadi rujukan
sebagai bahan pembelajaran dalam
manajemen fisioterapi pada post
stroke.
2. Penelitian ini dapat menjadi rujukan
untuk fisioterapis dalam menyusun
program intervensi untuk penderita
post stroke.
3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan
melakukan penelitian dengan judul
pengaruh myofascial release (MFR)
terhadap perubahan Lingkup Gerak
Sendi (LGS) dengan sampel lebih
banyak dan homogeny serta frekuensi
latihan diberikan lebih tingkatkan agar
terdapat pengaruh yang lebih
signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai